Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tafsir Muamalah
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Nur hanisa
20100121044
Reskianti
20100121021
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt. Yang telah melimpahkan
nikmat serta hidayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan
lancar tanpa ada halangan satupun. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi besar muahammad saw. Atas perjuangan beliau dari
zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang ini dengan cahaya islam, dan
kepada para keluarganya, para istri-istrinya, para sahabatnya dan sampailah
kepada kita selaku ummatnya.
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................
A. Pengertian Shalat........................................................................................
B. Tata Cara Shalat.........................................................................................
C. Hikmah Shalat..........................................................................................
BAB III PENUTUP..............................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTKA..............................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
shalat sebagai ibadah wajib terdapat dalam nash (al-Qur’an dan hadis). Selain
ibadah yang tak bisa ditinggalkan. Dalam mengerjakan shalat lima waktu, kaum
muslimin sepakat bahwa shalat lima waktu harus dikerjakan pada waktunya dan
dilaksanakannya shalat lima waktu tersebut. Meskipun secara kasat mata dalam
persoalan penentuan waktu shalat tidak nampak adanya suatu persoalan yang
sangat besar, tetapi bagaimana jika perbedaan tersebut telah melebihi dari 4
menit atau 5 menit. Tentu itu akan jadi persoalan bagi kita, semisalnya yang
mana seharusnya waktu tersebut sudah memasuki waktu shalat Magrib, tetapi
masih ada yang masih melaksanakan shalat Azhar. Pada dasarnya dalam
matahari, waktu terbenamnya matahari, dan lain sebagainya itu merupakan suatu
hal yang tidak ada dasar hukum yang pasti, namun apabila dikaitkan dengan
ibadah seperti shalat maka hukumnya menjadi wajib. Jadi sebelum mengerjakan
1
Ismail “Metode Penentuan Awal Waktu Shalat dalam Perspektif Ilmu Falak” Jurnal
Ilmiah Islam Futura (2015), h. 219.
4
Salah satu cara untuk mengetahui masuknya waktu shalat tersebut Allah
swt telah mengutus malaikat Jibril untuk memberi arahan kepada Rasulullah saw
cahaya langit yang notabene juga disebabkan oleh pancaran sinar matahari. Jadi
sebenarnya petunjuk awal untuk mengetahui masuknya awal waktu shalat adalah
matahari setiap kali akan melaksanakan shalat. Akan tetapi sebelum kita
menghitung awal masuknya waktu shalat, terlebih dahulu kita harus mengetahui
kriteria-kriteria masuknya waktu shalat yang telah digariskan oleh Allah swt.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat
Shalat adalah rukun Islam yang kedua dan ia merupakan rukun yang
macam ibadah: zikir kepada Allah, tilawah Kitabullah, berdiri menghadap Allah,
ruku’, sujud, do’a, tasbih, dan takbir4. Shalat merupakan pokok semua macam
sebagai penutup para rasul pada malam Mi’raj di langit, berbeda dengan semua
sangat dikenal di dalam agama Islam. Barang siapa yang mengingkari shalat, ia
telah murtad dari agama Islam. Ia dituntut untuk bertobat. Jika tidak bertobat, ia
21
Syaikh Muhammad Fadh & Syaikh Abdul Aziz bin Baz, “Sifat Wudhu & Shalat Nabi
saw” Penerjemah: Geis Umar Bawazier (Jakarta: al-Kautsar, 2011), h. 75.
32
Sentot Haryanto, “Psikologi Shalat Kajian Aspek-aspek Psikologi Ibadah Shalat oleh-
oleh Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw”, (Yogyakarta: 2007), h. 59.
43
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, Penerjemah, Khairul
Amru Harahap dan Faisal Saleh (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 277.
