Anda di halaman 1dari 18

CRITICAL BOOK REVIEW

BIMBINGAN KONSELING

Dosen Pengampu:
Mohamad Aji Prasetia, M.Pd

Disusun Oleh:
Natri Pramudita (0305193121)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kita rahmat kesehatan dan kesempatan, sehingga bisa menyusun atau menyelesaikan
penyusunan CBR Bimbingan Konseling ini yang berjudul Profesionalisasi Profesi
Konselor Berwawasan Islami.
Pembuatan CBR ini bertujuan sebagai tugas individu mata kuliah Bimbingan
Konseling dan sebagai bahan perkuliahan. Penulis mengucapkan terimakasih pihak-pihak
yang telah membantu dalam pembuatan CBR ini.
Penulis menulis CBR ini dengan pemikiran bahwa penulisan critical book review
ini tidak diharus melakukan ringkasan pada 1 buku yang akan di kritisi. Melainkan
melakukan analisis pada setiap unsur dari buku yang akan di kritisi.
CBR ini penulis yakini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya
seperti pepatah yang mengatakan “tak ada gading yang tak retak“, baik isi maupun
penyusunnya. Atas semua itu dengan rendah hati penulis harapkan kritik dan saran yang
membangun guna menyempurnakan CBR ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Medan , Juni 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................................1

1.2. Rumusan Masalah......................................................................................1

1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................................1

BAB II: IDENTITAS BUKU..............................................................................2

2.1. Buku Utama (Buku Kesatu).......................................................................2

2.2. Buku Pembanding (Buku Kedua)..............................................................2

BAB III: RINGKASAN ISI BUKU....................................................................3

3.1. Buku Utama...............................................................................................3

BAB IV: PEMBAHASAN/ANALISIS BUKU..................................................9

4.1. Kekhasan dan Kemutakhiran Buku............................................................9

4.2. Kelebihan Buku..........................................................................................9

4.3. Kekurangan Buku.....................................................................................12

BAB V: PENUTUP............................................................................................14

5.1. Kesimpulan..............................................................................................14

5.2. Saran.........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Critical Book merupakan salah satu cara ataupun konsep dalam


menganalisa buku sehingga pembaca dapat berpikir kritis, karena pembaca dituntut
untuk memahami isi buku. Critical book review adalah salah satu dari beberapa
tugas yang harus dipenuhi pada mata kuliah Bimbingan Konseling. Dimana pada
tugas ini penyusun akan membandingkan dua atau lebih buku yang membahas
topik yang sama dengan melihat kelebihan dan kekurangan buku tersebut baik dari
segi defenisi/pengertian,contoh soal dan sebagainya. Mengkritik buku dapat
meningkatkan daya pikir pembaca karena dari mengkritik buku pembaca
mendapat informasi informasi yang bermanfaat bagi kehidupan para pembaca.
Oleh karena itu pada tugas kali ini penyusun ingin mengkritisi dua buah buku
dengan materi yang sama guna untuk menambah pengetahuan dan memenuhi tugas
yang diberikan. Maka dari itu penyusun membuat critical book report untuk
melihat kekurangan dan kelebihan materi yang ada di dalam buku tersebut. Critical
book juga sangat berfungsi bagi mata kuliah Bimbingan Konseling.

1.2. Rumusan Masalah


1) Apakah isi buku utama?
2) Apakah buku tersebut yang mudah dipahami?
3) Apa kelebihan dan kekurangan pada buku-buku tersebut?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Membandingkan satu bab materi pada buku cetak bimbingan konseling.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan pada buku.
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan pada
buku.

