Makalah
FAKULTAS SYARIAH
2024
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 latar belakang....................................................................1
1.1 Rumusan Masalah............................................................2
1.2 Tujuan Penulisan...............................................................2
BAB II......................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................3
2.1 Pengertian shalat jenazah.................................................3
2.2 Hukum, syarat, dan rukun sholata jenazah....................8
2.3 sunnah-sunnah dalam shalat jenazah............................19
2.4 Posisi imam shalat jenazah.............................................20
2.5 Jenazah yang Dishalati dan yang Tidak Dishalati........21
2.6 shalat ghaib......................................................................27
BAB III.....................................................................................28
PENUTUP.................................................................................28
3.1 kesimpulan.......................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...............................................................29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
H hajar, buku panduan praktikkum penyelenggaraan jenazah, (Palembang 2021), hal 1.
1
Fenomena yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari masih
banyak di antara umat Islam yang belum mengetahui tata cara
penyelenggaraan jenazah dengan baik dan benar serta sesuai
dengan ajaran Islam2, maka dibutuhkan panduan sebagai acuan
dalam proses praktikum penyelenggaraan jenazah yang
sistematis dan komprehensif serta mudah diterapkan.
2
ibid hal 2.
2
BAB II
PEMBAHASAN
َو َأِق ُميوا الَّص الَة َو آُتوا الَّز اَك َة َو اْر َكُع وا َم َع الَّر اِكِع َني
اْتُل َم ا ُأوَيِح ِإ َلْي َك ِم َن اْلِكَتاِب َو َأِق ِم الَّص الَة ِإ َّن الَّص الَة َتَهْنى َع ِن اْلَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَكِر َو ِذَل ْك ُر
اِهَّلل َأْكُرَب َو اُهَّلل َيْعُمَل َم ا َتْص َنُع وَن
3
Subhan Nurdin, Keistimewaan shalat Khusuk, (jakarta: QultumMedia, 2006), hal 11
3
lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan".
2. Pengertian jenazah
4
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh, (Bairut: Dar al-fikr, jilid 1997), hlm.497
4
Jenazah berasal dari kata arab "Janazah" artinya "tubuh
mayit" dan untuk kata "Jinazah" yang artinya "tandu
pembawa mayat" berasal dari kata "Janaza" yang berarti
"menutupi". Dinamakan jenazah karena tubuh mayit itu harus
ditutupi.5 Arti jenazah dalam enksiklodpedi Islam yaitu segala
yang berkaitan dengan proses pemakaman dan kafan bagi si
mayit. Sedangkan kata mayat, selanjutnya disebut jenazah,
berasal dari bahasa arab "al-mayit" yang berarti orang yang
meninggal sebagaimana ungkapan di dalam Al-Qur'an:
5
dalam rangka mendoakannya. Secara fitrah manusia tidak
akan bisa hidup tanpa batuan orang lain karena manusia
diciptakan sebagai makhluk sosial yang berakal, jadi ketika
kita melihat orang lain mengalami kesusahan maka kita wajib
untuk menolongnya. Karena mau tidak mau kelak ketika kita
sudah meninggal, pasti memerlukan bantuan orang lain.
Dengan ikut mensholatkannya maka sudah mengugurkan
kewajiban kita sebagai umat Islam.
8
Syahminah Zaini, Bimbingan Praktis Tentang Penyelenggaraan Mayat Secara Islam,
(Surabaya : Al-Ikhlas, 1991) hlm 74-75.
6
mensucikan dan membersihkan dari kotoran. Mensalatkan
mayat merupakan paling agung dalam Islam ketika seorang
meninggal dunia karena ketika seorang meninggal dunia maka
dianjurkan bagi umat Islam yang lain untuk menyegerakan
penyelenggaraan terhadap jenazah.
9
Bab ii tinjauan umum tentang shalat jenazah, (Kalimantan Selatan-uin antasari
Banjarmasin) hlm 246
7
Shalat atas jenazah adalah ibadah yang masyru' dan
dilakukan oleh Rasulullah SAW dan juga para shahabat.