6
ٌُهَلْم ۗ َو الَّلُه ِمَس يٌع َعِليم
yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Dinamakan demikian
karena mengandung do’a. Orang yang melakukan shalat tidak lepas dari do’a
ibadah, pujian dan permintaan. Itulah sebabnya dinamakan shalat. Adapun hadis
ِاَّن َاَّو َل ا ا ِبِه ْال ُد ْالِق ا ِة: َل اِهلل ص ُق ُل ِم
َم ُيَح َس ُب َعْب َيْو َم َي َم َي ْو َس ْعُت َرُسْو: َعْن َاِبى ُه َر ْيَر َة َقاَل
ِا
َه ْل َلُه ِم ْن َتَطُّو ٍع ؟ َفِاْن َك اَن َلُه َتَطُّو ٌع، ُاْنُظُر ْو ا.الَّص َالُة ْالَم ْك ُتْو َبُة َفِاْن َاَتَّم َه ا َو َّال ِقْيَل
فى، الخمسة. ُثَّم ُيْف َعُل ِبَس اِئِر ْاَالْع َم اِل ْالَم ْف ُر ْو َض ِة ِم ْثُل ذِلَك،ُاْك ِم َلِت ْالَف ِر ْيَض ُة ِم ْن َتَطُّو ِعِه
نيل االوطا
Artinya:
7
B. Tata Cara Shalat
1. Niat
Niat berarti menyengaja untuk sholat, menghambakan diri kepada Allah Ta’ala
bersabda:
إَّن ا األع ال بالِّنَّي اِت وِإَّنما ِلُك ِّل امريٍء ما ى َف َك اَنْت ِه ُت ُه إلى اِهلل و وِلِه
َرُس ْج َر َنَو َمْن َم َم
ٍة ِك ِل ِص ِه ِلِه ِهلل
فِه ْج َرُتُه إلى ا وَرُسْو وَمْن َك اَنْت ْج َرُتُه ُد ْنَيا ُي ْيُبها أو امرأ َيْن ُح َه ا فِه ْج َرُتُه إلى ما َه اَج َر
إليِه
Artinya: “Semua amal tergantung pada niatnya dan setiap orang akan
mendapat (balasan) sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari, Muslim dan
lain-lain. Baca Al Irwa’, hadis no. 22).
Niat tidak dilafadzkan dan tidaklah disebutkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan tidak pula dari salah seorang sahabatnya bahwa niat itu dilafadzkan.
Abu Dawud bertanya kepada Imam Ahmad. Dia berkata, “Apakah orang shalat
(selalu ragu) sewaktu berniat sholat. Hal itu tidak pernah diperbuat oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam maupun para shahabat beliau. Mereka dulu tidak
pernah melafadzkan niat shalat sedikitpun selain hanya lafadz takbir.” Asy Syafi’i
berkata, “Was-was dalam niat sholat dan dalam thaharah termasuk kebodohan
‘an al Ibtidaa’).6
2. Berdiri
6
Hasby ash-Shiddiq, Pedoman Shalat (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1987), h. 62.
8
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan sholat fardhu atau
sunnah berdiri karena memenuhi perintah Allah dalam Qs. al-Baqarah: 238.
mengajarkan kepada umatnya agar melakukan shalat khauf dengan berjalan kaki
atau berkendaraan.
ِل ِه ِنِت ِة ِت ِف
َح ا ُظوا َعَلى الَّصَلَو ا َو الَّص اَل اْلُو ْس َطٰى َو ُقوُموا َّل َقا يَن
Terjemahnya: “Peliharalah semua shalat(mu) dan (periharalah) shalat
wustha dan berdirilah karena Allah dengan khusyu’. (Qs. Al Baqarah :
238-239).
Siraj).
