Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL JOURNAL REVIEW

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Dosen Pengampu:
Dr. Rusydi Ananda, M.Pd

Disusun Oleh :
Natri Pramudita (0305193121)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Berkat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Critical Jurnal Review ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Shalawat serta salam kita ucapkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kejahiliyaan ke zaman yang
terang benderang.
Terima kasih kepada Bapak Dr. Rusydi Ananda, M.Pd selaku dosen pengampu
Evaluasi Pembelajaran Matematika yang telah memberikan tugas Critical Journal Review
(CJR) kepada kami untuk menambah wawasan kami dan menambah keberanian untuk
menyampaikan pendapat didalam pembelajaran serta membimbing kami sehingga kami
bisa menyelesaikan Critical Journal Review (CJR) ini dengan sebaik mungkin.
Harapan saya semoga Critical Journal Review ini dapat membantu, menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupun isi Critical Journal Review ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Critical Journal Review ini saya akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan Critical Journal Review ini.

Medan , Juni 2021

Natri Pramudita

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................................1

1.2. Tujuan Penulisan........................................................................................1

1.3. Manfaat Penulisan......................................................................................1

BAB II : IDENTITAS REVIEWER...................................................................2

BAB III: IDENTITAS JURNAL........................................................................3

3.1. Identitas Jurnal I.........................................................................................3

3.2. Identitas Jurnal II........................................................................................3

BAB IV: RINGKASAN JURNAL......................................................................4

4.1. Ringkasan Jurnal I......................................................................................4


4.2. Ringkasan Jurnal II....................................................................................6

BAB V: PEMBAHASAN/ANALISIS JURNAL..............................................13

5.1. Kelebihan dan Kelemahan Jurnal I..........................................................13

5.2. Kelebihan dan Kelemahan Jurnal II.........................................................13

5.3. Kekhasan Jurnal.......................................................................................13

5.4. Rekomendasi............................................................................................13

BAB VI: PENUTUP...........................................................................................14

6.1. Kesimpulan...............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Critical Journal Review (CJR) adalah hal yang penting bagi siswa ataupun
mahasiswa untuk memudahkan dan membahas hasil penelitian yang ada. Jurnal ini
memiliki beberapa karakteristik, yaitu memilki judul dan nama penulis serta alamat email
dan asal organisasi penulis; ada abstrak yang berisi isi jurnal, pengantar, metodologi,
implementasi, dan kesimpulan.
Langkah penting dalam meninjau jurnal, yaitu mengedepankan bagian pengantar,
menyajikan bagian diskusi, dan menyajikan kesimpulan. Hal-hal yang perlu ditampilkan
dalam laporan jurnal adalah untuk mengungkapkan beberapa landasan teori yang
digunakan oleh para peneliti sebagai refrensi dalam penelitian mereka dan tujuan apa
yang ingin mereka capai. Mengungkapkan metode yang digunakan, subjek penelitian,
teknik pengumpulan data, dan analisis data yang digunakan, ambil hasil penelitian yang
telah digunakan dengan memberikan uraian singkat, dan jelas; dan menyimpulkan isi
jurnal.

1.2. Tujuan
Mengkritik Jurnal ini dibuat sebagai salah satu referensi ilmu yangbermanfaat untuk
menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam mengetahui kelebihan dan
kekurangan suatu jurnal, menjadi bahan pertimbangan, dan juga menyelesaikan salah satu
tugas individu mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika di Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara.
Dan juga sebagai :
1. Untuk memudahkan mendiskusikan hasil inti dari penelitian yang ada di dalam jurnal.
2. Menemukan informasi mengenai Evaluasi Pembelajaran Matematika.

1.3. Manfaat
Manfaat yang di dapat dari Critical Journal ini adalah sebagai berikut:
1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah jurnal
atau hasil karya tulis ilmiah lainnya secara ringkas.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan jurnal yang dikritik.

