Anda di halaman 1dari 38

CRITICAL BOOK REPORT

BIMBINGAN DAN KONSELING

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu Pada Mata Kuliah Bimbingan dan
Konseling

Dosen pengampu : Dr. Zulham, MA

Disusun Oleh:

Nama : Dea Adinda

Nim : 0302213056

Kelas : PBA-2…….

Semester : Semester - 5

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
nikmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas individu membuat CBR pada
mata kuliah Bimbingan dan Konseling ini. Shalawat berangkaikan salam kehadirat
Nabi Muhammad Saw yang karena kegigihan dakwahnya, kita dapat merasakan
nikmat keimanan dan Islam seperti sekarang ini.

Sebelumnya, saya mengucapkan terimakasih kepada ustadz Dr. Zulham, MA


selaku dosen pembimbing mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang telah
memberikan tugas CBR ini. Sehingga, dengan adanya tugas ini dapat menambah
wawasan saya dan teman-teman semua.

Hendaknya kita menyadari bahwa manusia adalah tempatnya kesalahan,


maka dari itu saya memohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam
pengkritikan CBR ini, baik itu berupa penulisan kata, penyampaian, maupun seputar
pembahasan yang sekiranya tidak sesuai. Saya menerima dengan lapang dada saran
dan kritik dari ustadz, teman dan pembaca sekalian.

Terakhir, semoga CBR ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menambah wawasan, serta pengetahuan pembaca mengenai Bimbingan dan
Konseling..

Medan, 3 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

IDENTITAS BUKU........................................................................................................iv

BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN ...............................................................................................................2

- BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................2


- BAB II KONSEP MANUSIA DALAM AL-QUR’AN .....................................4
- BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KONSELING ISLAMI ..............12
- BAB IV LAYANAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DISEKOLAH,
MADRASAH DAN PESANTREN ...................................................................16
- BAB V METODE BIMBINGAN KONSELING ISLAMI ............................ 21
- BAB VI BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DIPESANTREN DARUL
ARAFAH JAYA ................................................................................................ 24
- BAB VII PENUTUP .......................................................................................... 32

BAB III

PENUTUP ...................................................................................................................... 34

A. Kesimpulan ........................................................................................................34
B. Saran ..................................................................................................................34

iii
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

ISBN : 978-623-7842-99-6

Penulis : Dr. Abdurrahman, M.Pd., dan Alfin Siregar, M.Pd.I

Editor : Fatkhur Rohman, M.A.

Tahun Terbit : November 2021

Cetakan : Pertama

Tebal Buku : 229 Halaman

Jumlah BAB : 7 BAB

Penerbit : PERDANA PUBLISHING

Alamat Penerbit : Jl. Sosro No. 16-A Medan 20224

Contact Person : 08126516306

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling adalah dua pengertian yang berhubungan
dengan makna pemberian bantuan. Bimbingan dapat diberikan kepada mahasiswa
atau kelompok mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam pendidikan, memilih
jurusan, maupun kesulitan pribadi serta penyesuaian diri dengan masyarakat dan
lingkungannya.
Bimbingan dan konseling merupakan istilah yang berbeda maknanya
tetapi berhubungan erat, yaitu bantuan kepada mahasiswa atau sekelompok
mahasiswa dalam proses perkembangan kearah kedewasaan dan bantuan
penyelesaian masalah. Bimbingan lebih bersifat preventif, sedangkan konseling
lebih bersifat kuratif. Oleh karena itu Buku Bimbingan dan Konseling Pendidikan
Islam yang ditulis oleh Dr. Abdurrahman, M.Pd., dan Alfin Siregar, M.Pd.I
merupakan salah satu buku yang membahasnya. Maka untuk mengujinya saya
sebagai mahasiswa menulis laporan Critical Book Review sebagai hasil membaca
dan menganalisa buku tersebut. Laporan ini diharapkan menjadi sumber
pengetahuan yang didalamnya berisi kekurangan materi yang tidak dituliskan
dibuku tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Ringkasan Buku
2. Keunggulan Dan Kelemahan Buku
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Critical Book Review ini adalah sebagai pemenuhan
tugas saya dalam mata kuliah Bimbingan dan Konseling serta pada dasarnya
tujuan penulisan Critical Book Review ini bukan untuk menghina, merendahkan,
dan mencari kesalahan penulis namun bisa dijadikan masukan kepada penulis
berupa kritis dan saran terhadap isi, substansi, dan cara penulisan buku.

1
BAB II

PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan di buku ini membahasa mengenai latar belakang


masalah seputar bimbingan dan konseling, mulai dari awal perkembangan teori
bimbingan konseling sampai pada latar belakang penulisan buku ini. Implementasi
konsep bimbingan konseling yang tersistematis pertama kali di Amerika bertempat di
Boston, Massachusetts atau sering disebut dengan Boston Vocation Bureau pada
bulan Januari tahun 1908. Tulisannya pertama kali dimuat pada bulan Mei 1908:
These vital problems should besolved in a careful, scientific way, with due regard to
each person’s aptitudes, abilities, ambitions, resources, and limitations, and the
relations of these elements to the conditions of success in different industries.Parson
menyatakan bahwa permasalahan yang sangat penting dalam hidup adalah
menentukan pilihan pekerjaan dalam hidup. Ia melanjutkan bahwa proses bimbingan
pekerjaan harus diselesaikan dengan hati-hati, cermat dan ilmiah dengan
memperhatikan bakat, kemampuan, ambisi, sumber daya, dan keterbatasan setiap
orang, dan keterkaitan bagian-bagian ini dengan kondisi kesuksesan di berbagai
industri. Konsep yang ditawarkan Parson ini kelak menjadi salah satu pendekatan
konseling karir trait & factor yang ditulis oleh kelompok Minnosetta.
Adapun latar belakang penulisan buku ini ada beberapa yang di cantumkan
pada bab pendahuluan, diantaranya, pertama Al Quran dan Al Hadits sebagai Sumber
kehidupan. Kedua sumber utama kehidupan menjadi dasar manusia dalam berperilaku
dan bersikap dalam menjalani kehidupan. Dalam Q.S. Al Baqarah, 2:185,
menyebutkan bahwa salah satu tujuan diturunkannya Al Quran adalah sebagai
petunjuk dan penjelas bagi manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia baik yang
bersifat ibadah mahdhoh (murni/Vertikal) dan ghoiru mahdhoh (tidak
murni/horizontal). Sehingga bagi ummat Islam pedoman yang utama dalam hidup
adalah berpegang teguh pada Al Quran dan Al Hadits. Kedua, Seluruh problem yang
dihadapi manusia menuntut adanya penyelesaian, karena ia adalah sesuatu yang
menghambat, merintangi dan mempersempit seseorang untuk berusaha mencapai
sesuatu. Namun, menurut Winkel karena tidak setiap problem dapat diselesaikan

2
sendiri oleh individu maka dalam hal ini ia membutuhkan seorang ahli sesuai dengan
jenis problemnya. Ketiga, Konseling Islami sebagai upaya rekonstruksi dan
aktualisasi menggali konsep diri manusia dengan pendekatan Islami adalah
merupakan wujud aktualisasi konsepsi Islam. Hal ini dimaksudkan bahwa kehadiran
Islam sebagai alternatif pada zaman modern ini dapat tampil sebagai tumpuan
kebutuhan terutama bagi umat Islam. Keempat, BK sesuai dengan Permendikbud
nomor 111 tahun 2014 terletak pada kegiatan pendidikan sekolah. Madrasah sebagai
perpanjangan tangan dari lembaga pendidikan Islam, sudah selayaknya melakukan
revitalisasi terhadap kajian-kajian ulama salaf yang telah banyak menghadirkan
wawasan khazanah keilmuan.
Selain memuat sejarah dan latar belakang penulisan buku, bab pendahuluan
pada buku ini terdapat juga tujuan dari penulisan buku serta metodologi kajian.
Namun setelah saya membaca beberapa literatur baik berupa buku-buku ataupun
jurnal mengenai Bimbingan dan Konseling lainnya, ada baiknya Penulis juga
mencantumkan kompetensi dasar yang diperoleh mahasiswa setelah membaca buku
ini. Seperti, setelah membaca buku ini mahasiswa diharapkan mampu mengetahui,
memahami secara teori dan praktek dalam memberikan layanan bimbingan dan
konseling Islam dalam setting kehidupan serta memahami cara melakukan penelitian
dalam bidang bimbingan konseling. Hal ini akan membantu guru dalam menyusun
indikator kompetensi pada pembelajaran di kelas.
Selain itu, Penulis juga dapat menuliskan relevansi buku ini terhadap
pengetahuan mahasiswa pada bab pendahuluan, agar orang yang membaca akan lebih
tertarik dengan mengetahui relevansi buku ini terhadap keilmuan si pembaca. Seperti
dengan menuliskan bahwasanya materi ini merupakan materi pengantar bimbingan
konseling Islami yang sangat berguna untuk membekali keterampilan konseling
mahasiswa. Materi ini juga sangat membantu mahasiswa dalam mengindentifikasi
permasalahan konseli dari sudut pandang Islam dengan tepat sesuai dengan
pendekatan konseling Islam sebagai syarat untuk menjadi konselor Islam profesional.
Ataupun bisa dengan materi yang lainnya.