1
BAB II
IDENTITAS BUKU
2.1. Buku Utama (Buku Kesatu)
Judul Buku Profesionalisasi Profesi Konselor
Berwawasan Islami
Penulis Dr. Tarmizi, M.Pd
Penerbit Perdana Publishing
Tahun Terbit 2018
Kota Terbit Medan
Jumlah Halaman 260

2.2. Identitas Buku Pembanding


Judul Buku Konseling Profesional Yang Berhasil
Penulis Prof. Dr. Prayitno, M.Sc.,
Penerbit Rajawali Pers
Tahun Terbit 2018
Kota Terbit Medan
Jumlah Halaman 388

BAB III
2
RINGKASAN ISI BUKU

3.1.Ringkasan Isi Buku


A. Pra Lahirnya Pola 17
Pelaksanaan Bimbingan atau Penyuluhan di sekolah pada awalnya dilaksanakan
hanya untuk menenuhi tuntutan akan wajibnya keberadaan guru BK (guru BP saat itu),
sehingga tugas dan setting wilayah kerjanya pun tidak terarah dan terkesan sebagai polisi
sekolah. Konselor sekolah dianggap polisi sekolah, BK dianggap semata-mata sebagai
pemberian nasehat, BK dibatasi pada menangani masalah yang insidental, BK dibatasi
untuk klien-klien tertentu saja, BK melayani “orang sakit” dan atau “kurang normal”, BK
bekerja sendiri, konselor sekolah harus aktif sementara pihak lain pasif, adanya anggapan
bahwa pekerjaan BK dapat dilakukan oleh siapa saja, pelayanan BK berpusat pada
keluhan pertama saja, menganggap hasil pekerjaan BK harus segera dilihat. Pelaksanaan
Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah diselenggarakan dengan pola yang tidak jelas,
ketidak jelasan pola yang harus diterapkan disebabkan diantaranya oleh hal-hal sebagai
berikut:
1. Belum Adanya Hukum
Sejak Konferensi di Malang tahun 1960 sampai dengan munculnya Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP Bandung dan IKIP Malang tahun 1964, fokus
pemikiran adalah mendesain pendidikan untuk mencetak tenaga-tenaga BP di
sekolah. Tahun 1975 Konvensi Nasional Bimbingan I di Malang berhasil
menelurkan keputusan penting diantaranya terbentuknya Organisasi bimbingan
dengan nama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI). Melalui IPBI inilah
kelak yang akan berjuang untuk memperolah Payung hukum pelaksanaan
Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah menjadi jelas arah kegiatannya.

2. Semangat Luar Biasa untuk Melaksanakan BP di Sekolah


Lahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi
Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Merupakan angin segar pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah.

3
Semangat yang luar biasa untuk melaksanakan ini karena disana dikatakan “Tugas
guru adalah mengajar dan/atau membimbing.”

3. Belum ada aturan main yang jelas


Apa, mengapa, untuk apa, bagaimana, kepada siapa, oleh siapa, kapan dan
dimana pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan dilaksanakan juga belum jelas.
Oleh siapa bimbingan dan penyuluhan dilaksanakan, di sekolah banyak terjadi
diberikan kepada guru-guru senior, guru-guru yang mau pensiun, guru mata
pelajaran yang kurang jam mengajarnya untuk memenuhi tuntutan angka
kreditnya. Guru-guru ini jelas sebagian besar tidak menguasai dan memang tidak
dipersiapkan untuk menjadi Guru Pembimbing. Kesan yang tertangkap di
masyarakat terutama orang tua murid Bimbingan Penyuluhan tugasnya
menyelesaikan anak yang bermasalah. Sehingga ketika orang tua dipanggil ke
sekolah apalagi yang memanggil Guru Pembimbing, maka orang tua menjadi
malu, dan dari rumah sudah berpikir ada apa dengan anaknya, bermasalah atau
mempunyai masalah apakah. Dari segi pengawasan, juga belum jelas arah dan
pelaksanaan pengawasannya.

B. Lahirnya Pola 17
SK Mendikbud No 025/1995 khususnya yang menyangkut bimbingan dan
konseling sekarang menjadi jelas: istilah yang digunakan bimbingan dan konseling,
pelaksananya guru pembimbing atau guru yang sudah mengikuti penatara
bimbingan dan konseling selama 180 jam, kegiatannya dengan BK pola-17,
pelaksanaan kegiatan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian, analisis
dan tindak lanjut.

