DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VI
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Hasan Matsum, M.Ag.
TA 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
banyak nikmatnya kepada penulis sehingga atas berkat dan rahmat serta karunia-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok yang berjudul “Shalat Wajib dan
Sunnat”.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi-materi yang ada,materi ini penulis buat
bertujuan agar dapat menjadikan penambahan wawasan sekaligus pemahaman mahasiswa
dalam strategi pembelajaran terhadap materi tersebut. Disisi lain penulis mendapatkan
pengalaman dan ilmu yang berharga dalam penulisan makalah ini. Penulis berterima kasih
kepada dosen yang bersangkutan yaitu Bapak Dr. Hasan Matsum, M.Ag.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan kehilafan
dalam penulisan makalah ini.Untuk itu, saran dan kritik tetap penulis harapkan demi
perbaikan makalah ini kedepan. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. TerimaKasih.
Kelompok VI
i
DAFTAR ISI
C. Sholat Fardhu……......................................................................................... 7
A. Kesimpulan .................................................................................................. 13
B. Saran ............................................................................................................. 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruang lingkup ajaran islam memilki tiga dimensi antara lain Aqidah yang
intinya mengeseakan akan Allah SWT yang terimplementasi dalam rukun iman,
syariah yang dibagi menjadi dua bagian yaitu ibadah khusus, (meliputi yaitu
syahadat, shalat, zakat,puasa,dan haji), dan muamalah (meliputi hukum publik
dan hukum perdata).
Kedudukan shalat dalam agama islam sebagai ibadah yang menempati
posisi penting yang tidak dapat digantikan oleh ibadah apa pun juga,shalat
merupakan tiang agama yang mana ibadah shalat dalam garis besarnya dibagi
kepada dua jenis yaitu yang pertama shalat yang difardlukan yang dinamai shalat
maktubah,dan yang kedua shalat yang tidak difardlukan dinamai shalat sunnat.
Ibadah shalat merupakan bukti penyembahan manusia kepada Allah
SWT, shalat merupakan sarana percakapan manusia dengan Allah dan bila sesaat
saja kita mau mentafakuri kehidupan ini maka akan kita dapati bahwa pada
dasarnya sungguh indah kehidupan seorang muslim dan sungguh harmonis serta
romantisnya hubungannya dengan sang khalik.1
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian shalat ?
2. Apa saja Syarat Dan Rukun Shalat ?
3. Apa Pengertian shalat wajib ?
4. Apa pengertian Shalat Sunnat ?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian shalat
2. Untuk mengetahui syarat dan rukun shalat
3. Untuk mengetahui pengertian shalat wajib
4. Untuk mengetahui shalat sunnat
1
Zaitun, dkk. (2013). Implementasi Sholat Fardhu Sebagai Sarana Pembentukan Karakter Mahasiswa
Universitas Maritim Raja Ali Haji TanjungPinang. Jural Pendidikan Agama IsalamTa‟lim. Vol. 11 No 2. H
154.
1
BAB II
ISI
.
A. Pengertian Shalat
Salat merupakan rukun islam yang kedua dan diwajibkan pada waktu yang telah
ditentukan.Shalat adalah salah satu ibadah mahdhah (murni) yang harus
dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah dan sesuai yang dicontohkan
Rasullah SWT. Mengenai bacaan-bacaan dalam shalat, baik yang fardu maupun
sunnah,juga harus sesuai contoh yang diberikan Rasullah SAW yang banyak
diriwayatkan dalam hadis-hadis shahih.
“ Sholatlah kamu sekalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”. (HR.
Bukhari, Muslim dan Ahmad).
“ Barang siapa beramal suatu amalan yang tidak ada petunjuk dari kami,maka
amalan itu ditolak”. (HR. Muslim).
َ ََ َص ٰلىتك
ُ سك ٌَن لهََُّ ْم ََْ َوال ّٰل َ عل ْيََ ِه ْم ََْ ا َِّن ُ صدقَ ََ ة ً ت
َ طََ ِ ِّه ُرهُ ْم َوتزَ َُ ِ ِّك ْي ِه ْم ِب َها َو
َ ص ِِّل َ ُخذْ مِ ْن ا ْمََ ىَا ِل ِه ْم
َ سٌَ ِ ْي ٌل
ع ِليْم َ
Artinya: “ Berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya,doa mu itu
(menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha mengetahui” .