3
BAB II KONSEP MANUSIA DALAM AL-QUR’AN

Pembahasan mengenai konsep manusia didahulukan daripada konseling Islami


berdasarkan sebuah pemikiran bahwa subjek kajian konseling Islami adalah manusia.
Maka dari itu sebelum melangkah pada pembahasan konseling Islami alangkah lebih
bijaknya ulasan yang dikaji terdahulu adalah memahami konsep manusia dalam
perspektik Al Qur'an. Hal ini bertujuan agar pemahaman tentang konseling Islami
dapat dipahami secara komperhensif dengan memahami konsep manusianya. Hal ini
senada dengan pandangan Hujjatul Islam Al-Ghozali, bahwa sebelum seseorang
memahami tentang tujuan maka ia harus memahami siapa dirinya. Memahami hakikat
manusia beserta unsur-unsur yang dimilikinya sudah barang tentu akan
menghantarkan penulis untuk memahami tujuan manusia. Oleh karena itu dalam buku
ini pembahasan manusia didahulukan sebagai perenungan dalam memahami
konseling Islami. Adapun beberapa teori pembuka tentang manusia didalam buku ini
yaitu dijelaskannya tentang defenisi manusia, proses terciptanya manusia, serta
fitrahnya manusia dan diiringi juga dengan penjelasan-penjelasan dari ayat al-qur’an
bahkan banyak beberapa dari ayat al-qur’an yang telah disebutkan didalam buku ini
sebagai pembahasan tentang konsep manusia didalam al-qur,an.

Namun dari beberapa penjelasan yang telah disampaikan penulis, ada beberapa
hal yang pembaca fahami dari buku lain dan dari referensi lain seperti artikel, jurnal,
skripsi dan lain-lain yang tidak tercantum didalam buku ini yang mungkin bisa
menjadi sebuah kritikan atau tambahan yang seharusnya tercantum didalam nya yaitu
mengenai ayat-ayat al-qur’an yang menggelar tentang manusia yang telah disebutkan
dan dicantumkan didalam buku ini, dapat direkam beberapa hal, yaitu :

- Kejadian dan tugas manusia;


- Manusia sebagai makhluk berpikir dan merasa;
- Manusia sebagai makhluk beragama.

Kejadian dan Tugas Manusia

Al-Qur'an memberi acuan konseptual yang mendasar tentang manusia. Menurut


al-Qur'an, manusia adalah ciptaan Allah. Oleh sebab itu, dimensi ilahiyah harus
menjiwai setiap proses Pendidikan Islam. Pendidikan Islam tidak hanya bersifat

4
antrofosentris tetapi juga harus bersifat teosentris. Terjauhnya pendidikan dari
dimensi spiritual akan menjadikan manusia sekuler sebagaimana yang terjadi di dunia
Barat tidak dapat dipungkiri bahwa Pendidikan Barat yang sekularistik telah
mendominasi dunia untuk beberapa abad. Pendidikan Barat memfokuskan
kegiatannya kepada hal-hal yang bersifat material keduniaan, lepas dari ikatan
spiritual transendental. Terlepasnya Pendidikan Barat dari dimensi spiritual ini
berakibat pemisahan ilmu dari hirarki nilai. Filsafat positivistik beranggapan bahwa
ilmu itu obyektif, netral, bebas nilai. Hal ini tidak sesuai dengan konsep yang
diungkapkan oleh al-Qur'an.

Orang yang menggeluti ilmu dengan bersungguh-sungguh dan penuh semangat


kuat membaca, meneliti, mendalami, menghimpun ayat-ayat Allah baik yang
qauliyah (wahyu atau nash) maupun yang kauniyah (alam atau kosmos) terikat
dengan nilai Ilahiyah (bismi rabbik). Bertitik tolak dari konsep manusia itu ciptaan
Allah, maka pengembangan ilmu yang digarap oleh Pendidikan Islam harus bertitik
tolak dari kesadaran "manusia sebagai hamba Allah". Manusia menggeluti ilmu untuk
mengembangkan kcsadarannya sebagai hamba Allah Swt, untuk memupuk
keimanannya bukan untuk mengerosi iman. Dengan makin banyak ilmu yang
dikuasai, manusia mukmin akan makin dekat kepada Allah Swt. Sesungguhnya yang
takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu
(Q.S. 35: 28).

َ ‫ب َو ااْلَ انعَ ِام ُم اخت َ ِلف ا َ ال َوانُ ٗه ك َٰذ ِل َۗ َك ِانَّ َما َي اخشَى اللّٰهَ ِم ان ِعبَا ِد ِه ا العُلَمٰۤ ؤ َُۗااِنَّ اللّٰهَ ع َِزياز‬
‫غفُ اور‬ ِ ‫اس َوالد ََّو ۤا‬
ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬

Artinya: “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan


binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Islam menginstruksikan agar keyakinan "manusia adalah hamba Allah"


ditanamkan kepada peserta didik sedini mungkin. Orang tua selaku pendidik pertama
dan utama harus siap melaksanakan pendidikan kepada anak sejak lahir. Perintah
Rasul kepada orang tua agar mengazani anak yang baru lahir mengandung makna,
orang tua harus mempunyai kesiapan untuk melaksanakan pendidikan agama kepada
anak-anaknya. Perintah Rasullullah Saw kepada para orang tua agar memerintahkan

5
anak-anaknya untuk melaksanakan shalat sejak umur 7 tahun, mengandung makna
bahwa ibadah kepada Allah harus diajarkan sejak masih anak. Ibadah mempunyai
kekuatan yang hebat untuk menumbuhkan keyakinan pada manusia bahwa ia adalah
ciptaan Allah.

Al-Qur'an mengungkapkan bahwa manusia adalah makhluk monodualis, ia


jasmani sekaligus ruhani, dia materi sekaligus nonmateri. Pendidikan Islam mengacu
kepada perkembangan jasmani dan ruhani manusia. Perkembangan ruhani meliputi
intelektual dan moral spiritual. Hasil Pendidikan Barat yang kita saksikan sekarang
ini adalah bergesernya manusia dari makhluk teosentris menjadi makhluk materialis.
Ini sebagai akibat dari humanisme ateis yang disuarakan oleh Renaisans. Dengan
penemuan manusia dalam bidang ilmu dan teknologi, manusia merasa menjadi
superman. Namun tidak dapat dipungkiri, banyak hal yang tidak dapat dipecahkan
dan dijawab oleh kreativitas otak manusia. Hal ini disebabkan oleh paradigma dan
epistimologi yang mereka gunakan jauh dari nuansa spiritual transendental.

Pendidikan Barat mengembangkan materialisme yang meyakini bahwa realitas


kehidupan manusia hanyalah materi. Dampaknya, manusia menjadikan materi
sebagai titik sentral. Salah satu akibatnya adalah semakin subur budaya materialistik
hedonistik yang menjebol akar spiritual dalam kehidupan manusia dewasa ini dan hal
ini sangat mengkhawatirkan kehidupan umat manusia. Pendidikan yang hanya
mementingkan materi tidak diterima bahkan ditolak oleh Pendidikan Islam, sebab
menurut konsep Islam, manusia terdiri dari aspek jasmani (materi) dan aspek ruhani
(nonmateri) yang keduanya harus mendapat porsi untuk dikembangkan. Al-Qur'an
dan al-sunnah berkali-kali memberi pesan kepada orang tua (pendidik utama) untuk
menjaga anaknya dengan sebaik-baiknya dan jangan menelantarkannya.

Islam memberi acuan kepada umat manusia agar memperhatikan pemenuhan


kebutuhan fisik dan psikisnya agar dapat berkembang dengan wajar dan baik. Konsep
menyusui anak yang dikumandangkan oleh al-Qur'an mempunyai makna yang sangat
penting bagi pemenuhan kebutuhan fisik anak. Orang tua mempunyai kewajiban
untuk me-menuhi kebutuhan fisik anaknya. Rasulullah Saw. telah memberi pesan
kepada orang tua tentang pemenuhan kebutuhan anak. "Diceritakan dari Husain bin
Hasan al-Marwazi dari Ibn Mubaraq dari Harmalah dari Imran berkata: Saya

6
mendengar ayah "Usyanah al-Maghfiri berkata: Aku mendengar Uqbah bin Amr
berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda: barangsiapa yang mempunyai tiga
orang anak kemudian sabar terhadap mereka itu dan memberi makan, minum, serta
pakaian dari usahanya, akan menjadikan dia terhalang dari neraka di hari kiamat.

