Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AGAMA ISLAM II

MEMBANGUN PERSATUAN UMMAT VIA SHOLAT

Disusun Oleh :
Kelompok 5

1. Siti Nurannisa Apriliany 081911433044


2. Cindy Damayanti 081811533008
3. Raudatul Muta’allimah 081911333004
4. Yulia Amanda 081911833010
5. Annisa Achda Aulia E.F 081911533023
6. Tannisa Puspita Kusuma 081911233061
7. Adhelya Syalsabillah Nili Wijaya 081911333060
8. Zalza Arrafida Ramdani 081911333072
9. Afradhea Zukhruf Hermawan 081911833077

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 4
BAB II................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 6
2.1 Hikmah Sholat dalam Melatih Kedisiplinan................................................................ 6
2.2 Dasar Keberagaman Riwayat Tatacara dan Bacaan Shalat dan Hikmahnya dalam
Persatuan Ummat .................................................................................................... 7
2.3 Kesempurnaan sholat berjamaah ............................................................................. 14
2.4 Persatuan umat dapat dibangun dengan shalat berjamaah yang sempurna ............... 15
2.5 Membangun Shalat yang Khusyu’ ............................................................................ 19
2.6 Penjelasan tambahan dalam Surat Al Hujurat 49(10) dan Redaksi Hadits lainnya ..... 21
BAB III ............................................................................................................................... 23
PENUTUP ........................................................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 23
3.2 Saran ...................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 24

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sholat merupakan manifestasi ketaatan seorang hamba kepada Sang Pencipta, yaitu
Allah Swt. Sebagai salah satu Rukun Islam, Shalat wajib di kerjakan oleh tiap orang islam yang
sudah baligh. Shalat memiliki banyak manfaat diantaranya mendidik kita untuk selalu
menyucikan diri dari sifat- sifat buruk dan disiplin terhadap waktu. Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam menganjurkan umatnya khususnya laki-laki untuk senantiasa melaksanakan
shalat berjamaah di Masjid, hal itu sudah dicontohkan sendiri oleh Baginda Rasulullah.
Mengutamakan sholat berjamaah mendidik kita untuk taat kepada pemimpin, yakni mengikuti
gerakannya dan tidak mendahuluinya serta mendidik kesatuan dan persatuan umat. Dalam
melaksanakan ibadah sholat kita menghadap ke satu tempat yang sama, yaitu Baitullah. Hal ini
menunjukkan pentingnya mewujudkan persatuan dan kesatuan umat. Perasaan persatuan ini
akan menimbulkan saling pengertian dan saling melengkapi antar sesama.

Kesatuan ummat merupakan suatu tuntutan yang amat penting, ini didasarkan pada
nasab dari al-Quran dan as-Sunnah. Dengan kata lain Islam sangat melarang apa yang disebut
perpecahan. Karena itu persoalan mengenai jamaah dan furqah (perpecahan) banyak sekali
dikatakan dalam kitab-kitab Hadist seperti Sahih Bukhari dan Muslim. Ini memandangkan
persoalan perpaduan dan perpecahan memberi kesan yang sangat besar dalam kehidupan
ummat. Berikut salah satu Hadist tersebut.

َ ‫ارقَ ْال َج َما‬


‫ع َة ِشب ًْرا فَ َماتَ إِ ََّّل َماتَ مِيتَةً َجا ِه ِليَّة‬ َ َ‫ع َل ْي ِه فَإِنَّهُ َم ْن ف‬ ْ َ‫ش ْيئًا يَ ْك َرهُه ُ فَ ْلي‬
َ ‫صبِ ْر‬ ِ ‫ً َم ْن َرأَى م ِْن أَم‬
َ ‫ِير ِه‬

“Siapa yang melihat sesuatu yang tidak disukai daripada pemerintahnya, maka hendaklah ia
bersabar, kerana barang siapa yang mengambil langkah berpisah daripada jama’ah sekalipun
sekadar sejengkal, kemudian dia mati, maka kematiannya itu seperti keadaan mati
jahiliah”.(Riwayat Bukhari)

3
Dalam al-Quran juga dengan jelas ditegaskan agar ummat islam tidak tercerai-berai
tepatnya dalam Surat Al Imran ayat 103

ْ َ ‫ف بَيْنَ قُلـُوبِكُ ْم فَأ‬


ً ‫صبَحْ ت ُ ْم بِنِ ْع َمتِ ِه إِ ْخ َوانا‬ َ َّ‫علَ ْيكُ ْم إٍذْكُ ْنت ُ ْم أَعْـدَا ًء فَأَل‬
َ ‫قوا َواذْ كـ ُ ُرو نِعْ َمتَ هللا‬ َّ ‫ْتص ُمواْ بِ َح ْب ِل هللا َجمِ ْيعًا َوَّلَ تَف‬
ُ ‫َـر‬ ِ ‫واَع‬
‫لى شَفا َ ُخـ ْف َرةٍ مِنَ النَّاِر فَأ َ ْنقـَدَكُ ْم ِم ْن َها َكذَالِكَ يُبَبِ ُن هللاُ لَكُ ْم اَيَاتِ ِه لَعَلـَّكُ ْم ت َ ْهـتَد ُون‬ َ ‫ً َوكُ ْنت ُ ْم‬
َ ‫ع‬

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”[Q. S. Ali Imran : 103]

Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk menyatukan ummat, diantaranya melalui
penentuan awal bulan (Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijah), shalat berjama’ah dan haji. Dari
ketiga contoh tersebut yang paling mudah untuk dilaksanakan adalah melalui shalat
berjama’ah. Namun seperti yang kita ketahui, saat ini kesadaran ummat untuk bersatu lewat
shalat berjama’ah masih sangat kurang. Di sekitar kita saja, masih banyak Masjid-masjid yang
sepi jama’ah saat tiba waktunya shalat berjama’ah. Dengan adanya makalah ini diharapkan
kesadaran ummat untuk shalat berjama’ah dapat meningkat, sehingga persatuan dan perpaduan
ummat dapat terus terjalin serta tidak ada perpecahan lagi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hikmah shalat dalam melatih kedisiplinan?