Rasulullah SAW menshalati jenazah AnNajasyi, raja Habasyah,
ketika wafat jarak jauh. Jumhur ulama berpendapat bahwa
hukum shalat jenazah adalah fardhu kifayah. Dimana bila sudah
ada satu orang yang mengerjakannya, gugurlah kewajiban orang
lain. Namun Al-Ashbagh berkata bahwa hukumnya sunnah
kifayah, sehingga bila tak seorang pun yang melakukannya, tidak
ada yang berdosa kecuali hanya kehilangan kesunnahan.10
10
Ahmad Sarwat, fiqh shalat jenazah, (Jakarta Selatan : rumah fiqh publishing, agt 2018)
hlm 6
11
Ahmad Zahro, FIQH KONTEMPORER, Menjawab 111 Masalah, , hlm. 107
8
desa tidak ada yang menshalatkan maka berdosalah semua orang
yang ada di desa tersebut. Shalat jenazah hukumnya fardhu
kifayah berdasarkan keumuman perintah Rasulullah
Shallallahualaihi wa sallam untuk menyalati jenazah seorang
muslim. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata:
فيسأل. عليه ادلين، أَّن رسوَل ِهللا صىَّل هللا عليه وسَمَّل اكن ُيؤىت ابلرجل امليت
( وإ ال قال ( صلوا عىل صاحبمك. هل ترك دليهنمن قضاء؟ (فإن حدث أنه ترك وفاًء صىَّل عليه
12
Imam Baihaqi, As Sunan al Kubra, Dar Al Kutub Islamiyah, Juz 44, (Dar al-Kutub), hlm. 7
13
Imam Baihaqi, As Sunan as Shugro, Dar Al Kutub Islamiyah, Juz 2, (Dar al-Kutub), hlm. 31
9
Syarat Berjamaah, Tidak Disyaratkan Berjamaah menurut
Al-Hanafiyah, Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah sepakat juga
bahwa tidak disyaratkan berjamaah dalam shalat jenazah.
Sehingga shalat ini tetap sah meski dikerjakan sendirian atau
seorang saja. Sedangkan Al-Malikiyah mengatakan bahwa
disyaratkan harus berjamaah dalam mengerjakan shalat jenazah.
Hukumnya mirip dengan shalat Jumat. Dan bila dikerjakan tanpa
berjamaah, harus diulangi lagi dengan berjamaah. Shalat jenazah
juga menjadi salah satu ciri dari umat Muhammad SAW, dimana
shalat ini belum pernah disyariatkan sebelumnya pada umat
terdahulu.14
14
Ahmad Sarwat, fiqh shalat jenazah, (Jakarta Selatan : rumah fiqh publishing, agt 2018)
hlm 6-7
15
Muhammad Nasruddin al Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Penerjemah, Asep Saefullah
dan Kamaluddin Sa'adyatulharamain, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hlm.14
10
Syarat yang pertama sebenarnya gabungan dari semua syarat
sah yang berlaku untuk semua shalat, kecuali masalah masuk
waktu. Di antara syarat sah shalat yang telah disepakati para
ulama adalah : Muslim, Suci dari Najis pada Badan, Pakaian
dan Tempat, Suci dari Hadats Kecil dan Besar, Menutup
Aurat dan Menghadap ke Kiblat.16
َو َال ُتَص ِّل َعىَل َأَح ٍد ِّم ُهْنم َّم اَت َأَبًد ا َو اَل َتُقْم َعىَل َقِرْبِه ُهَّنْم َكَفُر وا اِب ِهَّلل َو َر ُس وِهِل َو َم اُتوا َو ْمُه َفاِس ُقوَن
ِإ
Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan
(jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah
kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya
mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka
mati dalam keadaan fasik. (QS. At-Taubah : 84)
16
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003), cet. ke-1, hlm. 24.
17
Ahmad Sarwat, fiqh shalat jenazah, (Jakarta Selatan : rumah fiqh publishing, agt 2018)
hlm 16-17
11
3. Jenazah suci dari Najis
12
اْد ِف ُنوْمُه ِبِد َم اِهِئ ْم
1. Niat
Niat ini dilafalkan dalam hati dan harus bersamaan
dengan pelaksanaan takbiratul ihram, seperti halnya yang
berlaku dalam melaksanakan niat pada shalat fardhu.