Manusia Sebagai Makhluk Berpikir dan Merasa

Dalam berbagai ayat, Allah menginstruksikan manusia untuk menggunakan rasio


dan hatinya guna memahami fenomena-fenomena yang tergelar di alam ini baik
makro maupun mikro. Instruksi ini harus ditanggapi dengan serius oleh umat Islam
jika umat Islam tidak ingin terlempar dari panggung sejarah keilmuan. Pendidikan
Islam berfungsi untuk mengembangkan rasio dan hati. Manusia akan mampu
memahami alam ini dengan rasio dan hatinya. Dengan rasionya manusia berusaha
untuk memikirkan alam yang akan menghasilkan ilmu dan teknologi. Apa yang
digeluti ilmu pengetahuan adalah hal-hal yang indrawi empirik sensual. Perlu disadari
oleh umat Islam bahwa alam bukan saja obyek dari pikiran manusia tetapi sekaligus
sebagai sumber pelajaran (Q.S. 96: 6).
ۤ
‫سانَ لَيَ اط ٰغى‬ ِ ‫ك َّ ََّۤل اِنَّ ا‬
َ ‫اْل ان‬

Artinya: “Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas.”

Dengan rasionya manusia hanya memahami kebenaran bukan mencipta


kebenaran, sebab kebenaran itu adalah dari Allah. Ilmu pengetahuan itu merupakan
rekayasa manusia terhadap yang diketahui, dimengerti dan dipahami. Namun banyak
hal yang tidak diketahui, tidak dimengerti dan tidak dipahami oleh rasio manusia.
Manusia dengan rasionya hanya mampu memahami fenomena dan tidak mampu
memahami nomenon. Yang dapat memahami nomenon adalah keberadaan yang serba
lain yang transenden. Pengakuan terhadap keberadaan yang serba lain yang
transenden ini, iman yang berada di hati manusialah yang mampu menjangkaunya.
Rasio manusia tidak akan mampu untuk menangkap hal-hal yang gaib karena
keterbatasannya. Ibn Khaldun mengungkapkan bahwa menimbang hal-hal yang gaib
dengan rasio, bagaikan menimbang gunung dengan timbangan tukang emas. Manusia
dengan rasionya tidak akan pernah mampu memahami seluruh alam karena

7
keterbatasannya, dan manusia akan memahami alam ini secara keseluruhan setelah
menyadari kebenaran Ilahi.

Ada dua realitas yaitu realitas yang dapat ditelusuri dengan pengalaman empirik
indrawi yang dalam hal ini rasio menduduki posisi yang menentukan dan realitas yang
berada diluar kawasan empirik indrawi yang dalam hal ini perlu pendekatan iman
(hati). Berdasarkan konsep bahwa Allah menjadikan sesuatu bersif at teleologis, maka
manusia harus menelaah tujuan Allah menciptakan alam ini. Hal ini perlu dilakukan
agar hubungan manusia (sebagai subyek) dengan alam (sebagai obyek kajian) tidak
kontroversi dengan desain Allah Swt. Di samping Allah Swt. menciptakan alam
sebagai sumber pelajaran yang harus dipahami manusia, ia juga sebagai sumber
manfaat bagi manusia. Allah menciptakan sesuatu pasti ada manfaatnya. Bertitik tolak
dari acuan yang diberikan al-Qur'an tersebut, maka ilmu pengetahuan tidaklah bebas
nilai. Pengkajian ilmu harus berlandaskan aql (rasio dan hati) dan bertujuan untuk
menangkap sinyal-sinyal tanda kebesaran Allah Swt dan untuk memberi manfaat
kepada umat manusia, bukan untuk mcnghancurkan manusia.

Mempelajari ilmu adalah untuk menumbuh suburkan keimanan, bukan untuk


mengerosi iman. Dengan jiwa inilah para cendekiawan Muslim masa lalu seperti al-
Biruni, al-Khawarizmi, al-Rumi mampu menguasai panggung sejarah pada masanya
dalam bidang keilmuan. Pendidikan Islam mengacu pada kegiatan yang dapat
memandu manusia untuk menumbuhkan kesadaran bahwa manusia adalah ciptaan
Allah yang paling besar melebihi ciptaan-Nya yang lain. Dia paling unik dan paling
dahsyat dibanding makhluk lain di dunia ini. Oleh sebab itu, penguasaan manusia
terhadap ilmu dan teknologi harus diaplikasikan dalam bentuk amal saleh sebagai
manifestasi dari kesadaran bahwa dia diciptakan Allah dan harus taat pada
penciptanya.

Dengan ilmu dan teknologi (hasil cerapan rasio) yang didasari iman, manusia akan
mampu mengemban tugas ganda yang diamanatkan oleh Allah, sebagai hamba Allah
dan sebagai khalifah di bumi dengan baik. Oleh sebab itu, Pendidikan Islam selalu
mengacu pada perkembangan manusia sebagai makhluk berpikir (dengan rasio) dan
merasa (dengan hati). Kemampuan berpikir dan merasa, meyakini inilah yang akan
dikembangkan oleh Pendidikan Islam. Dengan kedua potensi ini manusia akan

8
mampu memahami ayat-ayat Allah Swt. baik yang berupa wahyu ataupun yang
berupa alam ini. Dengan kedua potensi tersebut manusia akan mampu menguasai ilmu
pengetahuan hasil cerapan manusia terhadap alam ataupun ilmu agama sebagai hasil
cerapan wahyu. Untuk menyiapkan peserta didik menguasai pengetahuan ganda,
merupakan tantangan yang berat bagi Pendidik. Namun tantangan itu tetap menjadi
tantangan jika tidak dihadapi dan dipecahkan. Kesatuan bahasa antara jalur keluarga,
sekolah dan masyarakat dalam menggarap peserta didik sangat diperlukan. Perpaduan
pendidikan formal, non-formal dan informal dalam menggarap pendidikan,
merupakan tawaran yang patut diterima. Sistem asrama masih sangat relevan untuk
tujuan ini, namun ini merupakan kerja kolosal dan memerlukan kesungguhan umat
Islam.

Manusia Sebagai Makhluk Beragama

Empat belas abad yang lalu al-Qur'an telah memberi informasi kepada manusia
bahwa Allah telah memberi fitrah kepada manusia, fitrah bermakna khilqah. Manusia
diciptakan Allah mempunyai pembawaan beragama tauhid. Ilmu Pendidikan Barat
mengenal teori perkembangan yaitu; teori nativisme atau teori pendidikan pesimisme;
teori empirisme atau teori pendidikan optimism; teori konvergensi. Teori pertama
mengatakan bahwa perkembangan anak ditentukan bakatnya. Bakat itu dapat baik
bisa juga jahat. Teori kedua mengungkapkan bahwa perkembangan anak ditentukan
oleh lingkungannya. Anak lahir dalam keadaan putih bersih seperti tabula rasa. Teori
ketiga mengakui bahwa perkembangan anak ditentukan oleh pembawaan dan
lingkungannya. Namun teori ini tidak pernah bicara tentang pembawaan anak itu baik
atau jahat. Teori fitrah sebagai hasil rekaman dari al-Qur'an dan as-sunnah tidak
mengikuti ketiga teori tersebut, dengan alasan: pertama, teori-teori tersebut lahir jauh
sesudah al-Qur'an dan as-sunnah. Kedua, teori nativisme mengakui adanya bakat yang
bakat itu dapat bakat baik atau bakat jahat, tidak mengakui pengaruh lingkungan.
Teori fitrah mengungkapkan bahwa manusia itu memiliki pembawaan bertauhid dan
mengakui pengaruh lingkungan. Teori empirisme tidak mengakui manusia memiliki
pembawaan,yang menentukan perkembangan manusia adalah faktor lingkungan.
Teori konvergensi tidak pernah menjelaskan tentang pembawaan manusia itu
apa,hanya menjelaskan bahwa perkembangan manusia dipengaruhi pembawaan dan
lingkungan.

9
Teori fitrah menginformasikan secara eksplisit bahwa anak mempunyai
pembawaan tauhid dan orang tuanyalah (lingkungan) yang menjadikan Yahudi,
Nasrani atau Majusi. Perkembangan anak dipengaruhi oleh pembawaan dan
lingkungan. Berpangkal dari teori fitrah tersebut, Pendidikan Islam berfungsi untuk
menjaga dan menumbuh-kembangkan iman. Materi atau kurikulum Pendidikan Islam
harus mcndasarkan pada wawasan materi yang dapat menumbuhkan iman bukan
mengerosi iman yang berimplikasi pada amal saleh. Al-Qur'an menginstruksikan
manusia agar iman diaktualisasikan dalam bentuk ibadah. Berarti Pendidikan Islam
berfungsi membina manusia agar beriman, berislam dan berihsan. Untuk menumbuh-
kembangkan iman, Rasulullah memberi acuan yang akurat. Setelah anak lahir, orang
tua supaya mengenalkan nama Allah kepada anak dengan mengazani. Rasulullah
menginstruksikan agar orang tua memerintahkan anaknya untuk melakukan shalat
sedini mungkin yaitu sejak umur 7 tahun. Oleh sebab itu, untuk menumbuhkan iman,
ibadah shalat harus mendapat skala prioritas utama untuk dibiasakan sejak masa
kanak-kanak.