2. Apa saja dasar keberagaman riwayat tentang tata cara, bacaan sholat dan hikmah dalam
persatuan umat?
3. Apa saja kesempurnaan sholat berjamaah?
4. Bagaimana persatuan umat dapat dibangun dengan sholat berjamaah yang sempurna?
5. Bagaimana cara membangun shalat yang khusyu’

1.3 Tujuan
1. Mengetahui hikmah sholat dalam melatih kedisiplinan.

2. Mengetahui dasar keberagaman riwayat tata cara dan bacaan sholat dan hikmah dalam
persatuan umat.

4
3. Mengetahui kesempurnaan pada sholat berjamaah.
4. Memahami persatuan umat yang dapat dibangun dengan sholat berjamaah yang
sempurna.
5. Mengetahui dan mampu melaksanakan shalat yang khusyu’

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hikmah Sholat dalam Melatih Kedisiplinan


Secara bahasa shalat bermakna doa, sedangkan secara istilah shalat merupakan suatu
ibadah wajib untuk umat muslim yang terdiri dari ucapan dan perbuatan yang diawali dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam dengan rukun dan persyaratan tertentu. Menurut
Ash Shiddieqy, shalat yang khusyu adalah berharap kepada Allah SWT dengan segenap hati
dan jiwa, dengan segala keikhlasan di hadapan Allah SWT dan dengan ikhlas disertai dengan
hati yang selalu berdzikir, berdoa & memuji-Nya.
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya
merupakan tanggung jawabnya. Disiplin juga dapat diartikan sebagai sikap yang taat terhadap
aturan. Hikmah sholat dalam melatih sikap disiplin telah banyak dikemukakan oleh para
pemikir dan ulama islam. Umat muslim dalam sehari memiliki lima waktu sholat. Waktunya
pun sudah terjadwal dengan rapi. Orang yang disiplin akan mencerminkan ketenangan dan
ketentraman. Sebaliknya, orang yang tidak disiplin akan rugi dalam kehidupannya dan juga
merugikan kehidupan orang lain.

Adapun beberapa hikmah melaksanakan shalat dalam melatih kedisiplinan yaitu,


Pertama shalat dapat melatih seseorang untuk disiplin terhadap waktu. Penentuan waktu untuk
melaksanakan shalat sangatlah jelas dan dianjurkan untuk melaksanakan shalat tepat pada
waktunya. Melakukan shalat tepat waktu inilah yang dapat melatih seorang muslim untuk
disiplin terhadap waktu.

Kedua, shalat dapat melatih seseorang agar disiplin dan taat kepada pemimpin.
Diketahui bahwa seorang makmum tidak boleh mendahului gerakan imam ketika shalat.
Seseorang yang mendahului imam dalam melakukan shalat, seperti bertakbir sebelum imam
bertakbir, atau ruku’ sebelum imam ruku’ menurut kesepakatan para ulama, hukumnya adalah
haram. Dalam hal ini sholat mengajarkan seorang muslim untuk patuh atau taat pada imam
atau pemimpin.

Ketiga, shalat dapat melatih seseorang agar disiplin dalam menjalankan aturan.
Dimanapun kita tinggal tentunya ada aturan yang harus dipatuhi, baik itu aturan di rumah,
aturan di lingkungan tempat tinggal (masyarakat), aturan di lingkungan sekolah dan aturan
negara. Dengan adanya aturan yang ditetapkan akan menjadikan seseorang akan hidup

6
dengan baik dan tertata. Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk hidup disiplin
dalam menjalankan aturan selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam
menjalankan shalat, kita diajarkan untuk mentaati aturan yang telah ditetapkan. Ketaatan
kepada aturan Allah Swt juga dapat ditunjukkan saat sebelum melaksanakan shalat. Menjaga
aturan shaf bukan saja tanggung jawab Imam, melainkan makmum pun memiliki tanggung
jawab besar dalam meluruskan dan merapatkan shaf. Di sinilah kedisplinan atau ketaatan
seseorang diuji dalam persiapan salat berjama’ah. Kemudian banyak aturan shalat lain yang
harus dipenuhi, diantaranya rakaat dalam setiap shalat, waktu setiap shalat yang berbeda,
aturan lafaz shalat dan lain-lain.

Keempat, Disiplin dalam kebersihan. Shalat mendidik seorang muslim untuk hidup
disiplin dalam menjaga kebersihan. Hal ini dikarenakan, seorang muslim ketika hendak shalat
diharuskan untuk suci dari hadas dan najis. Berwudhu merupakan salah satu amal yang harus
dilakukan sebelum seseorang melaksanakan shalat. Artinya, orang yang akan salat,
diwajibkan berwudhu terlebih dahulu, tanpa mengambil wudhu maka shalatnya tidak sah.
Tingkat kesempurnaan berwudhu juga akan mempengaruhi tingkat kesempurnaan ibadah
shalat pula. Maka agar kesempurnaan shalat dapat kita capai, maka kita harus melaksanakan
wudhu dengan sebaik mungkin. Begitu juga berlaku bagi pakaian yang akan dikenakan untuk
sholat, maupun tempat dilaksanakannya sholat, semuanya harus dalam keadaan bersih dan
suci.

2.2 Dasar Keberagaman Riwayat Tatacara dan Bacaan Shalat dan Hikmahnya dalam
Persatuan Ummat
Semua muslim sepakat bahwa orang yang menentang kewajiban shalat wajib
meragukannya, ia bukan termasuk orang Islam sekalipun ia mengucapkan syahadat. Karena
shalat termasuk salah satu rukun Islam. Para ulama mazhab berbeda pendapat tentang hukum
orang yang meninggalkan shalat karena malas dan meremehkannya. Menurut mazhab Syafi’i,
Maliki dan Hambali orang tersebut harus dibunuh. sedangkan menurut mazhab Hanafi, harus
ditahan selama-lamanya atau sampai ia shalat.

2.2.1 Rukun dan fardhu-fardhu shalat berdasarkan pendapat dari beberapa mazhab
2.2.1.1 Niat
Semua ulama mazhab sepakat bahwa mengungkapkan niat dengan kata- kata tidaklah
diminta (Mughniyah; 2001). Ibnu Qayyim berpendapat dalam bukunya Zadul Ma’ad,
sebagaimana yang dijelaskan dalam jilid pertama dari buku Al-Mughni, karya Ibnu Qudamah,

7
sebagai berikut : Nabi Muhammad SAW bila menegakkan shalat, beliau langsung
mengucapkan “Allahu akbar” dan beliau tidak mengucapkan apa-apa sebelumnya, dan tidak
melafalkan niat sama sekali (Mughniyah; 2001).

2.2.1.2 Takbiratul Ihram


Shalat tidak akan sempurna tanpa takbiratul ihram. Nama takbiratul ihram ini
berdasarkan sabda Rasulullah SAW (Mughniyah; 2001), “Kunci shalat adalah bersuci, dan
yang mengharamkannya (dari perbuatan sesuatu selain perbuatan-perbuatan shalat) adalah
takbir, dan penghalalnya adalah salam.”

Menurut Mazhab Maliki dan Hambali, kalimat takbiratul ihram adalah “Allahu Akbar”
(Allah Maha Besar) tidak boleh menggunakan kata-kata lainnya. Dalam mazhab Syafi’i boleh
mengganti “Allahu Akbar” dengan ”Allahu Al-Akbar”, ditambah dengan alif dan lam pada
kata “Akbar”. Sedangkan berdasarkan mahzab Hanafi boleh dengan kata-kata lain yang sesuai
atau sama artinya dengan kata- kata tersebut, seperti “Allah Al-A’dzam” dan “Allahu Al-Ajall”
(Allah Yang Maha Agung dan Allah Yang Maha Mulia).