Menurut Hasbi Ash Shiddieqy pengertian shalat membagikan menjadi beberapa
macam, yaitu:
• Ta‟rif yang menggambarkan shuratush shalat atau rupa shalat yang
lahir
• Ta‟rif shalat yang di kehendaki syara‟ sebagai nama bagi ibadah
yang menjadi tiang agama islam
• Ta‟rif yang melukiskan haqiqatush shalat atau sirr (hakikat shalat)
• Ta‟rif yang menggambarkan ruhush shalat (jiwa shalat)
• Ta‟rif yang meliputi rupa
2
Taqiyuddil Al- Husni Abu Bakar Muhammd bin Husaini Al Husni Assafi‟i. Kifayatul Akhyar Fil Hilli
Ghaayatul Ikhtisor . (Jeddah: t.t), H 82.
2
Hakikat dan jiwa shalat yaitu berharap hati (jiwa) kepada Allah
SWT,menimbulkan rasa takut,menumbuhkan rasa kebesaran-Nya dan kekuasaan-Nya
dengan penuh khusyu‟ dan ikhlas di dalam seluruh ucapan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Rasulullah SAW dalam sabdanya menyampaikan bahwa sholat ituadalah mikraj orang-
orang mukmin, yaitu naiknya jiwa (mikraj) meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat
dalam fisik manusia menuju kehadirat Allah Yang Maha Tinggi. Mungkin bagi kita yang
awam agak sulit memahami kata mikraj yang merupakan peristiwa luar biasa yang pernah
dialami Rasul SAW “berdialog langsung dengan Allah”. Kita pun dapat mengalami
persitiwa spiritual yang begitu mengesankan ketika kita telah berada pada posisi tahiyat
(.iftirosy). Pada tahiyat ini kita diajak untuk beraudiensi dengan Allah SWT dan RasulNya
sebagai bentuk ikatan bathiniah yang agung antara seorang hamba dengan penciptaNya.
Jarak antara seorang hamba dengan Allah begitu dekat. Jarak seorang hamba dengan
RasulNya begitu dekat.
Sehingga dapat dikatakan “terjadinya transformasi jiwa” secara lahir dan bathin seorang
hamba menuju ke hadirah Ilahi Robbi.3
1. Islam
Lawannya adalah kafir. Amalan orang kafir tidak terima (oleh Allah), amal kebaikan
apapun yang dia lakukan. Berikut firman Allah :
3
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddiq (1997). Hukum-Hukum Fiqih Islam. Cet 1. Edisi II,
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
3
Sazali, dkk. Signifikasi Ibadah Shaolat Dalam Pembentukan Kesehatan Jasmani Dan Rohani.
Jurnal Ilmu dan Budaya. Vol: 40, NO. 52. H 7
3
Dan Allah Berfirman :
ع َم ٍل ف َجََ عل ََْ ٰىهُ هَب ٰا َ ًء َّمىْث ْىَُ ًزا َ َوقدََِ ْمى ٰا َ ا ِٰلى َما
َ عمِ ل ْىَُ ا مِ ْه
Artinya : “ Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal
itu (bagaikan) debu yang berterbangan.
2. Aql ( Berakal)
Lawannya Gila. Bagi orang gila,pena diangkat darinya sampai dia kembali sadar. Dalil
dalam Hadis yang artinya:
“ Pena diangkat dari tiga: orang tidur sampai ia bangun, orang gila sampai dia sadar dan
anak-anak sampai dia baligh (dewasa) .
Lawannya adalah anak-anak. Batasnya adalah umur 7 tahun kemudian dia diperintahkan
untuk shalat.
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka
basuhlah muka mu dan tanganmu sampai dengan siku,dan sapulah kepala mu dampai
dengan siku dan sapulah kepala mu dan basuh kakimu sampai dengan mata kaki”. ( QS
Al Ma‟idah [5] : 6).
Ini mewajibkan mengeluarkan najis dari tiga hal. Dari tubuh seseorang,dari pakaian
seseorang,dan dari tempat shalat. Allah berfirman dalam QS Al Mudatsir: [74] : 4 Yang
artinya : “ dan pakainmu bersihkanlah”.