1
BAB II
IDENTITAS REVIEWER
Nama Natri Pramudita

Fakultas/Jurusan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/


Pendidikan Matematika
Semester IV

Kelas PMM 4

Angkatan Tahun 2019

2
BAB III
IDENTITAS JURNAL
3.1. Identitas Jurnal I
Judul Jurnal Pengembangan Instrumen Evaluasi
(http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/ Pembelajaran Matematika Tipe PISA
jpmrafa) Berkarakteristik Kebudayaan Lokal.
Nama Jurnal Jurnal Pendidikan Matematika.

Edisi Terbit Vol.6 No.1

Tahun Terbit 2020

Penulis Anggi Aprillia Pratiwi, Mohammad


Mahfud Effendi, Siti Khoiruli Ummah.
Kota Terbit dan Penerbit Bangkinang, Universitas Pahlawan

Nomor ISSN p-ISSN :2460-8718


e-ISSN : 2460-8726

3.2. Identitas Jurnal II


Judul Jurnal Mathematical Literacy Profile Of Grade
(http://ejournal.usd.ac.id/index.php/IJIET) VIII Students Of SMP PANGUDI
LUHUR 1 Yogyakarta Using Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia
Approach.
Nama Jurnal International Journal of Indonesian
Education and Teaching.
Edisi Terbit Vol.1 No.1
Tahun Terbit 2017
Penulis Stephani Rangga Larasati and Veronika
Fitri Rianasari
Kota Terbit dan Penerbit Sanata Dharma University, Yogyakarta,
Indonesia
Nomor ISSN e-ISSN 2548-8430, p-ISSN 2548-8422

3
BAB IV
RINGKASAN JURNAL
4.1. Ringkasan Jurnal I
Literasi matematika merupakan kemampuan siswa untuk merumuskan,
menggunakan, dan menginterpretasi matematika dalam berbagai konteks. Literasi
matematika sangat penting dalam kehidupan sehar-hari karena kegiatan manusia yang
dilakukan setiap hari sangat berkaitan dengan matematika (OECD, 2013). Literasi
matematika diharapkan dapat menjadikan individu dapat memahami peran matematika
dalam keidupan yang semakin modern dan berbagai permasalahan yang akan
datang (Charmila, Zulkardi, & Darmawijoyo, 2016). Pembelajaran matematika lebih
mudah dan bermakna jika yang dipelajari berkaitan dengan fenomena atau masalah di
kehidupan sehari-hari (Syarifah & Sumardi, 2015). Apikasi soal matematika yang
berkaitan erat dengan pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari dapat diperkenalkan
melalui soal tipe PISA (Programme for International Student Assessment). PISA
merupakan studi internasional untuk mengevaluasi keterampilan literasi matematika
siswa dunia. Kemampuan untuk merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan
matematika dalam berbagai konteks masalah kehidupan sehari-hari merupakan literasi
dalam matematika (OECD, 2016).
Pentingnya soal-soal berbasis PISA untuk membiasakan siswa dengan
permasalahan kontekstual pada kehidupan sehari-hari yang dapat diselesaikan secara
matematis dan meningkatkan keterampilan literasi siswa (Dasaprawira, Zulkardi, &
Susanti, 2019). Selain itu, PISA menuntut siswa untuk mempunyai keterampilan berfikir
tinggi dan menggabungkan pengetahuan siswa dalam memecahkan suatu masalah
matematika (Oktiningrum, Zulkardi, & Hartono, 2016). Pentingnya literasi matematika
yang tertuang pada soal-soal PISA karena dibutuhkan untuk menghadapi masalah-
masalah dalam kehidupan (Efriani, Putri, & Hapizah, 2019). Keterampilan literasi siswa
melalui soal model PISA mempunyai tiga karakteristik utama yaitu, konten, konteks, dan
kompetensi. Konten merupakan materi yang diajarkan disekolah sebagai target item
penilaian, konteks merupakan masalah atau situasi yang ada dikehidupan sehari-hari, dan
kompetensi merupakan kemampuan merumuskan, mengunakan, dan menafsirkan
matematika dalam penyelesaian masalah (Ahyan, Zulkardi, & Darmawijoyo, 2014).

