Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL BOOK REPORT

BIMBINGAN KONSELING

Dosen Pengampu:

Ismail Ahmad Siregar , S.Pdi, M,Pd

Disusun Oleh:

Anggi Putri Azzara

Nim : 0309213036

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat karunia Penulis dapat menyelesaikan
Critical Book dengan Mata Kuliah Bimbingan Konseling yang diberikan oleh dosen.Tujuan Penulis membuat
Makalah Critical Book mengenai Bimbingan Konseling untuk menambah wawasan pengetahuan Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan berkenan di hati
Para Saudara/I kiranya laporan yang telah Penulis susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya.Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.Demikianlah Makalah yang Penulis sajikan kepada saudara/i mengucapkan Sekian dan
Terimakasih.

Medan, 20 Desember 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………..2

DAFTAR ISI …………………………................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….4

A. Latar Belakang………………………………………………………………………………...4
B. Rumusan Masalah………………..............................................................................................4
C. Tujuan…………………………………………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………..5

A. Identitas Buku…………………………………………………………………………………5
B. Ringkasan Buku……………………………………………………………………………….6
C. Kelebihan Buku………………………………………………………………………………10
D. Kekurangan Buku…………………………………………………………………………….12

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………14

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………...14
B. Saran……………………………….........................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA…………………….........................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Critical Book Review ini bertujuan untuk mengetahui isi buku tetapi lebih menitik beratkan pada
evaluasi kita mengenai ringkasan, kelemahan, serta kelebihan dari buku apa yang menarik dari buku tersebut
dan bagaimana isi buku tersebut bisa mempengaruhi cara berfikir dan menambah pemahaman kita terhadap
suatu bidang kajian tertentu. Sehingga critical book review ini merupakan suatu proses yang dilakukan untuk
mencari kelebihan serta kelemahan buku.

Materi yang ada didalam bab buku ini mengenai Perubahan Praktik Bimbingan Dan Konseling Di
Indonesia. Diharapkan dengan adanya critical book review ini dapat menambah wawasan kita semua dan
mampu berfikir kritis maupun sistematis, sehingga untuk kedepannya mahasiswa sebagai calon guru
bimbingan dan konseling dapat mengaplikasikan materi ini dilapangan atau setelah menjadi guru.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja indentitas dari buku tersebut?
2. Apa saja ringkasan dari buku bab delapan?
3. Apa saja kelebihan dari buku tersebut?
4. Apa saja kelemahan dari buku tersebut?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui identitas dari buku tersebut.
2. Untuk mengetahui ringkasan dari buku bab delapan.
3. Untuk mengetahui kelebihan dari buku tersebut.
4. Untuk mengetahui kelemahan dari buku tersebut.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Identitas Buku

Judul Buku : Profesionalisasi Profesi Konselor Berwawasan


Islami
Nama Pengarang : Dr. Tarmizi, M.Pd
Penerbit : Perdana Publishing
Tahun Terbit : 2018
Jumlah Halaman : 260 Halaman

BUKU PEMBANDING :
Judul Buku : Manajemen Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah

Nama Pengarang : Prof. Dr. Sugiyo, MSi

Penerbit : Widya Karya

Tahun Penerbit : 2016

Jumlah Halaman :130 Halaman

Judul Buku : Konseling Profesional


Yang Berhasil
Nama Pengarang : Prof. Dr. Prayitno, M.Sc.,
Penerbit : Rajawali Pers
Tahun Penerbit : 2018
Jumlah Halaman : 388 Halaman

