Anda di halaman 1dari 24

Critical Journal Review (CJR)

" Kajian Bahan Suara Eceng Gondok (Eichhornia


Crassipes) Sebagai Alternatif STEAM Terintegrasi
Berbasis ProyekModel Pembelajaran (PjBL)"
(M.Hidayatur Rohmansebuah), Putut Marwotob), Sigit Priatmokoc)

(Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Fisika,


Vol.8,No.1,2022)

Nama : Delia Rama Fadia Silitonga

NIM : 4203151042

Dosen Pengampu : Lastama Sinaga, S.Pd.,


M.Ed.
Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran IPA

Program Studi : S1-Pendidikan IPA

Kelas : Pendidikan IPA B 2020

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas Critical Journal
Review (CJR) ini.

Critical Journal Review (CJR) ini saya susun dengan maksud sebagai salah satu
tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran IPA dan sebagai penambah wawasan dan
pemahaman bagi saya mengenai materi yang sedang saya pelajari yaitu mengenai
Penilaian/Evaluasi Pembelajaran IPA. Harapan saya setelah menulis Critical Journal
Review (CJR) ini ,saya dan teman-teman yang membaca akan lebih mengerti tentang
materi ini. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Ibu Lastama
Sinaga, S.Pd., M.Ed. dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Critical Journal Review (CJR) ini .
Saya menyadari bahawa tugas Critical Journal Review (CJR) saya ini masih
memiliki banyak kekurangan,oleh karena itu saya berharap adanya kritik dan saran akan
tugas Critical Journal Review (CJR) saya ini.

Akhir penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka, yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini
sebagai ibadah. Amin Yaa Robbal’Alamiin.

Medan, September 2022

Penyusun

Delia Rama Fadia Silitonga

4203151042

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Pentingnya Rasionalisasi CJR...........................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan CJR............................................................................................................................1
C. Manfaat Penulisan CJR..........................................................................................................................1
D. Identitas Jurnal yang direview ........................................................................................................2
BAB II RINGKASAN JURNAL ........................................................................................... 3
A. Jurnal Utama...............................................................................................................................................3
B. Jurnal Pembanding ................................................................................................................................ 10
BAB III ANALISIS JURNAL................................................................................................12
A. Kelebihan isi kedua Jurnal ................................................................................................................ 12
B. Kelemahan isi kedua Jurnal.............................................................................................................. 14
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................................................................. 15
B. Saran............................................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16
LAMPIRAN..........................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pentingnya Rasionalisasi CJR

Keterampilan membuat CJR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam


meringkas ,menganalisis ,mengenal sebuah Journal dan memberi nilai serta mengkritik
sebuah Journal yang dianalisis. Melakukan Critical Journal Review pada suatu Journal
sangat penting untuk dilakukan, dari kegiatan ini lah kita dapat mengetahui kelebihan
dan kekurangan suatu Journal. Selain itu menulis CJR juga dapat menambah wawasan
kita dalam menganalisa Journal dengan lebih baik. Kita dapat memberikan kritik,
namun bukan sebuah kritik yang menjatuhkan tetapi kritik yang membangun manakala
bisa menjadi resensi bagi pembaca ataupun penulis lainnya. Dengan menulis CJR ini
diharapkan para pembaca dapat lebih memahami tentang materi Penilaian/Evaluasi
Pembelajaran IPA dan khususnya bagi saya sendiri.

B. Tujuan Penulisan CJR


Tujuan dari Penulisan CJR ini ,yaitu:
1. Untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Evaluasi Pembelajaran IPA.
2. Menambah pengetahuan mengenai “Penilaian/Evaluasi Pembelajaran IPA”.
3. Meningkatkan kemampuan kita sebagai mahasiswa untuk menganalisa sebuah
Journal.

C. Manfaat Penulisan CJR


Manfaat dari penulisan Critical Journal Review (CJR) ini,yaitu:
1. Critical Journal Review bermanfaat untuk menambah wawasan dan
literatur penulis mengenai Evaluasi Pembelajaran IPA.
2. Critical Journal Review bermanfaat untuk melatih daya pikir mahasiswa dalam
menilai Journal dengan cara memberikan kritikan yang membangun, dan untuk
memenuhi tugas perkuliahan.

1
D. Identitas Jurnal yang direview

1. Jurnal Utama
1. Judul Jurnal Kajian Bahan Suara Eceng Gondok (Eichhornia
Crassipes) Sebagai Alternatif STEAM Terintegrasi
Berbasis Proyek Model Pembelajaran (PjBL)
2. Nama Jurnal Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Fisika

3. Edisi Terbit Volume 8 Nomor 1, 2022

4. Pengarang Jurnal M. Hidayatur Rohman, Putut Marwoto, Sigit Priatmoko

5. Penerbit
Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Semarang,
Jawa Tengah, Indonesia

6. Kota Terbit Semarang

7. Nomor ISSN/DOI 2461-1433/ 10.21009/1.08102

8. Alamat Situs hidayat80@students.unnes.ac.id,


pmarwoto@mail.unnes.ac.id,
sigitwarsono65@mail.unnes.ac.id

2. Jurnal Pembanding
1. Judul Jurnal PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PBL) UNTUK
MENINGKATKAN PSIKOMOTORIK
KETERAMPILAN: PENELITIAN AKSI KELAS

2. Nama Jurnal Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

3. Edisi Terbit Volume 5 Nomor 2, 2016

4. Pengarang Jurnal W. Sumarni, S. Wardani, Sudarmin, DN Gupitasari

5. Penerbit Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
6. Kota Terbit Semarang

7. Nomor ISSN p-ISSN : 2498-8987 e-ISSN : 2498-8995

8. Alamat Situs http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii

2
BAB II

RINGKASAN JURNAL

A. Jurnal Utama

1. PENDAHULUAN
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan salah satu dari sekian banyak
keanekaragaman flora di perairan, hidup mengambang di air yang dapat mengembangkan akar di
lumpur di perairan dangkal. Eceng gondok pertama kali didatangkan oleh Belanda dari Brazil ke
Indonesia di Kebun Raya Bogor pada tahun 1894. Awalnya merupakan tanaman hias yang
digandrungi karena bunganya yang berwarna ungu cantik untuk menghiasi kolam, seperti teratai
(Hartanto 2020). Eceng gondok merupakan tumbuhan yang mengapung di permukaan air dan
memiliki daun yang tebal serta gelembung - gelembung yang membuatnya mengapung (Wijaya
2015). Eceng gondok berkembang biak dengan sangat cepat, sehingga dianggap sebagai tanaman
yang dapat merusak lingkungan perairan dan dikenal sebagai gulma paling berbahaya (Ting et al.
2018; Hartanto 2020). Asumsi negatif lain tentang eceng gondok adalah tanaman ini dapat menjadi
salah satu penyebab rawa dangkal (Samsudin & Husnussalam 2017).