4
Hal ini sesuai dengan penelitian (Ramury, Hartono, & Putri, 2015) yang
menyatakan bahwa penggunaan konteks dalam pembelajaran sangat penting karena
konteks dapat menyajikan masalah matematika dalam bentuk situasi “real” ke arah
formal matematika. Konteks pada soal PISA akan mudah dipahami siswa melalui
pengembangan kebudayaan lokal untuk membuat siswa membiasakan diri dengan standar
PISA sehingga dapat meningkatkan skor matematika di OECD (Dasaprawira et al.,
2019). Pemanfaatan kebudayaan lokal dalam proses pembelajaran matematika
belum banyak dilakukan padahal matematika terwujud karena adanya aktivitas manusia,
salah satunya adalah budaya (Supiyati, Hanum, & Jailani, 2019). Pemanfaatan
kebudayaan lokal di sekolah belum mengaplikasikan soal-soal tentang kebudayaan lokal
yang ada dikehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan penelitian (Dasaprawira et al.,
2019) yang menyatakan bahwa guru lebih banyak memberikan soal-soal objektif
dan soal-soal uraian.
Kebudayaan dapat diartikan sebagai sistem yang berkaitan dengan nilai,
kepercayaan, dan perilaku di masyarakat (Suradi, 2018). Kata buddayah yang berasal dari
Bahasa Sansekerta memiliki arti budi dan akal. Kebudayaan dapat diartikan juga sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan akal (Wuryani & Purwiyastuti, 2012). Kebudayaan lokal
merupakan kebudayaan yang didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui pada
suatu masyarakat tertentu (Sudarmiani, 2003). Selain itu, kebudayaan lokal merupakan
struktur pengetahuan, kepercayaan, kesenian, kesusilaan, adat dan hal-hal yang
biasanya dilakukan oleh setiap daerah. Nilai adat istiadat dan kebudayaan lokal
dipertahankan melalui pendidikan (Suradi, 2018). Sehingga kebudayaan lokal dapat
dimanfaatkan dalam menunjang pendidikan.
Membangun pendidikan karakter melalui kebudayaan lokal sangatlah tepat
(Samo, Darhim, & Kartasasmita, 2018; Sudarmiani, 2003; Suradi, 2018). Hal ini sesuai
dengan penelitian (Muslich, 2015) yang menyatakan bahwa pendidikan karakter dapat
diterapkan dengan pengintegrasian dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan berbasis
kebudayaan lokal merupakan pendidikan yang selalu menghadapi situasi konkrit
kehidupan sehari-hari dalam proses pembelajarannya (Sudarmiani, 2003). Kebudayaan
lokal di Indonesia memiliki banyak ragamnya seperti, pakaian adat, rumah adat, senjata
adat, candi, tradisi, bahasa, agama, suku, ras, adat istiadat, cagar budaya, dan tempat

5
bersejarah lainnya atau yang berasal dari sebuah kekhasan yang ada di suatu daerah (Ida,
2016). Pemanfaatan kebudayaan lokal di suatu daerah, misalnya prosedur pemikiran,
prosedur kerja dan perilaku, dan cara menggunakan bahasa, terutama yang berkaitan
dengan matematika dapat membuat presepsi belajar matematika lebih tepat dan lebih
mudah dipahami (Abdullah, 2017).
Soal model PISA dapat dikembangkan sebagai instrumen evaluasi pembelajaran
sebagai alternatif untuk melatih dan meningkatkan keterampilan matematika dalam
kehidupan sehari-hari (Kamaliyah, Zulkardi, & Darmawijoyo, 2013). Selain itu, instumen
evaluasi model PISA dapat mengembangkan keterampilan siswa berfikir tingkat tinggi
(Novita & Putra, 2016). Instrumen evaluasi diperlukan untuk mengukur pencapaian
standar kompetensi suatu proses pembelajaran (Tsanawiyah, Negeri, & Makassar, 2015).
Hal ini sesuai (Arifin, 2012) yang menyatakan bahwa instrumen evaluasi sebagai bahan
penilaian pendidikan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari standar nasional
pendidikan. Instrumen evaluasi dapat berbentuk tes maupun nontes. Instrumen evaluasi
berbentuk tes seperti soal-soal objektif dan subjektif sedangkan instrumen evaluasi nontes
seperti wawancara, angket, dan kuisioner (Kaleka, 2016). Instrumen tes maupun nontes
dirancang sehingga mampu melatih dan meningkatkan keterampilan matematika siswa.