Dalam mahzab Syafi’i, Maliki dan Hambali sepakat bahwa mengucapkannya dalam
bahasa Arab adalah wajib, walaupun orang yang shalat itu adalah orang ajam (bukan orang
Arab) (Mughniyah; 2001). Sedangkan menurut Hanafi, sah mengucapkannya dengan bahasa
apa saja, walau yang bersangkutan bisa bahasa Arab (Mughniyah; 2001).

Mengenai syarat takbiratul ihram semua ulama sepakat bahwa semua yang disyaratkan
dalam shalat. Kalau bisa melakukannya dengan berdiri dan dalam mengucapkan kata “Allahu
Akbar” itu harus didengar sendiri, baik terdengar secara keras oleh dirinya, atau dengan
perkiraan jika ia tuli (Mughniyah; 2001).

2.2.1.3 Berdiri
Semua ulama mazhab sepakat bahwa berdiri dalam shalat fardhu itu wajib sejak mulai
dari takbiratul ihram sampai ruku’, harus tegap, bila tidak mampu ia boleh shalat dengan
duduk. Bila tidak mampu duduk, ia boleh shalat dengan miring pada bagian kanan, seperti
letak orang yang meninggal di liang lahat, menghadapi kiblat di hadapan badannya, menurut
kesepakatan semua ulama mazhab selain Hanafi. Hanafi berpendapat siapa yang tidak bisa
duduk, ia boleh shalat terlentang dan menghadap kiblat dengan dua kakinya sehingga
isyaratnya dalam ruku’ dan sujud tetap menghadap kiblat. Bila tidak mampu miring ke kanan,
maka menurut Syafi’i dan Hambali ia boleh shalat terlentang dan kepalanya menghadap ke

8
kiblat. Bila tidak mampu juga, ia harus mengisyaratkan dengan kepalanya atau dengan
kelopak matanya.

Berdasarkan mazhab Hanafi bila sampai pada tingkat ini tetapi tidak mampu, maka
gugurlah perintah shalat baginya, hanya ia harus melaksanakannya (meng-qadha’-nya) bila
telah sembuh dan hilang sesuatu yang menghalanginya. Menurut Maliki bila sampai seperti
ini, maka gugur perintah shalat terhadapnya dan tidak diwajibkan meng-qadha’-nya.
Sedangkan menurut Imam Syafi’i dan Hambali shalat itu tidaklah gugur dalam keadaan apa
pun. Maka bila tidak mampu mengisyaratkan dengan kelopak matanya (kedipan mata), maka
ia harus shalat dengan hatinya dan menggerakkan lisannya dengan dzikir dan membacanya.
Bila juga tidak mampu untuk menggerakkan lisannya, maka ia harus menggambarkan tentang
melakukan shalat di dalam hatinya selama akalnya masih berfungsi (Mughniyah; 2001).

2.2.1.4 Bacaan
Ulama mazhab berbeda pendapat mengenai bacaan dalam shalat. Berdasarkan mazhab
Hanafi membaca Al-Fatihah dalam shalat fardhu tidak diharuskan, dan membaca bacaan apa
saja dari Al-Quran itu boleh, berdasarkan Al-Quran surat Muzammil ayat 20 : (Mughniyah;
2001) ”Bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Quran,” (Bidayatul Mujtahid, Jilid I, halaman
122, dan Mizanul Sya’rani, dalam bab shifatus shalah). Boleh meninggalkan basmalah, karena
ia tidak termasuk bagian dari surat. Dan tidak disunnahkan membacanya dengan keras atau
pelan. Orang yang shalat sendiri ia boleh memilih apakah mau didengar sendiri (membaca
dengan perlahan) atau mau didengar oleh orang lain (membaca dengan keras), dan bila suka
membaca dengan sembunyi-sembunyi, bacalah dengannya. Dalam shalat itu tidak ada qunut
kecuali pada shalat witir. Sedangkan menyilangkan dua tangan adalah sunnah bukan wajib.
Bagi lelaki adalah lebih utama bila meletakkan telapak tangannya yang kanan di atas belakang
telapak tangan yang kiri di bawah pusarnya, sedangkan bagi wanita yang lebih utama adalah
meletakkan dua tangannya di atas dadanya (Mughniyah; 2001).

Menurut Imam Syafi’i membaca Al-Fatihah adalah wajib pada setiap rakaat tidak ada
bedanya, baik pada dua rakaat pertama maupun pada dua rakaat terakhir, baik pada shalat
fardhu maupun shalat sunnah.Basmalah itu merupakan bagian dari surat, yang tidak boleh
ditinggalkan dalam keadaan apa pun. Dan harus dibaca dengan suara keras pada shalat subuh,
dan dua rakaat pertama pada shalat maghrib dan isya’, selain rakaat tersebut harus dibaca
dengan pelan. Pada shalat subuh disunnahkan membaca qunut setelah mengangkat kepalanya
dari ruku’ pada rakaat kedua sebagaimana juga disunnahkan membaca surat Al-Quran setelah

9
membaca Al- Fatihah pada dua rakaat yang pertama saja. Sedangkan menyilangkan dua tangan
bukanlah wajib, hanya disunnahkan bagi lelaki dan wanita. Dan yang paling utama adalah
meletakkan telapak tangannya yang kanan di belakang telapak tangannya yang kiri di bawah
dadanya tapi di atas pusar dan agak miring ke kiri (Mughniyah; 2001).

Imam Maliki berpendapat bahwa membaca Al-Fatihah itu harus pada setipa rakaat, tak
ada bedanya, baik pada rakaat-rakaat pertama maupun pada rakaat-rakaat terakhir, baik pada
shalat fardhu maupun shalat sunnah, sebagaimana pendapat Syafi’i, dan disunnahkan membaca
surat Al-Quran setelah Al-Fatihah pada dua rakaat yang pertama. Basmalah bukan termasuk
bagian dari surat, bahkan disunnahkan untuk ditinggalkan. Disunnahkan menyaringkan bacaan
pad shalat subuh dan dua rakaat pertama pada shalat maghrib dan isya’, serta qunut pada shalat
subuh saja. Sedangkan menyilangkan kedua tangan adalah boleh, tetapi disunnahkan untuk
mengulurkan dua tangan pada shalat fardhu (Mughniyah; 2001).