Tentang hal ini telah turun pula firman Allah dalam Qs. Al-Baqarah/2 ayat:
115
َوِهَّلِل اْلَم ْش ِرُق َو اْلَم ْغ ِر ُب ۚ َفَأْيَنَم ا ُتَو ُّلوا َفَثَّم َو ْج ُه ِهَّللاۚ ِإَّن َهَّللا َو اِسٌع َع ِليٌم
اْلَح َر اِم ۚ َو َح ْيُث َم ا ُكنُتْم َفَو ُّلوا ُو ُج وَهُك ْم َش ْطَرُهۗ َو ِإَّن اَّل ِذ يَن ُأوُت وا اْلِك َت اَب َلَيْع َلُم وَن َأَّن ُه اْلَح ُّق ِم ن
َّرِّبِهْم ۗ َو َم ا ُهَّللا ِبَغاِفٍل َع َّم ا َيْع َم ُلوَن
9
sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja
kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-
orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil)
memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar
dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan.(Qs. al-Baqarah/2: 144)
Setelah ayat ini turun beliau shalat menghadap Ka’bah. Pada waktu shalat
subuh kaum muslim yang tinggal di Quba’ kedatangan seorang utusan Rasulullah
Ka’bah. Oleh karena itu, (hendaklah) kalian menghadap ke sana.” Pada saat itu
mereka tengah menghadap ke Syam (Baitul Maqdis). Mereka lalu berputar (imam
Bukhari, Muslim, Ahmad, Siraj, Thabrani, dan Ibnu Sa’ad. Baca Kitab Al Irwa’,
4. Takbiratul Ihram
hanya sekali ketika hendak memulai suatu shalat) dengan takbiratul ihrom yakni
mengucapkan “ َاْك َبر هللَاALLAHUAKBAR (Allah Maha Besar) di awal shalat dan
beliau pun pernah memerintahkan seperti itu kepada orang yang shalatnya salah.
‘alaihi).
10
Takbirotul ihrom tersebut harus diucapkan dengan lisan (bukan diucapkan
membaca dalam hati, tanpa menggerakkan lidahnya, maka hal itu tidak disebut
melafadzkannya di mulut.”
untuk tidak mengeraskan suara ketika membaca lafadz tabir, baik apakah dia
sedang menjadi makmum atau ketika sholat sendiri. Tidak mengeraskan suara ini
jika dia tidak menjumpai rintangan, seperti suara yang sangat gaduh. Batas
minimal suara yang pelan adalah bisa didengar oleh dirinya sendiri jika
pendengarannya normal. Ini berlaku secara umum baik ketika membaca ayat-ayat
al-Qur’an, takbir, membaca tasbih ketika ruku’, tasyahud, salam dan doa-doa
dalam sholat baik yang hukumnya wajib maupun sunnah.” beliau melanjutkan,
pengikutnya.7
sendiri dan orang yang berada disampingnya. Tidak patut dia menambah volume
7
Wahbah Az-Zuhaili, Op.,Cit h. 66.
11
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa mengangkat kedua
tangannya setentang bahu jika hendak memulai sholat, setiap kali bertakbir untuk
6. Bersedekap
segera berbuka dan mengakhirkan sahur serta meletakkan tangan kanan pada
tangan kiri (bersedekap) ketika melakukan shalat.” (Hadis diriwayatkan oleh al-
Dalam sebuah riwayat pernah beliau melewati seorang yang sedang shalat,
tetapi orang ini meletakkan tangan kirinya pada tangan kanannya, lalu beliau
kirinya. (Hadis riwayat Ahmad dan Abu Dawud dengan sanad yang shahih).
8
Rozian Karnedi, fikih ibadah kemasyarakatan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2017), h. 10.
12
berdasar hadis dari Wail bin Hujur: “Lalu Rasulullah saw bertakbir
tangan kiri atau lengan kirinya.” (Hadis diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud,
Nasa’i, Ibnu Khuzaimah, dengan sanad yang shahih dan dishahihkan pula oleh
(sanad shahih).9
dan mengarahkan pandangannya ke tempat sujud. Hal ini didasarkan pada hadits
“Rasulullah saw tidak mengalihkan pandangannya dari tempat sujud (di dalam
Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw bersabda: “Hendaklah sekelompok orang
berdoa dalam shalat atau hendaklah mereka benar-benar menjaga pandangan mata
shalat, beliau bersabda: “Jika kalian shalat, janganlah menoleh ke kanan atau ke
9
Muhammad Jawal Mughniyah, Op., Cit. h. 101.