4.2. Ringkasan Jurnal II


Education is one of things that affect the quality of human resources. As
formulated in the preamble of 1945 Constitution and supported by Law No. 20 Year 2003
about National Education System in Article 3, education in Indonesia have goals that
support qualified human resources. Therefore, a good quality education is one of the
factors creating a good quality of human resources as well.
Effort to improve the quality of education at all levels of primary and secondary
school is performed in all groups of subjects contained in the content standard
(UNIMED, 2012). One of the discipline that can improve the quality of education is
mathematics.
Mathematics is one of the subjects that must be learned in every level of
education, starting from Elementary School, Junior High School, and Senior High
School. The reason is that mathematics is a universal science that underlies the

6
development of modern technology. It has an important role in variety of disciplines and
advances the power of human thoughts. According to NCTM (2000), in studying
mathematics, students are required to have the capability of understanding the problem
solving, communication, and mathematical connection.
The content standard of mathematics subject is contained in PERMENDIKNAS
No. 22 Year 2006 states that the objective of mathematics subject is that students have
the ability to understand mathematical concepts, using reasoning, problem solving,
communicating ideas, and having a respect for the use of mathematics in life.
The purpose of mathematics education in primary and secondary schools above is
in accordance with aspects of mathematical literacy. Mathematical literacy is ability of
individual to formulate, use, and interprets mathematics in various contexts, including
ability to perform reasoning mathematically and using concept, procedure, and fact as
tool to describe, explain, and predict a phenomenon or event (OECD, 2003).
Mathematical literacy is very important for everyone associated with work and activity in
daily life.
Mathematical literacy is needed, not only the limitation of arithmetic
understanding, but also require mathematical reasoning and problem solving, as well as
control of logical reasoning to solve problems in daily life.
Thus, mathematical literacy is skill that should be owned by a person in order to
be able to face all the problems that faced in daily life. However, based on several
research projects worldwide, followed by Indonesia, one of them is PISA (Program for
International Student Assessment) still shows unsatisfactory results. PISA is an
international level study conducted by the Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD). PISA aims to assess what extent students study at the end of
primary school (students aged 15) has mastered necessary knowledge and skills to be
able to participate as citizens or community members who build and responsible
(Sugandi, 2013: 2). The assessment of PISA includes mathematical literacy, reading
literacy, and scientific literacy.
Indonesia mathematical literacy in PISA 2000, 2003, 2006, and 2009 successively
occupy the seventh position from the bottom (Balitbang, 2011). Although, in PISA 2012
which puts mathematics as the main focus, Indonesia was ranked 64 of 65 countries with