5
B. Ringkasan Buku
Profesionalisasi Profesi Konselor Berwawasan Islami

A. Pra Lahirnya Pola 17

Pelaksanaan Bimbingan atau Penyuluhan di sekolah pada awalnya dilaksanakan hanya untuk menenuhi
tuntutan akan wajibnya keberadaan guru BK (guru BP saat itu), sehingga tugas dan setting wilayah kerjanya
pun tidak terarah dan terkesan sebagai polisi sekolah. Konselor sekolah dianggap polisi sekolah, BK dianggap
semata-mata sebagai pemberian nasehat, BK dibatasi pada menangani masalah yang insidental, BK dibatasi
untuk klien-klien tertentu saja, BK melayani “orang sakit” dan atau “kurang normal”, BK bekerja sendiri,
konselor sekolah harus aktif sementara pihak lain pasif, adanya anggapan bahwa pekerjaan BK dapat
dilakukan oleh siapa saja, pelayanan BK berpusat pada keluhan pertama saja, menganggap hasil pekerjaan
BK harus segera dilihat. Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah diselenggarakan dengan pola
yang tidak jelas, ketidak jelasan pola yang harus diterapkan disebabkan diantaranya oleh hal-hal sebagai
berikut:

1. Belum Adanya Hukum

Sejak Konferensi di Malang tahun 1960 sampai dengan munculnya Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
di IKIP Bandung dan IKIP Malang tahun 1964, fokus pemikiran adalah mendesain pendidikan untuk mencetak
tenaga-tenaga BP di sekolah. Tahun 1975 Konvensi Nasional Bimbingan I di Malang berhasil menelurkan
keputusan penting diantaranya terbentuknya Organisasi bimbingan dengan nama Ikatan Petugas Bimbingan
Indonesia (IPBI). Melalui IPBI inilah kelak yang akan berjuang untuk memperolah Payung hukum
pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah menjadi jelas arah kegiatannya.

2. Semangat Luar Biasa untuk Melaksanakan BP di Sekolah

Lahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Merupakan angin segar pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan
di sekolah. Semangat yang luar biasa untuk melaksanakan ini karena disana dikatakan “Tugas guru adalah
mengajar dan/atau membimbing.”

3. Belum ada aturan main yang jelas

Apa, mengapa, untuk apa, bagaimana, kepada siapa, oleh siapa, kapan dan dimana pelaksanaan Bimbingan
dan Penyuluhan dilaksanakan juga belum jelas. Oleh siapa bimbingan dan penyuluhan dilaksanakan, di
sekolah banyak terjadi diberikan kepada guru-guru senior, guru-guru yang mau pensiun, guru mata pelajaran
yang kurang jam mengajarnya untuk memenuhi tuntutan angka kreditnya. Guru-guru ini jelas sebagian besar
tidak menguasai dan memang tidak dipersiapkan untuk menjadi Guru Pembimbing. Kesan yang tertangkap di
6
masyarakat terutama orang tua murid Bimbingan Penyuluhan tugasnya menyelesaikan anak yang bermasalah.
Sehingga ketika orang tua dipanggil ke sekolah apalagi yang memanggil Guru Pembimbing, maka orang tua
menjadi malu, dan dari rumah sudah berpikir ada apa dengan anaknya, bermasalah atau mempunyai masalah
apakah. Dari segi pengawasan, juga belum jelas arah dan pelaksanaan pengawasannya.

B. Lahirnya Pola 17

SK Mendikbud No 025/1995 khususnya yang menyangkut bimbingan dan konseling sekarang menjadi
jelas: istilah yang digunakan bimbingan dan konseling, pelaksananya guru pembimbing atau guru yang sudah
mengikuti penatara bimbingan dan konseling selama 180 jam, kegiatannya dengan BK pola-17, pelaksanaan
kegiatan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian, analisis dan tindak lanjut.

C. Perubahan dari Pola 17 ke 17 Plus

Pengembangan dan penyempurnaan dari Pola 17 (Prayitno, 2006) yaitu penambahan pada bidang
bimbingan, jenis layanan dan kegiatan pendukung. Perubahan ini merupakan perubahan yang telah
disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan manusia modern saat ini. Bimbingan dan konseling yang dikenal
sebagai ilmu humanistik selalu mengalami perkembangan dari masa ke masa dan menuntut adanya perubahan
yang sebaiknya menyesuaikan diri dengan kondisi saat ini. Perkembangan ini tidak terjadi begitu saja, tetapi
melalui proses ilmiah yang sengaja dilakukan untuk mendapatkan hasil yang benar-benar dibutuhkan oleh
masyarakat. Proses inilah yang sering dikatakan dengan penelitian.