Batasan aurat bagi laki-laki adalah dari pusar sampai lutut,sedangkan bagi wanita yang
sudah merdeka seluruh tubuhnya adalah aurat kecuali wajahnya.
8. Menghadap kiblat
4
2)Rukun-Rukun Shalat
Rukun shalat adalah bagian dari pada shalat dimana shalat itu tidak terwujud kecuali
dengannya. Dan apabila sebagian dari padanya hilang maka shalat itu tidaklah disebut
sebagai shalat (yang sebenarnya). Adapun rukun shalat adalah sebagai berikut:
1) Niat mengerjakan shalat
Niat menurut bahasa adalah ketetapan hati, untuk melakukan sesuatu dibarengi dengan
pekerjaanya, kecuali puasa. Ia tidak disyaratkan membarengkan niat dengan
pekerjaanya, karena hal itu menimbulkan kesulitan, mengingat keharusan mengawasi
fajar cukup memberatkan bagi orang berpuasa.
2) Berdiri bagi yang mampu untuk shalat fardhu
Berdiri tegak bagi yang kuasa ketika shalat fardhu. boleh sambil duduk atau berbaring
bagi yang sedang sakit.
3) Takbiratul Ihram
Takbiratul ihram, yakni mengucapkan Allahu Akbar dan
harus bersambung dengan niat, diucapkan dalam posisi berdiri.
4) Membaca surat Al-fatihah
Bacaan alfatihah disyaratkan harus dibaca berbahasa arab, dan tidak diperbolehkan
membaca dengan menggunakan bahasa selain arab (terjemahan Indonesia), meskipun
diluar shalat.
5) Rukuk dengan thumaninah
Menurut bahasa rukuk berarti membungkuk dan mirik secara mutlak. Sedangkan
menurut terminology syara‟, rukuk berarti membungkukkan punggung dan kepala
semuanya dalam shalat.
6) I‟tidal dengan thumaninah
Setelah rukuk, lalu bangkit dengan mengangkat kedua tangan sebatas telinga hingga
berdiri kembali, sambil membaca do‟a tasmi’.
7) Sujud dua kali dengan thumaninah
Sujud menurut etimologi bahasa berarti tunduk. Sujud terlaksana dengan
menempelkan dahi atau hidung ke tanah atau pada sesuatu yang menempel di tanah,
dengan syarat sesuatu itu harus tetap, seperti tikar dan sajadah.
8) Duduk di antara dua sujud dengan thumaninah Setelah susjud, kemudian bangkit
dari sujud mengambil posisi duduk sambil membaca “Allahu akbar”, Posisi kedua
telapak tangan berada di atas kedua paha dekat lutut
9) Duduk Akhir
5
Gaya duduk tahiyatul akhir adalah dengan mengambil posisi duduk tawaruk, yakni
gaya duduk dengan pangkal paha atas (pantat) yang kiri bertumpu langsung pada lantai
dan telapak kaki kiri dimasukkan di bawah kaki kanan.
10) Membaca tasyahud akhir
Duduk akhir yang dimaksud, yaitu duduk di akhir shalat meskipun tidak didahului oleh
duduk pertama seperti shalat yang dua rakaat, duduk akhir merupakan salah satu rardhu
shalat menurut kesepakatan ulama (ijma‟), karena tanpa adanya duduk akhir, tidak
dapat dibayangkan adanya tasyahud dan salam.
11) Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir
Waktu membacanya ialah ketika duduk akhir sesudah membaca tasyahud akhir .
12) Salam
Setelah selesai berdoa pada tasyahud akhir, kemudian melakukan “ salam” yaitu
menengok ke kanan sampai pipi terlihat dari belakang dengan membaca
“Assalamu’alaikum wa rahmatullah” tertib (berurutan mengerjakan rukun-rukun
tersebut)4
Dapat disimpulkan bahwa rukun-rukun shalat ada tiga belas yaitu niat, berdiri bagi
yang mampu, takbiratul ihram, membaca alfatihah, rukuk dengan thumaninah, i‟tidal
dengan thumaninah, sujud dengan thumaninah, duduk diantara dua sujud dengan
thumaninah, duduk akhir, membaca tasyahud akhir, Membaca shalawat nabi pada
tasyahud akhir, salam dan tertib. Dari tiga belas rukun shalat tersebut harus dikerjakan
secara berurutan dan apabila salah satu rukun shalat ada yang ditinggalkan dengan
sengaja maka tidak sah shalat orang tersebut dan apabila orang tersebut lupa atau ragu
ada salah satu rukun yang tertinggal maka bisa diganti dengan sujud sahwi yang
dilakukan di rakaat terakhir sebelum salam.