Adapun lafal niat melakukan shalat jenazah berkelamin
18
Ahmad Sarwat, fiqh shalat jenazah, (Jakarta Selatan : rumah fiqh publishing, agt 2018)
hlm 17-19
13
laki-laki dan perempuan adalah sebagai berikut:19 Niat
untuk jenazah laki-laki:19
َأَص ىَّل َعىَل َه َذ ا اْلَم ِّي ِت َأْر َبَع َتْكَرِب اٍت َفْر َض اْلِكَفاَيِة َم ْأُم ْو ًم ا ِهَّلِل َتَع اىَل
َأَص ىَّل َعىَل َه ِذِه اْلَم ِّي َتِة َأْر َبَع َتْكَرِب اٍت َفْر َض اْلِكَفاَيِة َم ْأُم ْو ًم ا ِهَّلِل َتَع اىَل
2. Berdiri
Shalat jenazah wajib dilakukan dengan cara berdiri,
sebab salat jenazah tergolong salat fardhu, sedangkan
setiap salat fardhu wajib dilaksanakan dengan cara berdiri.
Tapi jika seseorang memang tidak mampu berdiri karena
sedang sakit maka bisa dilakukan dengan cara duduk
seperti halnya ketentuan yang terdapat dalam shalat lima
waktu.
3. Takbir empat kali
Jumlah takbir dalam salat jenazah harus empat kali,
ini termasuk takbiratul ihram. Jika tidak cukup empat kali
maka shalat dianggap tidak sah. Seperti pada shalat fardu
lima kali, disunnahkan mengangkat kedua tangan sejajar
dengan dua pundak saat berseru takbir. Dalam melakukan
takbir akan diselingi dengan beberapa bacaan doa. Setelah
takbir pertama kita dianjurkan untuk membaca Surat Al-
Fatihah, tabir kedua membaca shalawat, takbir ketiga dan
keempat membaca doa.
4. Kemudian takbiratul ihram
19
Febriansyah, https://tirto.id/shalat-jenazah-rukun-bacaan-doa-hingga-syarat-sah-elEY
diakses pada tanggal 19 Januari 2020 Pukul 21.55 WIB
14
Takbir yang pertama dan setelah takbir pertama itu
selanjutnya membaca surat al-Fatihah. Saat membaca surat
al-Fatihah sebaiknya dengan cara suara dilirihkan. Dalam
salat jenazah tidak disunahkan membaca Do'a Iftitah
karena dianggap terlalu panjang.
5. Takbir yang kedua dan setelah takbir kedua membaca
shalawat
الَّلُهَّم َص ِّل َعىَل ُم َح َّم ٍد َو َعىَل آِل ُم َح َّم ٍد َكام َص َّلْي َت َعىَل ْبَر اِه َمي َو َعىَل آِل ْبَر اِه َمي َّنَك
ِإ ِإ ِإ
الَّلُهَّم اَب ِرك َعىَل ُم َح َّم ٍد َو َعىَل آِل ُم َح َّم ٍد َكام اَب َر ْكَت َعىَل ْبَر اِه َمي َو َعىَل. ِمَح يٌد َم ِج يٌد
ِإ
آ ْبَر اِه َمي َّنَك ِمَح يٌد َم ِج يٌد
ِإِل ِإ
Artinya: “Ya Allah, anugerahkan shalawat kepda Nabi
Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana
Engkau telah memberikan shalawat kepada Nabi
Ibrahim.Berikanlah keberkahan kpada Nabi Muhammad
dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau telah
memberkahi kepada keluarga Nabi Ibrahim dan
keluarganya. Di dalam alam inilah Engaku Tuhan yang
Maha Terpuji dan Maha Mulya.20
6. Takbir yang ketiga dan setelah takbir yang ketiga
membaca doa jenazah.
