Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL BOOK REPORT

“EVALUASI PEMBELAJARAN”
MATA KULIAH EVALUASI PENILAIAN HASIL BELAJAR KIMIA

DOSENPENGAMPU : SUSILAWATI AMDAYANI,S.Si,M.Pd


: Dr.AYI DARMANA,M.Si

DISUSUN OLEH :

DINA ASIMA OCTAVIA HUTABARAT 4203131009

RAHMA FAUZIAH HERLANDA 4203131003

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MARET 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat
dan RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report (CBR)
mata kuliah Evaluasi Penilaian Hasil Belajar Kimia. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Susilawati Amdayani S.Si,M.Pd dan Bapak Dr.Ayi Darmana,M.Si selaku
dosen pengampu yang sudah memberikan bimbingannya kepada penulis sehingga penulis
dapat melaksanakan tugas ini.
Tugas Critical Book Report ini disusun dengan harapan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kita semua khususnya dalam Evaluasi Penilaian Hasil Belajar
Kimia. Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini. Penulis berharap semoga
tugas Critical Book Report ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi kami juga.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga dapat bermanfaat serta bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 03 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
1.2 TUJUAN PENULISAN CBR................................................................................................1
1.3 MANFAAT PENULISAN CBR...........................................................................................2
1.4 IDENTITAS BUKU.............................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................................4
RINGKASAN ISI BUKU................................................................................................................4
2.1 RINGKASAN MATERI BUKU 1........................................................................................4
2.2 RINGKASAN MATERI BUKU 2......................................................................................14
BAB III...........................................................................................................................................21
KEUNGGULAN BUKU...............................................................................................................21
3.1 KETERKAITAN TOPIK UTAMA DENGAN TOPIK YANG TERKAIT....................21
3.2 ASPEK KELAYAKAN ISI.................................................................................................21
3.3 ASPEK KELAYAKAN BAHASA......................................................................................21
3.4 ASPEK KELAYAKAN PENYAJIAN...............................................................................21
BAB 1V..........................................................................................................................................23
KELEMAHAN BUKU..................................................................................................................23
4.1 KETERKAITAN TOPIK UTAMA DENGAN TOPIK YANG TERKAIT....................23
4.2 ASPEK KELAYAKAN ISI.................................................................................................23
4.3 ASPEK KELAYAKAN BAHASA......................................................................................23
4.4. ASPEK KELAYAKAN PENYAJIAN..............................................................................23
BAB V............................................................................................................................................24
PENUTUP......................................................................................................................................24
5.1 KESIMPULAN....................................................................................................................24
5.2 SARAN.................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

CBR merupakan salah satu tugas yang wajib dikerjakan oleh mahasiswa Universitas
negeri Medan.Tugas CBR ini termasuk dalam penilaian dosen terhadap mahasiswanya.
Evaluasi Penilaian Hasil Belajar Kimia merupakan salah satu mata kuliah di Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam dimana mata kuliah ini sangat penting agar setiap
mahasiswa yang nantinya akan menjadi guru bisa lebih mudah menerapkan mata kuliah ini
dalam melaksanakan proses pembelajaran kepada para peserta didiknya serta bisa
mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh setiap peserta didknya nanti
Critical Book Report adalah penganalisisan, penilaian, dan pengevaluasikan mengenai
keunggulan dan kelemahan buku,bagaimana isi buku tersebut bisa mempengaruhi cara
berpikir kita dan menambah pemahaman kita.Melalui critical book report kita menguji
pikiran pengarang atau penulis berdasarkan sudut pandang kita berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman yang kita miliki.
Selain itu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah,buku Evaluasi Penilaian Hasil
Belajar Kimia ini juga dapat menginformasikan kepada kita semua mengenai keunggulan
dan kelemahan dari materi mengenai perencanaan tes yang ada di dalam buku ttersebut.Hal
yang disoroti dalam sebuah penulisan critical book report ini tidak sebatas pada isi buku
saja,tetapi sistematika,penyajian,gaya bahasa,kecermatan ejaan,diksi serta hal yang tidak
berhubungan langsung dengan aspekisi.Bahkan,ilustrasi,tata letak atau hal-hal yang
berkenaan dengan teknik percetakan pun bisa dikomentari dan dinilai,selain menilai
kelebihan dan kekurangannya.

1.2 TUJUAN PENULISAN CBR

Mengkritisi atau membandingkan sebuah materi yang terdapat pada suatu buku
mengenai perencanaan tes serta membandingkan dengan materi atau topik yang ada pada
buku yang berbeda dengan topik yang sama yang dibandingkan dalam buku tersebut yaitu
kelengkapan pembahasannya, dan kelemahan dan kelebihan pada materi-materi yang
terdapat dalam buku-buku tersebut yang nantinya akan dianalisis.

1
1.3 MANFAAT PENULISAN CBR

Manfaat yang dapat kita simpulkan pada hal diatas ialah:


 Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah materi yang ada pada buku
yang telah di lengkapi dengan ringkasan buku,pembahasan  isi buku,serta
kekurangan dan kelebihan dari materi terkait yang ada pada buku tersebut.
 Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas topik
yang ada pada buku-buku yang akan dianalisis
 Menambah wawasan pengetahuan pembaca mengenai bagaimana cara membuat
suatu tes agar sesuai dengan ketentuan yang telah ada.
 Menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai critical book report.
 Menambah pengetahuan pembaca mengenai Evaluasi hasil pembelajaran

1.4 IDENTITAS BUKU

BUKU UTAMA
1. Judul : Evaluasi Pembelajaran
2. Penulis : Prof. Dr. Ida Ayu Gde Yadnyawati, M.Pd
3. Tahun Terbit : 2019
4. Kota Terbit : Denpasar,Bali
5. Penerbit : UNHI Press
6. Edisi : Pertama
7. Halaman : 152 halaman
8. ISBN : 978-623-916361