4
Al Mabadiul Fiqhiyah juz 3
6
C. Sholat Fardhu (Wajib)
Shalat Fardhu adalah shalat dengan status hukum fardhu, yakni wajib dilaksanakan. Shalat
fardhu sendiri menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni :
2. Fardhu Kifayah, yakni yang diwajibkan atas seluruh muslim namun akan
gugur dan menjadi sunnat bila telah dilaksanakan oleh sebagian muslim yang
lain. Yang termasuk dalam kategori ini adalah shalat jenazah.
Shalat lima waktu adalah shalat fardhu (salat wajib) yang dilaksanakan lima kali sehari.
Hukum salat ini adalah Fardhu 'Ain, yakni wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim atau
muslimah yang telah menginjak usia dewasa (pubertas), kecuali berhalangan karena sebab
tertentu.
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, "Shalat lima waktu
dan shalat Jum'at ke shalat Jum'at berikutnya menjadi pelebur dosa di antara shalat-shalat
itu selama tidak melakukan dosa besar. Puasa Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya
menjadi pelebur dosa antara keduanya apabila meninggalkan dosa besar." {Muslim
1/144}
Shalat lima waktu merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Allah menurunkan
perintah shalat ketika peristiwa Isra' Mi'raj. Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash RA,
bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Waktu Zhuhur adalah apabila matahari telah
condong sedikit ke Barat hingga bayangan seseorang menyamai panjangnya, selama
waktu Ashar belum tiba. Waktu Ashar adalah selama matahari belum menguning, waktu
Maghrib adalah selama mega merah belum menghilang, waktu Isya adalah hingga separuh
malam yang tengah, dan waktu Shubuh adalah sejak terbit fajar sampai sebelum matahari
terbit. Maka jika matahari telah terbit, janganlah kamu lakukan shalat, karena matahari
terbit di antara dua tanduk syetan.
1. Subuh, terdiri dari 2 raka'at. Waktu Shubuh diawali dari terbirnya fajar,
yakni cahaya putih yang melintang di ufuk timur. Waktu shubuh berakhir ketika
terbitnya Matahari.
2. Zuhur, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Zhuhur diawali jika Matahari telah
tergelincir (condong) ke arah barat hingga bayangan seseorang menyamai
panjangnya, dan berakhir ketika masuk waktu Ashar.
3. Asar, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Ashar adalah selama matahari belum
menguning. Waktu Ashar berakhir dengan terbenamnya Matahari.
7
4. Magrib, terdiri dari 3 raka'at. Waktu Maghrib adalah selama mega merah
belum menghilang yang diawali dengan terbenamnya Matahari, dan berakhir
dengan masuknya waktu Isya.
5. Isya, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Isya adalah hingga separuh malam yang
tengah yang diawali dengan hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit barat,
dan berakhir hingga terbitnya fajar keesokan harinya5
Khusus pada hari Jumat, Muslim laki-laki wajib melaksanakan Shalat Jumat di masjid
secara berjamaah (bersama-sama) sebagai pengganti Salat Zhuhur. Shalat Jumat tidak
wajib dilakukan oleh perempuan, atau bagi mereka yang sedang dalam perjalanan
(musafir).
Waktu shalat
Waktu shalat sangat berkaitan dengan peristiwa peredaran semu Matahari relatif terhadap
bumi. Pada dasarnya, untuk menentukan waktu shalat, diperlukan letak geografis, waktu
(tanggal), dan ketinggian. Urutan waktu shalat (dari pagi sampai malam) yaitu, Subuh,
Zuhur, Asar, Maghrib dan Isya.
b. Asar Menurut mazhab Syafi'i, Maliki, dan Hambali, waktu Asar diawali
jika panjang bayang-bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri.