10
Syaikh M Min Al-Haddad, Perbaruhi Shalat (Solo: Aqwam, 2007), h. 11.
13
kiri karena Allah akan senantiasa menghadapkan wajah-Nya kepada hamba yang
sedang shalat selama ia tidak menoleh ke kanan atau ke kiri.” (HR. Tirmidzi dan
Hakim).
yang sedang sholat menolehkan kepalanya tanpa ada keperluan. Ibnu Abdil Bar
atau di tempat yang ada gambar-gambarnya, diatas sajadah yang ada lukisan atau
Doa itiftah yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bermacam-
pernah memerintahkan hal ini kepada orang yang salah melakukan sholatnya
dengan sabdanya:
Qur’an yang dihafalnya.” (HR. Abu Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim,
11
Akhsan Muhammad Suga, Buku Pintar Rahasia Ibadah Mengungkap Makna Dan
Rahasia Ilmiah Dibalik Peritah Ibadah dan Sunnah Rasul (Yogyakarta: Best Media Utam Graha
Grafindo, 2011), h. 59.
14
Adapun bacaan doa istiftah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi
9. Membaca Ta’awudz
َفِاَذا َقَرْأَت اْلُقْر ٰاَن َفاْسَتِعْذ ِبالّٰل ِه ِم َن الَّش ْيٰطِن الَّرِج ْيِم
Dan pendapat ini adalah yang paling shahih dalam madzhab Syafi’i dan
diperkuat oleh Ibnu Hazm (Lihat al Majmuu’ III/323 dan Tamaam al Minnah 172-
177).
wanaftsihi"
Atau
Surah Al-Fatihah;
15
Membaca “Basmallah” dengan tidak bersuara di dalam shalat yang
sholat, jadi kalau dalam sholat tidak membaca Al-Fatihah maka tidak sah
“Tidak dianggap sholat (tidak sah sholatnya) bagi yang tidak membaca Al-
Jelas bagi kita kalau sedang sholat sendirian (munfarid) maka wajib untuk
membaca Al-Fatihah, begitu pun pada sholat jama’ah ketika imam membacanya
secara sirr (tidak diperdengarkan) yakni pada sholat Dhuhur, ‘Ashr, satu roka’at
terakhir sholat Mahgrib dan dua roka’at terakhir sholat ‘Isyak, maka para
16
“Betulkah kalian tadi membaca (surat) dibelakang imam kalian?” Kami
menjawab: “Ya, tapi dengan cepat wahai Rasulallah.” Berkata Rasul: “Kalian
Membaca Amin
Bacaannya Adalah :
آمين
suaranya dan membaca amin.” (Hadis dikeluarkan oleh Imam Ibnu Hibban, Al-
Hakim, Al-Baihaqi, Ad-Daraquthni dan Ibnu Majah, oleh Al-Albani dalam Al-
mengucapkan amiin dengan suara keras dan panjang.” (Hadis shahih dikeluarkan
Ishaq dan para imam fikih lainnya. Dalam shahihnya Al-Bukhari membuat suatu
bab dengan judul ‘baab jahr al-imaan bi al-ta-miin’ (artinya: bab tentang imam
17
bahwa Ibnu Al-Zubair membaca amin bersama para makmum sampai seakan-akan
Juga perkataan Nafi’ (maula Ibnu Umar): Dulu Ibnu Umar selalu membaca
aamiin dengan suara yang keras. Bahkan dia menganjurkan hal itu kepada semua
orang. Aku pernah mendengar sebuah kabar tentang anjuran dia akan hal itu.”