Berdasarkan pendapat Hambali, wajib membaca Al-Fatihah pada setiap rakaat, dan
sesudahnya disunnahkan membaca surat Al-Quran pada dua rakaat yang pertama. Dan pada
shalat subuh, serta dua rakaat pertama pada shalat maghrib dan isya’ disunnahkan membacanya
dengan nyaring. Basmalah merupakan bagian dari surat, tetapi cara membacanya harus pelan-
pelan dan tidak boleh dengan keras. Qunut hanya pada shalat witir bukan pada shalat-shalat
lainnya. Sedangkan menyilangkan dua tangan disunahkan bagi lelaki dan wanita, hanya yang
paling utama adalah meletakkan telapak tangannya yang kanan pada belakang telapak
tangannya yang kiri, dan meletakkan di bawah pusar (Mughniyah; 2001).

Empat mazhab menyatakan bahwa membaca amin adalah sunnah, berdasarkan hadits
Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda : (Mughniyah; 2001) ”kalau ingin
mengucapkan Ghairil maghdzubi ’alaihim waladzdzaallin, maka kalian harus mengucapkan
amin.”

2.2.1.5 Ruku’
Semua ulama mazhab sepakat bahwa ruku’ adalah wajib di dalam shalat. Namun
mereka berbeda pendapat tentang wajib atau tidaknya ber- thuma’ninah di dalam ruku’, yakni
ketika ruku’ semua anggota badan harus diam, tidak bergerak (Mughniyah; 2001). Menurut
pendapaf mazhab Hanafi yang diwajibkan hanya semata-mata membungkukkan badan dengan
lurus, dan tidak wajib thuma’ninah. Sedangkan mazhab-mazhab yang lain berpendapat bahwa
wajib membungkuk sampai dua telapak tangan orang yang shalat itu berada pada dua lututnya

10
dan juga diwajibkan ber-thuma’ninah dan diam (tidak bergerak) ketika ruku’ (Mughniyah;
2001).

Berdasarkan pendapat dari Imam Syafi’i, Hanafi, dan Maliki tidak wajib berdzikir
ketika shalat, hanya disunnahkan saja mengucapkan Subhaana rabbiyal ’adziim ”Maha Suci
Tuhanku Yang Maha Agung”. Menurut Hambali membaca tasbih ketika ruku’ adalah wajib
(Mughniyah; 2001). Kalimatnya Subhaana rabbiyal ’adziim ”Maha Suci Tuhanku Yang Maha
Agung”.

Berdasarkan pendapat dari mazhab Hanafi tidak wajib mengangkat kepala dari ruku’
yakni i’tidal (dalam keadaan berdiri) (Mughniyah; 2001). Dibolehkan untuk langsung sujud,
namun hal itu makruh. sedangkan mazhab-mazhab yang lain mewajibkan mengangkat
kepalanya dan ber-i’tidal, serta disunnahkan membaca tasmi’, yaitu mengucapkan
Sami’allahuliman hamidah ”Allah mendengar orang yang memuji-Nya”.

2.2.1.6 Sujud
Semua ulama mazhab sepakat bahwa sujud itu wajib dilakukan dua kali pada setiap
rakaat. Mereka berbeda pendapat tentang batasnya (Mughniyah; 2001). Menurut pendapat
Maliki, Syafi’i, dan Hanafi yang wajib (menempel) hanya dahi, sedangkan yang lain-lainnya
adalah sunnah (Mughniyah; 2001). Sedangkan pada mazhab Hambali berpendapat yang
diwajibkan itu semua anggota yang tujuh (dahi, dua telapak tangan, dua lutut, dan ibu jari dua
kaki) secara sempurna. Bahkan Hambali menambahi hidung, sehingga menjadi delapan
(Mughniyah; 2001). Perbedaan juga terjadi pada tasbih dan thuma’ninah di dalam sujud,
sebagaimana dalam ruku’. Maka mazhab yang mewajibkannya di dalam ruku’ juga
mewajibkannya di dalam sujud. Pada mazhab Hanafi tidak diwajibkan duduk di antara dua
sujud itu. Mazhab-mazhab yang lain : wajib duduk di antara dua sujud (Mughniyah; 2001).

2.2.1.7 Tahiyyat
Tahiyyat di dalam shalat dibagi menjadi dua bagian pertama yaitu tahiyyat yang terjadi
setelah dua rakaat pertama dari shalat maghrib, isya’, dzuhur, dan ashar dan tidak diakhiri
dengan salam. Yang kedua adalah tahiyyat yang diakhiri dengan salam, baik pada shalat yang
dua rakaat, tiga, atau empat rakaat (Mughniyah; 2001). Menurut pendapat dari Imam Hambali
tahiyyat pertama itu wajib. Seddangkan mazhab-mazhab lain hanya sunnah. Pada mazhab
Syafi’i dan Hambali tahiyyat terakhir adalah wajib. Sedangkan pada mazhab Maliki dan Hanafi
hanya sunnah, bukan wajib.

11
Kalimat (lafadz) tahiyyat menurut Hanafi, “Attahiyatu lillahi washolawaatu
waththoyyibaatu wassalaamu ’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh
Assalaamu’alainaa wa ’alaa ’ibaadillahishshoolihiin Asyhadu anlaa ilaaha illallah
Waasyhadu anna muhammadan ’abduhu warosuuluh” yang artinya “Kehormatan itu
kepunyaan Allah, shalawat dan kebaikan serta salam sejahtera. Kepadamu, wahai Nabi, dan
rahmat Allah serta barakah-Nya. Semoga kesejahteraan tercurah kepada kami dan kepada
hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dan aku
bersaksi bahwa muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya.”

Menurut Maliki (Mughniyah; 2001) Attahiyyatu lillaahi azzaakiyaatu lillaahi


aththoyyibaatu ashsholawaatu lillah Assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi
wabarakaatuh Assalaamu’alainaa wa’alaa ’ibaadillahishshoolihiin. Asyhadu anlaa ilaaha
illallah wahdahu laa syariikalah Waasyhadu anna muhammadan ’abduhu warosuuluh. Yang
artinya ”Kehormatan itu kepunyaan Allah, kesucian bagi Allah, kebaikan dan shalawat juga
bagi Allah. Salam sejahtera kepadamu, wahai Nabi, dan rahmat Allah serta barakah-Nya.
Semoga kesejahteraan tercurah kepada kami dan kepada hamba- hamba Allah yang saleh. Aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Esa tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku
bersaksi bahwa muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya”

Menurut Imam Syafi’i, Attahiyyatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaatu lillaah


Assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh Assalaamu’alainaa wa
’alaa ’ibaadillahishshoolihiin Asyhadu anlaa ilaaha illallah Waasyhadu anna muhammadan
’abduhu warosuuluh. ”Kehormatan, barakah-barakah, shalawat, dan kebaikan adalah
kepunyaan Allah. Salam sejahtera kepadamu, wahai Nabi, dan rahmat Allah serta barakah-
Nya. Semoga kesejahteraan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa muhammad adalah
hamba-Nya dan rasul-Nya”.