Shalat merupakan aktualisasi dari iman. Di dalam shalat terkandung aktivitas


verbal yang terdiri dari bacaan, aktivitas jasmaniah yang berupa gerakan-gerakan dan
getaran jiwa yang berupa niat. Dengan rnelaksanakan shalat, menumbuhkan
kesadaran akan keberadaan Allah Yang Maha Esa. Membiasakan anak melakukan
shalat dengan baik bermakna mendidik anak agar mempunyai komitmen yang tinggi
terhadap Allah Swt. Dengan pendidikan shalat, anak diajar memahami dan
menghayati keagungan Allah. Perasaan dekat dengan Allah akan mcnjadikan anak
berakhlak mulia, sebab dia merasa selalu dilihat oleh Allah Swt. Anak tidak akan
putusasa dalam menghadapi problema, sebab merasa ada tempat mengadu dan yakin
Allah akan memberi pertolongan. Rasulullah menginstruksikan agar orang tua
mengintensifkan pendidikan shalat dikala anak berusia 10 tahun. Hal ini tercermin
dari aturan yang keras yang dinyatakan oleh Rasul dengan kata fadribuhum (pukullah)
jika anak meninggalkan shalat dengan sengaja.

Pesan Rasulullah kepada orang tua untuk mendidik shalat anak sejak dini adalah
sangat tepat, sebab pengalaman masa kanak-kanak akan mempunyai pengaruh yang
besar terhadap kehidupan anak selanjutnya. Pesan Rasulullah tersebut dapat dimaknai
secara luas bahwa pendidikan agama harus dimulai sejak dini dikala anak masih kecil.

10
Yang perlu diperhatikan adalah keteladanan orang tua sangat diperlukan oleh anak.
Instruksi Rasulullah tersebut dapat juga dimaknai bahwa pendidikan agama harus
dimulai dari keluarga dan menempatkan keluarga pada posisi sentral. Oleh sebab itu,
orang tua sebagai penanggung jawab keluarga, berkewajiban menciptakan suasana
agamis dalam keluarganya agar proses transfer nilai keagamaan berjalan dengan baik
dan lancar.

11
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KONSELING ISLAMI

Bab III pada buku ini menjelaskan mengenai tinjauan umum tentang
bimbingan konseling islam, yang mana didalamnya dibahas mengenai pengertian
bimbingan konseling islam, tujuan dan fungi bimbingan konseling, prinsip dan asas-
asas bimbingan konseling islam dan ruang lingkup kajian bimbingan konseling islam.
Setelah dibaca dan dipahami dengan teliti ada beberapa kelebihan dan kekuarangan
yang terdapat pada bab ini, baik dilihat dari sisi penejelasan dan pembahasan,
penggunaan bahasa serta susunan kata-perkata maupun cara penulisannya. Berikut
adalah penjabaran beberapa kelebihan dan kekurangan yang dimaksud.
1. Kelebihan
Ada banyak sekali kelebihan yang dimiliki oleh bab ini. diantaranya yaitu :
a. Penjelasan yang terperinci
Bab III menjelaskan dengan terperinci mengenai bimbingan dan
konseling lantas dikaitkan dengan agama islam. Dijelaskan pula bahwa
bimbingan konseling adalah pemberian layanan kepada konselor dan
kegiatan layanan ini sudah ada sejak zaman rasulullah. Selain itu, dengan
menampilkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan pembahasan
menjadikan pembahasan semakin menarik serta dapat dipercaya
kebenarannya.
b. Pembahasan yang terstruktur
Selain pembahasan yang terperinci, bab ini juga menyajikan
pembahasan yang terstruktur sehingga mudah untuk dipahami. Di awal
pembahasan, Bab III memulai dengan menerangkan pengetian bimbingan
dan konseling lalu dikaitkan dengan islam, berupa penjelasan mengenai
istilah bimbingan konseling di dalam bahasa arab kemudian dalil-dalil berupa
ayat Al-Qur’an yang mendukung atas pemaparan pembahasannya.
Selanjutnya, setelah memahami apa itu bimbingan konseling, Pembaca
diajak untuk mengetahui tujuan dan fungsi dari bimbingan dan konseling,
menerangkan mengapa bimbingan dan konseling dianggap penting. Setelah
mengetahui dan memahami tujuan dan fungsi bimbingan konseling, Bab ini
memeparkan prinsip-prinsip yang dimiliki oleh bimbingan dan konseling.

12
Dimana bimbingan konseling harus memiliki prinsip-prnsip tertentu agar
sesuai dengan tujuan dan funsinya.
Dan terakhir, bab ini menjelaskan pula mengenai batasan-batasan yang
dilimiki oleh bimbingan konseling, tidak semua hal dapat diatasi oleh
bimbingan konseling. Pemaparan judul ini diakhir bab merupakan hal yang
sangat sesuai. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan bimbingan konseling seshingga pembaca dapat
menyangka bahwa bimbingan dan konseling dapat menyelesaikan semua
permasalah yang berkaitan dengan dimensi spiritual manusia. Lantas
pemiliran itu dibantah dengan menerangkan batasan-batasan layanan
bimbingan konseling.
c. Penyantuman beberapa ayat al-Qur’an sebagai dalil
Pada dasarnya, tidak semua buku yang mengaitkan antara ilmu
pengetahuan dengan islam melampirkan ayat-ayat Al-Qur’an beserta artinya,
sebagian besar hanya menyebutkan nama surah dan ayatnya. Namun, pada
bab ini setiap pembahasan yang merujuk kepada islam akan memiliki dalil
pada setiap akhir bahasannya. Hal ini tentunya menjadi nilai lebih dalam bab
ini.
d. Memiliki sumber yang jelas
Sumber yang jelas merupakan salah satu hal yang amat sangat penting
dalam sebuah tulisan. Dan pada bab ini, sumber yang disajikan sangat jelas.
Hal ini dibuktikan dengan pencantuman footnote pada setiap pendapat para
ahli dan keterangan-keterangan lainnya.
e. Penggunaan bahasa yang sesuai
Dalam sebuah penjelasan tentunya pemilihan bahasa yang digunakan
sangat berpengaruh. Bahasa yang ada pada buku mahasiswa tidak akan dapat
dipahami oleh anak-anak, dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian,
bahasa yang digunakan pada bab ini dapat dikatakan sesuai sebab bahasa
yang digunakan benar-benar bahasa mahasiswa, hal ini dibuktikan dengan
adanya beberapa kosa-kata ilmiah yang digunakan. Contohnya pada kalimat
yang terdapat pada halaman 65, “jelas bahwa kemunculan bimbingan dan
konseling islami dalam kancah keilmuan modern jelas bukan merupakan

13
budaya laten pemikir muslim, melainkan adanya perasaan risih yang muncul
dalam diri, melihat fenomena factual konsep bimbingan konseling
konvensional yang lebih mengutamakan dimensi material dan
mengenyampingkan dimensi spiritual manusia.
Penggunaan bahasa ilmiah tentunya akan mendatangkan dampak
positif bagi pembaca, terkhusus mahasiswa. Semakin banyak penggunaan
bahasa ilmiah yang relevan, maka semakin banyak pula perbendaharaan
bahasa ilmiah mahasiswa.
2. Kekurangan
Setiap buku tentunya memiliki kekurangan pada setiap babnya, begitu pula
dengan bab ini. Adapun kekurangan yang dimaksud yaitu :
a. Ada beberapa pembahasan yang kurang
Pada dasarnya pembahasan yang telah dipaparkan sudah sangat jelas
dan lengkap, namun masih ada beberapa hal yang perlu dijelaskan namun
tidak tercantum di dalam pembahasan. Salah satunya yaitu mengenai istilah
bimbingan konseling dalam bahasa Arab. Pada bab ini disebutkan bahwa
istilah bimbingan konseling dalam bahasa Arab adalah irsyad, namun dalam
literasi lain disebutkan pula bahwa istilah bimbingan konseling bukan hanya
irsyad, ada istilah-istilah lainnya yaitu al-itisyarah.
Selanjutnya mengenai istilah konseli dan konselor dalam bahasa Arab.
Setelah menjelaskan mengenai istilah bimbingan konseling dalam bahasa
Arab, alangkah baiknya ketika menyebutkan istilah konseli dan konselor di
dalam bahasa Arab pula. Dikutip dari literasi tulisan yang lain, konseli dalam
bahasa Arab disebut dengan mursyad, sedangkan konselor adalah mursyid.
Pada bab ini disebutkan bahwa bimbingan konseling telah ada dari
masa kenabian, namun tidak dijelaskan bagaimana proses bimbingan dan
konseling itu dilakukan. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa Rasulullah
adalah seorang konselor yang professional, namun amat sangat disayangkan
jika hal terebut tidak dijelaskan dalam pembahasan.
b. Penyebutan nama surah Al-Qur’an sebagai dalil
Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa pencatuman ayat Al-Qur’an
adalah kelebihan daripada bab ini, namun pencantuman nama surah dan ayat

14
tidak relevan, hal ini terdapat pada halaman 58. Dalam bab ini, nama surah
hanya ditulis dengan angka, yaitu nomor urut surat tersebut di dalam Al-
Qur’an. Bagi orang-orang yang tidak mengetahui urutan surah dalam Al-
Qur’an tentunya akan mengalami kendala dan kesulitan dalam hal ini.
c. Kesalahan dalam penulisan (typo)
Kesalahan penulisan atau typo merupakan hal yang biasa di dalam
sebuah tulisan, namun sangat diharapkan jika pada penulisan selanjutnya
kesalahan dalam penulisan dapat diminimalisir.
d. Kesalahan tanda baca
Sebagaimana kesalahan dalam penulisan, kesalahan tanda baca juga
merupakan hal yang lumrah dalam sebuah tulisan. Namun juga sangat
diharapkan bahwa akan dilakukannya perbaikan pada tulisan-tulisan
selanjutnya, sebab pada dasarnya keberadaan tanda baca juga mempengaruhi
sebuah tulisan.