C. Perubahan dari Pola 17 ke 17 Plus


Pengembangan dan penyempurnaan dari Pola 17 (Prayitno, 2006) yaitu
penambahan pada bidang bimbingan, jenis layanan dan kegiatan pendukung.
Perubahan ini merupakan perubahan yang telah disesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan manusia modern saat ini. Bimbingan dan konseling yang dikenal

4
sebagai ilmu humanistik selalu mengalami perkembangan dari masa ke masa dan
menuntut adanya perubahan yang sebaiknya menyesuaikan diri dengan kondisi
saat ini. Perkembangan ini tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses ilmiah
yang sengaja dilakukan untuk mendapatkan hasil yang benar-benar dibutuhkan
oleh masyarakat. Proses inilah yang sering dikatakan dengan penelitian.
Walaupun sudah ada pola yang jelas pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di
sekolah belumlah semulus dan lancar seperti yang diharapkan. Hal ini banyak
penyebabnya dan akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya. Satu hal
diantarnya yang menjadikan “kebingungan” di lapangan, pemikiran bahwa: BK
Pola 17 saja belum mapan dan mantap sudah dikembangkan BK Pola 17 Plus
bahkan BK Pola 17 Plus-plus (45) yaitu Spektrum Profesi Konseling.

D. Penyempurnaan BK 17 Plus menjadi 17 Plus Yang Disempurnakan


Dalam konteks ini, perubahan yang terjadi pada skema pelayanan bimbingan
dan konseling, yang pada awalnya berupa BK Pola 17 diperbaharui menjadi BK
Pola 17 Plus dan saat ini dilakukan inovasi kembali menjadi BK Pola 17 Plus yang
disempurnakan. Pola yang digunakan Bimbingan dan Konseling di sekolah saat ini
adalah pola 17 yang disempurnakan dan BK Komprehensif.

E. Bimbingan dan Konseling Komperhensif


Dalam konteks ini, perubahan yang terjadi pada skema pelayanan bimbingan
dan konseling, yang pada awalnya berupa BK Pola 17 diperbaharui menjadi BK
Pola 17 Plus dan saat ini dilakukan inovasi kembali menjadi BK Pola 17 Plus yang
disempurnakan. Pola yang digunakan Bimbingan dan Konseling di sekolah saat ini
adalah pola 17 yang disempurnakan dan BK Komprehensif.
Bimbingan dan komprehensif mempunyai komponen yang menyertakan
aktivitas da tanggung jawab dari semua yang terlibat dalam program bimbingan
dan konseling komprehensif. Lebih lanjut menurut Bowers & Hatch menyatakan
bahwa program bimbingan dan konseling sekolah tidak hanya bersifat
komprehensif dalam ruang lingkup, namun juga harus bersifat preventif dalam

5
desain, dan bersifat pengembangan dalam tujuan (comprehensive in scope,
preventive in design and developmental in nature).

F. Komponen-komponen Program Bimbingan dan Konseling


Dalam Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan
dan Konseling di sebutkan bahwa program bimbingan dan konseling mengandung
empat komponen Pelayanan, yaitu:
1) Layanan Dasar
a. Pengertian
Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada
seluruh peserta didik melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur
secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam
rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan
tugas-tugas perkembangan ( yang dituangkan sebagai standar kompetensi
kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih
dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya.
b. Tujuan
Tujuan layanan ini dapat dirumuskan sebagai upayauntuk
membantu peserta didik agar:
1) Memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya.
2) Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi
tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi
penyesuaian diri dan lingkungannya.
3) Mampu menangani dan memenuhi kebutuhannya
4) Mampu mengembangkan dirinya untuk mencapai tujuan hidupnya.
c. Fokus Pengembangan
Untuk mencapai tujuan tersebut fokus perilaku yang dikembangkan
menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan
erat dengan upaya membantu konseli dalam mencapai tugas-tugas
perkembangnya (sebagai standar kompetensi kemandirian).

6
2) Layanan Responsif
a. Pengertian
Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada peserta
didik yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan
pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat
menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas
perkembangan.
b. Tujuan
Tujuan layanan ini adalah membantu konseli agar dapat memnuhi
kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu
konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya.
c. Fokus pengembangan
Fokus layanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan
konseli. Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginan untuk
memahami sesuatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan
dirinya secara positif.