Menurut Hambali, Attahiyyatu lillahi washsholawaatu waththoyyibaatu


Assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh Assalaamu’alainaa wa
’alaa ’ibaadillahishshoolihiin Asyhadu anlaa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalah
Waasyhadu anna muhammadan ’abduhu warosuuluh Allahumma sholli ’alaa Muhammad.
”Kehormatan itu kepunyaan Allah, juga shalawat dan kebaikan. Salam sejahtera kepadamu,
wahai Nabi, dan rahmat Allah serta barakah-Nya. Semoga kesejahteraan tercurah kepada kami
dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah

12
Yang Esa tidak ada sekutu bagi- Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya
dan rasul-Nya. Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Muhammad”.

2.2.1.8 Mengucapkan salam


Menurut pendapat dari mazhab Syafi’i, Maliki, dan Hambali mengucapkan salam
adalah wajib. Sedangkan mazhab Hanafi tidak wajib (Bidayatul Mujtahid, Jilid I, halaman
126). Menurut empat mazhab, kalimatnya sama yaitu Assalaamu’alaikum warahmatullaah
”Semoga kesejahteraan dan rahmat Allah tercurah kepada kalian”. Berdasarkan mazhab
Hambali wajib mengucapkan salam dua kali, sedangakan yang lain hanya mencukupkan satu
kali saja yang wajib (Mughniyah; 2001).

2.2.1.9 Tertib
Ketika melaksanakan shalat diwajibkan tertib antara bagian-bagian shalat. Maka
takbiratul Ihram wajib didahulukan dari bacaan Al-Quran (salam atau Al-Fatihah), sedangkan
membaca Al-Fatihah wajib didahulukan dari ruku’, dan ruku’ didahulukan daru sujud, begitu
seterusnya (Mughniyah; 2001).

2.2.1.10 Berturut-turut
Dalam mengerjakan bagian-bagian shalat diwajibkan secara berurutan dan langsung,
juga antara satu bagian dengan bagian yang lain. Artinya membaca Al-Fatihah langsung setelah
bertakbir tanpa ada selingan. Dan mulai ruku’ setelah membaca Al-Fatihah atau ayat Al-Quran,
tanpa selingan, begitu seterusnya. Tidak boleh ada selingan lain, antara ayat-ayat, kalimat-
kalimat, dan huruf-hurufnya (Mughniyah; 2001).
Memang banyak terdapat perbedaan dalam tata cara shalat, tapi itu tidak seharusnya
membuat umat Islam terpecah belah. Bahkan seharusnya itu menjadi pemersatu umat. Dalam
Al Qur’an juga sedikit disinggung tentang perbedaan ini. “Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al Hujurat – 13).

13
2.3 Kesempurnaan sholat berjamaah
Berdasarkan penejelasan subbab sebelumnya, Shalat berjamaah dapat meningkatkan
persatuan umat. Sholat berjamaah merupakan sebuah istilah yang merujuk pada pemberlakuan
sholat secara bersama-sama, setidaknya harus dilakukan lebih dari satu orang. Salah satu orang
bertugas menjadi imam dengan yang lainnya menjadi makmum
Sholat berjamaah merupakan amalan baik yang mendatangkan banyak keutamaanya.
Dalam hal ini, ada beberapa keutamaan salat berjamaah bagi umat Muslim yang
mengerjakannya, sebagai berikut:
● Amalan yang dapat menghindarkan dari siksa api neraka sekaligus dapat
menyelamatkan diri dari sifat munafik.
● Salat berjamaah mampu meningkatkan peluang diterimanya ibadah salat jika
dibandingkan dengan salat yang dilakukan secara sendiri.
● Diampuni segala dosa oleh Allah SWT.
● Diberikan pahala yang berlipat ganda, yaitu orang yang mengerjakan salat berjamaah
mendapat pahala sebanyak 27 derajat.
● Salat berjamaah bisa menghilangkan perasaan ragu dan waswas.
● Salat berjamaah bisa menjauhkan diri dari godaan setan yang bisa bersemayam dalam
tubuh manusia.

Dalam pelaksaan Shalat berjamaah tersebut diperlukan beberapa tata cara yang perlu
diperhatikan agar shalat berjamaah tersebut dikatakan sempurna. Salah satu kesempurnaan
sholat berjamaah adalah tergantung pada kesempurnaan shaffnya. Shaff adalah barisan jamaah
dalam sholat berjamaah. Baginda Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wasallam sangat menganjurkan
serta menjaga kerapian dan kesempurnaan shaf.

‫ص ََلة‬ ُّ ‫صفُوفَكُ ْم فَإ ِ َّن ت َ ْس ِويَةَ ال‬


َّ ‫صفُوفِ م ِْن ِإقَا َم ِة ال‬ ُ ‫س ُّووا‬
َ ً

“Luruskanlah shaf kalian, karena meluruskan shaf termasuk tegaknya sholat.” (HR Bukhary)

‫ص ََلة‬ ُّ ‫صفُوفَكُ ْم فَإ ِ َّن ت َ ْس ِو َيةَ ال‬


َّ ‫صفُوفِ م ِْن ت َ َم ِام ال‬ ُ ‫س ُّووا‬
َ ً

“Luruskanlah shaf kalian, karena meluruskan shaf termasuk kesempurnaan sholat.” (HR Ibnu
Majah)

Selain shaf harus lurus, ada aturan lain yaitu Makmum dilarang Mendahului Imam

14
‫ أن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال إنما جعل اإلمام ليؤتم به فإذا كبر فكبروا وَّل‬:‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال‬
‫تكبروا حتى يكبروا وإذا ركع فاركعوا وَّل تركعوا حتى يركعوا وإذا سجد فاسجدوا وَّل تسجدوا حتى يسجد‬

Dari Abu Hurairoh r.a. bahwa Rasulullah bersabda : “Sungguh bahwa imam itu di angkat untuk
diikuti, oleh karena itu apabila ia bertakbir maka bertakbirlah kamu dan janganlah kamu
bertakbir hingga ia bertakbir dan apabila ia telah ruaku’ maka rukuklah kamu dan janganlah
kamu rukuk hingga ia rukuk. Dan apabila ia telah bersujud maka bersujudlah kamu dan
janganlah kamu bersujud hingga ia sujud”.(H.R. Ahmad dan Abu Dawud).

Makmum diwajibkan memperhatikan bacaan imam, menyimak dengan seksama dan


mengucapkan Aamiin setelah imam selesai membaca Surat Al Fatihah sebagaimana dalam
hadits

‫وال عليهم المغضوب غير“ اإلمام قال إذا سلم و عليه هلَل صلى هلَل رسول أ 'ن عنه هلَل رضي هريرة أبي عن ما له‬
‫آمين فقولوا ”الضالين‬. ‫آمين يقول اإلمامة وإ 'ن آمين تقول المالئكة فإ 'ن‬. ‫غفر المالئكة تئمين تئمينه وافق فمن‬

‫ذنبه من تق 'دم‬

Dari Abu Hurairah berkata: bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “Apabila imam telah
membaca Ghairil maghdlu bi’alaihim waladl dlallin maka bacalah A- mi-, karena
sesungguhnya malaikat membaca A-mi-n bersama-sama dengan imam membaca A-mi-n.
Barang siapa membaca A-mi-n bersmaan dengan bacaan para malaikat niscaya diampuni dosa-
dosanya yang telah lalau.(HR Ahmad dan Nasa’I).