2
BUKU PEMBANDING

1. Judul : Evaluasi Pembelajaran


2. Penulis : Drs. Asrul, M.Si, Rusydi Ananda, M.Pd, Dra. Rosnita, MA
3. Tahun Terbit : 2014
4. Kota Terbit : Bandung
5. Penerbit : Ciptapustaka Media
6. Edisi : Pertama
7. Halaman : 192 halaman
8. ISBN : 978-602-1317-49-5

3
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

2.1 RINGKASAN MATERI BUKU 1

PENGADMINISTRASIAN TES HASIL


BELAJAR
 Langkah Penyusunan Tes
Dalam melakukan sutau tes perlu dilakukan beberapa tahapan,tahapan pertama adalah
penyiapan perangkat tes.Untuk melakukan penyiapan perangkat tes maka langkahnya
adalah:
A. Langkah-langkah penyiapan perangkat tes
1. Menetapkan tujuan tes
Dalam menetapkan tujuan tes sangat berkaitan dengan maksud penggunaan tes.Tes
prestasi belajar dapat dibuat untuk berbagai tujuan.Oleh sebab itu perlu ditetapkan terlebih
dahulu penggunaan dari pada tes yang akan dikembangkan.Tujuan penggunaan tes akan
memberikan corak dan bentuk terhadap penyusunan butir soal,misalnya bila tes itu
dimaksudkan sebagai Ujian Akhir Nasional (UAN) maka butir soal harus disusun mulai
dari yang muda sampai kepada yang sukar.
2. Analisis Kurikulum
Isi bahan pengajaran yang disajikan di kelas senantiasa mengikuti kurikulum yang
berlaku.Pemahaman dan pendalaman akan kurikulum merupakan langkah pertama untuk
menyusun dan mengembangkan suatu perangkat tes yang baik.Tes prestasi belajar adalah
mengenai sejauh mana peserta didik menyerap atau menguasai isi pelajaran,karena itu
materi tes harus didasarkan pada kurikulum sebagai patokan dalam kegiatan
pembelajaran.Cara yang dapat digunakan untuk memilih,dan menetapkan pokok dan
sub pokok bahasan sebagai materi penulisan butir soal adalah dengan menelusuri seluruh
isi GBPP sambil menilai essensial tidaknya suatu pokok atau sub pokok bahasan.Sesuai
dengan tingkatan essensial pokok atau sub pokok bahasan itulah ditetapkan pembobotan
materi butir soal.

4
3. Analisis Buku Pelajaran
Analisis buku pelajaran disebut juga timbangan buku,yang berarti bahwa penyusunan
soal dapat juga menggunakan buku sumber (literatures),disamping buku paket yang sudah
ada, selama buku-buku tersebut sesuai dengan kurikulum yang sedang berlangsung dan
buku-buku tersebut memang digunakan bersama oleh pendidik dan anak didik secara
keseluruhannya.
4. Menentukan Kisi-kisi
Istilah lain untuk kisi-kisi ialah blue print,table of test specification,lay out,plan dan
frame work. Kisi-kisi adalah suatu daftar berbentuk matriks yang memuat komponen-
komponen sebagai berikut
a. Pokok bahasan
Pokok bahasan dan sub pokok bahasa merupakan ruang lingkup butir soal yang susun.
Pokok bahasan dan sub pokok bahasan perlu ditetapkan pembobotannya sebagaimana
diuraikan pada langkah analisis kurikulum tersebut diatas.Pembobotan ini biasanya
ditetapkan dengan kategori;penting,sedang dan kurang pentting.
b. Aspek intelektual
Aspek intelektual berupa prilaku yang telah dimiliki subjek didik sebagai hasil belajar,
diperinci ke dalam jenjang kemampuan intelektual menurut taksonomi Bloom yang akan
diukur dengan tes yang dibuat, adalah mencakup:
 Ingatan
 Pemahaman
 Penerapan
 Analisis
 Sintesis
 Evaluasi
c. Bentuk soal
Bentuk soal pada umumnya dibedakan atas dua macam yaitu:bentuk uraian dan bentuk
objektif.
d. Tingkat kesukaran soal
Untuk mengetahui perbandingan yang tepat antara kelompok soal yang dikategorikan
mudah dan sukar,maka perlu dicantumkan dalam kisi-kisi tingkat kesukaran butir soal.
5
Penentuan tingkat kesukaran butir soal ditetapkan berdasarkan pendapat penulis butir soal.
Perbandingan jumlah butir soal sesuai dengan tingkat kesukaran butir soal biasanya adalah
27% mudah dan 27% sukar,selebihnya adalah sedang.
e. Jumlah dan proporsi butir soal
Jumlah dan proporsi butir soal ditentukan oleh waktu yang disediakan untuk
mengerjakan tes tersebut.Oleh sebab itu perlu ditentukan terlebih dahulu waktu yang
diperlukan mengejakan tes tersebut,sesudah itulah baru ditentukan jumlah butir soalnya.
Namun demikian perlu juga dipertimbangkan daya konsentrasi subjek didik peserta tes.
Disamping waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tes,perlu juga dipertimbangkan
tingkat kesukaran butir soal.Untuk mengerjakan butir soal yang sukar dibutuhkan waktu
yang lebih lama dibandingkan dengan mengerjakan butir soal yang tergolong mudah.
Dalam waktu yang sama dapat berbeda jumlah butir soal yang dapat dikerjakan,oleh
karena tingkat kesukaran butir soal yang berbeda.
B. Format-format Perencanaan
1. Format spesifikasi butir soal
Format ini menggambarkan alokasi butir soal sehubungan dengan tujuan tes (aspek
yang akan di tes)dan alokasi butir soal sehubungan dengan isi(materi yang akan dites).
Penentuan besarnya alokasi soal berdasarkan tujuan dan materi isi,disesuaikan dengan
penekanan yang terdapat dalam tujuan pengajaran dan sifatnya materi/isi bahan pengajaran
Dengan kata lain,format perencanaan itu menggambarkan alokasi butir soal pada setiap
tujuan tes dari setiap isi pokok bahasan.Penentuan dari prestasi yang disebut pada
perencanaan tes ini didasarkan dari spesifikasi item.Untuk mendapatkan 15% (alokasi isi/
pokok bahasan),demikian seterusnya.
2. Format Kisi-kisi Tes
Format kisi-kisi adalah format yang dibuat terakhir dari seluruh langkah kegiatan
perencanaan tes.Selain penentuan yang lebih terperinci dari lay out,pada kisi-kisi tes
diperkirakan tingkat kesulitan butir soal yang akan ditulis.Tingkat kesukaran soal
bergantung dari tujuan tes dan sulitnya pokok isi materi yang akan diuji.Kisi-kisi tes
yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:setiap item dapat dilihat apakah tujuan item,
isi pokok bahasan yang dites,bentuk tes dan tingkat kesukarannya.