3) Layanan Perencanaan Individual


a. Pengertian
Layanan ini diartikan proses bantuan kepada peserta didik agar
mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan
kekurangan dirinya, serta pemahaman akanpeluang dan kesempatan yang
tersedia di lingkungannya.
b. Tujuan
Layanan ini bertujuan untuk membantu konseli agar:
1) Memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya.
2) Mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap
perkembangan dirinya.

7
3) Dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan
rencana yang telah dirumuskan.
c. Fokus pengembangan
Fokus pelayanan individual berkaitan erat dengan pengembangan
aspek karir, akademik, dan pribadi-sosial.

4) Dukungan Sistem
Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan
manajemen, tata kerja, infra struktur (misalnya Teknologi Informasi dan
Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara
berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli
atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli.

8
BAB IV
PEMBAHASAN/ANALISIS BUKU
4.1. Kekhasan dan Kemutakhiran Buku
Kekhasan pada buku terdapat pada sampul buku. Ini mengundang pembaca
dikarenakan banyak hal. Diantaranya adalah warnanya yang terang dan khas cukup
mengundang perhatian pembaca. Begitu juga di sisi isiannya, terdapat evaluasi berbentuk
pertanyaan pada setiap akhir pembahasan bab. Ini dirasa cukup efektif dalam memahami
isi buku tersebut.
Kemutakhiran isi buku memiliki materi dan informasi yang lengkap mengenai
konsep dasar-dasar bimbingan konseling. Materi pada buku ini dipaparkan secara jelas dan
berkesinambungan sehingga memudahkan kita dalam membaca dari materi penjelasan
secara umum sampai penjelasan secara khusus. Oleh sebab itu, buku banyak digunakan
sebagai referensi dalam hal-hal yang berkaitan dengan evaluasi.

4.2. Kelebihan Buku


a) Kelebihan buku yang pertama dapat dilihat dari judul, judul buku yang di kritik
adalah ”Profesionalisasi Profesi Konselor Berwawasan Islami”. Bahwa judul pada
buku ini sudah dapat menggambarkan keseluruhan dan relevan isi buku dan tidak
berbelit-belit, judul buku tersebut juga tidak lebih dari 15 kata. karena, syarat-
syarat judul yang baik adalah mencakup seluruh isi tulisan, relevan dengan topik,
dan menarik perhatian. Agar menarik perhatian sebaiknya judul berkalimat tidak
lebih dari 12 kata berbahasa Indonesia dan 10 kata berbahasa Inggris.
b) Kelebihan selanjutnya yang dapat dilihat dari buku ini ialah bahwa penulis
memang memiliki keahlian dibidang bimbingan dan konseling. Adanya keterkaitan
antara profesi penulis dengan buku yang ditulis. Karena, dalam penulisan karya
ilmiah, diperlukan suatu keterkaitan antara karya ilmiah yang ditulis dengan
profesi ataupun gelar si penulis.
c) Kelebihan buku yang lain dapat dilihat pada halaman 162 yang mana pada halaman
tersebut digambarkan struktur mengenai BK Pola 17, halaman 169 juga
menampilkan gambar struktur wawasan bimbingan dan konseling, halaman 179
juga terdapat spectrum pelayanan komprehensif, dan terakhir pada halaman 196-