Selain memiliki dampak negatif, ternyata eceng gondok memiliki banyak manfaat.
Pemanfaatan eceng gondok dapat menghasilkan kerajinan yang bernilai ekonomis, wajar, layak, dan
memenuhi kebutuhan hidup (Hidayatullah 2011). Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan multipleks, tas, kertas, kompos, biogas, perabot rumah tangga, dan berbagai produk
kerajinan (Akbar 2020). Eceng gondok merupakan bahan organik yang dapat digunakan untuk
pembuatan biogas sebagai energi terbarukan (Astuti 2013). Pemanfaatan tanaman eceng gondok
juga dapat digunakan untuk mengurangi kandungan cod (chemical oxygen demand) dalam air
limbah (Duarte et al. 2018), untuk fitoremediasi kandungan amonium nitrogen dalam air (Ting et al.
2018), produksi etanol (Mishra & Maiti 2017), sebagai kompos (Marjefri 2019; Ismail dkk. 2020),
dan biogas (Renilaili 2015;Kegunaan lain dari eceng gondok adalah dalam bidang akustik yaitu
mengurangi kebisingan yang digunakan sebagai bahan akustik atau peredam suara (Febrita &
Elvaswer 2015). Kebisingan adalah suara atau bunyi yang tidak diinginkan yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Perlu dibuat suatu material yang dapat meredam
atau bahkan menyerap intensitas suara, yang dikenal sebagai material absorpsi yang tepat atau
penyerap suara (Bahri et al. 2016). Kebisingan dapat berasal dari suara manusia, dimana
frekuensinya berkisar antara 600-4000 Hz (Satwiko 2008). Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan kebisingan adalah dengan pembuatan material akustik. Bahan-bahan tersebut dapat
menyerap suara sehingga kebisingan atau kebisingan yang tidak diinginkan dapat diredam dengan
menggunakan bahan bahan tersebut (Kurniawan dan Syamsiyah 2020). Material akustik yang dapat
menjadi peredam suara biasanya ditandai dengan adanya pori-pori (Putra dan Nazhar 2020). Bahan
penyerap suara yang mereduksi frekuensi tinggi adalah bahan penyerap berpori dan berserat
(Satwiko 2008) dan yang tersedia di alam yaitu serat penyerap eceng gondok. Fiber adalah suatu
bahan yang berupa potongan-potongan yang membentuk suatu jaringan yang utuh. Serat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah serat alami eceng gondok. Diketahui serat eceng gondok
mengandung selulosa 18-31%, lignin 7-26%, hemiselulosa 18-43%, dan abu 15-26% dengan kadar
air 85-95% Nata et al. (2013)

2. TUJUAN DAN PENGGUNAAN PENILAIAN


Dari hasil tinjauan pustaka di atas, peneliti akan melakukan penelitian lebih lanjut
tentang peredam suara yang terbuat dari eceng gondok. Penelitian sebelumnya tentang
peredam suara berbahan serat eceng gondok telah dilakukan oleh Febrita dan Elvaswer
(2015) dengan menggunakan metode tabung impedansi 2 mikropon. Data yang
ditampilkan adalah koefisien penyerapan bahan pada beberapa frekuensi yang berbeda.
3
Sedangkan penelitian ini akan disajikan dengan teknik lain yaitu data yang ditampilkan
adalah Noise Reduction (NR) versus frekuensi. Selain itu juga akan dijelaskan kegunaan
penelitian ini sebagai alternatif model pembelajaran berbasis proyek (PjBL) terintegrasi
STEAM bagi siswa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif bahan
penyerap suara dari alam yang murah dan ramah lingkungan yaitu tanaman eceng
gondok.

3. METODE PENILAIAN DAN PENTINGNYA PENELITIAN PEMBELAJARAN


Prosedur penelitian ini diawali dengan kajian penelitian yang dilakukan oleh Noviandri dan
Harjani (2016), yang membagi dua ruangan dengan ruangan satu sebagai ruangan sumber
dan ruangan 2 untuk penerima. Ruang pertama memiliki speaker aktif dan Sound Pressure
Level (SPL), sedangkan ruang kedua hanya memiliki SPL. Yang digunakan sebagai ruang
adalah media karton dan bahan kedap suara yang terbuat dari kain perca. Penelitian ini
diawali dengan merancang suatu alat percobaan kedap suara dengan melakukan modifikasi
yaitu ruangan yang terbuat dari kaca dengan ukuran tertentu dan dalam posisi tertutup
rapat. Di sisi atas, dirancang untuk dibuka dan ditutup untuk memasukkan sampel uji
peredam suara dan aplikasi SPL, seperti yang ditunjukkan pada GAMBAR 1, ya ng merupakan
skema percobaan penekanan yang tepat.

Gelas tersebut dibentuk menjadi sebuah kotak dengan ukuran 30 x 30 cm. Ko tak kaca
dipartisi menjadi dua ruangan; ruang pertama untuk sumber suara dan ruang kedua untuk
penerima. Speaker aktif terhubung ke generator frekuensi di ruang pertama, sedangkan
ruang kedua kosong. SPL digunakan untuk mengukur intensitas suara setiap ruangan. SPL
yang digunakan adalah aplikasi SPL pada smartphone, seperti terlihat pada GAMBAR 2 yang
diunduh menggunakan aplikasi Google Play. Sedangkan generator juga mengoperasikan
aplikasi online yaitu Online Tone Generator seperti terlihat pada GAMBAR 3.