6
Tabel 3.1. Kisi-kisi Tes Hasil belajar
Bidang Studi: ....................................

Keterangan: B-S = benar salah P-G = pilihan ganda


Sebaiknya penulisan soal dimulai dari item yang mudah untuk setiap bentuk tes menuju
kepada item yang sukar.Bentuk lain dari kisi-kisi tes adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Format Kisi-kisi Tes Hasil belajar


Mata Pelajaran: ....................................

Setelah kisi-kisi tes ini dilakukan penulisan soal sebagai berikut.


Tabel 3.3. Format Penulisan Soal
Bidang Studi: ....................................

Catatan: TIK : Tujuan Instruksional Khusus Aspek Perilaku : Pemahaman,Pengetahuan,


Aplikasi, Sisntesa, Analisa, dan Evaluasi
C. Petunjuk Tes
Petunjuk tes dimaksudkan untuk membimbing peserta tes bagai-mana mereka
melaksanakan/mengerjakan/menjawab tes (pedoman mengerjakan tes).Petunjuk ini terdiri
dari dua macam, yaitu :Petunjuk Umum dan Petunjuk khusus.
 Petunjuk Umum, berisi;

7
a. Pengisian identitas peserta
Pengisian identitas peserta adalah penulisan nama atau nomor tertentu (nomor ujian
atau nomor induk), kelas atau mungkin jurusan untuk sebaiknya telah tertulis pada lembar
jawaban.
b. Tempat memberi jawaban
Tempat memberi jawaban maksudnya adalah apakah ada lembar jawaban tersendiri
atau langsung pada kertas soal atau pada kertas tersendiri.Bila bentuktes adalah tes objektif
biasanya mempunyai lembaran tersendiri agar mudah memeriksanya.
c. Penjelasan tentang sistem penilaian
Penjelasan tentang sistem penilaian adalah petunjuk bagaimana cara menilai. Dalam
bentuk tes objektif hendaknya diberitahukan apakah mempergunakan rumus pengurangan
skor bagi jawaban yang salah.Hal ini dijelaskan untuk mengurangi penerkaan jawaban dan
agar peserta berhati-hati dalam memberi jawaban.
 Petunjuk khusus, berisi:
a. Tanda yang dipergunakan dalam memberi jawaban
Tanda jawaban,dalam hubungan ini biasanya dijelaskan dalam tes objektif.Apakah
dengan menyilang huruf jawaban atau melingkari atau membuat garis dibawah huruf
jawaban.
b. Jawaban pilihan yang diminta
Jawaban pilihan yang diminta,maksudnya adalah pemilihan atas alternatif jawaban.
Pada bentuk tes benar-salah sudah barang tentu menyilang/melingkari (B) bila pernyataan
benar dan (S) bila pernyataan salah.Pada tes pilihan ganda yang dipilih kemungkinan
jawaban yang benar atau salah atau paling benar atau paling sedikit mengandung
kebenaran.Pada tes pilihan ganda kompleks biasanya pilihan adalah sebagai berikut:
Lingkari
A. Jika (1), (2) dan (3) betul
B. Jika (1) dan (3) betul
C. Jika (2) dan (4) betul
D. jika hanya (4) betul
E. jika semua betul
Pada tes pilihan ganda sebab akibat, biasanya pilihan adalah sebagai berikut:
Lingkari:
A. Jika pernyataan betul,alasan betul dan kuduanya mempunyai hubungan sebabakibat

8
B. Jika pernyataan betul,alasan betul tetapi keduanya tidak menunjukkan hubungan
sebab-akibat
C. Jika pernyataan betul, alasan salah
D. Jika pernyataan salah, alasan betul
E. Jika pernyataan maupun alasan salah
Penulisan petunjuk tes biasanya ditempatkan pada permulaan perangkat tes.Bila
perangkat tes itu terdiri dari beberapa bentuk item hendaknya petunjuk khusus ditempatkan
mendahului setiap bentuk item bukan pada permulaan perangkat tes.Petunjuk hendaknya
singkat dan jelas sehingga peserta tidak terlalu sukar untuk mengingat petunjuk khususu
dari tes itu.
D. Waktu Tes
Waktu tes dimaksudkan dalam hal ini adalah lamanya penyediaan waktu untuk
mengerjakan tes,biasanya dituliskan dalam jumlah menit.Perhitungan jumlah waktu
disediakan dan ditentukan oleh jumlah butir soal dan tingkat kesukaran soal.Semakin
banyak butir soal dan semakin tinggi tingkat kesukaran soal,semakin banyak waktu
pelaksanaan tes tersebut.Bagi tes objektif perkiraan jumlah waktu yang disediakan relatif
lebih mudah.Untuk tes benar-salah secara umum jumlah waktu yang disediakan sekitar 30
detik untuk setiap soal dan untuk tes pilihan ganda jumlah waktu yang disediakan sekitar
60 detik,untuk setiap butir soal.Waktu yang disediakan harus ditambah untuk identitas dan
memahami petunjuk tes.
1. Ada beberapa hal vang perlu dipertimbangkan dalam penentuan waktu yang
disediakan,yaitu:Jumlah waktu yang cukup lama misalnya sampai dengan 3,5 jam
atau lebih mempunyai beberapa kelemahan antara lain:
 Menimbulkan rasa bosan/jemu.
 Kelelahan yang tinggi sehingga peserta cenderung asal memberi jawaban
 Memberi kesempatan untuk saling kerja sama.
2. Sesuaikanlah jumlah waktu dengan daya tahan pisik dan mental peserta.Untuk itu
tentunya semakin tinggi tingkatan sekolah jumlah waktu dapat dilakukan semakin
lama,sebaliknya semakin rendah tingkatan sekolah semakin sedikit waktu yang
mungkin dapat disediakan.
3. Untuk mendapatkan jumlah waktu yang paling cocok, sebaiknva tes,itu dicobakan.
Kepada murid/peserta (satu atau dua orang) yang sejajar kelas dengan peserta yang
akan diuji.