9
197 juga tergambar struktur layanan Konseling Pola Komprehensif dan Diagram
Perbandingan Pelaksaaan BK Komprehensif dengan BK Pola 17 Plus.
d) Kelebihan lainnya dapat dilihat dari segi penulisan istilah asing yang ditulis dengan
huruf miring, tanda baca sangat diperhatikan dengan baik dalam buku ini. Karena,
tanda baca, lambang ilmiah, singkatan, rujukan, jenis huruf (besar, kecil, tegak,
miring, tebal, tipis) dalam karya tulis ilmiah perlu diperhatikan.
e) Kelebihan selanjutnya yang ada dalam buku ini dapat dilihat pada halaman 170 di
paragraph kedua bahwa 5 premis dasar menurut Gysbers & Henderson (dalam
Tarmizi, 2018:170) dipaparkan lebih jelas dan pendapat para ahli yang diambil
lebih terbaru, yaitu:
1) Bimbingan dan konseling adalah sebuah program. Karakteristiknya yang mirip
dengan program lain dibidang pendidikan dan mencakup:
 Standar siswa. Standar yang di maksud siswa yang berlaku di Indonesia adalah
standar kemandirian siswa sesuai yang tertuang dalam penataan pendidikan
professional konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur
pendidikan formal.
 Kegiatan dan proses layanan untuk membantu siswa dalam mencapai standar.
 Sertifikat professional dalam rangka implementasi bimbingan dan konseling
komprehensif di perlukan tenaga jurna tenaga professional. Konselor sekolah
yang menjadi penanggung jawab keterlaksanaan, hendaknya telah memiliki
sertifikat sebagai konselor professional.
 Bahan dan sumber daya keberhasilan layanan bimbingan dan bimbingan dan
konseling di pengaruhi dengan ketersediaan sarana dan pra sarana serta
dukungan dana.
 Program, personil, dan evalusai hasil program bimbingan dan konseling
memiliki kerangka yang jelas meliputi adanya program kerja yang jelas,
ketersediaan personil yang mendukung, serta dimungkinkannya kegiatan
evaluasi hasil layanan bimbingan dan konseling.
2) Program bimbingan dan konseling adalah perkembangan dan komprehensif.
Perkembangan dalam kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan pada
regular, direncanakan, dan secara sistematis untuk membantu siswa dalam

10
perkembangan akademik, karir, dan pribadi sosial. Meskipun kebutuhan mendesak
dan krisis siswa yang harus dipenuhi, focus utama program perkembangan adalah
untuk memberikan siswa dengan pengalaman semua untuk membantu mereka
tumbuh dan berkembang. Program bimbingan dan konseling yang komprehensif
dalam berbagai macam kegiatan dan layanan yang disediakan.
3) Program bimbingan dan konseling melibatkan kolaborasi antar staf (team-building
approach). Program bimbingan dan konseling yang bersifat komprehensif
bersandar pada asumsi bahwa tanggung jawab kegiatan bimbingan dan konseling
melibatkan seluruh personalia yang ada disekolah dengan sentral koordinasi dan
tanggung jawab ada di tangan konselor yang bersertifikat (certified counselor).
Konselor tidak hanya menyediakan layanan langsung untuk peserta didik, tetapi
juga bekerja konsultatif dan kolaboratif dengan tim bimbingan yang lain. Staf
personil sekolah (guru dan tenaga administrasi), orangtua dan masyarakat.
4) Program bimbingan dan konseling dikembangkan melalui serangkaian proses
sistematis sejak dari perencanaan, desain, implementasi, evaluasi, dan
keberlanjutan. Melalui penerapan fungsi-fungsi manajemen tersebut diharapkan
kegiatan layanan bimbingan konseling dapat diselenggrakan secara tepat sasaran
dan terukur.
5) Program bimbingan dan konseling ditopang oleh kepemimpinan yang kokoh.
Factor kepemimpinan ini diharapkan dapat menjamin akuntabilitass dan
pencapaian kinerja program bimbingan dan konseling.

Dan jika dibandingkan dengan buku Manajemen Bimbingan dan Konseling


Di Sekolah (Pedoman Teoritis dan Praktis Bagi Konselor Sekolah) oleh Sugiyo di
halaman 16-17 yaitu:
1) Tujuan bimbingan dan konseling bersifat kompatibel dengan tujuan pendidikan.
Tujuan yang dimaksud dalam bentuk sejumlah kompetensi yang harus dikuasai
peserta didik, maka segala aktivitas bimbingan dan konseling harus selalu
diarahkan untuk membantu peserta didik dalam pencapaian standar kompetensi.
2) Program bimbingan dan konseling bersifat perkembangan artinya bahwa focus
utama layanan bimbingan dan konseling adalah mengawal perkembangan