7
an average score 375, while the average of international score is 494 (The Guadian,
2013).
One of factors causing the students’ low ability of mathematical literacy is
students unusual to face questions that have substance contextual, demanding reasoning,
argumentation, and creativity in finishing the questions (Balitbang, 2011). SMP Pangudi
Luhur 1 is a private featured school in Yogyakarta. Based on the observation of syllabus
and lesson plan which were designed by mathematics teacher at SMP PangudiLuhur 1,
the syllabus is generally presents an instrument of learning which is substantially less
associated with the context in daily life and less facilitate students in revealing the
thinking process and giving argument. Also, based on the interview’s results from some
students, they have difficulties in understanding and preparing steps to resolve when the
researcher gave story questions related to cube and cuboid, in contrast, when the
researcher gave a question clearly and directly without requiring reasoning toward the
question.
Based on the above exposure should be improved upon learning of mathematics,
especially things that related to mathematical literacy. Related to effort to improve
mathematical literacy, the government is working with several universities in Indonesia
that held a Kontes Literasi Matematika (KLM) which one of them was held at Sanata
Dharma University, Yogyakarta. One of schools that participating in KLM held at Sanata
Dharma University is SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta has followed KLM at Sanata Dharma University for 3 years consecutively in
2013, 2014, and 2015, but it is still not showing maximum results.
One model of learning mathematics that can lead to a positive impact on students’
ability of mathematical literacy in problem solving is Model Pembelajaran Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) (Santika, dkk: 2012). The excellence PMRI as
proposed by Wijaya (2012:20) is emphasizing “learning by doing”, in accordance with
the basic concepts of mathematics learning realistic expressed Freudental (Van Den
Heuvel-Panhuizenthe: 1998) that “mathematics as a human activity” which means
mathematics as a human activity where math is actually familiar with daily life activities.
PMRI in measuring the students’ ability is to use questions or problems that can be lifted
from variety of situations, so it becomes a source of learning. This is consistent with how

8
to measure the students’ ability in PISA test. The assessment of PISA uses questions
relating to real life. PISA refers to philosophy, mathematics is not an isolated science of
human life, but it appears and useful in daily life (Wijaya, 2012: 2). It is related to what
has been expressed by Marpaung and Hongki (2011) that in PMRI, learning as much as
possible starting with presenting contextual/realistic problems. In PISA test is intended to
see the students’ ability to use mathematics that learned to solve the problems related to
life (contextual). In PMRI, teachers give students opportunity to solve the problems in
their own way while the objective of PISA assessment is to provide feedback on
mathematics learning in schools.

Terjemahan Jurnal :
Pendidikan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi kualitas sumber daya
manusia. Sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 dan didukung oleh
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal
3, pendidikan di Indonesia memiliki tujuan yang mendukung sumber daya manusia yang
berkualitas. Oleh karena itu, kualitas pendidikan yang baik merupakan salah satu faktor
terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas pula.
Upaya peningkatan mutu pendidikan di semua jenjang sekolah dasar dan
menengah dilakukan pada semua kelompok mata pelajaran yang tertuang dalam standar
isi (UNIMED, 2012). Salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan mutu pendidikan
adalah matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di setiap
jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah
Menengah Atas. Pasalnya, matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern. Ia memiliki peran penting dalam berbagai disiplin ilmu
dan memajukan daya pikir manusia. Menurut NCTM (2000), dalam mempelajari
matematika, siswa dituntut untuk memiliki kemampuan memahami pemecahan masalah,
komunikasi, dan koneksi matematis.
Standar isi mata pelajaran matematika yang tertuang dalam PERMENDIKNAS
No. 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran matematika adalah agar
siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menggunakan penalaran,