Sementara madzab Imam Hanafi mendefinisikan waktu Asar jika panjang
bayang-bayang benda dua kali melebihi panjang benda itu sendiri.
d. Isya dan Subuh Waktu Isya didefinisikan dengan ketika hilangnya cahaya
merah (syafaq) di langit, hingga terbitnya fajar shaddiq. Sedangkan waktu
Subuh diawali ketika terbitnya fajar shaddiq, hingga sesaat sebelum terbitnya
Matahari (syuruq).
5 Komala, Shalat Wajib dan Shalat Sunnah. Jurusan Ilmu Hadist Fakultas Ushuluddin dan
Adab
8
D. Sholat Sunnah
Shalat sunah disebut juga salat an-nawâfil atau at-tatawwu‟. Yang dimaksud dengan an-
nawâfil ialah semua perbuatan yang tidak termasuk dalam fardhu. Disebut an-nawâfil
karena amalan-amalan tersebut menjadi tambahan atas amalan-amalan shalat fardhu.
1. Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat
(hampir mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witir dan
salat sunah thawaf.
2. Ghairu Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang
kuat, seperti salat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil
(tergantung waktu dan keadaan, seperti shalat khusuf yang hanya dikerjakan
ketika terjadi gerhana).
a) Shalat Wudhu
c) Shalat Taubat
d) Shalat Dhuha
e) Shalat Tahajjud
f) Shalat Rawatib
g) Shalat Istikhoroh
h) Shalat Muthlaq
i) Shalat Safar
9
Sedangkan yang dapat dilakukan secara berjamaah antara lain:
a) Salat Tarowih
c) Shalat Gerhana
d) Shalat Istisqo‟
e) Shalat Witir
Shalat sunat wudhu‟ atau yang disebut juga dengan shalat syukrul wudhu adalah shalat
yang dikerjakan setelah berwudhu‟.Tata cara pelaksanaannya adalah:
3) Shalat ini dikerjakan 2 rakaat sebagaimana shalat yang lain dengan ikhlas
sampai salam.
Shalat Tahiyyatul Masjid adalah Shalat yang dilakukan sebagai penghormatan terhadap
masjid, dilakukan oleh orang yang masuk ke dalam mesjid sebelum ia duduk.dikerjakan
dua raka‟at. Cara pengerjaannya sama dengan sholat sunat yang lainnya. c. Shalat Taubat
Shalat Taubat adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim jika ingin bertaubat
terhadap kesalahan yang pernah ia lakukan. Shalat taubat dilaksanakan dua raka'at dengan
waktu yang bebas kecuali pada waktu yang diharamkan untuk melakukan shalat. d. Shalat
Dhuha
Shalat Dhuha adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim ketika matahari sedang
naik. Kira-kira, ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira
pukul tujuh pagi) hingga waktu dzuhur. Jumlah raka'at shalat dhuha bisa dengan 2,4,8 atau
12 raka'at. Dan dilakukan dalam satuan 2 raka'at sekali salam e. Shalat Tahajud
10
Shalat Tahajud adalah shalat sunat yang dikerjakan pada waktu malam, dimulai selepas
isya sampai menjelang subuh. Jumlah rakaat pada shalat ini tidak terbatas, mulai dari 2
rakaat, 4, dan seterusnya. f.Shalat Rawatib
Shalat Rawatib adalah shalat sunah yang dikerjakan menyertai shalat fardu. Shalat sunah
ini terbagi dalam shalat mu‟akkad dan ghairu mu‟akkad. Adapun yang termasuk dalam
shalat-Shalat Sunah Rawatib adalah sebagai berikut:
Mu‟akkad
Ghairu Mu‟akkad
g.Shalat Istikhoroh
Shalat istikhoroh adalah shalat sunnah yang dikerjakan untuk memohon kepada Allah agar
memberikan pilihan yang lebih baik dari dua perkara (pilihan) atau lebih untuk menghapus
keraguan hati dalam memilih, agar tidak menyesal dilain hari nanti.
h.Shalat Muthlaq
Shalat Muthlak adalah shalat yang dikerjakan sewaktu-waktu, kecuali pada yang dilarang
untuk mengerjakan shalat sunnat, misalnya sesudah shalat subuh dan shalat ashar. i.Shalat
Safar
11
dalam perjalanan, baik pribadi, tugas maupun keluarga yang ditinggalkan Sedangkan yang
dapat dilakukan secara berjamaah antara lain:
a.Shalat Tarowih
Shalat tarowih adalah shalat sunnat yang dikerjakan pada malam bulan ramadhan.Waktu
shalat tarowih ialah sesudah shalat isya‟ sampai terbit fajar (masuk waktu subuh).