15
BAB IV LAYANAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DISEKOLAH /
MADRASAH DAN PESANTREN

A. Jenis Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah/Madrasah dan Pesantren


Ada enam bidang bimbingan yang menjadi isi kegiatan BK di sekolah namun
hanya ada empat yang disebutkan didalam buku ini. Adapun keenam bidang
bimbingan yaitu bidang bimbingan (1) pribadi, (2) sosial, (3) belajar, (4) karier,
(5) kehidupan beragama, (6) kehidupan berkeluarga. Dua diantaranya yang tidak
terdapat dibuku yaitu :
- Bidang bimbingan kehidupan berkeluarga, adalah pelayanan BK untuk
membantu siswa memperoleh pemahaman yang benar tentang kehidupan
berkeluarga.
- Bidang bimbingan kehidupan keberagamaan adalah pelayanan BK untuk
membantu siswa dalam pengembangan kehidupan beragama serta mampu
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang berkenaan dengan
kehidupan beragama tujuannya agar siswa memiliki pemahaman yang baik
dan benar tentang ajaran agamanya.

Seperti yang dikemukakan pada uraian terdahulu bahwa keenam bidang


bimbingan itu dilaksanakan melalui sepuluh jenis layanan yaitu (1) layanan
orientasi, (2) layanan informasi, (3) layanan penempatan/penyaluran, (4) layanan
konten, (5) layanan bimbingan kelompok, (6) layanan konseling kelompok, (7)
layanan konseling perorangan, (8) layanan mediasi, (9) layanan konsultasi dan
(10), layanan advokasi. Beberapa jenis layanan tersebut sudah dijelaskan dibuku
dan ada satu layanan yang tertinggal dan belum dijelaskan dibuku tersebut yaitu
layanan advokasi.

Salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah fungsi advokasi. Untuk itu
fungsi advokasi dalam BK diwujudkan melalui layanan advokasi. Dalam
Permendikbud no 81A disebutkan bahwa layanan advokasi adalah layanan
bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik untuk memperoleh
kembali hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan dan/atau mendapat perlakuan
yang salah suai dengan tuntutan karakter cerdas yang terpuji. Tujuan layanan
advokasi dalam BK yaitu untuk mengentaskan klien dari suasana yan menghimpit

16
dirinya karena hak-hak yang hendak dilaksanakan terhambat dan terkekang
sehingga kehidupan dan perkembangannya khususnya dalam bidang pendidikan
menjadi tidak lancar, terganggu atau terhambat atau bahkan terputus. Dengan
layanan advokasi yang berhasil klien akan kembali menikmati hak-haknya, yang
dengan demikian klien berada kembali dalam posisi pengembangan diri. Konselor
sebagai pelaksana layanan advokasi dituntut memiliki kemampuan
berkomunikasi, melobi dan mengambil manfaat sebesar-besarnya dari hubungan
dengan pihak-pihak terkait. Untuk itu WPKNS Konselor perlu ditingkatkan.

Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling

Kegiatan pendukung adalah suatu kegiatan dalam pelayanan bimbingan dan


konseling yang memungkinkan diperolehnya berbagai data, keterangan dan
kemudahan bagi terlaksananya jenis-jenis layanan serta terwujudnya fungsi-
fungsi BK. Dalam BK saat ini ada enam kegiatan pendukung yaitu (1) aplikasi
instrumentasi, (2) himpunan data, (3) kunjungan rumah, (4) konferensi kasus, (5)
alih tangan dan (6) tampilan kepustakaan. Lima diantaranya juga sudah dijelaskan
didalam buku kecuali bagian tampilan kepustakaan yang akan penulis jelaskan
didalam CBR ini.

Kegiatan Pendukung Tampilan Kepustakaan (PTK) merupakan “plus” dari


“BK Pola 17”. Tampilan kepustakaan ini dimaksudkan membantu permasalahan
klien dengan cara memanfaatkan permasalahan klien dengan cara memanfaatkan
pustaka, karena pustaka itu merupakan gudang ilmu yang terekam melalui buku,
majalah, koran, tabloid, film. Berbagai uraian, penjelasan, cerita, ide, contoh dan
bermacam-macam. Informasi sebagai hasil budaya manusia tersimpan di pustaka.
Semua yang ada pada pustaka dapat memperkuat dan memantapkan atau menjadi
bahan perbandingan serta menambahan wawasan klien serta mempertajam
analisis terhadap permasalahan klien.

Tentang tampilan kepustakaan ini Prayitno mengemukakan sebagai berikut:


“Kegiatan pendukung tampilan kepustakaan (TKP) membantu klien dalam
memperkaya dan memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan yang dialami
dan dibahas bersama konselor”. Adapun tujuan umum tampilan kepustakaan
dalam rangka pelayanan konseling ialah:

17
a. Melengkapi substansi pelayanan konseling berupa bahan-bahan tertulis
dan/atau rekaman lainnya yang ada dalam tampilan kepustakaan.
b. Mendorong klien memanfaatkan bahan-bahan yang ada dalam tampilan
kepustakaan untuk memperkuat pengentasan masalah dan pengembangan.
B. Strategi dalam Bimbingan dan Konseling
Karakter religius sangat dibutuhkan oleh para peserta didik untuk
menghadapi degradasi moral, agar mereka mampu memiliki dan berperilaku
dengan ukuran baik dan buruk yang didasarkan pada ketentuan dan ketetapan
agama. Akhmad Muhaimin Azzet berpendapat hal yang semestinya
dikembangkan dalam diri siswa adalah terbangunnya pikiran, perkataan, dan
tindakan siswa yang diupayakan berdasarkan nilai-nilai ketuhanan atau yang
bersumber dari ajaran agama yang dianutnya oleh karena itu diharapkan siswa
benar-benar memahami dan mengamalkan ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila seseorang memiliki karakter yang baik terkait dengan Tuhannya
maka seluruh kehidupannya pun akan menjadi lebih baik karena dalam ajaran
agama tidak hanya mengajarkan untuk berhubungan baik dengan Tuhan namun
juga dalam sesama.
Pengembangan karakter pada siswa tidak cukup hanya dilakukan dengan
pendidikan akademik di dalam kelas. Akan tetapi, memerlukan layanan
psikoedukatif berupa layanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, layanan
bimbingan dan konseling hendaknya diarahkan pada bagaimana membekali siswa
dengan karakter religius sehingga dapat mengantarka mereka menjadi makhluk
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana uraian tujuan
pendidian nasional dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Adapun strategi layanan bimbingan dan konseling yang dapat dilakukan
dalam mengembangkan karakter religius siswa adalah sebagai berikut:
1. Strategi Layanan Dasar
Dalam strategi pengembangan nilai karakter melalui layanan dasar dapat
dilakukan sebagai berikut :
a. Pengumpulan need assessment (kebutuhan siswa) guna penyusunan
program layanan bimbingan dan konseling dengan menyebarkan

18
assessment baik berupa ITP (Inventori Tugas Perkembangan) dan
DCM (Daftar Cek Masalah). Pada kedua instrument tersebut, selain
aspek yang lain terdapat pertanyaan/pernyataan yang mengungkapkan
kebutuhan siswa terkait aspek kehidupan beragama/religius. Dengan
demikian, guru bimbingan dan konseling dapat mengetahui kebutuhan
peserta didik dalam aspek religius dari kelima dimensinya yaitu
keyakinan, peribadatan, penghayatan, pengetahuan dan pengalaman.
Hal tersebut kemudian menjadi dasar dalam menentukan pemberian
layanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik sesuai dengan
kebutuhannya.
b. Layanan bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok
Pada dasarnya layanan bimbingan klasikal dan bimbingan
kelompok merupakan layanan bimbingan dan konseling yang sama,
perbedaannya terletak pada jumlah sasaran peserta didik yang
menerima layanan. Layanan bimbingan klasikal dan bimbingan
kelompok diberikan setelah mengetahui kebutuhan siswa melalui
pengumpulan need assesment. Pengembangan nilai karakter religius
melalui layanan bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok dapat
dilakukan dengan berdoa setiap awal kegiatan sebagai implikasi dari
dimensi keyakinan, peribadatan dan penghayatan.
c. Pengelolaan media informasi
Media informasi layanan bimbingan dan konseling dapat berupa
papan bimbingan, leaflet, poster, buku saku dan media laiinya.
Implementasi pengembangan nilai religius melalui media informasi
dapat dilakukan dengan memuat nilai-nilai religius ke dalam media.
Misalnya perintah tentang beribadah melalui poster dan materi religius
melalui papan bimbingan.
2. Strategi Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual
Layanan perencanaan individual dan peminatan sebagai layanan untuk
merencanakan dan mempersiapkan masa depan peserta didik dengan
memperhatikan potensi yang ada pada dirinya termasuk memperhatikan
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Strategi penguatan nilai karakter