9
pemecahan masalah, mengkomunikasikan ide, dan menghargai penggunaan matematika
dalam kehidupan.
Tujuan pendidikan matematika di sekolah dasar dan menengah di atas sesuai
dengan aspek literasi matematika. Literasi matematika adalah kemampuan individu untuk
merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks,
termasuk kemampuan untuk melakukan penalaran matematis dan menggunakan konsep,
prosedur, dan fakta sebagai alat untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi
suatu fenomena atau peristiwa (OECD, 2003). Literasi matematika sangat penting bagi
setiap orang yang terkait dengan pekerjaan dan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi matematika diperlukan, tidak hanya sebatas pemahaman aritmatika, tetapi
juga memerlukan penalaran matematis dan pemecahan masalah, serta penguasaan
penalaran logis untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, literasi matematika merupakan keterampilan yang harus
dimiliki seseorang agar mampu menghadapi segala permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Namun berdasarkan beberapa proyek penelitian di seluruh dunia,
yang diikuti oleh Indonesia, salah satunya PISA (Program for International Student
Assessment) masih menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. PISA merupakan studi
tingkat internasional yang dilakukan oleh Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD). PISA bertujuan untuk menilai sejauh mana siswa yang belajar di
akhir sekolah dasar (siswa berusia 15 tahun) telah menguasai pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk dapat berpartisipasi sebagai warga negara atau
anggota masyarakat yang membangun dan bertanggung jawab (Sugandi, 2013:2).
Penilaian PISA meliputi literasi matematika, literasi membaca, dan literasi sains.
Literasi matematika Indonesia pada PISA 2000, 2003, 2006, dan 2009 berturut-
turut menempati posisi ketujuh dari bawah (Balitbang, 2011). Meskipun dalam PISA
2012 yang menempatkan matematika sebagai fokus utama, Indonesia menduduki
peringkat 64 dari 65 negara dengan skor rata-rata 375, sedangkan rata-rata skor
internasional adalah 494 (The Guadian, 2013).
Salah satu faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi matematika siswa
adalah siswa yang tidak biasa menghadapi soal-soal yang memiliki substansi kontekstual,
menuntut penalaran, argumentasi, dan kreativitas dalam menyelesaikan soal (Balitbang,

10
2011). SMP Pangudi Luhur 1 merupakan sekolah unggulan swasta di Yogyakarta.
Berdasarkan pengamatan terhadap silabus dan RPP yang dirancang oleh guru matematika
di SMP Pangudi Luhur 1, silabus umumnya menyajikan instrumen pembelajaran yang
secara substansial kurang dikaitkan dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari dan
kurang memfasilitasi siswa dalam mengungkapkan proses berpikir dan memberikan
argumen. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara beberapa siswa, mereka mengalami
kesulitan dalam memahami dan menyusun langkah-langkah penyelesaian ketika peneliti
memberikan pertanyaan cerita yang berkaitan dengan kubus dan balok, sebaliknya ketika
peneliti memberikan pertanyaan secara jelas dan langsung tanpa memerlukan penalaran
terhadap pertanyaan.
Berdasarkan paparan di atas perlu ditingkatkan pembelajaran matematika
khususnya hal-hal yang berkaitan dengan literasi matematika. Terkait upaya peningkatan
literasi matematika, pemerintah bekerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di
Indonesia menyelenggarakan Kontes Literasi Matematika (KLM) yang salah satunya
diadakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Salah satu sekolah peserta KLM
yang diadakan di Universitas Sanata Dharma adalah SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta telah mengikuti KLM di Universitas Sanata Dharma
selama 3 tahun berturut-turut pada tahun 2013, 2014, dan 2015, namun masih belum
menunjukkan hasil yang maksimal.
Salah satu model pembelajaran matematika yang dapat memberikan dampak
positif terhadap kemampuan literasi matematika siswa dalam pemecahan masalah adalah
Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) (Santika, dkk:
2012). Keunggulan PMRI sebagaimana dikemukakan oleh Wijaya (2012:20) adalah
menekankan “learning by doing”, sesuai dengan konsep dasar pembelajaran matematika
realistik yang diungkapkan Freudental (Van Den Heuvel-Panhuizenthe: 1998) bahwa
“matematika sebagai aktivitas manusia” yang berarti matematika sebagai aktivitas
manusia dimana matematika sebenarnya akrab dengan aktivitas kehidupan sehari-hari.
PMRI dalam mengukur kemampuan siswa adalah dengan menggunakan pertanyaan atau
masalah yang dapat diangkat dari berbagai situasi, sehingga menjadi sumber belajar. Hal
ini sesuai dengan cara mengukur kemampuan siswa dalam tes PISA. Penilaian PISA
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan nyata. PISA