2.4 Persatuan umat dapat dibangun dengan shalat berjamaah yang sempurna
Shalat berjamaah (Arab: ‫ صالة الجماعة‬Sholatul jama'ah) merujuk pada aktivitas shalat
yang dilakukan secara bersama-sama. Shalat ini dilakukan oleh minimal dua orang dengan
salah seorang menjadi imam (pemimpin) dan yang lainnya menjadi makmum. Shalat
berjamaah bisa dilaksanakan di masjid, mushola ataupun ditempat yang sekiranya layak.
Dengan sholat berjamaah hubungan antara imam dan makmum atau makmum satu dan
lainnya dapat terealisasikan. Karena diantara hikmah dari sholat berjamaah itu sendiri adalah
menciptakan keakraban satu sama lainnya. sehingga terjalinlah hubungan yang harmonis,
saling menyayangi dan mengasihi. bahkan ketika adanya permasalahan, baik itu
permasalahan pribadi ataupun permasalahan umum, dapat diselesaikan bersama-sama.
Karena biasanya diantara mereka saling mencari tahu keadaan satu sama lainnya. Orang yang
biasa shalat berjamaah ketika ia tidak hadir karena ada alasan syara, biasanya teman yang

15
lainnya menanyakan keberadaannya. jika sakit maka mereka pun akan menjenguk atau
mengunjunginya. seolah-olah telah tertanam rasa perhatian terhadap sesama. Dengan sholat
berjamaah maka satu sama lainnya akan saling mengenal. sudah menjadi kebiasaan, jika kita
melaksanakan sholat berjamaah di masjid atau mushola ketika ada jamaah baru biasanya
keberadaannya dipertanyakan, siapa namanya? dimana rumahnya? atau dari mana asalnya?
Sehingga dari situlah antara satu sama lainnya saling kenal mengenal.

Hikmah shalat berjamaah sangat besar sekali, karena dapat mendidik manusia supaya
pandai bersosialisast, menyatukan dan memperkuat umat. Untuk itu, supaya kebersamaan kita
terjaga, supaya umat islam terus bersatu, supaya keberadaan umat islam bertambah kuat
dibanding dengan umat lainnya, maka mari kita tingkatkan kebersamaan kita melalui shalat
berjamaah. kita ajak seluruh keluarga, saudara, tetangga kita untuk makmurkan tempat ibadah
yang sudah ada. jangan sampai diabaikan begitu saja keberadaannya. Jangan sampai tempat
ibadah yang ada hanya bangunannya saja yang megah dan indah. perindahlah dengan
keberadaan kita di dalamnya. sungguh Allah akan memberikan jaminan bagi orang-orang
yang hatinya selalu dikaitkan dengan tempat ibadah.

Shalat berjamaah dapat mengatasi sebuah perselisishan. sebab shalat berjamaah


mendidik dan melatih kita untuk bisa mengendalikan dan menempatkan diri. siapa yang
sebenarnya pantas menjadi imam dan siapa yang harus menjadi makmum (pemimpin dan
yang dipimpin). Orang akan mengerti kelebihan dan kekurangan masing-masing. kalau
memang dirinya tidak mampu, tidak sepantasnya merebut pekerjaan yang tidak dapat
dikerjakan. disitulah pungsinya sholat berjamaah mendidik dan mengatur kafasitas orang
dihitung dari kemampuannya masing-masing. Jika efek dari sholat berjamaah ini dapat
diimplementasikan maka tidaklah ada perselisihan kekuasaan jabatan dan sebagainya. karena
masing-masing sudah ditentukan dengan kadar kemampuannya sendiri. Untuk itu tidak
diragukan lagi bahwa sholat berjamaah adalah sebagai pemersatu umat.

Shalat yang dilakukan dengan cara berjamaah juga lebih mudah untuk dapat diterima
disisi Allah, sebagaimana dijelaskan dalam kitab I’anatuthalibin, dengan berjamaah
kekurangan salah seorang peserta jamaah dapat disempurnakan dengan yang lain, sehingga
seluruhnya dinilai menjadi shalat yang sempurna. Ibarat menjual buah jeruk, jika dijual satu
persatu, tentu pembeli hanya akan memilih jeruk yang benar-benar bagus dan segar. Namun
jika buah jeruk itu dijual dengan cara borongan, maka jeruk yang kurang bagus pun akan turut
terbeli, demikian pula halnya dengan ibadah shalat kita.

16
Mengenai hal ini, Rasulullah SAW. dalam sabda Beliau mengibaratkan, bahwa
harimau hanya akan memakan kambing yang jauh dari kawanannya, setan akan mudah
merasuki orang yang terpisah dari jamaahnya, yang tidak melaksanakan shalat dengan
berjamaah. Rasulullah SAW. bersabda:

Artinya: “Tidaklah di suatu desa atau sahara, tidak didirikan shalat berjamaah di
antara mereka kecuali mereka akan dikuasai dan dikalahkan oleh setan. Maka dirikanlah
shalat jamaah, karena sesungguhnya harimau akan memakan kambing yang jauh dari
kawanannya.” (HR. Abu Dawud).

Selain itu, shalat berjamaah juga memiliki hikmah yang tidak sedikit bagi kehidupan
sosial kemasyarakatan. Shalat berjamaah mengajarkan banyak hal penting bagi kehidupan
sosial, tentang bagaimana mestinya seorang muslim bergaul dan menjalin hubungan dengan
sesama dalam kehidupan ini.

Dapat kita lihat, dalam shalat berjamaah seluruh jamaah berdiri dalam barisan yang
rapi di bawah komando satu pemimpin. Tidak diperkenankan bagi seorang makmum
mendahului gerakan shalat sang imam. Ini menyimpan hikmah dan pelajaran untuk selalu
menjaga persatuan umat dan selalu patuh kepada atasan, serta tidak melakukan
pemberontakan atau pembangkangan.

Jika dalam pelaksanaan shalat imam melakukan suatu kesalahan, dianjurkan bagi
makmum untuk mengingatkannya, yaitu dengan cara membaca tashbih bagi laki-laki, dan
menepukkan tangan bagi perempuan. Secara konteks hal ini juga memberikan pelajaran
tentang cara amar makruf dan nahi mungkar yang tepat, yakni mengingatkan dengan cara
yang halus atau dengan sikap. Bukan dengan kekerasan dan tindak anarkis.