19
religius melalui layanan ini dengan menguatkan dimensi pengalaman agama.
Dengan demikian, hal tersebut mendorong peserta didik untuk
mengaplikasikan ajaran agama yang dianutnya dalam perencanaan masa
depan dan peminatannya.
3. Strategi Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan layanan segera yang diberikan kepada
peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan peserta didik baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pengembangan nilai karakter religius dapat
diterapkan ke dalam strategi layanan responsif. Misalnya penekanan dimensi
keyakinan agama dalam layanan konseling individu bagi peserta
didik/konseli, atau dengan berdoa sebelum kegiatan layanan konseling
kelompok dimulai sebagai implementasi dari aspek keyakinan, peribadatan
dan penghayatan.
4. Strategi Dukungan Sistem
Internalisasi nilai karakter religius dalam dukungan sistem misalnya
penelitian guru BK tentang penerapan nilai religius siswa di sekolah atau
melalui kegiatan parenting dengan tema “Cara Rasulullah Mendidik Anak”.
Kemudian bentuk dukungan sistem yang lainnya adalah adanya kolaborasi
antara guru BK dengan guru agama dan tokoh agama di lingkungan
masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan memberikan pemahaman
karakter religius kepada siswa.

20
BAB V METODE BIMBINGAN KONSELING ISLAMI

Adapun metode bimbingan konseling Islami yang diambil dari sumber Al-
Qur’an yakni pada surah An-Nahl ayat 125, di antaranya sebagai berikut :

1. Pendekatan hikmah
Al dakwah bi al-hikmah mempunyai arti kompetensi yang dimiliki oleh seorang
konselor di dalam melaksanakan layanan konseling dengan didasari kemampuan
yang utuh sehingga konseli dapat memahami dan menanamkan di dalam hati dan
perbuatannya.
2. Pendekatan al-mauidzah al-hasanah
Al-mauidzah al-hasanah adalah memberi nasehat dan memben ingat
(memperingatkan) kepada orang lain dengan bahasa yang baik yang dapat
menggugah hatinya sehingga pendengar mau menerima nasehat tersebut.
3. Pendekatan al-mujadalah bi al-lati hiya ahsan
Al-mujadalah bi al-lati hiya ahsan yaitu bertukar pikiran dengan menggunakan
dalil atau alasan yang sesuai dengan kemampuan berpikirnya.
A. Bimbingan dan Konseling Islami
Adapun metode yang dijumpai dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut :
1. Metode keteladanan
2. Metode penyadaran
3. Metode penalaran logis
4. Metode kisah

Adapun menurut Musfir Ibn Said Az Zahrani, metode yang dapat digunakan
dalam konseling Islam adalah sebagai berikut :

1. Metode pembelajaran langsung


2. Metode pengingkaran
3. Metode canda dan celoteh
4. Metode pukulan dan hukuman
5. Metode isyarat
6. Metode suri tauladan (modeling)
7. Metode celaan
8. Metode pengasingan

21
9. Metode hukuman keras
10. Metode dialog
B. Prosedur dalam Konseling Islami
Ali Musa menjelaskan problem solving dapat dilakukan melalui :
1. Tahap wawancara
2. Tahan terapi (rawatan)
C. Tahap Penyelesaian
Beberapa metode dan teknik bimbingan konseling Islami di atas menunjukkan
bahwa pada hakikatnya, model konseling Islami sangat berbeda dengan metode hasil
pemikiran barat yang bersifat emperik materialistik. Oleh karena itu, metode yang
digunakan dalam konseling Islami, mengarahkan kepada konseli agar mampu
menyeimbangkan dimensi yang ada pada dirinya, material dan spiritual, agar mampu
hidup bahagia dunia dan akhirat.
D. Kekurangan dan Kelebihan
1. Kelebihan :
a. Banyak teori mengenai materi metode bimbingan konseling Islami.
Sehingga pembahasan tidak monoton pada satu pendapat ahli saja.
b. Penulisan materi yang rapi dan teratur, sehingga sangat enak dilihat dan
mudah dibaca.
c. Terdapat banyak referensi melalui ayat-ayat Qur’an yang tertuang pada
setiap materi pembahasan.
d. Kaidah penulisan cukup baik, yakni sesuai dengan penulisan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
e. Pemaparan materi pembahasan yang sistematis, sehingga pembaca tidak
bingung terhadap pembahasan materi.
2. Kekurangan :
a. Masih terdapat banyak sekali kesalahan dalam penulisan (typo).
b. Terdapat beberapa kata atau kalimat yang tidak diberi spasi atau jarak.
c. Terdapat beberapa kalimat yang tidak nyambung dengan kalimat setelahnya.
d. Penulisan materi mengenai pendapat para ahli mengenai metode bimbingan
konseling Islami tidak jelas atau tidak dibuat tanda akan bacaan baru,
sehingga membuat pembaca bingung.

22
e. Gaya penulisan yang monoton, sehingga membuat pembaca bosan bahkan
sebelum membaca habis materi pembahasan.

23
BAB VI BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DIPESANTREN DARUL
ARAFAH JAYA

A. Praktik Konseling Alami Pesantren Darul Arafah


1. Profil Pesantren Darul Arafah Medan.
Dalam bab ini banyak menceritakan tentang profil pesantren Darul Arafah,
sejarah, alamat, para pendidik, jumlah santri serta luas pesantren tersebut.
Dalam bab ini menceritakan tentang sejarah pesantren tersebut berdiri dengan
sangat pesat, sehingga pesantren tersebut menjadi pesantren besar hingga saat
ini. Banyak pengalaman serta pengorbanan yang terjadi dalam membangun
pesantren modern yang berada di Medan tersebut. Pesantren modern tersebut
memiliki kiblat atau contoh motivasi yaitu Pondok Modern Gontor yang
terletak di Jawa Timur yang merupakan salah satu pondok pesantren terbesar
di Indonesia. Pada bab ini penulis ingin mengkritik bahwa buku ini yang
bertema Bimbingan Konseling Pendidikan Islam tapi dalam bab kali ini terlalu
banyak menceritakan bagian profil pesantren tersebut seiring berjalannya
waktu, tapi tidak disebutkan bimbingan konseling yang diterapkan oleh para
pendidik di pondok pesantren tersebut seiring dengan majunya berdirinya
Pondok Pesantren Darul Arafah. Pesantren tersebut tidak hanya memilki
sekolah formal tetapi juga memiliki Perguruan Tinggi (PT).
Pesantren Darularafah pada awalnya tidak menggunakan Raya, hanya
Darularafah saja. Pada tahun 2008 Darularafah ditambahkan dengan kata
Raya guna menghindari kesamaan nama, dan juga memberikan perbedaan
bagi pesantren ini dengan pesantren yang berada Jawa Barat. Penulis sangat
suka bagian ini karena merupakan bagian yang penting, karena awalnya
penulis hanya mengetahui nama pesantren ini tanpa menggunakan raya, berkat
buku ini penulis semakin banyak mengetahui tentang profil Pondok Pesantren
Darularafah Raya.
2. Sistem Pendidikan di Pesantren Darularafah Raya
Pesantren Darularafah Raya merupakan pesantren modern yang
memberikan pembelajaran porsi yang sama antara pendidikan agama dan
umum, yang sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta penguasaan

24
Bahasa Arab dengan Inggris natara santri yang ditekankan khususnya dalam
muhadsah (komunikasi) dalam percakapan sehari-hari.
Dalam bab ini footnote terlalu banyak memberikan penjelasan mengenai
sistem sehingga buku penuh dengan tulisan kecil yang seharusnya
menjelaskan tentang sumber bukunya, namun di buku ini terlalu banyak
menjelaskan tentang sistem.
Banyak pelajaran yang dapat di ambil dalam bab ini yang banyak
mengjarkan tentang bagaimana hidup di pondok pesantren, apalagi bagi yang
tidak memiliki pengalaman menjadi santri.
3. Kelembagaan dan Tenaga Pendidik di Pesantren Darularafah Raya
Pesantren ini memiliki cita-cita menjadi wadah pengkaderan ulama dan
umara yang berkualitas dan dinamis. Struktur kelmbagaan di Pesantren
Darularafah Raya yang terdiri dari dua komponen yaitu: Badan Pendiri dan
Yayasan Pesantren Darularafah. Dalam bab ini tidak banyak dielaskan
mengenai tugas para pendidik termasuk guru yang mengelola bimbingan dan
konseling di pesantren ini.
Kegiatan di Pesantren Darularafah Raya sudah terstruktur dari mulai
bangun tidur hingga tidur kembali, sehingga waktu santri full untuk
mengerjakan tugas di pesantren penuh dengan kegiatan bermanfaat. Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) yang di bombing langsung oleh para pendidik di
pesantren tersebut sangat bermanfaat bagi santri karena santri dapat bertanya
langsung pelajaran yang kurang dimengerti kepada wali kelas atau guru
bidang studi.
Dapat disimpulkan bahwa Konselor sekolah terhadap permasalahan siswa
sangat bermanfaat terutama bagi santri yang mengalami dampak broken
home, seorang santri yang tinggal dalam lingkungan yang islami dapat diajak
oleh konselor untuk kembali dekat dengan Allah, yang menjadikan hati lebih
tenang, pikiran bersih, serta perbuatan baik, dengan perkataan dan perbuatan
yang lemah lembut dapat meluluhkan hati lawan yang berkomunikasi.
Pemaparan tentang perlunya mencontohkan Nabi Saw, dalam kehidupan
menunjukkan bahwa nuansa yang dibawa konselor sekolah dalam
memberikan nuansa ke- Islaman, dimana yang menjadi model informasi