لَّلُهَّم َو َنْقِه ِم َن اْلَخ َط ااَي اَمَك َنَّفْيَت الَّثْو َب اَألْبَيَض ِم َن اَّدل َنِس َو َأْبِد ُهْل َد اًر ا َخ ًرْي ا ِم ْن َد اِرِه َو َأْه ًال َخ ًرْي ا
اْغِفْر ُهَل َو اْر ْمَح ُه َو َعاِف ِه َو اْعُف َع ْنُه َو َأْك ِرْم ُنُز ُهَل َوَو ِّس ْع ُم ْد َخُهَل َو اْغِس ُهْل اِب ْلَم اِء َو الَّثْلِج َو اْلَرَب ِد
ِم ْن َأْه ِهِل َو َز ْوًج ا َخ ًرْي ا ِم ْن َز ْو ِج ِه َو َأْد ِخ ُهْل اْلَج َّنَة َو َأِعْذ ُه ِم ْن َعَذ اِب اْلَقِرْب َأْو ِم ْن َعَذ اِب الَّناِر
20
Moh. Rifa'i, Risalah tuntunan Shalat Lengkap,(Semarang: Karya Toha Putra, 2017),hlm 75
15
Artinya: "Ya Allah ampunilah dia, dan kasihanilah dia,
sejahterakan ia dan ampunilah dosa dan kesalahanya,
hormatilah kedatangnnya, dan luaskanlah tempat
tinggalnya bersihkanlah dia dengan air, salju dan embun.
Bersihkanlah dia dari segala dosa sebagaimana kain yang
putih yang bersih dari segala kotoran, dan gantikanlah
bagiannya rumah yang lebih baik dari rumahnya yang
dahulu, dan gantikanlah bagiannya keluarga yang lebih
baik daripada keluargannya yang dahulu, dan gantikanlah
istri/suami yang lebih baik daripada istri/suaminya yang
dahulu, dan perihalah (hindarkanlah) dari siksa kubur dan
api neraka".21
َو َأْلِح ْقُه ِبَص اِلِح، َالَّلُهَّم َثُقْل ِبِه َم َو اِزْيُهَنَم ا َو َأْع ِظ ْم ِبِه ُأُج وَر َمُها. َو َش ِفيًع ا ُم َح ااًب، الَّلُهَّم اْج َع ُهْل َفَر ًط ا َو ُذ ْخ ًر ا ِلَو اَدِل ْيِه
َو َأْبِد ُهْل َد اًر ا، َو ِق ِه ِبَر َمْح ِتَك َعَذ اَب اْلَج ِح ِمي، َو اْج َع ُهْل يِف َكَفاِةَل ْبَر اِه َمي، اْلُم ْؤ ِمِنَني
ِإ
َو َأْفَر اِط َنا َو َمْن َس َبَقَنا اِب ْيَم اِن، َالَّلُهَّم اْغِفْر َأِلْس اَل ِف َنا. َو َأْه ًال َخ ًرْي ا ِم ْن َأْه ِهِل، َخ ًرْي ا ِم ْن َد اِرِه
ِإْل
Artinya: "Ya Allah, jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala
yang didahulukan, simpanan bagi kedua orang tuanya dan
pemberi syafaat yang dikabulkan doanya. Ya Allah, dengan
musibah ini, beratkanlah timbangan perbuatan mereka dan
berilah pahala yang agung. Anak ini kumpulkan dengan orang-
orang yang shalih dan jadikanlah dia dipelihara oleh Nabi
Ibrahim. Peliharalah dia dengan rahmatMu dari siksaan Neraka
21
Ibid, hal. 75
16
Jahim. Berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia),
berilah keluarga (di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya
(di dunia). Ya Allah, ampunilah pendahulu-pendahulu kami,
anakanak kami, dan orang-orang yang mendahului kami dalam
keimanan.”22
22
Ibid, hal. 75
23
Ibid, hal. 75
17
َو َص ىَّل اُهَّلل َعىَل َخِرْي َخ ْلِقِه َس ِّي ِد اَن ُم َح َّم ٍد. َقَرْب ُه َه اَرْو َض ًة ِم َن اْلَجَّنِة َو ال ْجَت َع ُهْل ُهَل( َلَها) ُح ْف َر ًة ِم َن الِّنَرْي اِن
َو آِهِل َو ْحَص ِب ِه َأَمْج ِع َني َو اْلَحْم ُد ِهَّلِل َر ِّب اْلَع اَلِم ِني
18
menurut mereka, sunnah sunnah salat jenazah ada tujuh yaitu
sebagai berikut
1. Menyamarkan bacaan.
2. Mengangkat tangan pada takbir pertama.
3. Memulai do’a dengan memuji Allah swt. Dan bersalawat
atas Nabi saw.
4. Orang yang melaksanakan salat jenazah sendirian
hendaknya berdiri ditengah bagi jenazah pria dan didekat
pundak bagi jenazah wanita.