Dalam hal ini ada beberapa petunjuk dari Nabi (Hadits), atsar para
berkata: “Jika imam membaca amiin maka hendaklah kalian juga membaca
amiin.”
Hal ini mengisyaratkan bahwa membaca amiin itu hukumnya wajib bagi
makmum. Pendapat ini dipertegas oleh Asy-Syaukani. Namun hukum wajib itu
tidak mutlak harus dilakukan oleh makmum. Mereka baru diwajibkan membaca
amiin ketika imam juga membacanya. Adapun bagi imam dan orang yang sholat
dan imam pun mengucapkan amiin]. Dalam riwayat lain: “(apabila imam
12
Mandyo Wratsongko, Mukjizat Gerakan Shalat (Jakarta: Qultum Media, 2006), h. 39.
13
Ahmad Thib Raya, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam (Jakarta Timur :
Prenada Media, 2003), h. 182.
18
Syaikh Al-Albani mengomentari masalah ini sebagai berikut:
“Aku berkata: Masalah ini harus diperhatikan dengan serius dan tidak
mengerjakan masalah ini adalah dengan membarengi bacaan amin sang imam, dan
tidak membacanya. Membaca surah al-Qur’an ini dilakukan pada dua raka’at
pertama. Banyak hadits yang menceritakan perbuatan Nabi saw tentang itu.15
surat-surat yang panjang kecuali dalam kondisi sakit atau sibuk, sedangkan kalau
sebagai imam disesuaikan dengan kondisi makmumnya (misalnya ada bayi yang
dan aku ingin memperpanjang bacaannya akan tetapi, tiba-tiba aku mendengar
suara tangis bayi sehingga aku memperpendek sholatku karena aku tahu betapa
gelisah ibunya karena tangis bayi itu.” (Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam Al-
Dalam satu sholat terkadang beliau membagi satu surat dalam dua roka’at,
kadang pula surat yang sama dibaca pada roka’at pertama dan kedua. (berdasar
14
Syaikh Hasan Muhammad Ayyub, Pandun Beribadah Khusus Pria Menjalankan Ibadah
Sesuai Tuntunan al-Qur’an dan As Sunnah (Jakarta: Almahira, 2007), h. 157.
15
Syaikh Sulaiman Al-Faifi, Shalat (Solo: Aqwam, 2013), h. 11.
19
hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam Ahmad dan Abu Ya’la, juga hadis shahih
yang dikeluarkan oleh Al-Imam Abu Dawud dan Al-Baihaqi atau riwayat dari
Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim, disahkan oleh Al-Hakim disetujui oleh
Ad-Dzahabi).
Terkadang beliau membolehkan membaca dua surat atau lebih dalam satu
ayat yang berimbang antara roka’at pertama dengan roka’at kedua. (berdasar
Dalam shalat yang bacaannya di jahr-kan Nabi membaca dengan keras dan
jelas. Tetapi pada sholat dzuhur dan ashar juga pada sholat maghrib pada roka’at
ketiga ataupun dua roka’at terakhir sholat isya’ Nabi membacanya dengan lirih
yang hanya bisa diketahui kalau Nabi sedang membaca dari gerakan jenggotnya,
sekeras seperti ketika di-jahr-kan. (Berdasarkan hadits yang dikeluarkan oleh Al-
“Untuk setiap satu surat (dibaca) dalam satu raka’at.” (Hadis dikeluarkan
16
Muhammad Sholikhin. Op.,Cit. h. 11.