4
Bahan akustik atau penyerap suara terbuat dari serat enceng gondok yang diben tuk menjadi
alas piring bundar atau anyaman bundar, seperti terlihat pada GAMBAR 4. Dibuat dua buah
alas piring masing-masing sebagai contoh uji 1 dan contoh uji 2. Alat eksperimen yang
disebutkan di atas adalah proyek yang dirancang untuk diintegrasikan dengan STEAM,
yang berisi elemen sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika. Siswa dapat menjelaskan
IPA dari materi tentang gelombang bunyi dan sifat-sifatnya. Teknologi dijelaskan dengan
alat eksperimen yang memanfaatkan teknologi IT. Teknik tersebut disajikan melalui cara
pengambilan data eksperimen. Seni disajikan melalui seni anyaman tatakan bundar pada
bahan akustik. Sedangkan matematika melalui teknik analisis data praktis yang
menggunakan operasi matematika.

4. HASIL DAN DISKUSI

Studi lain telah mengembangkan alat untuk eksperimen siswa untuk membantu mengamati
intensitas suara. Namun alat yang dikembangkan dalam penelitian ini tidak menggunakan
bahan alam sebagai peredam suara (Athiyyah et al. 2020). Penelitian yang dilakukan adalah
untuk menemukan bahan penyerap suara yang berasal dari serat alami eceng gondok (Febrita
& Elvaswer 2015). Peneliti memilih eceng gondok karena merupakan tanaman yang melimpah
yang biasa ditemukan di rawa-rawa atau danau, bahkan identik dengan tanaman gulma yang
paling berbahaya (Ting et al. 2018; Hartanto 2020). Eceng gondok juga merupakan serat berpori
dan mengandung selulosa 18-31%, lignin 7-26%, hemiselulosa 18-43%, dan abu 15-26%, dengan
kadar air 85-95% (Nata et al. (2013). Analisis peredam suara dilakukan dalam penelitian ini
dengan menganalisis Noise Reduction (NR). 2016). Hal berbeda dilakukan oleh Febrita & Elvaswer
(2015), yaitu dengan mencari koefisien absorpsi menggunakan tabung impedansi. Hal ini dilakukan
karena menganalisis NR lebih mudah diterapkan dalam pembelajaran IPA dan dilakukan oleh siswa.
Alat percobaan yang digunakan seperti pada GAMBAR 1. juga mudah dibuat dan murah. Sedangkan
tabung impedansi lebih rumit dan peralatannya lebih mahal. Sedangkan untuk perangkat lain seperti
smartphone, laptop besar, dan speaker aktif, hampir semua pelajar kini sudah memiliki alat tersebut
dan tidak perlu membeli yang baru. Sampel menggunakan anyaman bulat atau tatakan bundar
karena mudah dilakukan dan dapat digunakan sebagai langkah awal dalam membuat bahan seni dan
kedap suara. Lebih-lebih lagi, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai alternatif model

5
pembelajaran berbasis proyek terpadu (PjBL) STEAM dari eksperimen dan alat yang digunakan.
Artinya eksperimen menggunakan alat peredam suara seperti GAMBAR 1 akan memberikan
informasi tentang pengintegrasian berbagai disiplin ilmu yang terdiri dari sains, teknologi, teknik,
seni, dan matematika.Pengurangan Kebisingan (NR) Bunyi adalah gelombang mekanik di udara atau
benda padat yang masih dapat ditangkap oleh telinga manusia rata-rata, dengan rentang frekuensi
20 – 20000 Hz. Suara pada frekuensi tertentu dapat menimbulkan kebisingan, seperti suara manusia,
suara mesin, atau kebisingan lalu lintas. Kebisingan dari suara manusia adalah 600 – 4000 Hz
(Satwiko, 2008). Pada penelitian ini material akustik yang terbuat dari bahan alam berserat dan
berpori yaitu eceng gondok ditenun dalam bentuk tatakan bundar, seperti terlihat pada GAMBAR 4.
Analisis material akustik Noise Reduction (NR) dilakukan untuk melihat efektifitasnya. material
sebagai peredam suara. Besarnya nilai NR menggambarkan seberapa besar benda tersebut
mengurangi intensitas suara dan dapat dihitung dengan menggunakan PERSAMAAN 1.
NR = SPL1- SPL2 ............ (1)
di mana,
NR = Pengurangan Kebisingan (dB)
SPL1= tingkat tekanan suara rata-rata di ruang sumber (dB) SPL2=
rata-rata tingkat tekanan suara di ruang penerima (dB) (Noviandri
& Harjani 2016).

Pengamatan menggunakan alat percobaan di atas (GAMBAR 1) dilakukan dalam beberapa tahap
pada sampel uji pada lima variasi frekuensi yang berbeda, yaitu 250 Hz, 500 Hz, 750 Hz, 1000 Hz,
dan 1500 Hz. Pertama, observasi menggunakan perangkat eksperimen(GAMBAR 1) tanpa sampel uji
atau hanya kaca objek diperoleh hasil NR yang diberi simbol NR K secara berurutan pada frekuensi
250 Hz, 500 Hz, 750 Hz, 1000 Hz, dan 1500 Hz sebesar 10 dB, 22 dB, 18 dB, 17 dB, dan 23 dB. Tahap
selanjutnya adalah mengamati dengan menambahkan sampel uji, seperti terlihat pada GAMBAR
5.Variasi yang dilakukan yaitu dengan menambahkan sampel uji 1, sampel uji 2, dan kombinasi
sampel uji 1 dan sampel uji 2. Dalam pengamatan menggunakan sampel uji ini masing-masing
dilakukan sebanyak tiga kali. Pada lima variasi frekuensi yang berbeda seperti pada percobaan tahap
pertama. Didapatkan nilai NR yang memberikan simbol NR S. Untuk mendapatkan nilai NR yang
dimaksud dalam penelitian ini, nilai NR S dihasilkan dari 3 kali pengamatan pada setiap frekuensi
dikurangi nilai NR. K pada frekuensi yang sama dengan rumus seperti pada PERSAMAAN 2.
(2)NR = (NR S – RN K)
di mana,
NR = Pengurangan Kebisingan (dB)
NR S = Noise Reduction setelah diberikan sampel uji (dB) RN K = Noise Reduction sebelum diberikan
sampel uji (dB)