9
4. Sering terjadi seorang guru menambah atau mengurangi waktu pelaksanaan tes dari
yang direncanakan sebelumnya.
 Penyajian Tes
A. Penyajian Tes
Penyajian tes memerlukan ketentuan yang perlu diikuti,walaupun sementara orang
berpendapat bahwa penyajian tes adalah hal yang mudah dan dapat dilakukan oleh
sembaran orang.Hal ini sering terlihat di sekolah-sekolah (pada pelaksanaan tes sumatif),
pegawai sering diturutsertakan sebagai pengawas.Perlu diingat bahwa ketetapan penilaian
turut ditentukan oleh baik tidaknya penyajian tes,terutama dalam tes objektif.Beberapa hal
ini yang berhubungan dengan penyajian tes adalah masalah fisik,lingkungan,disiplin
dan pengawasan.
Penyajian tes sehubungan dengan perangkat soal menyangkut hal-hal berikut:
a. Penulisan butir soal.Bagi tes objektif terutama tes pilihan ganda, sebaiknya
altematif jawaban tersusun ke bawah walaupun mungkin bisa dibuat dua atau lebih
alternatif jawaban dalam satu-baris.
b. Penyajian perangkat soal sebaiknya dilakukan dengan memperbanyak perangkat
soal sesui dengan jumlah peserta tes.Hal ini terutama bagi tes objeltif.
c. Kondisi tulisan perangkat soal harus jelas dan terang. Untuk itu karena
kemungkinan adannya kesalahan pengetikan dan kurang baiknya cara
memperbanyak perangkat soal,sebaiknya guru memeriksa lebih dahulu perangkat
soal yang diperbanyak untuk memperbaki atau membuat ralat.
d. Pada tes esai walaupun sedikit soaInya akan lebih baik baik bila diperbanyak
dibandingkan dengan apabila soal tersebut didiktekan.
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan tes di sekolah antara lain:
1. Faktor Fisik
Faktor fisik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan fisik murid dan pengawas,
sedangkan faktor lingkungan meliputi meja,bangku dan ruangan suasana dalam dan luar
ruangan pelaksanaan tes, diantaranya yang perlu diperhatikan adalah:
a. Tes hendaknva dilaksanakan dimana peserta mempunyai kondisi yang baik.
b. Pada umumnya setiap peserta ujian mempunyai rasa takut atau tertekan sebelum
mereka memulai/memasuki ruangan ujian.Untuk itu hendaknya sebelum peserta
memulai ujian,pengawas terlebih dahulu menciptakan suasana tenang pada diri
peserta dengan memberrikan bimbingan secara kelompok.

10
c. Pengawas hendaknya tidak menunjukkan sikap-sikap yang kurang baik selama dan
sebelum ujian berlangsung.
d. Rasa bersaing diantara peserta akan mengurangi keinginan untuk bekerja sama.
e. Pelaksanaan tes hendaknya sudah diketahui peserta jauh sebelumnya.
f. Bangku dan meja dimana peserta akan duduk mengerjakan ujian hendaknya
memadai dilihat dari kemungkinan untuk menulis dari keamanan dalam duduk.
2. Disiplin dan Pengawasan
Disiplin dan pengawasan berhubungan dengan peraturan-peraturan/tata tertib yang
ditetapkan berhubungan dalam pelaksanaan tes.Peraturan-peraturan/ tata-tertib pelaksanaan
tes,biasanya dilakukan secara rinci dan tertulis yang bertujuan cukup penting.
a. Kehadiran peserta tes
Kehadiran peserta tes biasanya diharapkan hadir di lokasi pelaksanaan 10 menit
sebelum tes dimulai.Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi keterlambatan peserta tes,dan
memberikan ketenangan pada peserta sebelum memasuki ruangan serta waktu vang di
pergunakan menyampaikan beberapa pengumuman dan lain sebagainya.
b. Penyediaan baban-bahan
Mungkin saja sesuatu tes memerlukan alat tulismenulis tertentu misalnya pinsil 2-B
(biasanya dipergunakan bagi tes yang pemeriksaannya dilakukan oleh komputer).
c. Tanda peserta ujian
Untuk menghindarkan penipuan peserta.Tanda peserta sebaiknya memuat beberapa
item identitas,misahlya nama,nomor ujian dan mungkin tanggal lahir serta alamat.
d. Larangan-larangan
Hal ini mencakup Iarangan sebelum dan selama ujian berlangsung,misalnya: larangan
membawa kertas,buku-buku dan lainnya selain alat tulis menulis ke dalam ruangan ujian,
larangan saling pinjam-meminjam alat selama ujian berlangsung,dan larangan
berkomunikasi antara peserta selama ujian berlangsung
e. Tanda-tanda waktu pelaksanaan tes
Tes yang terdiri dari beberapa ruangan perlu memakai tanda-tanda waktu pelaksanaan
tes untuk memungkinkan tes dimulai dan diakhiri secara serentak,untuk hal ini
dipergunakan suatu bunyi, misalnya bunyi lonceng.
f. Sangsi-sangsi