20
Dijelaskan oleh Syaikh Al-Albani: “Seyogyanya kalian membaca satu
surat utuh dalam setiap satu raka’at sehingga raka’at tersebut memperoleh haknya
dengan sempurna.” Perintah dalam hadits tersebut bersifat sunnah bukan wajib.17
tartil, tidak lambat juga tidak cepat sebagaimana diperintahkan oleh Allah dan
beliau membaca satu per satu kalimat, sehingga satu surat memerlukan waktu
yang lebih panjang dibanding kalau dibaca biasa (tanpa dilagukan). Rasulullah
dunia, karena kedudukanmu berada di akhir ayat yang engkau baca.” (Hadis
dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dishahihkan oleh At-
Tirmidzi)
suara yang bagus, maka beliau juga memerintahkan yang demikian itu:
12. Ruku’
sambil bertakbir seperti ketika takbiratul ihrom (setentang bahu atau daun telinga)
17
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar Ibadah Tuntuna Lengkap Semua Rukun Islam.
(Jakarta: Wahana Semesta Intermedia, 2011), h. 29.
21
kemudian rukuk (merundukkan badan kedepan dipatahkan pada pinggang, dengan
punggung dan kepala lurus sejajar lantai). Berdasarkan beberapa hadits, salah
satunya adalah:
sampai setentang kedua bahunya, hal itu dilakukan ketika bertakbir hendak rukuk
Cara Ruku’
“Jika kamu ruku’ maka letakkan kedua tanganmu pada kedua lututmu dan
menyetujuinya).
22
Untuk merenggangkan kedua sikunya dari lambungnya.
bila air dituangkan di atas punggung beliau, air tersebut tidak akan
Ibnu Majah).
Antara kepala dan punggung lurus, kepala tidak mendongak tidak pula
Bukhari).
Thuma-ninah/Bersikap Tenang
Beliau pernah melihat orang yang ruku’ dengan tidak sempurna dan sujud
seperti burung mematuk, lalu berkata: “Kalau orang ini mati dalam keadaan
seperti itu, ia mati diluar agama Muhammad (shalatnya seperti gagak mematuk
makanan) sebagaimana orang ruku’ tidak sempurna dan sujudnya cepat seperti
burung lapar yang memakan satu, dua biji kurma yang tidak mengenyangkan.”
dan Ibnu Asakir dengan sanad shahih, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)18
Memperlama Ruku’
18
Asmaji Muchtar, Op.,Cit, h. 144.
23
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan ruku’, berdiri setelah ruku’
dan sujudnya juga duduk antara dua sujud hampir sama lamanya.”(Hadis
Do’a yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada beberapa
macam, semuanya pernah dibaca oleh beliau jadi kadang membaca ini kadang
dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan lain-lain).
Atau
Yang artinya: “Maha Suci, Maha Suci Rabb para malaikat dan ruh.”
Atau
Yang artinya: “Maha Suci Engkau ya, Allah, dan dengan memuji-Mu Ya,
24
sujudnya, beliau mentakwilkan Al-Qur-an.”(Hadis dikeluarkan oleh Al Imam Al-
Do’a ini yang paling sering dibaca. Dikatakan bahwa ada riwayat dari
taubat.” (TQS. An-Nashr 110:3), waktu ruku’ dan sujud beliau shallallahu ‘alaihi
13. ‘Itidal
hadits, diantaranya:
sampai setentag kedua pundaknya, hal itu dilakukan ketika bertakbir mau rukuk
Malik).
Kemudian ketika sudah tegak dan selesai bacaan tersebut disahut dengan
Atau
25
Rabbana Wa Lakal Hamd (Rabbku dan segala puji kepada-Mu).
atau
kepada-Mu).
atau
puji kepada-Mu).
dengan bacaan:
Ba’d (Mencakup seluruh langit dan seluruh bumi dan segenap yang Engkau
kehendaki selain dari itu) berdasar hadits yang dikeluarkan oleh Ibnu Majah.19
14. Sujud
tangan (setentang pundak atau daun telinga) seraya bertakbir, badan turun
19
Muhammad Sholikhin. Op.,Cit, h. 15.
26
terlebih dahulu, baru kemudian meletakkan kedua tangan. (abu zalfa: Dalam hal
ini ada perbedaan pendapat) Pada tempat kepala diletakkan dan kemudian
Dari Wail bin Hujr, berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
tangannya dan apabila bangkit mengangkat dua tangan sebelum kedua lututnya.”