Walaupun sudah ada pola yang jelas pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah belumlah semulus
dan lancar seperti yang diharapkan. Hal ini banyak penyebabnya dan akan dibahas lebih lanjut pada bab
berikutnya. Satu hal diantarnya yang menjadikan “kebingungan” di lapangan, pemikiran bahwa: BK Pola 17
saja belum mapan dan mantap sudah dikembangkan BK Pola 17 Plus bahkan BK Pola 17 Plus-plus (45) yaitu
Spektrum Profesi Konseling.

D. Penyempurnaan BK 17 Plus menjadi 17 Plus Yang Disempurnakan

Dalam konteks ini, perubahan yang terjadi pada skema pelayanan bimbingan dan konseling, yang pada
awalnya berupa BK Pola 17 diperbaharui menjadi BK Pola 17 Plus dan saat ini dilakukan inovasi kembali
menjadi BK Pola 17 Plus yang disempurnakan. Pola yang digunakan Bimbingan dan Konseling di sekolah
saat ini adalah pola 17 yang disempurnakan dan BK Komprehensif.

E. Bimbingan dan Konseling Komperhensif

Dalam konteks ini, perubahan yang terjadi pada skema pelayanan bimbingan dan konseling, yang pada
awalnya berupa BK Pola 17 diperbaharui menjadi BK Pola 17 Plus dan saat ini dilakukan inovasi kembali
menjadi BK Pola 17 Plus yang disempurnakan. Pola yang digunakan Bimbingan dan Konseling di sekolah
saat ini adalah pola 17 yang disempurnakan dan BK Komprehensif.
7
Bimbingan dan komprehensif mempunyai komponen yang menyertakan aktivitas da tanggung jawab dari
semua yang terlibat dalam program bimbingan dan konseling komprehensif. Lebih lanjut menurut Bowers &
Hatch menyatakan bahwa program bimbingan dan konseling sekolah tidak hanya bersifat komprehensif dalam
ruang lingkup, namun juga harus bersifat preventif dalam desain, dan bersifat pengembangan dalam tujuan
(comprehensive in scope, preventive in design and developmental in nature).

F. Komponen-komponen Program Bimbingan dan Konseling

Dalam Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling di sebutkan
bahwa program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen Pelayanan, yaitu:

1. Layanan Dasar
a. Pengertian

Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik melalui
kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara
sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas
perkembangan ( yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam
pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya.

b. Tujuan

Tujuan layanan ini dapat dirumuskan sebagai upayauntuk membantu peserta didik agar:

1) Memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya.


2) Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau
seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dan lingkungannya.
3) Mampu menangani dan memenuhi kebutuhannya
4) Mampu mengembangkan dirinya untuk mencapai tujuan hidupnya.
c. Fokus Pengembangan
Untuk mencapai tujuan tersebut fokus perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek pribadi,
sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu konseli dalam mencapai
tugas-tugas perkembangnya (sebagai standar kompetensi kemandirian).
2. Layanan Responsif
a. Pengertian
Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik yang menghadapi
kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu
dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan.
b. Tujuan

8
Tujuan layanan ini adalah membantu konseli agar dapat memnuhi kebutuhannya dan memecahkan
masalah yang dialaminya atau membantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam
mencapai tugas-tugas perkembangannya.

c. Fokus pengembangan

Fokus layanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan konseli. Masalah dan
kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginan untuk memahami sesuatu hal karena dipandang penting
bagi perkembangan dirinya secara positif.

3. Layanan Perencanaan Individual


a. Pengertian

Layanan ini diartikan proses bantuan kepada peserta didik agar mampu merumuskan dan
melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan
kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akanpeluang dan kesempatan yang tersedia di
lingkungannya.

b. Tujuan

Layanan ini bertujuan untuk membantu konseli agar:

1) Memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya


2) Mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya
3) Dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah
dirumuskan.
c. Fokus pengembangan

Fokus pelayanan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek karir, akademik, dan
pribadi-sosial.