Kepatuhan seseorang terhadap pemimpin merupakan manifestasi dari perintah Allah.


Dalam al Quran Allah SWT. berfirman:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka

17
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya.” (QS. an-Nisa`: 59).

Dari sisi yang lain, dapat kita lihat bagaimana shalat berjamaah mengajarkan
persamaan derajat antar sesama. Yang miskin bisa berdampingan dengan yang kaya, seorang
presiden bisa berdampingan dengan seorang buruh dalam satu barisan shalat. Ini merupakan
suatu gambaran nyata bahwa di mata Allah, semua manusia itu sama, derajat maupun pangkat
yang mereka peroleh di dunia ini tidak ada artinya di sisi Allah. Hanya keimanan dan
ketakwaan yang membuat manusia bisa mulia dan dekat di sisi Allah. Allah SWT berfirman:
Artinya:“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13).

Shalat berjamaah juga memiliki peran yang sangat penting bagi persatuan dan
kesatuan, serta kerukunan hidup bermasyarakat. Sebab, dengan selalu melaksanakan shalat
berjamaah di masjid, seorang muslim bisa lebih sering bertemu dengan saudara seiman,
berbincang, dan bercengkrama. Hingga keakraban dan rasa saling mencintai antar mereka
dapat tumbuh subur dan bersemi. Dengan begitu, mereka juga bisa saling belajar satu sama
lain dan saling mengingatkan bila ada yang salah di antara mereka. Karena seorang muslim
adalah cermin bagi muslim yang lain, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: “Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya.Ketika ia melihat


kekurangan pada cermin itu maka benahilah.” (HR. Bukhari).

Bahkan seorang ulama pernah berkata persatuan dan kesatuan penduduk suatu daerah
dapat dilihat dari pelaksanaan shalat jamaah di daerah tersebut. Jika shalat berjamaah bisa
terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tatacaranya, dengan barisan yang rapat dan lurus,
dapat dipastikan persatuan penduduknya juga baik. Sebaliknya, jika jamaah di daerah tersebut
kurang maksimal, tentu persatuan penduduk tersebut mudah terpecah belah.

18
2.5 Membangun Shalat yang Khusyu’
Shalat merupakan salah satu rukun dari lima rukun Islam. Rukun berarti tiang, banyak
yang menggambarkan bahwa sholat sebagai tiang agama, sehingga hal yang paling utama, yang
bahkan wajib untuk didirikan dan atau dikerjakan adalah sholat. Shalat hakikinya merupakan
komunikasi batin antara hamba dengan Tuhannya. Apabila hubungan batin (khusyu’) tidak
terbangun maka shalat yang dilakukan tidaklah sempurna bahkan sia-sia karena komunikasi
batin dengan Tuhan tidak terjalin.

Membangun khusyu’ dengan cara konsentrasi, menatap satu titik di tempat sujud,
memahami arti bacaan, menghadirkan Allah didalam hati, dan sebagainya ternyata tidaklah
mudah, atau sulit bahkan teramat sulit. Menatap titik ditempat sujud memang membantu agar
pandangan mata tidak kemana-mana, akan tetapi tidak membantu mencegah pikiran untuk
tidak kemana-mana. Demikian pula dengan konsentrasi, mempraktekkan konsentrasi dalam
shalat seperti mengarahkan anak panah dari busur menuju sasaran bidik rupanya juga kurang
logis. Karena shalat itu sesungguhnya adalah aktivitas hati (jiwa), bukan aktivitas pikiran.
Padahal konsentrasi adalah aktivitas pikiran. Ali bin Abi Thalib menjelaskan, “Khusyu
tempatnya ada di hati. Ia adalah perasaan di dalam jiwa yang nampak dari anggota badan dalam
bentuk ketenangan dan ketawadhukan. Khusyu merupakan buah dari kokohnya keyakinan di
dalam hati terhadap pertemuan dengan Allah.”

Sebagaimana membangun sebuah gedung yang menjulang tinggi, apabila tidak ada
tiang yang menyangganya, maka gedung tersebut tidak akan dapat berdiri menjulang ke atas.
Walaupun pondasinya terbuat dari besi dan baja, yang dalam rukun Islam adalah Syahadatain
(bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad) merupakan sebuah hal yang
sangat penting bagi orang-orang yang menegakkan sholat adalah khusyuk dalam sholat, setiap
orang berharap agar dapat melaksanakan sholat dengan khusyuk. Karena ganjaran yang akan
didapatkan dalam sholat yang khusyuk sangatlah banyak, diantaranya adalah dimasukkan oleh
Allah SWT ke dalam golongan orang-orang mukmin yang beruntung (Q.S al Mu’minun),
Orang yang terbebas dalam dari manusia yang sering mengeluh (Q.S al Ma’arij).

Dalam (Q.S al Baqarah) juga disebutkan bahwa sabar dan sholat merupakan hal yang
sangat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. Dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa
khusyuk berarti menghadirkan perasaan bertemu dengan Rabb (Allah SWT) dan bahwa Ialah
tempat kembalinya segala sesuatu. Karena khusyuk merupakan hal yang sulit, seseorang harus
bekerja keras untuk menggapainya. Dan kaidah yang digunakan dalam hal ini adalah “Semakin

19
tinggi nilai sesuatu, maka semakin sulit untuk menggapainya”. Walapun seseorang susah
menggapainya, akan tetapi tetap bisa diraih, dan itu membutuhkan usaha yang keras dan sabar
yang panjang (Shobron Thowila).

Ada beberapa hal yang dapat membantu seseorang khusyuk dalam sholat:

1. Seseorang memiliki amalan sholat sunnah di rumahnya, sholat yang tidak dapat
disaksikan oleh orang lain, selain dirinya sendiri dengan tuhannya. Ini akan dapat
membantu khusyuk dalam sholat sehingga rasa khusyuk dapat menjadi kebiasaan.
2. Melaksanakan sholat sunnah 2 rakaat sebelum sholat fardhu, baik dilakukan di masjid
dan di rumah/ kamar. Para ulama mengatakan bahwa hal ini akan membuat hati
seseorang hadir ketika sholat.
3. Mengetahui arti dan merasakan ayat yang dibaca ketika sholat, begitu juga dengan
bacaan-bacaan ketika Takbir, Rukuk, ‘I;tidal, Sujud, dan berdiri kembali dari sujud.
4. Mengingat bahwa diri sedang berdiri di hadapan Allah SWT. Ketika sedang berdiri di
hadapan Allah, tidak ada orang yang ketiga, artinya tanpa ada penerjemah arti dari
bacaan-bacaan sholat yang dibaca, antara dia dan Allah SWT. Karena pada hakekatnya,
orang yang sedang sholat sedang berbicara dengan Tuhannya.
5. Hendaklah setiap orang berusaha dengan keras untuk mendapatkan khusyuk dalam
Sholat. karena Iblis tidak akan membiarkan orang yang sholat untuk khusyuk. Selama
manusia masih tetap hidup, iblis tidak akan meninggalkannya taat kepada Allah. Dalam
hal ini, Ibnu al Qoyyim rahimahulllah pernah berkata: “Iblis akan menerka (Kesukaan)
hati seseorang, lalu ia akan menggodanya sekuat tenaga”. Sholat dengan hati yang
khusyuk membutuhkan perjuangan yang keras, dengan melakukan usaha keras dan
bersabar, maka seseorang akan dapat sholat dengan khusyuk, yang mana khusyuk
adalah salah satu nikmat dunia yang terbesar, sebuah nikmat yang tidak ada
bandingannya. Ulama mengibaratkan dengan mengatakan: “Sesungguhnya kami berda
pada sebuah nikmat, yang seandainya para raja mengetahuinya, pasti mereka akan
memerangi kita untuk merebutnya”. Sehingga sholat khusyuk membutuhkan
perjuangan keras untuk menggapainya.