6
Nilai NR yang diperoleh dari 3 pengamatan tersebut kemudian ditentukan oleh rata-rata NR pada
masing-masing frekuensi, seperti terlihat pada TABEL 1.
TABEL 1. Hasil perhitungan rata-rata Noise Reduction (NR)

Menurut Satwiko (2008), perubahan suara antara 3 hingga 20 dB memiliki efek yang dapat
dirasakan manusia. Nilai NR yang diamati yang ditunjukkan pada TABEL 1 menunjukkan bahwa
sampel uji efektif pada frekuensi tinggi 1500 Hz, baik sampel uji 1 dengan NR = 8,7 dB, sampel uji 2
(NR = 8,3 dB), atau kombinasi sampel uji 1 dan sampel uji 2 (NR = 9,3 dB). Hal ini juga sesuai dengan
apa yang dikatakan oleh Satwiko (2008) bahwa bahan berpori dan berserat berfungsi dengan baik
untuk mereduksi frekuensi tinggi. Namun, menurut Satwiko (2008), ketebalan sampel uji harus
ditingkatkan untuk mengurangi suara pada frekuensi rendah. Seperti ditunjukkan pada TABEL 1,
sampel uji 1 hanya efektif pada frekuensi 1500 Hz, sampel uji 2 efektif pada 500 Hz dan 1500 Hz, dan
sampel uji gabungan efektif pada 500 Hz, 750 Hz, dan 1500 Hz. Terdapat perbedaan frekuensi
500 Hz antara sampel uji 1 dan sampel uji 2 karena sampel uji 2 lebih tebal dari sampel uji 1. Hasil
perhitungan NR rata-rata setiap sampel uji diplot dalam grafik. Nilai NR masing-masing sampel uji
akan terlihat seperti GAMBAR 6. Grafik tersebut menunjukkan bahwa setiap sampel uji sangat efektif
pada frekuensi 1500 Hz dan tidak efektif pada frekuensi rendah 250 Hz.

Hasil percobaan di atas menunjukkan bahwa sampel uji anyaman eceng gondok dapat digunakan
sebagai alternatif peredam suara terutama pada ruangan yang kebisingannya berasal dari suara
manusia. Bentuk anyaman eceng gondok tidak hanya pada tatakan bundar, namun percobaan ini
dapat menyesuaikan dengan tempat yang akan diberikan anyaman tersebut. Anyaman dapat
disajikan dalam bentuk hiasan pada furnitur, misalnya untuk taplak meja, pembungkus kursi, atau
7
engsel yang terbuat dari anyaman eceng gondok.
Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) Terintegrasi dengan STEAM
PjBL adalah proses pembelajaran berbasis proyek yang berpusat pada siswa memecahkan masalah,
merancang, dan menciptakan karya. Pada saat yang sama, STEAM menawarkan kegiatan yang
melibatkan siswa dalam tugas desain dan rekayasa untuk mengeksplorasi keterampilan sains dan
matematika siswa melalui kreativitas, ekspresi, dan aspek visual yang juga mendukung pemikiran
logis (Ismayani 2016; Spiko et al. 2017). Model PjBL-STEAM merupakan proses pembelajaran yang
menggabungkan model pembelajaran berbasis proyek dengan menggunakan pendekatan STEAM.
Model PjBL-STEAM mendorong siswa untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam
dengan secara aktif mengeksplorasi tantangan dan masalah dunia nyata dengan mengintegrasikan
setiap komponen STEAM (Annisa et al. 2019). Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif
material peredam suara dari alam yang murah dan ramah lingkungan sebagai proyek, kemudian
mengintegrasikan elemen STEAM sebagai alternatif model pembelajaran bagi siswa. Oleh karena itu,
menjelaskan model PjBL dengan pendekatan STEAM pada peredam yang dikembangkan dalam
penelitian ini menjadi penting.

Pembelajaran berbasis proyek (PjBL)