11
peserta didik melalui upaya memfasilitasi peserta didik agar dapat tumbuh dan
berkembang agar menjadi pribadi yang mandiri dan berkembang secara optimal.
3) Program bimbingan dan konseling merupakan team building approach artinya
merupakan tim ang bersifat kolaboratif antar staff. Untuk itu program
bimbingan dan konseling komprehensif menuntut semua komponen sekolah dan
anggota masyarakat stake holders bersinergi dalam membantu pelaksanaan
bimbingan dan konseling.
4) Program bimbingan dan konseling merupakan proses yang sistematis dan
dikemas melalui tahap-tahaperenaan, desain, implementasi, evaluasi dan tindak
lanjut. Oleh karena itu perlu dipahami bagaimana mengelola atau memanage
proses tersebut secara tepat dan mencapai hasil yang optimal serta dapat
dilakukan penilaian dan tindak lanjut.
5) Program bimbingan dan konseling harus dikendalikan oleh kepemimpinan yang
mempunyai visi dan misi yang kuat tentang bimbingan dan konseling. Peranan
kepala sekolah sebagai pemimpin sangat berkontribusi yang positif dalam
menjamin akuntabilitas dan pencapaian kinerja konselor sekolah dalam
melaksanakan bimbingan dan konseling.

Dalam hal ini dapat dilihat pada buku pertama bahwa peulis memaparkan lebih
jelas dan kata-kata yang digunakan lebih mudah dipahami. Terlihat pada poin pertama di
buku Dr. Tarmizi, M.Pd memaparkan poin-poin karakteristik yang mirip dengan program
lain di bidang pendidikan, sedangkan di buku Manajemen Bimbingan dan Konseling di
Sekolah hanya menjelaskan poin-poin besarnya saja.

4.3. Kekurangan Buku


1) Kekurangan buku terletak pada halaman 164-165 mengenai bidang pelayanan BK
pola 17 Plus, dalam buku pertama ditulis bidang pelayanan BK meliputi :
a. Bidang pengembangan pribadi
b. Bidang pengembangan sosial
c. Bidang pengembangan kegiatan belajar
d. Bidang pengembangan karir

12
e. Bidang pengembangan kehidupan berkeluarga
f. Bidang pengembangan kehidupan beragama6
Dan jika dibandingkan dengan buku konseling profesional yang berhasil oleh Prof.
Dr. Prayitno, di halaman 12 bidang pelayanan BK pola 17- Plus meliputi :
a. Bidang pengembangan pribadi
b. Bidang pengembangan sosial
c. Bidang pengembangan kegiatan belajar
d. Bidang pengembangan pilihan karir dan kehidupan berpekerjaan
e. Bidang pengembangan kehidupan berkeluarga
f. Bidang pengembangan kehidupan berpekerjaan
g. Bidang pengembangan kehidupan bermasyarkat dan berkewarganegaraan.
Dalam hal ini bisa dilihat pada buku pertama, hanya menuliskan 6 poin bidang
pelayanan, sedangkan dalam buku konseling profesional yang berhasil menuliskan 7 poin
bidang pelayanan BK. Dan perbedaan lain yang bisa dilihat pada buku pertama
menuliskan bidang pengembangan kehidupan beragama sedangkan pada buku konseling
profesional yang berhasil tidak ada bidang pengembangan beragama, tetapi bidang
pengembangan kehidupan berpekerjaan dan bidang pengembangan kehidupan
bermasyarakat dan berkewarnegaraan.

13
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari beberapa kelebihan dan kekurangan buku yang sudah dipaparkan, penulis
mengambil kesimpulan bahwa buku ini sangat cocok digunakan oleh kalangan mahasiswa,
terkhusus mahasiswa bimbingan dan konseling islam, dan buku ini juga bisa membantu
guru BK dan mahaiswa BK untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru
BK yang profesional.

5.2 Saran
Dalam hal ini ada beberapa kekurangan yang dijabarkan oleh pengkritik, maka
diharapkan buku ini terus adanya perbaikan untuk terus menyempurnakan buku ini dan
bisa menjawab tantangan zaman dan sesuai dengan perkembangan zaman dan IPTEK.

14
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, 2017, Konseling Profesional Yang Berhasil, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sugio, 2016. Manajemen Bimbingan Dan Konseling di Sekolah (Pedoman teoritis dan
praktis bagi konselor sekolah), Semarang : Widya Karya.
Tarmizi, 2018, Profesionalitas Profesi Konselor Berwawasan Islami, Medan : Perdana
Publishing.

15

Anda mungkin juga menyukai