25
layanan ini adalah Rasulullah sebagai manusia yang dapat dijadikan contoh
dalam segala bidang kehidupannya, dalam kesempatan ini adalah beliau selalu
menjaga kesehatannya.
Esensi dari konseli islam pada dasarnya adalah membimbing individu agar
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan fitrah yang
dimilikinya. Procedia Second Global Conference on Business and Social
Science (GCBSC) pada tahun 2015 di Bali, menyebutkan tujuh wilayah
spiritual intelegen menurut perspektif Islam, yakni :
 Al Ruh
 Al Qolb
 Al Nafs
 Al Aql
 Iman
 Ibadah
 Moralitas
Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan fitrah manusia tidak hanya bisa
dicapai dengan memberikan kebutuhan yang bersifat material semata. Melainkan
juga, perlunya memberikan nafkah spiritual sesuai dengan ketentuannya. Saiful
Akhyar menjelaskan bahwa secara teoritis, konseling islami berupaya memenuhi
kebutuhan manusia, baik secara material maupun spiritual. Artinya manusia pada
dasarnya memiliki dua dimensi yang dimana satu sama lain saling melengkapi,
dan harus seimbang dalam mencapai kebahagian hidup.
Dalam beberapa penjelasan ataupun penelitian yang dilakukan oleh
penulis, ada beberapa hal yang mungkin tidak disimpulkan oleh penulis ataupun
tidak dijelaskan oleh penulis dan pembaca mendapatkan nya dari artikel atau buku
lain, seperti :
1. Tujuan atau manfaat dari bimbingan konseling islami (Triadic)
2. Kepribadian Seorang Konselor Islami
2 hal ini mungkin dapat menjadi sebuah kritikan ataupun materi tambahan
yang seharusnya tercantum di dalam buku tersebut.

26
1. Tujuan atau Manfaat Bimbingan Konseling Islami (Triadic)
Zulkifli Akbar menyatakan bahwa konseling islami adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dengan tujuan untuk
membantu individu dalam memecahkan masalahnya sendiri, dengan
menggunakan ajaran-ajaran islam dan pemikiran logis yang dikaitkan dengan
ajaran islam agar memperoleh kebahagian dunia dan akhirat.
Bimbingan konseling islami sebagai cabang keilmuan modern merupakan
suatu hal yang baru secara konseptual, walaupun pada praktik penerapannya telah
ada semenjak kemunculan agama islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad.
Evidensi keberadaan praktik bimbingan konseling islami pada masa Nabi sering
sekali tampak dari sikap yang ditampilkan oleh Nabi Muhammad dalam
memberikan layanan bimbingan konseling islami kepada para sahabat melalui
praktik-praktik halaqah al-dars maupun proses konseling islami.
Prinsip dan landasan islami ini kiranya sebagai instrumen yang
mempertegas perbedaan antara Bimbingan konseling islami dengan bimbingan
konseling konvensional barat yang bersifat empirik spekulatif dalam memahami
hakikat manusia yang berdampak pada cakupan konseling islami. Sungguh
menakjubkan ajaran-ajaran islam yang sangat luas cakupannya terhadap seluruh
aspek kehidupan manusia, dari hal yang terkecil sampai pada hal yang terbesar itu
semua diatur dengan memperhatikan unsur materil dan spirituil. Oleh karena itu,
Muhammad Surya mengatakan konseling islam tidak hanya berada pada titik
spiritual semata, dalam bidang karir pun, konseling islami memiliki tujuan yang
harus dicapai antara lain :
 Agar individu memiliki kemampuan intelektual yang diperlukan dalam pekerjaan
dan karirnya.
 Agar memiliki kemamouan dalam pemahaman, pengelolaan, pengendalian,
penghargaan dan pengarahan diri.
 Agar memiliki pengetahuan atau informasi tentang laimgkungan.
 Agar mampu berinteraksi dengan orang lain.
 Agar mampu mengatasi masalahnya dalam kehidupan sehari hari.
 Agar dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan kaidah kaidah ajaran
islam yang berkaitan dengan pekerjaan dan karirnya.

27
Dalam konteks ini, Abu Hamid Al Ghozali dalam bukunya kimiya’ Al
Sa’adah menuturkan di awal pembahasannya dengan menyebutkan “man ‘arofa
nafsahu faqod ‘arofa Robbahu” yang artinya “Barangsiapa yang telah tahu
dirinya maka ia telah benar-benar tahu tuhannya”. Maksudnya adalah Imam Al
Ghozali menginginkan bahwa tujuan dari bimbingan konseling islami adalah
mendorong agar individu dapat memahami hakikat dirinya secara utuh, tidak
terbatas hanya lada hal yang fisik semata melainkan mampu memahami dimensi
bathin manusia. Karena menurutnya, jika konsep konseling islami hanya
bertujuan mengetahui aspek materil saja, maka konseling islami akan hampa dari
nilai-nilai ketuhanan, justru sebaliknya, pemahaman yang komperhensif akan
hakikat diri akan menuntun manusia dapat memahami banyak aspek bathiniyyah
dan dhohiriyyah.
Dalam Q.S. Az Zumar 39:9, Allah menanyakan posisi orang yang “tahu”
dan orang yang “tidak tahu”. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

‫اْل ِخ َرةَ َويَ ار ُج اوا َرحا َمةَ َر ِبه َۗۗ قُ ال َه ال يَ ا‬


‫ستَ ِوى الَّ ِذ اينَ َي اعلَ ُم اونَ َو‬ ٰ ‫سا ِجدًا َّوقَآئِ ًما يَّحا ذَ ُر ا‬
َ ‫اَ َّم ان ه َُو قَا نِت ٰانَا ٓ َء الَّ اي ِل‬

ِ ‫ا لَّ ِذ اينَ َْل يَ اعلَ ُم اونَ َۗۗ اِنَّ َما يَتَذَك َُّر اُولُوا ااْلَ البَا‬
‫ب‬

“(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.”

Sesuai dengan makna ayat diatas, tujuan konseling islami seharusnya


membentuk individu yang memiliki karakter islami yang mampu memahami
esensi aspek spiritualitas diri yang dapat mengahantarkan individu bisa benar-
benar memiliki kecerdasan yang komplit sebagai khalifah Allah. Hal ini berarti
penanaman dan pembiasan diri melaksanakan ibadah kepada Allah dapat
meransang perkembangan pemahaman diri individu untuk menjadi orang yang
arif. Ibnu Katsir dalam memahami ayat di atas menyatakan, anggapan orang-
orang musyrik yang tidak mempercayai substansi Ibadah Bagi kehidupan muslim,
dan menjadikan Allah sebagai musuh mereka kemudian Allah membalas dengan
firman Nya ”sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak

28
mengetahui?”. Dengan kata lain, Aspek Spiritual melalui Ibadah dapat
menumbuhkan kesadaran diri seseorang ketika berhadapan dengan Tuhannya.

Dari paparan para ahli di atas maka, tampak dengan jelas bahwa tujuan
konseling Islami adalah menjadikan manusia kemabali kepada fungsi
penciptaanya yakni Khalifah fil Ardh yang memiliki keimanan yang kuat, ilmu
yang bermanfaat, dan mampu mengamalkan perintah Allah sesuai dengan Syariat.
Selain itu juga, konseling Islami menuntun terwujudnya keseimbangan dan
keselarasan dalam mengarungi kehidupan di Dunia dan memberkali diri dalam
menggapai kebahagiaan hidup di Akhirat. Penekanan terhadap dua dimensi
tersebut harus pula dibarengi dengan tercapainya kualitas jiwa yang sehat lagi
suci. Dalam mewujudkannya, maka proses konseling Islami setidaknya dapat
melakukan hal berikut: Pertama, menggugah dan membangkitkan spiritual
konseling melalui penanaman dan pengamalan nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan kepada Allah Swt dalam menjalani manis pahitnya hidup yang penuh
dengan nikmat dan cobaan. Kedua, memberikan gambaran tentang perlunya
memahami diri, agar setiap individu dapat menghargai dirinya, serta tugas dan
fungsinya masing-masing yang tidak dapat digantikan perannya oleh orang lain.
Ketiga, mendorong individu untuk semangat dalam mengambil bagiannya dalam
berkarir dan pekerjaan, agar dapat memberikan manfaat kepada mereka yang
membutuhkannya. Keempat. senantiasa mengigatkan untuk melakukan perbuatan
yang terpuji.