Goodman dkk. (2010) mendefinisikan PjBL sebagai pendekatan pengajaran yang dibangun di atas
kegiatan belajar dan tugas-tugas aktual yang memberikan tantangan bagi siswa terkait dengan
kehidupan sehari-hari untuk diselesaikan secara berkelompok. Pada percobaan di atas dapat
dikategorikan dalam model pembelajaran PjBL. Pasalnya, percobaan peredam suara ini merupakan
tugas nyata yang dapat memberikan tantangan bagi siswa, kebisingan akibat suara merupakan
masalah kehidupan sehari-hari yang dapat diselesaikan siswa secara berkelompok.
Sains
Kandungan ilmiah yang terkandung dalam alat kedap suara eksperimental ini meliputi gelombang
suara. Bunyi adalah gelombang mekanik di udara atau benda padat yang masih dapat ditangkap oleh
telinga manusia rata-rata, dengan rentang frekuensi 20 – 20000 Hz. Kemudian tentang sifat-sifat
gelombang suara, yang dapat dipantulkan, ditransmisikan, atau diserap. Selain itu, besaran
gelombang suara juga dipelajari, meliputi frekuensi suara, intensitas suara, dan pengurangan
kebisingan (NR). Anda bisa belajar ilmu dari materi tentang tanaman eceng gondok yang memiliki
nama ilmiah Eichhornia crassipes. Alat percobaan ini menyelidiki bahan yang dapat menyerap suara
dari eceng gondok dengan mengeksplorasi NR pada beberapa variasi frekuensi.
Teknologi
Eksperimen ini memanfaatkan beberapa teknologi, antara lain teknologi komputer, speaker,
smartphone, dan program aplikasi perangkat lunak. Aplikasi yang digunakan pada alat eksperimen
ini antara lain aplikasi Sound Pressure Level (SPL) dan generator frekuensi tone generator online.
Siswa juga dapat menggunakan teknologi informasi dalam mencari perpustakaan untuk
8
mempersiapkan proyek dan memecahkan masalah tentang peredam suara.
Rekayasa
Teknik yang dibutuhkan pada saat pengumpulan data, yaitu bagaimana mengatur agar alat
eksperimen berfungsi sebagai alat pengumpulan data penelitian. Alat praktikum diatur dengan cara
menghubungkan semua komponen untuk memperoleh data percobaan. Speaker ditempatkan di
ruang sumber suara, terhubung dengan laptop/komputer dengan aplikasi tone generator online.
Aplikasi SPL pada smartphone digunakan untuk mengukur intensitas suara di setiap ruangan.
Seni
Selain berfungsi untuk mengumpulkan data, diperlukan sentuhan seni agar alat eksperimen terlihat
menarik. Sehingga siswa dalam menyusun perangkat tidak asal-asalan. Mahasiswa juga dapat
mempresentasikan karya seni pembuatan sampel uji material akustik dalam anyaman eceng gondok
(alas tatakan bundar). Siswa diajarkan seni membuat tatakan.
Matematika
Matematika digunakan dalam percobaan ini mulai dari pembuatan alat, yaitu mengikuti bentuk
dengan ukuran tertentu. Kemudian matematika juga digunakan untuk analisis data dengan
menggunakan operasi matematika. Penjelasan integrasi STEAM pada peredam di atas menunjukkan
bahwa peredam dalam penelitian ini dapat diterapkan sebagai model pembelajaran alternatif. Model
yang paling tepat adalah menggunakan model berbasis proyek untuk mengikuti tujuan penelitian ini
yaitu menjadikan peredam eceng gondok sebagai alternatif model pembelajaran berbasis proyek
(PjBL) terintegrasi STEAM. Selanjutnya, kami akan menjelaskan menggunakan peredam yang
mengintegrasikan STEAM menggunakan alur pembelajaran berbasis proyek. Menurut Desta (2017),
STEAM dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan mengikuti enam tahapan
PjBL, yaitu; (1) Mulailah dengan pertanyaan penting, (2) Proyek Desain, (3) Membuat jadwal, (4)
Memantau siswa dan kemajuan proyek, (5) Menilai hasil dan (6) Mengevaluasi pengalaman. Tahapan
STEAM terintegrasi PjBL, jika diterapkan dalam pembelajaran, area pada TABEL 2.
MEJA 2. Tahapan Implementasi PjBL-STEAM dalam Pembelajara

9
5. KESIMPULAN
Material akustik dapat meredam noise dari noise yang tidak diinginkan dengan
sifat porous dan fibrous. Salah satu bahan alternatif adalah tanaman eceng gondok,
yaitu dengan cara dijemur terlebih dahulu kemudian dianyam dalam bentuk tatakan.
Keset eceng gondok merupakan bahan alternatif peredam suara dari kebisingan yang
berasal dari suara manusia (600-4000 Hz). Pengujian dilakukan dengan membuat tikar
eceng gondok sebagai sekat antara ruang 1 dan 2. Instrumen percobaan dibuat dari
kotak kaca yang dirancang menjadi dua ruangan yaitu ruangan 1 sebagai sumber suara
dan ruangan 2 untuk penerima suara. Teknologi juga dimanfaatkan sebagai bagian dari
pengintegrasian unsur science, technology, engineering, art, and math (STEAM),
termasuk speaker aktif, aplikasi Sound Pressure Level (SPL) di smartphone, dan aplikasi
Online Tone Generator.Selanjutnya alat ini digunakan sebagai proyek bagi siswa dalam
belajar. Sehingga alternatif model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian
ini dapat disebut dengan model pembelajaran PjBL terintegrasi STEAM. Enam tahap
PjBL dilakukan, dan elemen STEAM dijelaskan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
sampel uji efektif sebagai penyerap suara pada frekuensi tinggi 1500 Hz, dengan nilai
NR sampel uji 1 = 8,7 dB, NR sampel uji 2 = 8,3 dB, dan NR Gab = 9,3 dB. Sampel uji juga
memadai pada frekuensi rendah. Yaitu, sampel uji 2 cukup pada frekuensi 500 Hz
dengan NR sampel uji 2 = 3,0 dB.Sampel uji gabungan juga secara efektif mengurangi
suara pada frekuensi 500 Hz dengan NR Gab =4,3 dB dan frekuensi 750 Hz dengan NR
Gab = 4,7 dB. Hasil percobaan ini menemukan hasil redaman suara mirip dengan teori
bahwa perubahan suara antara 3 sampai 12 dB memiliki efek yang dapat dirasakan
manusia. Dengan demikian, hasil percobaan ini dapat dikatakan bahwa serat alam dari
eceng gondok memiliki kualitas yang cukup baik sebagai bahan alternatif peredam
suara.