4. Dukungan Sistem

Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra struktur
(misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor
secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi
kelancaran perkembangan konseli.

C. Kelebihan Buku

9
a) Kelebihan buku yang pertama dapat dilihat dari judul, judul buku yang di kritik adalah
”Profesionalisasi Profesi Konselor Berwawasan Islami”. Bahwa judul pada buku ini sudah dapat
menggambarkan keseluruhan dan relevan isi buku dan tidak berbelit-belit, judul buku tersebut juga
tidak lebih dari 15 kata. karena, syarat-syarat judul yang baik adalah mencakup seluruh isi tulisan,
relevan dengan topik, dan menarik perhatian. Agar menarik perhatian sebaiknya judul berkalimat tidak
lebih dari 12 kata berbahasa Indonesia dan 10 kata berbahasa Inggris.1
b) Kelebihan selanjutnya yang dapat dilihat dari buku ini ialah bahwa penulis memang memiliki keahlian
dibidang bimbingan dan konseling. Adanya keterkaitan antara profesi penulis dengan buku yang
ditulis. Karena, dalam penulisan karya ilmiah, diperlukan suatu keterkaitan antara karya ilmiah yang
ditulis dengan profesi ataupun gelar si penulis.2
c) Kelebihan buku yang lain dapat dilihat pada halaman 162 yang mana pada halaman tersebut
digambarkan struktur mengenai BK Pola 17, halaman 169 juga menampilkan gambar struktur
wawasan bimbingan dan konseling, halaman 179 juga terdapat spectrum pelayanan komprehensif, dan
terakhir pada halaman 196-197 juga tergambar struktur layanan Konseling Pola Komprehensif dan
Diagram Perbandingan Pelaksaaan BK Komprehensif dengan BK Pola 17 Plus.
d) Kelebihan lainnya dapat dilihat dari segi penulisan istilah asing yang ditulis dengan huruf miring, tanda
baca sangat diperhatikan dengan baik dalam buku ini. Karena, tanda baca, lambang ilmiah, singkatan,
rujukan, jenis huruf (besar, kecil, tegak, miring, tebal, tipis) dalam karya tulis ilmiah perlu
diperhatikan.3
e) Kelebihan selanjutnya yang ada dalam buku ini dapat dilihat pada halaman 170 di paragraph kedua
bahwa 5 premis dasar menurut Gysbers & Henderson (dalam Tarmizi, 2018:170) dipaparkan lebih
jelas dan pendapat para ahli yang diambil lebih terbaru, yaitu:
1) Bimbingan dan konseling adalah sebuah program. Karakteristiknya yang mirip dengan program lain
dibidang pendidikan dan mencakup:
• Standar siswa. Standar yang di maksud siswa yang berlaku di Indonesia adalah standar
kemandirian siswa sesuai yang tertuang dalam penataan pendidikan professional konselor dan
layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal.
• Kegiatan dan proses layanan untuk membantu siswa dalam mencapai standar.
• Sertifikat professional dalam rangka implementasi bimbingan dan konseling komprehensif di
perlukan tenaga jurna tenaga professional. Konselor sekolah yang menjadi penanggung jawab
keterlaksanaan, hendaknya telah memiliki sertifikat sebagai konselor professional.