Sholat hari raya adalah shalat sunnat yang dikerjakan pada kedua hari raya, yaitu: hari
raya Fitri (tgl. 1 Syawal) dan hari raya Adlha (kurban tgl. 10 Dzul Hijjah).
Shalat dua gerhana adalah shalat yang dikerjakan karena ada gerhana bulan dan matahari.
Cara mengerjakannya : Cara mengerjakan shalat dua gerhana itu boleh dikerjakan secara
sendirian, tetapi utamanya dikerjakan secara berjama‟ah.
d. Shalat Istisqo‟
Shalat istisqo‟adalah shalat sunnat yang dikerjakan, karena ada keperluan untuk mohon
hujan. e. Shalat Witir
Shalat witir adalah shalat yang dikerjakan dengan bilangan ganjil. Misalnya : satu raka‟at
tiga, lima dan seterusnya.Waktunya setelah shalat shalat isya‟ sampai terbit fajar (tiba
waktu subuh)6.
6 Komala, Shalat Wajib dan Shalat Sunnah. Jurusan Ilmu Hadist Fakultas Ushuluddin dan
Adab
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah dua kalimat syahadat. Shalat terbagi 2 yaitu
Shalat Fardhu dan Shalat Sunnat. Shalat Fardhu hukumnya wajib dan mencegah seseorang dari
perbuatan keji dan mungkar. Shalat yang bagaimanakah yang dapat mencegah seseoarang dari
perbuatan keji dan mungkar? Yaitu shalat yang dilakukan dengan hati yang ikhlas serta
khusyu‟ dalam pelaksanaannya. Dengan shalat dapat membentuk pribadi yang mempunyai
sifat tawadhu‟, pandai bersyukur, slalu tawakal, sabar, tabah dalam mengarungi kehidupan.
Membina muslim agar senantiasa hidup bersih dan suci jiwa dan raga. Shalat merupakan
sarana untuk menyampaikan pernyataan diri manusia kepada Tuhan-Nya secara tulus ikhlas
bahwa semua yang ada pada dirinya, shalat dan ibadahnya, hidup dan matinya hanya milik
Allah. Shalat fardu hukumyan wajib artinya jika dikerjakan berpahala, jika ditinggalkan
berdosa. Shalat fardu terbagi atas 5 waktu, yaitu :
1. Subuh
2. Dzuhur
3. Ashar
4. Maghrib
5. Isya
B. Saran
Pemakalah menyarankan kepada pembaca agar setelah membaca makalah kami agar dapat
memahami dan menjadi wawasan untuk kita dan bisa membedakan shalat wajib dengan
shalat
13
DAFTAR PUSTAKA
Komala, Shalat Wajib dan Shalat Sunnah. Jurusan Ilmu Hadist Fakultas Ushuluddin dan
Adab
Sazali, dkk. Signifikasi Ibadah Shaolat Dalam Pembentukan Kesehatan Jasmani Dan
Rohani. Jurnal Ilmu dan Budaya. Vol: 40, NO. 52.
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, 2009. Syarat-syarat, rukun dan kewajiban dalam
shalat. Maktabah Raudhah Al Muhibbin.
Taqiyuddil Al- Husni Abu Bakar Muhammd bin Husaini Al Husni Assafi‟i. Kifayatul
Akhyar Fil Hilli Ghaayatul Ikhtisor . (Jeddah: t.t),
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddiq (1997). Hukum-Hukum Fiqih Islam. Cet 1.
Zaitun, dkk. (2013). Implementasi Sholat Fardhu Sebagai Sarana Pembentukan Karakter
Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji TanjungPinang. Jural
14