10
B. Jurnal Pembanding

1. PENDAHULUAN
Praktikum dalam pembelajaran kimia merupakan pendekatan penting untuk mendapatkan
pemahaman dan aplikasi kimia yang lebih baik. Pembelajaran berbasis laboratorium membantu
mahasiswa untuk menemukan fakta fakta teori yang dipelajari dalam perkuliahan. Namun, dimensi
psikomotorik lebih penting karena pembelajaran IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan, tetapi
juga usaha manusia dengan penerapan keterampilan motorik, seperti alat merangkai dan
pengukuran. Keterampilan ini juga berguna bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan
praktikum adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep dan psikomotorik siswa (Millard dan
Abrahams, 2009).
Didukung oleh Menurut pendapat Hofstein (2004), pembelajaran kimia kurang berhasil jika tidak
didukung dengan kegiatan praktikum. Pembelajaran berbasis proyek merupakan bentuk
pembelajaran konstruktivis dan kolaboratif di mana proses pembelajaran menggunakan
pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk
memecahkan masalah, dan belajar satu sama lain bersama untuk membangun pengetahuan mereka
(Whatley, 2012) (Gulbahar, 2012). & Tinmaz, 2006). Yalcin, et al., 2009 menyatakan bahwa PBL
merupakan model pembelajaran yang komprehensif bagi siswa. Mereka dapat bekerja secara
individu atau kelompok untuk menyelidiki suatu topik. PBL merupakan pembelajaran sistematis
yang melibatkan siswa dalam pembelajaran pengetahuan dan keterampilan melalui pengembangan
inkuiri untuk memperoleh suatu produk (Widiyatmoko dan Pamelasari, 2012). Selain itu,
Sumarni (2015) menyatakan bahwa PBL adalah metode pengajaran sistematis yang melibatkan
siswa dalam belajar melalui tugas penelitian, pertanyaan otentik, dan produk yang dirancang dengan
baik. PBL meningkatkan kreativitas dan keterampilan psikomotorik siswa melalui kegiatan
pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk (Bell, 2010);
(Doppelt, 2003); (Tiantong & Siksen, 2013); dan (Yalcin, et al., 2009). Akinoglu (2008), Doppelt
(2003) dan Yalcin et al (2009) menyatakan bahwa PBL efektif dalam meningkatkan kinerja siswa
melalui penciptaan produk melalui uji coba. Dalam PBL, siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan guru dapat mengamati aktivitas mereka selama proses pembelajaran. Selain itu,
selama proyek berlangsung, psikomotorik siswa dapat dinilai secara optimal. Siswa dapat
meningkatkan kemampuan psikomotorik, kemampuan berpikir, kreativitas dan imajinasinya, sejalan
dengan peningkatan proses pembelajaran dan kualitasnya. Proyek yang diberikan kepada siswa
harus merangsang mereka untuk menciptakan produk pendidikan seperti alat peraga pengajaran.
Alat peraga dapat digunakan untuk memberikan pengalaman dasar dalam bereksperimen dan
menjelaskan konsep (Glaser & Carson)

Konsep yang perlu divisualisasikan secara jelas adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan
titik didihnya dengan menggunakan rangkaian alat destilasi. Konsep pemisahan ini berkaitan dengan
sifat koligatif senyawa dan pemisahan fraksi minyak atsiri. Di sekolah menengah, tidak ada peralatan
distilasi; Oleh karena itu, mahasiswa dapat melakukan penelitian tindakan dengan memberi mereka
sebuah proyek untuk menghasilkan serangkaian peralatan distilasi menggunakan bahan bekas. Hasil
penelitian Widyatmoko & Nurmasitah (2013) tentang pembelajaran berbasis proyek dengan
produksi teaching props menunjukkan bahwa aktivitas siswa meningkat 25%. Selain aktivitas siswa,
penelitian Deta dkk (2013) juga menunjukkan adanya hubungan antara PBL dengan keterampilan
siswa. Hal ini menunjukkan peningkatan 55% pada aspek keterampilan merakit alat peraga. .Melalui
kegiatan praktik, pendidik IPA dapat mengarahkan peserta didik menuju karya ilmiah. Selain itu,
guru memberikan kesempatan untuk memahami dan mengenali lingkungan, melakukan pengamatan
dan pembentukan hubungan sebab akibat, serta pembelajaran dengan aktivitas langsung (Hofstein &
Lunneta, 2004). Selain itu, guru juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi siswa (Saad,
R. & BouJaoude. 2012; Chanlin, 2008); membantu mereka belajar tentang diri mereka. Ives;
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan psikomotorik
dan mental; memberikan pembelajaran yang bermakna; meningkatkan kemampuan berpikir
analitis; dan mendukung hubungan antara sains dan kehidupan sehari-hari (Hofstein & Lunneta,
2004; Mc Donnel, 2007). Penilaian psikomotorik dalam pembelajaran kimia dapat ditingkatkan
melalui kegiatan praktikum (Aksela & Juntunen, 2013). Ranah psikomotor adalah semua tentang
11
“melakukan sesuatu” melalui peniruan, latihan dan pembiasaan keterampilan baru, sedangkan
dua jenis pembelajaran dalam Taksonomi Bloom adalah domain kognitif, berfokus pada
pengetahuan, dan domain afektif berfokus pada sikap (El-Sayed, 2011). ) (Witteck, dkk., 2007).
Praktik laboratorium dapat mengembangkan potensi keterampilan psikomotorik (Witteck, et al.,
2007) yang bertujuan untuk mengembangkan arah kinerja siswa (Tafa, 2012). Tujuh kategori utama
yang diurutkan dari perilaku yang paling sederhana hingga yang paling kompleks diungkapkan oleh
Samson (1972) dalam (Clark, 2014) seperti terlihat pada Tabel 1.

2. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan pada bagian ini, penelitian tindakan kelas dilakukan
dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan
keterampilan psikomotorik siswa melalui pembuatan alat peraga. Manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah untuk memperluas pengetahuan tentang penggunaan alat peraga dalam upaya
memvisualisasikan topik abstrak dan juga untuk meningkatkan keterampilan psikomotorik. Secara
praktis PBL dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi tekanan uap larutan
dan pemisahan campuran berdasarkan titik didih. Selain itu, dengan menggunakan alat peraga, siswa
dapat melihat, merasakan, mengungkapkan pikiran tentang benda hidup yang dipelajarinya. Selain
itu, mereka dapat mengamati konsep yang abstrak, melekat dan tahan lama dalam diri siswa. Sebagai
tambahan, memperluas pengetahuan siswa tentang penerapan bahan bekas sebagai alat
pembelajaran. Selain itu juga dapat meningkatkan kreativitas dan aktivitas siswa.