1
Adi Suprayitno, 2019, Pedoman Penyusunan dan Penulisan Jurnal Ilmiah Bagi Guru, Yogyakarta : CV Budi Utama,
hal. 60
2
Nova Oktavia, 2015, Sistematika Penulisan Karya Ilmiah, Yogyakarta : CV Budi Utama, hal. 45
3
Hariyanto A. G, Dkk, 2000, Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah, Jakarta : IKAPI, hal. 32
10
• Bahan dan sumber daya keberhasilan layanan bimbingan dan bimbingan dan konseling di
pengaruhi dengan ketersediaan sarana dan pra sarana serta dukungan dana.
• Program, personil, dan evalusai hasil program bimbingan dan konseling memiliki kerangka yang
jelas meliputi adanya program kerja yang jelas, ketersediaan personil yang mendukung, serta
dimungkinkannya kegiatan evaluasi hasil layanan bimbingan dan konseling.
2) Program bimbingan dan konseling adalah perkembangan dan komprehensif. Perkembangan dalam
kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan pada regular, direncanakan, dan secara sistematis
untuk membantu siswa dalam perkembangan akademik, karir, dan pribadi sosial. Meskipun kebutuhan
mendesak dan krisis siswa yang harus dipenuhi, focus utama program perkembangan adalah untuk
memberikan siswa dengan pengalaman semua untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang.
Program bimbingan dan konseling yang komprehensif dalam berbagai macam kegiatan dan layanan
yang disediakan.
3) Program bimbingan dan konseling melibatkan kolaborasi antar staf (team-building approach).
Program bimbingan dan konseling yang bersifat komprehensif bersandar pada asumsi bahwa tanggung
jawab kegiatan bimbingan dan konseling melibatkan seluruh personalia yang ada disekolah dengan
sentral koordinasi dan tanggung jawab ada di tangan konselor yang bersertifikat (certified counselor).
Konselor tidak hanya menyediakan layanan langsung untuk peserta didik, tetapi juga bekerja
konsultatif dan kolaboratif dengan tim bimbingan yang lain. Staf personil sekolah (guru dan tenaga
administrasi), orangtua dan masyarakat.
4) Program bimbingan dan konseling dikembangkan melalui serangkaian proses sistematis sejak dari
perencanaan, desain, implementasi, evaluasi, dan keberlanjutan. Melalui penerapan fungsi-fungsi
manajemen tersebut diharapkan kegiatan layanan bimbingan konseling dapat diselenggrakan secara
tepat sasaran dan terukur.
5) Program bimbingan dan konseling ditopang oleh kepemimpinan yang kokoh. Factor kepemimpinan
ini diharapkan dapat menjamin akuntabilitass dan pencapaian kinerja program bimbingan dan
konseling.4

Dan jika dibandingkan dengan buku Manajemen Bimbingan dan Konseling Di Sekolah (Pedoman Teoritis
dan Praktis Bagi Konselor Sekolah) oleh Sugiyo di halaman 16-17 yaitu:

1) Tujuan bimbingan dan konseling bersifat kompatibel dengan tujuan pendidikan. Tujuan yang
dimaksud dalam bentuk sejumlah kompetensi yang harus dikuasai peserta didik, maka segala aktivitas
bimbingan dan konseling harus selalu diarahkan untuk membantu peserta didik dalam pencapaian
standar kompetensi.

4
Tarmizi, 2018, Profesionalitas Profesi Konselor Berwawasan Islami,Medan : Perdana Publishing, Hal. 170

11
2) Program bimbingan dan konseling bersifat perkembangan artinya bahwa focus utama layanan
bimbingan dan konseling adalah mengawal perkembangan peserta didik melalui upaya memfasilitasi
peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang agar menjadi pribadi yang mandiri danberkembang
secara optimal.
3) Program bimbingan dan konseling merupakan team building approach artinya merupakan tim ang
bersifat kolaboratif antar staff. Untuk itu program bimbingan dan konseling komprehensif menuntut
semua komponen sekolah dan anggota masyarakat stake holders bersinergi dalam membantu
pelaksanaan bimbingan dan konseling.
4) Program bimbingan dan konseling merupakan proses yang sistematis dan dikemas melalui tahap-
tahaperenaan, desain, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut. Oleh karena itu perlu dipahami
bagaimana mengelola atau memanage proses tersebut secara tepat dan mencapai hasil yangoptimal
serta dapat dilakukan penilaian dan tindak lanjut.
5) Program bimbingan dan konseling harus dikendalikan oleh kepemimpinan yang mempunyai visi dan
misi yang kuat tentang bimbingan dan konseling. Peranan kepala sekolah sebagai pemimpin sangat
berkontribusi yang positif dalam menjamin akuntabilitas dan pencapaian kinerja konselor sekolah
dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.5

Dalam hal ini dapat dilihat pada buku pertama bahwa peulis memaparkan lebih jelas dan kata-kata yang
digunakan lebih mudah dipahami. Terlihat pada poin pertama di buku Dr. Tarmizi, M.Pd memaparkan poin-
poin karakteristik yang mirip dengan program lain di bidang pendidikan, sedangkan di buku Manajemen
Bimbingan dan Konseling di Sekolah hanya menjelaskan poin-poin besarnya saja.