(Hadis dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud, Tirmidzi An-Nasa’i, Ibnu Majah
dan Ad-Daarimy).20
Cara Sujud
yakni jidat/kening/dahi dan hidung (1), dua telapak tangan (3), dua lutut
(5) dan dua ujung kaki (7). Hal ini berdasar hadits: Dari Ibnu ‘Abbas berkata:
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Aku diperintah untuk bersujud (dalam
20
abib MZ, Op.Cit, h. 39.
27
riwayat lain; Kami diperintah untuk bersujud) dengan tujuh (7) anggota badan;
yakni kening sekaligus hidung, dua tangan (dalam lafadhz lain; dua telapak
tangan), dua lutut, jari-jari kedua kaki dan kami tidak boleh menyibak lengan baju
Al Imam Ahmad)
bila sujud maka menekankan hidung dan dahinya di tanah serta menjauhkan
kedua tangannya dari dua sisi perutnya, tangannya ditaruh sebanding dua bahu
Dari Anas bin Malik, dari Nabi shalallau ‘alaihi wasallam bersabda:
28
Dari Abi Humaid tentang sifat sholat Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata: “Apabila dia sujud, beliau merenggangkan antara dua pahanya
Dawud).
Merapatkan jari-jemari
Dari Wa-il, bahwasanya Nabi shalallau ‘alaihi wasallam jika sujud maka
tumit
kemudian aku dapati beliau tengah sujud dengan merapatkan kedua tumitnya
dan sujudnya juga duduk antara dua sujud hampir sama lamanya.”(Hadis
21
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Amzah Fiqh Ibadah (Jakarta: Amzah, 2015), h. 162.
29
Bacaan Sujud
Rasulullah membaca
Rasulullah membaca :
Atau
“Subhaanakallaahumma-Rabbanaa-Wa-Bihamdika Allaaummaghfirlii
Atau
Yang artinya: “Maha Suci, Maha Suci Rabb para malaikat dan ruh.”
C. Hikmah Shalat
30
Ta’ala di dunia dan berdekatan dengan-Nya di akhirat, serta melarang pelakunya
ُاْت ُل َم ٓا ُاْوِح ِاَلْي َك ِم َن اْلِكٰت ِب َو َاِقِم الَّص ٰل وَۗة ِاَّن الَّص ٰل وَة َتْنٰه ى َعِن اْلَف ْح َش ۤاِء َو اْلُم ْنَك ِر
َي
ََتْص َنُعْو ن َۗو َلِذْك ُر الّٰل ِه َاْك َبُر ۗ َو الّٰل ُه َيْع َلُم َم ا
pertama (Shalat awal waktu) merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah
swt. Serta merupakan hikmah yang selalu kita lupakan. Maksudnya bahwa sedari
dulu sampai sekarang yang Namanya manusia itu adalah pelupa bahkan pada hal-
hal yang sifatnya sangatlah penting bagi dirinya atau bahkan pada agamanya.24
Hikmah shalat dimulai dengan takbir adalah dalam rangka memulai ibadah
untuk patuh dan berdiri di hadapannya agar ia penuh rasa takut sehingga hatinya
hadir benar-benar khusyuk, serta tidak ada kesempatan baginya untuk bersenang
gurau. 25
mengagungkan Allah swt dan mengikuti Langkah Rasulullah saw. Ada ulama lain
24
Syaid bin Ali bin Waqf al-Qahthani, “berkah dengan shalat berjamaat (Surakarta: Qaula
2014), h. 17.
25
Hanbali, Al-Mughni (Beirut: Dar al-Hijar Li ath-Thiba’ah wa an-Nasyr wa at-Tauzi wa
al-I’lam, 1992), h. 29
31
pasrah, dan patuh. Meletakkan kedua tangan dibawa dada dan di atas pusat adalah
agar kedua tangan ini berada di atas anggota badan yang paling mulia, yaitu hati.