5. Kepala jenazah ditempatkan disebalah kanan orang yang
mensalatkannya, baik jenazah tersebut pria ataupun
wanita, kecuali jenazah itu disembahyangkan di taman
pemakaman maka ditempatkan di sebalah kirinya agar
menghadap kearah kubur.
6. Makmum berdiri dibelakang imam sebagaimana dalam
salat lainnya.
7. Imam mengeraskan takbir dan salamnya sehingga didengar
oleh makmum selain itu hendaknya disamarkan.
19
3. Orang yang mensalatkan jenazah sendirian hendaknya
berdiri disisi dada untuk jenazah pria dan diposisi tengah
untuk jenazah wanita.
4. Menyamarkan bacaan dan do’a.25
25
Abdurrahman al-Zaziri, op. cit. hlm. 596.
26
Ahmad Sarwat, fiqh shalat jenazah, (Jakarta Selatan : rumah fiqh publishing, agt 2018)
hlm 20-21
20
Umumnya para ulama sepakat bahwa syarat orang
yang dishalati jenazahnya adalah mereka yang
beragama Islam, dan menjadi muslim hingga
hembusan nafas terakhirnya. Tidak dibedakan apakah
jenazah itu masih kecil atau sudah besar, juga tidak
dibedakan apakah jenazah itu merdeka atau budak,
termasuk apakah jenazah itu laki-laki atau pun
perempuan. Sedangkan mereka yang bukan muslim,
para pemeluk agama di luar Islam, atau orang Islam
namun di akhir hayatnya justru keluar atau murtad dari
agama Islam, hukumnya haram untuk dishalati.27
27
Ibid hal 21
21
langsung dikuburkan. AlImam Malik menyebutkan
bahwa jenazahnya boleh dishalatkan. Beliau berkata:
ُيَص ىَّل َعىَل َقاِتل َنْفِس ِه َو ُيْص َنُع ِبِه َم ا ُيْص َنُع ِبَمْو يِت اْلُمْس ِلَم ِنْي َو ْثِم ِه َعىَل َنْفِس ِه
ِإ
Artinya: "Dishalatkan jenazah orang yang membunuh
dirinya sendiri dishalatkan dan diperlakukan
sebagaimana jenazah orang-orang Islam, sedangkan
dosanya adalah urusan dirinya sendiri".28
رمحهام هللا – َو ُه َو اَأْلُحَص- َو َمْن َقَتَل َنْف َس ُه ْمَع ًد ا ُيصىَّل َعَلْي ِه ِع ْنَد َأيِب َح ِنيَفَة َو ُم َح َّم ٍد
22
hukum orang yang bunuh diri, apakah jenazahnya
dishalatkan atau tidak. Maka beliau berkata:
ُيَص ىَّل َعىَل َقاِتل َنْفِس ِه َو ُيْص َنُع ِبِه َم ا ُيْص َنُع ِبَمْو ىَت اْلُمْس ِلِم َني َو ْثُم ُه َعىَل َنْفِس ِه
ِإ
Artinya: "Dishalatkan jenazah orang yang
membunuh dirinya sendiri dishalatkan dan
diperlakukan sebagaimana jenazah orang-orang Islam,
sedangkan dosanya adalah urusan dirinya sendiri".30
ال ُيَس ُّن ِل َم اِم اَألْع َظ ِم َو َم اِم لُك َقْر َيٍة َو ُه َو َو اِلَهيا يِف اْلَقَض اِء الَّص اَل ُة َعىَل َغاٌل
ِإ ِإل
َو َقاِتَل َنْفِس ِه ْمَع ًد ا َو ْن َص ىَّل َعَلِهْي َم ا َفاَل َبْأَس ِبِه
ِإ
Artinya: "Tidak disunnahkan bagi al-imam al-a'dzham
(kepala negara) atau imam tiap kampung yang menjadi
hakim untuk menyalatkan jenazah penilep harta
ghanimah dan orang yang mati bunuh diri. Namun
kalau dishalatkan oleh orang lain tidak mengapa".31
23
dishalatkan namun mereka berbeda pendapat
mengenai seorang penguasa apakah wajib
menshalatkan atau tidak. Imam Hanafi berpendapat
bahwa seorang penguasa wajib menshalatkannya.