D. Kekurangan Buku
a) Kekurangan buku terletak pada halaman 164-165 mengenai bidang pelayanan BK pola 17 Plus, dalam
buku pertama ditulis bidang pelayanan BK meliputi :
a. Bidang pengembangan pribadi
b. Bidang pengembangan sosial
c. Bidang pengembangan kegiatan belajar
d. Bidang pengembangan karir
e. Bidang pengembangan kehidupan berkeluarga
f. Bidang pengembangan kehidupan beragama6
Dan jika dibandingkan dengan buku konseling profesional yang berhasil oleh Prof. Dr. Prayitno,
di halaman 12 bidang pelayanan BK pola 17- Plus meliputi :

5
Sugio, 2016. Manajemen Bimbingan Dan Konseling di Sekolah (Pedoman teoritis dan praktis bagi konselor sekolah),
Semarang : Widya Karya, Hal. 16-17

6
Tarmizi, 2018, Profesionalitas Profesi Konselor Berwawasan Islami,Medan : Perdana Publishing, Hal. 164-165

12
a. Bidang pengembangan pribadi
b. Bidang pengembangan sosial
c. Bidang pengembangan kegiatan belajar
d. Bidang pengembangan pilihan karir dan kehidupan berpekerjaan
e. Bidang pengembangan kehidupan berkeluarga
f. Bidang pengembangan kehidupan berpekerjaan
g. Bidang pengembangan kehidupan bermasyarkat dan berkewarganegaraan.7
Dalam hal ini bisa dilihat pada buku pertama, hanya menuliskan 6 poin bidang pelayanan, sedangkan
dalam buku konseling profesional yang berhasil menuliskan 7 poin bidang pelayanan BK. Dan perbedaan lain
yang bisa dilihat pada buku pertama menuliskan bidang pengembangan kehidupan beragama sedangkan pada
buku konseling profesional yang berhasil tidak ada bidang pengembangan beragama, tetapi bidang
pengembangan kehidupan berpekerjaan dan bidang pengembangan kehidupan bermasyarakat dan
berkewarnegaraan.

7
Prayitno, 2017, Konseling Profesional Yang Berhasil, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, hal. 12

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa kelebihan dan kekurangan buku yang sudah dipaparkan, penulis mengambil kesimpulan
bahwa buku ini sangat cocok digunakan oleh kalangan mahasiswa, terkhusus mahasiswa bimbingan dan
konseling islam, dan buku ini juga bisa membantu guru BK dan mahaiswa BK untuk menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai guru BK yang profesional.

B. Saran

Dalam hal ini ada beberapa kekurangan yang dijabarkan oleh pengkritik, maka diharapkan buku ini terus
adanya perbaikan untuk terus menyempurnakan buku ini dan bisa menjawab tantangan zaman dan sesuai
dengan perkembangan zaman dan IPTEK.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adi Suprayitno, 2019, Pedoman Penyusunan dan Penulisan Jurnal Ilmiah Bagi Guru, Yogyakarta : CV Budi
Utama.
Hariyanto A. G, Dkk, 2000, Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah, Jakarta : IKAPI.
Nova Oktavia, 2015, Sistematika Penulisan Karya Ilmiah, Yogyakarta : CV Budi Utama.
Prayitno, 2017, Konseling Profesional Yang Berhasil, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sugio, 2016. Manajemen Bimbingan Dan Konseling di Sekolah (Pedoman teoritis dan praktis bagi konselor
sekolah), Semarang : Widya Karya.
Tarmizi, 2018, Profesionalitas Profesi Konselor Berwawasan Islami,Medan : Perdana Publishing.

15

Anda mungkin juga menyukai