11
Peserta hendaknya mengetahui sanksi-sanksi atas pelanggaran tata tertib tes,misalnya:
sangsi atas keterlambatan hadir,sangsi atas tidak membawa tanda peserta,Sangsi bila
bekerja sama, dan lain-lain.
B. Pemeriksaan Jawaban Tes
Sesuai dengan bentuk tes, pemeriksaan jawaban secara umum terbagi atas tes esai dan
tes objektif.
1. Pemeriksaan jawaban tes esai
a. Kunci jawaban tes esai haruslah lebih dahulu direncanakan dan sebaiknya kunci ini
telah dibuat segera setelah butir soal ditulis.Kunci jawaban berisi pokok-pokok
jawaban yang dikehendaki dan untuk setiap pokok jawaban ditentukan nilai
tertinggi bagi jawaban yang paling mendekati kebenaran/sesuai dengan yang
dikehendaki.
b. Skor untuk setiap soal memakai sistem "weight",yaitu perbandingan berat harga
penilaian dari setiap soal adalah berdasarkan tingkat kesukaran soal.
c. Rentangan yang dipakai dalam menskor tes secara keseluruhan atau menskor setiap
soal hendaknya sesederhana mungkin, jadi tidak terlalu kecil atau terlalu besar.
d. Setiap jawaban harus dibaca secara keseluruhan untuk mendapatkan inti jawaban
dan kualitas jawaban,barulah kemudian mengklasifikasikannya pada rentangan
kebenaran jawaban dan seterusnya memberi skor.
e. Pergunakanlah Whole method dalam memeriksa lembar jawaban,yaitu pemeriksaan
jawaban dari suatu nomor untuk semua lembar jawaban.Hal ini dimaksudkan untuk
dapat membandingkan jawaban dari seluruh peserta' ujian dan menghindarkan
pemberian skor yang berbeda bagi jawaban yang sebenarnya mempunyai isi yang
sama,dan juga dapat memudahkan pemeriksaan serta setiap murid mendapat sikap/
perlakuan yang sama dari guru dalam objektifitas pemerikasaan.
f. Bagi ujian yang sangat penting,biasanya pemeriksaan untuk satu pekerjaan
dilakukan dua kali oleh dua orang guru.
g. Waktu yang digunakan untuk memeriksa.Jawaban hendaknya benar-benar
direncanakan,jadi bukan"dimana ada kesempatan"atau"sambil lalu"seperti
kebiasaan yang sering terjadi,waktu yang disediakan harus seimbang dengan
jumlah pekerjaan yang akan diperiksa

12
2. Pemeriksaan jawaban tes objektif
a. Pemeriksaan jawaban tes objektif jauh lebih mudah dari pemeriksaan jawaban tes
esai.Biasanya pemeriksaan dilakukan dengan memakai lembar kunci jawaban.
Lembar kunci jawaban adalah salah satu dari lembar jawaban yang tidak terpakai
dimana huruf jawaban yang benar untuk setiap soal dibuang sehingga terdapat
lobang pada tempat jawaban.
b. Pada saat ini pemeriksaan jawaban tes objektif dilakukan dengan memakai
komputer.
c. Menerka jawaban adalah satu kelamahan yang terdapat dalam tes objektif.Untuk itu
dalam mencari skor seftap peserta dalam tes objektif dipergunakan rumus yang
bertujuan mengurangi pengaruh terkaan terhadap skor tes.Rumus yang dimaksud
adalah –

d. Dalam satu perangkat ujian,sering dipergunakan beberapa bentuk,tes mungkin


terdapat tes benar-salah,tes menjodohkan dan tes pilihan ganda malah ada satu atau
dua nomor pertanyaan terdiri dari tes esai.Mengingat tingkat kesukaran soal
berhubungan dengan bentuk tes,ditambah pula dengan jumlah butir soal yang tidak
sama maka.sebaiknya untuk menetapkan skor akhir peserta,dipergunakan lagi
sistim weight sesuai dengan. tingkat kesukarannya bentuk soal dan banyaknya
pertanyaan untuk setiap bentuk soal.
 Rangkuman
 Dalam merencanakan seperangkat tes hasil belajar yang pertama harus dilakukan
adalah menentukan tujuan tes,melakukan analisis kurikulum,analisisbuku pelajaran,
dan meninjau kembali program pengajaran (program tahunan,semesteran dan
satuan-satuan pelajaran yang disusun).
 Sebelum menyusun butir soal harus dilakukan perencanaan-perencanaan butir soal,
kisi-kisi butir soal yang merupakan pedoman dalam menyusun butir-butir soal.

13
Petunjuk mengerjakan soal dan jumlah waktu untuk mengerjakan soal harus
ditetapkan setepat mungkin. Jumlah waktu yang terlalu lama atau terlalu cepat akan
mengurangi kualitas dan objektifitas perangkat tes.
 Dalam menyajikan tes harus diperhatikan hal yang berhubungan dengan
penggandaan butir soal,serta persyaratan lingkungan yang baik (termasuk kondisi
anak).Disiplin dan pengawasan penyajian tes harus ditetapkan dan diketahui/
dipahami oleh peserta ujian dan pengawas ujian (terutama sekali dimaksudkan
pada ujian-ujian yang dilaksanakan secara bersamaan dan serentak seperti ujian
UAN atau EBTANAS).
 Untuk meningkatkan sifat objektifitas tes,maka seharusnya penyusunan butir,soal
harus diikuti oleh pedoman pemeriksaan dan penentuan nilai serta kunci jawaban
dari perangkat tes.Dengan kata lain bahwa sebelum ujian dilaksanakan pedoman
pemeriksaan,penentuan nilai serta kunci jawaban ujian telah ditetap

3.1 Keterkaitan topik utama dengan topik yang terkait

Berdasarkan keterkaitan topik utama dengan topik yang terkait yaitu pengaruh ipa
terhadap sarana dan prasarana pendidikan dengan topik buku sarana dan prasarana
pendidikan,buku ini sangat menjelaskan secara rinci tentang sarana dan prasarana
pendidikan,tetapi tidak terlalu mengarah kepada ilmu pengetahuan alam.Topik utama
dalam buku ini adalah hakikat IPA,materi-materi yang disampaikan dalam buku ini sangat
berkaitan dengan topik utamanya.