Hal ini dimaksudkan untuk menjaga iman di dalamnya karena orang yang ingin
tersebut.
Hikmah doa Iftitah merupakan ketetapan dari Rasulullah saw pada awal
rakat pertama shlat, doa iftitah berisi ungkapan pujian kepada Allah swt,
pengakuan diri akan kelengahan dan aniaya, permohonan ampunan pada Allah
swt, dan permintaan memiliki ahklak yang terbaik. Hikmah membaca surah Al-
namaz at yang menjadi tujuan pelaksanaan kewajiban, orang shalat bisa memiliki
Langkah Rasulullah saw, seperti yang terdapat dalam Riwayat Al-Bukhari dan
Muslim. Hikmah rukuk adalah agar orang yang shalat termasuk dalam kelompok
Allah Azza wa Jalla untuk memperingatkan hati agar tetap bersikap rendah diri,
merasa terhina, menjauhi gila jabatan dan perilaku sombong, serta mengingatkan
betapa bahayanya berdidi di sisi Allah. Hikamh sujud untuk menghina setan yang
tidak mau sujud kepada Nabi Adam as. Sujud juga dapat memudahkan
diterimanya doa, rendah hati, karena orang yang sujud itu menguling-gulingkan
26
Abu Ihsan al-Maidani al-Atsari “Bimbingan lengkap Shalat Berjamaah” (Solo: At-
Tibyan, 2002), h. 59.
27
Muhammad Shiddiq Tengku, “Pedoman Shalat” (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 70.
32
Hikmah mengangkat jari telunjuk Ketika membaca syahadat, yaitu
menunjukkan bahwa Tuhan yang berhak disembah hanyalah Tuhan Yang Maha
Esa. Jadi pada waktu mengangkat jari telunjuk tersebut orang yang shalat
swt. Hikmah bacaan pada waktu Tasyahud, dua kalimat syahadat disebut tasyahud
karena dikalimat itu ada dua kesaksian. Pertama kesaksian akan keesaan Allah
swt, Kedua kesaksian akan kerasulan Nabi Muhammad saw, tujuan bacaan
tasyahud adalah memuji Allah swt yang memiliki seluruh penghormatan yang
bertakbiratul ihram orang yang shalat berpaling dari manusia dan hanya
kembali.
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat merupakan inti dari segala ibadah juga merupakan tiang agama,
dengannya agama bisa tegak, dengannya pula agama bisa runtuh. Shalat
mempunyai dua unsur yaitu dzohiriyah dan batiniyah. Unsur dzohiriyah adalah
menyangkut perilaku berdasar pada Gerakan shalat itu sendiri, sedangkan unsur
batiniyah yaitu tersembunyi dalam hati karena hanya Allah yang dapat
menilainya.
B. Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim. Shahih Fikih Sunnah Penerjemah, Khairul
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. “Fiqh
Abdul Aziz Muhammad Azzam. Amzah Fiqh Ibadah Jakarta: Amzah, 2015.
Ismail. “Metode Penentuan Awal Waktu Shalat dalam Perspektif Ilmu Falak”
Syaikh Muhammad Fadh & Syaikh Abdul Aziz bin Baz. “Sifat Wudhu & Shalat
Akhsan Muhammad Suga. Buku Pintar Rahasia Ibadah Mengungkap Makna Dan
Rahasia Ilmiah Dibalik Peritah Ibadah dan Sunnah Rasul Yogyakarta: Best
35
Ahmad Thib Raya. Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam Jakarta Timur :
2007.
Muhammad Sholikhin.
Moch. Syarif Hidayatullah. Buku Pintar Ibadah Tuntuna Lengkap Semua Rukun
Syaid bin Ali bin Waqf al-Qahthani. “berkah dengan shalat berjamaah Surakarta:
Qaula 2014
36