2. Kepribadian Seorang Konselor Islami


Konselor Islam, dalam tugasnya membantu klien menyelesaikan masalah
kehidupannya haruslah memperhatikan nilai-nilai dan moralitas Islam. Apalagi
yang ditangani adalah membantu mengatasi masalah kehidupan yang dialami oleh
klien atau konseli, maka sudah sewajarnyalah konselor harus menjadi teladan
yang baik, agar klien merasa termotivasi dalam menyelesaikan masalah
kehidupannya. sebagai seorang teladan, seharusnyalah konselor Islami menjadi
rujukan bagi klien dalam menjalani hidupnya, oleh karena itu, sebagai suri teladan
maka udah tentu konselor adalah seorang yang menjadi rujukan dalam perilaku
kehidupannya sehari-hari, kehidupan konselor menjadi barometer bagi konseli
kepribadian konselor dapat menentukan bentuk hubungan antara konselor dan

29
konseli, bentuk kuwalitas penanganan masalah, dan pemilihan alternatif
pemecahan masalah. Tugas konselor pada dasarnya adalah usaha memberikan
imbingan kepada konseli dengan maksud agar konseli mampu mengatas
permasalahan dirinya. Tugas ini berlaku bagi siapa saja yang bertindak sebagai
konselor. Sekalipur sudah memiliki kode etik profesi yang menjadi landasan
acuan perlindungan konseli, bagi konselor muslim tidak ada salahnya apabila
dalam dirinya juga menambah sifat-sifat atau karakter konselor yang
dipandangnya perlu bagi aktivitas konseling. Yang terpenting bahwa dalam upaya
konseling tersebut harus memenuhi kaidah bahwa pemberian bantuan tidak
didasarkan pada pekerjaannya. Ciri kepribadian seorang konselor islami adalah :
a. Seorang Konselor harus menjadi cerminan bagi konseli
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

ْ‫ن اللّٰ ْهَ ه َُْو الغَنِي‬


َّْ ‫ل فَِْا‬ ْ‫سنَةْ ِل َمنْ كَا نَْ يَر ُجوا اللّٰ ْهَ َوا ليَو َْم ا‬
َّْ ‫ال ِخ َْر ْۗ َو َمنْ يَّت ََو‬ َ ‫لَقَدْ كَا نَْ لَـ ُكمْ فِي ِهمْ اُس َوةْ َح‬

ُ ‫ال َح ِمي ْد‬

“Sungguh, pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) terdapat suri


teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala)
Allah dan (keselamatan pada) hari Kemudian, dan barang siapa berpaling,
maka sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Kaya, Maha Terpuji.” (QS.
Al-Mumtahanah 60: Ayat 6)
Konselor dalam melaksanakan tugasnya haruslah merupakan
teladan yang baik bagi anak bimbingan (klien). Klien secara psikologis
datang kepada seorang konselor karena beberapa alasan diantaranya:
keyakinan bahwa seorang diri konselor lebih arif lebih bijaksana, lebih
mengetahui permasalahan, dan dapat dijadikan sebagai rujukan dalam
penyelesaian masalah.
b. Kemampuan bersimpati dan berempati yang melampaui dimensi duniawi
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ْ‫سولْ ِمنْ اَنفُ ِس ُكمْ َع ِزيزْ َعلَي ِْه َما َعنِتمْ َح ِريصْ َعلَي ُكمْ ِبا ل ُمؤ ِم ِنينَْ َر ُءوفْ َّر ِحيم‬
ُ ‫لَـقَدْ َجا ٓ َء ُكمْ َر‬

"Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu


sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat

30
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan
penyayang terhadap orang-orang yang beriman." (QS. At-Taubah 9: Ayat
128)
Seorang konselor adalah seorang yang tanggap terhadap persoalan
klien. Ia dapat bersimpati pada apa yang terjadi dalam diri klien serta dapat
berempati terhadap apa yang dirasakan oleh klien. Konselor melalui
profesinya berusaha membantu klien sebatas hubungan profesi (setting
konseling), sedangkan di luar konteks konseling dan dikatakan hubungan
tersebut tidak ada. Bagi konselor muslim tentu memiliki sisi yang berbeda
dari konselor pada umumnya. Perbedaan tersebut terletak pada sisi spirit
dan motivasi memberikan bantuan lebih berdimensi, tidak sekedar
membantu meringankan beban psikologis klien, melainkan juga berusaha
’’menyelamatkan’’ totalitas kehidupan klien. Konselor perlu
mengembangkan rasa iba, kasih sayang sebatas bingkai profesi sedangkan
konselor muslim perlu mengembangkan semangat belas kasih yang
berdimensi ukhrawi.

31
BAB VII PENUTUP

Bab VII pada buku ini merupakan bab penutupan yang berisi ringkasan ataupun
simpulan dari isi buku dan daftar pustaka. Menggambarkan sedikit praktek konseling
Islami di pesantren Darul Arafah Raya Medan di mana Guru Bk Pesantren Darul Arafah
Raya menyadari sepenuhnya bahwa konseling Islam (Islami) yang mereka lakukan pada
dasarnya belum sepenuhnya sesuai dengan konteks ajaran Nabi sebenarnya. akan tetapi,
dalam praktiknya pihak guru BK selalu berupaya menanamkan pada siswa untuk menjaga
keimanan dan ketakwaan, sebagai bagian dari menunaikan kebutuhan batin dan
kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya. Selain itu, dalam rangka membiasakan
kehidupan relegius siswa, maka kegiatan yang berada di Pesantren Darul Arafah Raya
memiliki beberapa program yang mengarahkan siswa untuk come back kepada cinta dan
pembiasaan membaca Al Qur’an.

Dalam proses konseling Islami ciri khas yang menjadi patokan adalah menghadirkan
Allah sebagai pencipta dan yang memberikan kemudahan dalam segala permasalahan
hamba jika hamba tersebut berkenan meminta dan mengingat Allah. (Q.S Al-Baqarah
2:186,2:210, Al-Imran 3:109). Selanjutnya, Konselor sekolah juga memanggil orang tua
siswa yang bersangkutan untuk memberikan pemahaman terkait masalah yang sedang
dihadapi anaknya agar tidak terjadi misunderstanding antara orang tua dan anak yang
sedang butuh perhatian. Upaya Konselor sekolah untuk melakukan komunikasi dengan
orang tua wali siswa bersangkutan bukan merupakan proses konseling melainkan sebagai
bentuk penjalinan konsultasi sebagai bagian dari proses layanan responsif.

Menurut saya kesimpulan yang dijabarkan dalam bab ini sudah cukup baik.
Mengulas kembali materi yang ada dengan bentuk yang lebih singkat, jelas, padat dan
mudah untuk dipahami. Namun untuk lebih menyempurnakan komponen dalam buku ini,
setelah saya membaca di beberapa buku lainnya, akan lebih baik apabila Penulis
menambahkan indeks pada bab terakhir dalam buku yaitu bab VII ini. Indeks buku
merupakan daftar kata atau istilah penting yang ada dalam buku. Istilah tersebut tersusun
berdasarkan abjad yang memberikan informasi mengenai nomor halaman, tempat istilah
atau kata tersebut ditemukan. Hal tersebut bertujuan untuk membantu pembaca
menemukan dan mendapat informasi yang dibutuhkan dari buku, serta memudahkan

32
pembaca memahami satu istilah yang kurang dipahami. Bisa dilihat contoh dari indeks
buku seperti berikut;

A
accuracy, 190
afikasi, 195
ajakan, 356
akronim, 122
aksen, 84, 86
B
background, 134
bibliografi, 13
budaya, 152
dst.....

33
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling adalah dua pengertian yang berhubungan
dengan makna pemberian bantuan. Bimbingan dapat diberikan kepada mahasiswa
atau kelompok mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam pendidikan, memilih
jurusan, maupun kesulitan pribadi serta penyesuaian diri dengan masyarakat dan
lingkungannya.
Bimbingan adalah bantuan yang dapat diberikan oleh penasehat akademik
kepada mahasiswa agar mereka dapat mengambil keputusan berkaitan dengan
kegiatan akademiknya dan menentukan tujuan karirnya.
Adapun pengertian konseling adalah suatu situasi bantuan penyelesaian masalah
yang bersifat terbuka dengan bertemu muka yang diberikan oleh tenaga
profesional.
Dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan istilah
yang berbeda maknanya tetapi berhubungan erat, yaitu bantuan kepada
mahasiswa atau sekelompok mahasiswa dalam proses perkembangan kearah
kedewasaan dan bantuan penyelesaian masalah. Bimbingan lebih bersifat
preventif, sedangkan konseling lebih bersifat kuratif.
B. Saran
Dengan menganalisis suatu buku, pembaca bisa menambah wawasannya
dari buku tersebut. Pada buku ini materi yang dijabarkannya sangatlah
bermanfaat. pembaca bisa mendapatkan banyak ilmu yang belum didapatkan
sebelumnya sehingga membuat pembaca semakin tahu dan mengerti tentang apa
yang di bahas. Critical book review ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik dan saran sangat saya harapkan agar critical book review ini jauh lebih baik
lagi.

34

Anda mungkin juga menyukai