2.2 RINGKASAN MATERI BUKU 2

INSTRUMEN EVALUASI BENTUK TES

Instrumen Evaluasi pembelajaran jenis tes adalah teknik yang paling umum
digunakan dalam kegiatan pengukuran. Meskipun teknik ini tidak selalu yang terbaik dan
tepat untuk beberapa tujuan. Jenisnya juga bermacam-macam. Misalnya tes prestasi
belajar (achievement test), tes penguasaan (proficiency test), tes bakat (aptitude test), tes
diagnostik (diagnostic test), dan tes penempatan (placement test).

14
A. Tes Tertulis Bentuk Uraian (Essay)
Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban uraian, baik
uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas.
Dilihat dari keluasan materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi
menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons items) dan uraian bebas
(extended respons items). Contoh untuk masing-masing jenis tes ini dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Tes uraian dalam bentuk bebas atau terbuka.
Contoh: Coba sebutkan manfaat belajar penaksiran dalam kehidupan seharihari dan
berikan contohnya.
2. Tes uraian dalam bentuk uraian terbatas.
Contoh: Toni akan memasukkan 21 kelereng merah dan 28 kelereng biru ke dalam
kotak. Tiap kotak berisi kelereng merah yang sama banyak dan kelerengn biru yang sama
banyak pula. Berapa banyak kotak yang diperlukan?. Berapa kelereng merah dan kelereng
biru dalam setiap kotak?
Tes uraian sebagaimana dicontohkan di atas memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
 Tes tersebut bentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa
uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
 Bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntuk kepada tester untuk memberikan
penjelasan, komentar, penafsiran, membanding-kan, membedakan, dan
sebagainya.
 Jumlah soal butir uraiannya terbatas yaitu berkisar lima sampai dengan sepuluh
butir.
Untuk penyusunan jenis tes bentuk uraian ada beberapa langkah yang dapat dipedomani
sebagai berikut:
1. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian diusahakan agar soal tersebut dapat
mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan.
2. Untuk menghindari tumbuhnya perbuatan curang oleh tester misalnya, menyontek
dan bertanya kepada tester yang lainya hendaknya sesuatu kalimat pada soal
berlawanan dengan buku pelajaran.
3. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar
pertanyaan-pertanyaan itu jangan dibuat seragam melainkan bervariasi.
15
Contohnya: Jelaskan perbedaan antara …dengan ... dan kemukakan alasannya…
mengapa..
4. Kalimat soal yang disusun hendaklah ringkas dan padat.
5. Sebelum tester mengerjakan soal hendaklah seorang tester mengemukakan cara
mengerjakannya, contoh, “Jawaban soal harus ditulis di atas lembaran jawaban
dan sesuai dengan urut nomor. Pada umumnya butir-butir soal uraian diawali
dengan kata-kata, “uraikan”,…. “Mengapa”,….”Terangkan”,….”Jelaskan”,
Kebaikan tes uraian diantaranya adalah:
 Bagi guru, menyusun tes tersebut sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang
lama. - Si penjawab mempunyai kebebasan dalam menjawab dan mengeluarkan isi
hati dan buah pikirannya.
 Melatih mengeluarkan pikiran dalam bentuk kalimat atau bahasa yang teratur.
 Lebih ekonomis, hemat karena tidak memerlukan kertas terlalu banyak untuk
membuat soal tes, dapat didektekan atau ditulis dipapan tulis.
Sedangkan kelemahan tes uraian yakni:
 Tidak atau kurang dapat digunakan untuk mengetes pelajaran yang luas atau
banyak sehingga kurang dapat menilai isi pengetahuan siswa yang sebenarnya.
 Kemungkinan jawaban dan keterangan sifatnya menyulitkan penjelasan
pengetesan dalam mensekornya.
 Baik buruknya tulisan dan panjang pendeknya jawaban yang sama mudah
menimbulkan evaluasi dan perskoran (scorting) yang kurang objektif.

B. Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif


Tes objektif disebut objektif karena cara pemeriksaannya yang seragam terhadap
semua murid yang mengikuti sebuah tes. Tes objektif juga dikenal dengan istilah tes
jawaban pendek (short answer test).
Terdapat beberapa jenis tes bentuk objektif, misalnya :
1. Melengkapi (Completion test).
Completion test adalah dikenal dengan istilah melengkapi atau menyempurnakan.
Test completion memiliki kelebihan yakni :
 Test ini amat mudah dalam penyusunannya.
 Jika dibanding dengan tes objektif bentuk fill in, tes objektif ini lebih menghemat
tempat (kertas).
16
 Karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan beragam
 Test ini juga dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kom- petensi dan
tidak sekedar mengungkapkan taraf pengenalan atau hapalan saja.
Kekurangan tes completion yakni :
 Pada umumnya tester cenderung menggunakan tes model ini untuk
mengungkapkan daya ingat atau aspek hapalan saja.
 Dapat terjadi bahwa butir-butir item dari tes model ini kurang relevan untuk
disajikan.
 Karena pembuatannya mudah, maka tester sering kurang hatihati dalam membuat
soal-soal.
2. Test objektif bentuk multifle choice test (pilihan berganda)
Test multifle chois, tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana masing-masing
tes disediakan lebih dari kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari pilihan-pilihan
tersebut yang benar atau yang paling benar. Penyusunan tes dalam bentuk multifle chois
 Hendaknya antara pernyataan dalam soal dengan alternatif jawaban terdapat
kesesuaian.
 Kalimat pada tiap-tiap butir soal hendaknya dapat disusun dengan jelas.
 Sebaiknya soal hendaknya disusun menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
 Setiap butir pertanyaan hendaknya hanya mengandung satu masalah, meskipun
masalah itu agak kompleks.
3. Test objektif bentuk matching (menjodohkan)
Test bentuk ini sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari
pandangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan. Ciri-ciri tes ini adalah :
 Test terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
 Tugas tes adalah mencari dan menetapkan jawaban-jawaban yang telah bersedia
sehingga sesuai dengan atau cocok atau merupakan pasangan, atau merupakan
“jodoh” dari pertanyaan.
4. Test bentuk matching memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari tes ini adalah .
 Pembuatan mudah.
 Dapat dinilai dengan mudah dan cepat dan objektif.
 Apabilas tes jenis ini dibuat dengan baik, maka faktor merubah praktis dapat

17
dihilangkan
 Test ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal.
Kelemahan dari test matching yakni :
 Matching test cenderung lebih banyak mengungkap aspek hapalan atau daya ingat.
 Karena mudah disusun, maka tes jenis ini kurang baik acap kali dijadikan
“pelarian” bagi pengajaran, yaitu kalau pengajar tidak sempat lagi untuk membuat
tes bentuk lain.
 Karena jawaban yang pendek, maka tes ini kurang baik untuk mengevaluasi
pengertian dan kemampuan membuat tafsiran.
Adapaun cara menyusunnya.
1. Hendaknya butir-butir dari soal yang dituangkan dalam bentuk meching test ini
jumlahnya tidak kurang dari 10 dari tidak lebih dari 15 soal.
2. Daftar yang berada disebelah kiri hendaknya dibuat lebih panjang ketimbang
daftar yang disebelah kanan, agar jawaban dapat dengan cepat dicari dan
ditemukan oleh tester.
3. Sekalipun kadang-kadang sulit dilaksanakan, usahakanlah agar petunjuk tentang
cara mengerjakan soal dibuat seringkas dan setengah mungkin
4. Test objektif bentuk fill in (isian) Test objektif bentuk fill in ini biasanya
berbentuk cerita atau karangan.

Test objektif fill ini memiliki kelebihan dan kelemahan.


Kelebihannya ialah :
 Dengan menggunakan tes objektif bentuk fill in maka masalah yang diwujudkan
tertuang secara keseluruhan dalam konteksnya.
 Cara penyusunannya mudah.
Adapun kekurangannya adalah:
 Test objektif fill ini cenderung lebih banyak mengungkapkan aspek pengetahuan
atau pengenalan saja.
 Test ini juga sifatnya konfrensif, sebab hanya dapat mengungkapkan sebahagian
saja dari bahan yang seharusnya diteskan.

18
Cara penyusunan tes objektif bentuk fill in:
 Agar tes ini dapat digunakan secara efisien sebaiknya jawaban yang harus diisikan
ditulis pada lembar jawaban atau pada tempat yang terpisah.
 Ungkapan cerita yang dijadikan bahan tes hendaknya disusun seringkas mungkin
demi menghemat tempat atau kertas serta waktu penyesuaiannya.
 Apabila jenis mata pelajaran yang akan disajikan itu memungkinkan pengajaran
atau pengujian soal juga dapat dituangkan dalam bentuk gambar.

5. Test objektif bentuk True False (benar salah)


Test ini juga sering dikenal dengan tes objektif bentuk “Ya-Tidak” tes objektif bentuk
true false adalah salah satu bentuk tes, dimana ada yang benar dan ada yang salah.
Kelebihan dan kekurangan test true-false
kelebihannya ialah :
 Pembuatan mudah dapat dipergunakan berulang kali.
 Dapat mencakup bahan pelajaran yang luas.
 Tidak terlalu banyak memakan kertas.
 Bagi tester cara mengerjakannya mudah.
Adapun kekurangannya adalah :
 Test objektif bentuk true false membuka peluang bagi tester untuk berspekulasi
dalam memberikan jawaban.
 Sifatnya awal terbatas dalam arti bahwa tes tersebut hanya dapat mengungkapkan
daya ingat dan pergerakan kembali saja.
 Dapat terjadi bahwa butir-butir soal tes objektif, jenis ini tidak dapat dijawab
dengan dua kemungkinan saja yakni benar atau salah.
Adapun cara penyusunan test true false adalah:
 Seyogianya membuat petunjuk yang jelas, bagaimana mengerjakan soal tes, agar
anak tidak bingung.
 Jangan membuat pernyataan yang masih dapat dipersoalkan antara benar dan
salahnya, pernyataan sudah benar atau salah.
 Setiap soal supaya mengandung satu perngertian saja, jangan membuat soal yang
banyak mengandung pengertian.