Agar kita dapat memelihara kekhusyu’an shalat, maka kita harus mengenali
tanda-tanda ketidak khusyu’an. Apabila kita mendapati indikator tersebut maka kita
harus segera mengembalikannya. Dua indikator sederhana yang bisa dijadikan sebagai
alat kontrol yang menunjukkan shalat yang kita lakukan tidak khusyu’ yaitu, pertama

20
adalah apabila tubuh kita tidak rileks, urat-urat di wajah tegang, atau kedua bahu kaku.
Hal itu mengindikasikan hilangnya kepasrahan karena ada sesuatu yang membebani
pikiran. Indikator kedua adalah apabila kita melakukan gerakan dan bacaan shalat
secara otomatis tanpa melalui kesadaran jiwa, disebabkan karena rutinitas sehingga
hafal seluruh gerakan dan doanya. Hal itu mengindikasikan bahwa shalat yang kita
lakukan tanpa tuma’ninah, yang berarti tiadanya kesadaran

2.6 Penjelasan tambahan dalam Surat Al Hujurat 49(10) dan Redaksi Hadits lainnya

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah


hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.” (QS Al Hujurat 49:10).

Keutamaan Shalat Jamaah :

Rasulullah SAW bersabda :

“Shalat berjama’ah itu lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian”. (HR. Bukhari, No.
645 dan Muslim, No. 650).

Hadits tentang Shalat melatih kedisiplinan :

Dari Ummu Farwah, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya,
amalan apakah yang paling afdhol. Beliau pun menjawab, “Shalat di awal waktunya.” (HR.
Abu Daud no. 426. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

21
Hadits shalat yang khusyu’ :

“Sejahat-jahat pencuri adalah yang mencuri dari shalatnya”. Para sahabat bertanya, “Wahai
Rasulullah, bagaimana mencuri dari sholat?”. Rasulullah berkata, “Dia tidak sempurnakan ruku
dan sujudnya” (HR Ahmad no 11532, dishahihkan oleh al Albani dalam Shahihul Jami’ 986)
Maka Nabi shallallahu‘alaihi wasallam menganggap perbuatan mencuri dalam shalat ini lebih
buruk dan lebih parah daripada mencuri harta.

Dari Abu Ayub Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

“Seorang laki-laki menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: “Ya Rasulullah.
Berilah aku nasehat yang ringkas.” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalau
Engkau mengerjakan shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang hendak meninggalkan
(dunia). Jangan berbicara dengan satu kalimat yang esok hari kamu akan meminta udzur karena
ucapan itu. Dan perbanyaklah rasa putus asa terhadap apa yang ditangan orang lain.” (Hasan.
Dikeluarkan oleh Ahmad (5/412), Ibnu Majah(4171), Abu Nu’aim dalam Al Hilyah(1/462) Al
Mizzi (19/347) dan Lihat Ash Shahihah (401))

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Sholat merupakan salah satu dari rukun Islam yang harus dilaksanakan oleh setiap
muslim, bukan hanya sebatas dilaksanakan, namun lebih ke menegakkan dan
mendirikan shalat. Senantiasa shalat diawal waktu merupakan ciri seorang mukmin.
Jangan sampai kita menjadi pribadi yang selalu menunda-nunda shalat, tidak disiplin
dalam shalat akan menimbulkan aktivitas lain juga terhambat.
2. Shalat lebih utama dilakukan dengan berjamaah, salah satu manfaatnya yaitu
mendapat 27 kali pahala sholat sendiri.Sebelum melakasanakan sholat, perlu
diperhatikan hal-hal yang menjadi syarat wajib untuk melakukan sholat. Seperti adab
bersuci dan tata cara shalat berjamaah. Pada waktu sholat dilakukan dengan khusyu’.
3. Dengan terus mengingat waktu sholat, maka akan terbiasa memanagemen waktu
sehingga dalam menjalani kehidupan akan semakin terarah. Sholat berjamaah
dimasjid akan menciptakan ukhuwah islamiyah Karena akan selalu terjadi interaksi
antar muslim yang melaksanaakan sholat di masjid.
4. Shalat yang berkualitas menghasilkan pribadi yang baik, dapat tercipta hubungan
habluminallah maupun hablumminannas dengan baik.

3.2 Saran

1. Saat mendengar Adzan, segeralah mengambil air wudhu dan berjalan ke Masjid. Jika
dilakukan secara istiqamah, insya Allah kita akan mendapat manfaat Shalat yang
sesungguhnya.
2. Lebih mengutamakan sholat berjamaah karena lebih mendapatkan pahala sebesar 27
kali derajat sholat munfarid. Dan sebaiknya dilakukan dimasjid untuk laki-laki. Shalat
harus dilakukan secara berkualitas maupun kuantitas.
3. Setelah melaksankan sholat berjamaah di masjid hendaknya tidak langsung pulang
melainkan membaca dzikir terlebih dahulu dan mengucapkan salam kepada sesame
muslim yang hendak pulang.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://www.hidayatullah.com/kajian/oase-iman/read/2016/10/09/102299/102299.html
(Diakses pada 10 Maret 2022)

http://www.nu.or.id/post/read/67204/keutamaan-dzikir-setelah-shalat-wajib (Diakses pada 12


Maret 2022)

https://qurandansunnah.wordpress.com/2009/07/16/potret-ummat-di-akhir-zaman/ (Diakses
pada 12 Maret 2022 2018)

https://almanhaj.or.id/3487-khusyu-dalam-shalat-dan-pengaruhnya-bagi-seorang-
muslim.html (Diakses pada 14 Maret 2022)

https://www.tongkronganislami.net/tata-cara-sholat-berjamaah/ (Diakses pada 14 Maret 2022)

24

Anda mungkin juga menyukai