Imam Maliki yaitu orang yang mati bunuh diri atau
orang mati karena menjalankan hukum had, maka
kepala negara tidak wajib menshalatkannya. Imam
Syafi‟i kepala negara tetap boleh menshalatkannya.
Imam Hanbali berpendapat tidak boleh kepala negara
menshalatkan jenazah pembunuh atau orang yang mati
karena bunuh diri.32
3. Jenazah anak-anak
32
Ahmad Rofiq, Al-ikhtiyarat al- Fiqiyah, Gema Risalah Press, hlm. 405
24
dunia. Dasar dari istihlal ini adalah sabda Rasulullah
SAW
اَل ُيَص ىَّل َعَلْي ِه َح ىَّت َيْس ِهَت َّل َفِإ َذ ا اْس َهَتَّل ُص َيِّل َعَلْي ِه َو ُع ِقَل َوُو ِّرَث َو ْن َلْم
ِإ
َيْس ِهَت ْل َلْم ُيَص َّل َعَلْي ِه َو َلْم ُيَوَّر ْت َو َلْم ُيْع َقل
5. Ahlu bid’ah
25
tidak. Jumhur ulama mengatakan tetap dishalatkan,
sedangkan sebagian ulama mengatakan tidak.
34
Ibid hal 27-28
35
Ibid hlm 30
26
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Salat jenazah adalah salat yang dikerjakan sebanyak empat
kali takbir, tidak perlu ruku, sujud dan duduk yang dilakukakan
hanyalah berdiri membaca bacaan dan do’a tertentu lalu salam.
Ah Habsy Ash-Shiddqie, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Binatang, 1971), hlm.245
Syahminah Zaini, Bimbingan Praktis Tentang Penyelenggaraan Mayat Secara Islam,
(Surabaya : Al-Ikhlas, 1991) hlm 74-75.
Bab ii tinjauan umum tentang shalat jenazah, (Kalimantan Selatan-uin antasari
Banjarmasin) hlm 246
Ahmad Sarwat, fiqh shalat jenazah, (Jakarta Selatan : rumah fiqh publishing, agt 2018) hlm
6
Ahmad Zahro, FIQH KONTEMPORER, Menjawab 111 Masalah, , hlm. 107
Imam Baihaqi, As Sunan al Kubra, Dar Al Kutub Islamiyah, Juz 44, (Dar al-Kutub), hlm. 7
Imam Baihaqi, As Sunan as Shugro, Dar Al Kutub Islamiyah, Juz 2, (Dar al-Kutub), hlm.
31
Ahmad Sarwat, fiqh shalat jenazah, (Jakarta Selatan : rumah fiqh publishing, agt 2018) hlm
6-7
Muhammad Nasruddin al Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Penerjemah, Asep Saefullah
dan Kamaluddin Sa'adyatulharamain, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hlm.14
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003), cet. ke-1, hlm. 24.
Ahmad Sarwat, fiqh shalat jenazah, (Jakarta Selatan : rumah fiqh publishing, agt 2018) hlm
16-17
Febriansyah, https://tirto.id/shalat-jenazah-rukun-bacaan-doa-hingga-syarat-sah-elEY
diakses pada tanggal 19 Januari 2020 Pukul 21.55 WIB
Moh. Rifa'i, Risalah tuntunan Shalat Lengkap,(Semarang: Karya Toha Putra, 2017),hlm 75
Ibid, hal. 75
Ahmad Sarwat, fiqh shalat jenazah, (Jakarta Selatan : rumah fiqh publishing, agt 2018) hlm
20-21
Ibid hal 21
Malik bin Anas bin Malik bin 'Amil, Al Mudawanatul Kubra, (Beirut: Darul, Kutub
'Ilmiyah), Juz 1, hlm. 254
Ibid, hlm. 38
Imam Zarkariya al anshory, Mausu'ah Fiqhiyah, (Beirut: Darul, Kutub 'Ilmiyah), Juz 16,
hlm. 37
Ahmad Rofiq, Al-ikhtiyarat al- Fiqiyah, Gema Risalah Press, hlm. 405
Ahmad Sarwat, fiqh shalat jenazah, (Jakarta Selatan : rumah fiqh publishing, agt 2018) hlm
23-24
29