19
 Dalam membuat soal jangan ada kata-kata yang meragukan misalnya dengan kata
“Kadang” “Barang kali”.

C. Tes Tindakan (Performance Test)


Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku,
tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi
penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang dihasilkannya
atau ditampikannya. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan
ditanyakan.
Tes jenis ini sangat bermanfaat untuk memperbaiki kemampuan/ perilaku peserta
didik, karena secara objektif kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh peserta didik dapat
diamati dan diukur, sehingga menjadi dasar pertimbangan untuk praktik selanjutnya.
Sebagaimana jenis tes yang lain, tes tindakan pun mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan tes tindakan adalah:


 satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar
dalam bidang keterampilan, seperti keterampilan membaca al-Qur’an berdasarkan
ilmu tajwid.
 sangat baik digunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara pengetahuan teori
dengan keterampilan praktik, sehingga hasil penilaian menjadi lengkap.
 dalam pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk saling
menyontek.
 guru dapat lebih mengenal karakteristik masing-masing peserta didik sebagai
dasar tindak lanjut hasil penilaian, seperti penbelajaran remedial.
Adapun kelemahan/kekurangan tes tindakan adalah:
 memakan waktu yang lama
 dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar
 cepat membosankan
 jika tes tindakan sudah menjadi sesuatu yang rutin, maka ia tidak mempunyai arti
apa-apa lagi
 memerlukan syarat-syarat pendukung yang lengkap, baik waktu,

20
BAB III

KEUNGGULAN BUKU

3.1 KETERKAITAN TOPIK UTAMA DENGAN TOPIK YANG TERKAIT

Keterkaitan antar topic pada buku utama maupun pembanding saling berkaitan. Judul
kedua buku sesuai dengan isi pembahasan maeri dalam buku.

3.2 ASPEK KELAYAKAN ISI

Dari aspek kelayakan isi, topik/materi pada kedua buku ini sangat menjelaskan
mengenai bagaimana perencanaan dari suatu tes, mulai dari penyiapan sebuah perangkat
tes, bagaimana suatu tes bisa berjalan dengan lancar sehingga bisa memperoleh hasil yang
diinginkan,materi/topik yang ada pada buku ini sangat membantu kita khususnya bagi
calon guru dalam melakukan evaluasi bagi para peserta didiknya,sehingga bisa mengukur
kemampuan dari setiap peserta didiknya, karena setiap peserta didik memiliki kemampuan
yang berbeda-beda,oleh karena itu diperlukan suatu tes untuk mengukur sejauh mana
kemampuan peserta didik terhadap materi yang akan diujikan pada tes ini. Selain itu,
materi/topik pada buku ini juga menjelaskan bagaimana bagaimana cara pemeriksaan dari
suatu tes yang telah dilaksanakan tersebut serta memiliki cakupan materi yang baik, padat,
jelas, rinci dan tidak bertele-tele. Kedua buku ini layak dijadikan sebagai buku pedoman
bagi kita mahasiswa calon guru untuk bekal menyusun soal nanti. Dan buku ini juga layak
dijadikan sebagai referensi untuk penelitian.

3.3 ASPEK KELAYAKAN BAHASA

Ditinjau dari kelayakan bahasa bahasa yang digunakan bahasa baku yang mudah
dipahami. Bahasa yang digunakan didalam buku ini menurut kami sudah sangat baik serta
mudah dipahami oleh pembaca.

3.4 ASPEK KELAYAKAN PENYAJIAN

Ditinjau dari kelayakan penyajian buku ini disajikan dengan urutan yang baik, dimulai
dari hal yang paling umum ke hal yang paling khusus. Dengan gambar, tabel serta rumus

21
yang disajikan mempermudah pembaca untuk memahami maksud dari materi tersebut.
Selain itu, pada topik/materi ini juga diberikan suatu rangkuman pada bagian akhir bab,
sehingga pembaca bisa memahami materi yang ada pada bab tersebut secara keseluruhan
tepat. Sehingga buku sangat layak untuk digunakan sebagi sumber referensi.

22
BAB 1V

KELEMAHAN BUKU

4.1 KETERKAITAN TOPIK UTAMA DENGAN TOPIK YANG TERKAIT

Buku utama dan pembanding memiliki topik yang sama-sama terkait dan saling
berhubugan dengan materi yang disajikan. Sehingga kedua buku ini menurut kami sangat
minim kelemahannya jika ditinjau dari topik.

4.2 ASPEK KELAYAKAN ISI

Materi yang disaikan dalam buku pembanding disajikan terlalu singkat, sehingga
kurang menambah pengetahuan pembaca, dalam buku ini tidak ikut disertakan pengertian-
pengertian menurut para ahli.

4.3 ASPEK KELAYAKAN BAHASA

Terdapat beberapa kalimat di dalam materi/topik dalam ke dua buku ini sulit untuk
dipahami pembaca sehingga pembaca menjadi bingung. Hal tersebut akan mendatangkan
kebosanan bagi para pembaca. Seperti kata “seyogianya” pada buku pembanding dalam
halaman 50, tidak semua orang mengerti akan kata itu sehingga menimbulkan kebingungan
bagi pembaca. Dan didalam kedua buku ini juga terdapat kesalahan penulisan kata.

4.4. ASPEK KELAYAKAN PENYAJIAN

Kedua buku ini tidak memiliki kelemahan dalam system penyajianya.

23
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dalam penyusunan sebuah tes untuk mengevaluasi pengetahuan peserta didik sangatlah
diperlukan sebuah perencanaan, guna tes tersebut sejalan dengan kurikulum dan materi
yang diajarkan. Dalam penyusunan tes hasil belajar haruslah dapat mengukur secara jela
hasil belajar. Disamping itu tes juga dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna
untuk memperbaiki cara belajar siswa. Dalam perencanaan tes sangat diperlukan kisi-kisi
agar tes yang akan ditulis tidak melenceng dari materi yang diajarkan dan juga menjado
pedoman bagi penulisan buti-butir soal.
Dan buku yang kami review ini, bias dikatakan haus dimiliki oleh seorang pendidik atau
calon pendidik sebab buku ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai acuan dalam
penyusunan soal.
5.2 SARAN

Saran dari kami hendaknya penulis buku lebih memperhatikan kata demi kata agar
terhindar dari penyalahan ketikan guna tidak mengurangi arti dari kata tersebut.

24
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Asrul, M. R. (2014). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Ciptapustaka Media.

Prof. Dr. Ida Ayu Gde Yadnyawati, M. (2019). Evaluasi Pembelajaran. Denpasar: UNHI
Press.

25

Anda mungkin juga menyukai