3. METODE
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan bekerja sama dengan guru di salah satu SMA di
Semarang. Subjek penelitian adalah siswa kelas X sebanyak 37 siswa (23 perempuan dan 14 laki-
laki). Penelitian ini mengacu pada Spiral Model Kemmis & Mc Taggart, dimana terdapat empat
tahapan penting dalam penelitian tindakan kelas, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi,
dan (4) refleksi, sehingga menghasilkan siklus sebagai ditunjukkan pada Gambar 1. Penelitian ini
dilaksanakan dalam tiga siklus. Prestasi belajar siswa dalam penelitian ini adalah diukur dengan
minimal 75% jumlah siswa mencapai kriteria minimal kognitif dan mencapai kriteria sangat baik
pada aspek psikomotorik. Teknik analisis data menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif.
Penilaian pada ranah psikomotor dilakukan dan diamati berulang kali dengan menggunakan skala
peringkat. Juga, pengamat terlibat dalam penelitian untuk meminimalkan potensi variabilitas
tersebut. Bentuk Atas hasil belajar pada siklus II. Peningkatan skor kognitif siswa dari siklus 1 ke
siklus 2 terjadi disebabkan oleh sebagian besar siswa yang bersemangat belajar kimia. Selain itu,
guru memberikan instruksi kepada mereka untuk melaksanakan pembelajaran yang tertib dan
terarah, seperti yang disampaikan oleh Lee et al. (2012) dan Harman et al. (2016). Pendekatan
simpson pada ranah psikomotorik memiliki tujuh tingkatan, dimulai dari tingkat yang paling
sederhana: persepsi, set, respons terbimbing, respons mekanik, respons kompleks, adaptasi, dan
originasi.
Tabel 1.Domain Psikomotor Simson dari Taksonomi

12
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian yang dilakukan pada pra siklus hingga siklus III diperoleh hasil belajar
kognitif dan persentase ketuntasan klasikal, seperti terlihat pada Gambar 2.

Dari Gambar 2 terlihat bahwa pada siklus I, hasil belajar kognitif siswa belum sesuai dengan
indikator keberhasilan pencapaian sebesar 75%. Namun, kemudian tercapai pada siklus kedua.
Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa pada model pembelajaran yang sama dengan siklus
sebelumnya terjadi peningkatan kognitif hasil belajar pada siklus II. Peningkatan skor kognitif
siswa dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi disebabkan oleh sebagian besar siswa yang bersemangat
belajar kimia. Selain itu, guru memberikan instruksi kepada mereka untuk melaksanakan
pembelajaran yang tertib dan terarah, seperti yang disampaikan oleh Lee et al. (2012) dan Harman
et al. (2016). Namun tindakan masih perlu dilanjutkan ke siklus ketiga, karena seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2, indikator keberhasilan pencapaian keterampilan psikomotorik, belum
tercapai pada siklus 2

Dari Gambar 2 dan Gambar 3 terlihat bahwa aspek psikomotorik pada siklus 1 masing-masing
indikator yaitu respon terbimbing, originasi, persepsi, set dan adaptasi belum mencapai kategori
baik. Pada siklus I keterampilan menyiapkan alat, bahan, dan penyelesaian pekerjaan masih
rendah karena siswa belum memahami alat peraga komponen destilasi dan fungsinya. Pada
aspek kesiapan (set) siswa cenderung kurang memperhatikan penjelasan guru tentang persiapan
alat peraga destilasi dan cara merumuskan dan mengukur larutan kerja sebelum proses destilasi.
Siswa juga belum terbiasa menyiapkan alat dan bahan praktikum secara mandiri. Hasil ini sejalan
dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Onwuagboke dan Osuala (2014) bahwa aspek
psikomotorik terutama pada aspek kegiatan yang direncanakan dan penggunaan alat dan bahan,
kemampuan siswa cenderung rendah karena ketidaksiapan peserta didik dalam partisipasi
mata pelajaran dan eksperimen secara mandiri. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1,
pembelajaran siklus 2 dilakukan dengan memberikan tugas proyek kepada siswa untuk membuat
alat destilasi yang telah direncanakan pada siklus 1t. Proyek ini memberi siswa tugas untuk
membuat rangkaian alat distilasi menggunakan bahan bekas.

13
4. KESIMPULAN

Ikhtisar pekerjaan proyek dalam pendidikan sains, menunjukkan bahwa fokusnya tetap pada
keterampilan kognitif. Namun, keterampilan kognitif perlu didukung dengan baik oleh keterampilan
psikomotorik dan keterampilan afektif. Guru sains percaya untuk berterima kasih kepada aplikasi
laboratorium di mana mereka dapat mengajarkan sains dengan lebih mudah kepada siswa mereka.
Siswa dapat berhasil dan keterampilan proses ilmiah siswa dapat meningkat (Myers & Dyer, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan kerja proyek berupa alat peraga merupakan laboratorium pembelajaran
distilasi yang berpusat pada siswa sangat penting dan bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan
tiga ranah pembelajaran, yaitu; kognitif, afektif, dan psikomotorik. Praktek kerja memainkan peran
penting dalam menciptakan hubungan dengan kehidupan sehari-hari, memungkinkan siswa untuk
memahami pelajaran, mewujudkan pengetahuan yang dipelajari, dan untuk mengembangkan
keterampilan psikomotor dan ketangkasan mereka (Pekbay & Kaptan, 2014; Kibirige & Hodi, 2013;
Owolabi dan Oginni, 2012; Saad & BouJaoude. 2012; Tafa, 2012; Millar, 2009; Teixeira-Dias, 2005)
Banyak keterampilan yang dapat diperoleh dari kegiatan tersebut antara lain keterampilan observasi,
pengukuran, klasifikasi, pencatatan data, membuat hipotesis, PBL dengan kaleng distilasi fluoresen
meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa. Namun, disarankan jika produk akan menerapkan
PBL dengan alat peraga, guru harus mempertimbangkan kemampuan siswa untuk dijadikan sampel
dengan proyek penelitian yang akan dilaksanakan. Hal ini penting karena penerapan pembelajaran
dengan menciptakan produk yang tidak diimbangi dengan kemampuan siswa dapat mengakibatkan
hasil penelitian kurang optimal, sehingga kurang sesuai dengan harapan yang diinginkan. Karena
tujuan dari penelitian ini untuk membantu mahasiswa di lab, lab dengan keterbatasan alat
laboratorium, dapat dilakukan dengan membuat alat peraga lain yang terbuat dari bahan bekas.
Dengan demikian, PBL dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mengatasi kendala implementasi
praktis seperti: praktikum proses elektrolisis untuk memahami sifat-sifat koloid, kekekalan massa,
dan sebagainya.
SARAN
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada 1) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memberikan dana untuk
penelitian ini dan 2) mahasiswa yang telah berkontribusi dalam penyelesaian penelitian ini.