11
mengacu pada filsafat, matematika bukanlah ilmu yang terisolasi dari kehidupan
manusia, tetapi muncul dan berguna dalam kehidupan sehari-hari (Wijaya, 2012: 2). Hal
ini terkait dengan apa yang diungkapkan oleh Marpaung dan Hongki (2011) bahwa dalam
PMRI, pembelajaran sebanyak mungkin dimulai dengan menghadirkan masalah
kontekstual/realistis. Dalam tes PISA dimaksudkan untuk melihat kemampuan siswa
dalam menggunakan matematika yang dipelajari untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan kehidupan (kontekstual). Dalam PMRI, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memecahkan masalah dengan caranya sendiri sedangkan penilaian
PISA bertujuan untuk memberikan umpan balik terhadap pembelajaran matematika di
sekolah.

12
BAB V
PEMBAHASAN/ANALISIS ISI JURNAL
5.1. Kelebihan Jurnal I
➢ Isi Jurnal mudah dimengerti.
➢ Abstraknya lengkap dengan memakai bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
 Identitas jurnal lengkap.
 Bahasanya mudah dimengerti.
 Jurnal mudah diakses
Kekurangan Jurnal
 Papernya tidak menarik.

5.2. Kelebihan Jurnal II

 Isi jurnal sesuai dengan judulnya.


 Identitas jurnal lengkap.
 Jurnal mudah diakses.
 Abstraknya lengkap dengan memakai bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Kekurangan Jurnal
 Tidak menuliskan metode penelitian.
 Tidak dilengkapi footnote sehingga pembaca tidak dapat mengetahui refrensi
yang diambil oleh penulis.
5.3. Kekhasan Jurnal
Pada kedua jurnal tersebut memiliki kekhasan yaitu menggunakan beberapa
bahasa di dalamnya pada bagian abstraknya menggunakan dua bahasa yaitu bahasa
Inggris dan bahasa Indonesia.
5.4. Rekomendasi
Jurnal ini cocok untuk diterapkan dalam pendidikan formal terkhusus pada
perguruan tinggi sebagai materi kuliah dan bahan tambahan untuk dijadikan referensi
pada karya ilmiah. Sebab, penjabaran dari pembahasan yang terdapat pada jurnal sangat
bermanfaat agar kita lebih mengetahui evaluasi dalam pembelajaran matematika.

13
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan

Pentingnya soal-soal berbasis PISA untuk membiasakan siswa dengan


permasalahan kontekstual pada kehidupan sehari-hari yang dapat diselesaikan secara
matematis dan meningkatkan keterampilan literasi siswa (Dasaprawira, Zulkardi, &
Susanti, 2019). Selain itu, PISA menuntut siswa untuk mempunyai keterampilan berfikir
tinggi dan menggabungkan pengetahuan siswa dalam memecahkan suatu masalah
matematika (Oktiningrum, Zulkardi, & Hartono, 2016).
Pentingnya literasi matematika yang tertuang pada soal-soal PISA karena
dibutuhkan untuk menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan (Efriani, Putri, &
Hapizah, 2019). Keterampilan literasi siswa melalui soal model PISA mempunyai tiga
karakteristik utama yaitu, konten, konteks, dan kompetensi. Konten merupakan materi
yang diajarkan disekolah sebagai target item penilaian, konteks merupakan masalah
atau situasi yang ada dikehidupan sehari-hari, dan kompetensi merupakan kemampuan
merumuskan, mengunakan, dan menafsirkan matematika dalam penyelesaian masalah
(Ahyan, Zulkardi, & Darmawijoyo, 2014).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa soal-soal berbasis PISA tersebut dalam
pembelajaran matematika dapat meningkatkan dan membiasakan siswa dalam
memecahkan suatu persoalan dalam matematika. Sehingga, ringkasan jurnal yang telah
dipaparkan diatas dapat bermanfaat bagi siswa sebagai pegangan atau sumber belajar dan
literasi siswa.

14

Anda mungkin juga menyukai