14
BAB III

ANALISIS JURNAL

Kelebihan dan Kelemahan Isi Kedua Jurnal

A. Kelebihan Isi Kedua Jurnal

1. Menjelaskan penilaian
pembelajaran IPA hidup di masa yang
menarik secara rinci dan jelas.
2. Pada metode penelitiannya dibuktikan
oleh fakta-fakta yang jelas dan akurat
sehingga argumen para penulis dapat
diterima dengan baik dan kita juga dapat
mencerna fakta beserta argument yang
lebih jelas dan mudah dipahami.
3. Daftar pustaka yang dibuat dengan baik.
4. Dari segi bahasa, bahasa yang digunakan
adalah bahasa baku yang mudah
Kajian Bahan Suara dipahami oleh pembaca walaupun
Eceng Gondok bahasa inggris.
(Eichhornia Crassipes) 5. Abstrak dibuat dengan baik sesuai
Sebagai Alternatif ketentuan jurnal Internasional pada
STEAM Terintegrasi umumnya.
Berbasis Proyek Model 6. Memiliki DOI pada jurnal.
Pembelajaran (PjBL)

15
1. Menjelaskan secara rinci mengenai
upaya meningkatkan hasil belajar
IPA terhadap peserta didik dengan
model problem based learning.
2. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian tindakan
kelas (PTK). Hal ini sangat mudah
untuk dipahami karena hasil
penelitian yang diperoleh dapat
dicerna lebih baik dan jelas.
3. Jurnal ini juga memaparkan table
dan gambar dengan baik, sehingga
PEMBELAJARAN BERBASIS
membuat si pembaca mudah
PROYEK (PBL) UNTUK
memahami isi pembahasan dan
MENINGKATKAN
lebih menarik.
PSIKOMOTORIK
4. Pada bagian abstrak terdapat dua
KETERAMPILAN:
bahasa,yaitu bahasa Indonesia dan
PENELITIAN AKSI KELAS
bahasa internasional,hal ini
membuat jurnal ini lebih memikat si
pembaca akan kebagusan isi dari
jurnal tersebut.
5. Daftar pustaka yang dibuat dengan
baik.
6. Dari segi bahasa, yaitu digunakan
bahasa baku yang mudah dipahami
oleh pembaca.
7. Memiliki DOI pada jurnal.

16
B. Kelemahan Isi Kedua Jurnal

1. Pada bagian penulisannya ada


beberapa kesalahan.
Kajian Bahan Suara Eceng Gondok
2. Pada jurnal tidak dipaparkan
(Eichhornia Crassipes) Sebagai
Alternatif STEAM Terintegrasi identitas dengan baik.
Berbasis Proyek Model 3. Tidak ada table maupun gambar
Pembelajaran (PjBL) yang dipaparkan.

PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK 1. Pada bagian penulisannya ada


(PBL) UNTUK MENINGKATKAN beberapa kesalahan.
PSIKOMOTORIK 2. Pada jurnal tidak dipaparkan
KETERAMPILAN: PENELITIAN AKSI identitas dengan baik.
KELAS

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penilaian adalah kuncinya komponen sistem dan banyak yang perlu diubah relatif
terhadap '' praktik standar '' di bidang penilaian ilmu. Untungnya, dekade terakhir telah
melihat sejumlah kemajuan dalam konseptualisasi desain dan penggunaan penilaian,
beberapa di antaranya dicatat dalam komentar, serta penelitian dan pengembangan yang
signifikan di bidang penilaian ilmu pengetahuan. Terlepas dari kenyataan bahwa masih
banyak yang harus dilakukan untuk mewujudkan visi pembelajaran IPA di Indonesia
laporan Kerangka Kerja NRC, pendidikan sains berada pada posisi yang baik untuk
memenuhi tantangan yang dimaki di dalamnya. Artikel- artikel dalam edisi ini
memberikan contoh pemikiran yang mendalam dan kaya bahwa sekarang ada mengenai
desain penilaian sains, interpretasi dan penggunaan. Semoga dilapangan dapat mengkaji
kasus-kasus tersebut dan mengambil pelajaran darinya mengenai jenis pekerjaan yang
perlu dilakukan dilakukan dan cara-cara di mana untuk mengkonseptualisasikan upaya
itu.

B. Saran
Jurnal utama dan jurnal pembanding sebaiknya saling mengisi kekuranganya. Bisa
meningkatkan semangat penulis ketika ingin merevisi masing-masing jurnal tersebut.
Baik dari segi fisik maupun isi yang kurang baik dapat diperbaiki dengan melihat
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jurnal. Materi yang kurang jelas
pemahamannya didalam jurnal utama maupun jurnal pembanding hendaknya bisa
diperluas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Pellegrino, J. W. (2012). Assessment of science learning: Living in interesting times.


Journal of Research in Science Teaching, 49(6), 831–841.
https://doi.org/10.1002/tea.21032

Meningkatkan, U., Belajar, H., Peserta, I. P. A., & Learning, P. B. (2022). 31510-78704-1- Pb.
6(1), 120–128.

19
LAMPIRAN

A. Jurnal Utama

20
B. Jurnal Pembanding

21

Anda mungkin juga menyukai