Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

LARANGAN MENINGGALKAN SHALAT

Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits II Semester IV Di Sekolah
Tinggi Agama Islam Darul Qalam Tangerang

Dosen Pengampu: Wahyu Ardiansyah, M. Pd

Kelompok V:

1. Istifaiyah (212201005)
2. Rofi’ah (212201025)
3. Miranda Safitri Nuryatno (-)
4. Yati Suryati (212201003)
5. Syiefa Ulfia (212201033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAM ISLAM (STAI) DARUL QALAM TANGERANG

TAHUN AKADEMIK 20023

Jl. Raya Kresek Gandaria Kp. Maja Ds. Tamiang Kec. Gunung Kaler Kab Tangerang-Banten
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta

karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan waktu yang

telah ditentukan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW.

Terimakasi juga kami ucapkan kepada bapak Wahyu Ardiansyah, M. Pd, selaku dosen

pengampu mata kuliah Hadits II, yang telah memberikan kami tugas untuk pembelajaran serta

penilaian mata kuliah Hadits II.

Dalam pembuatan makalah ini, pasti jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami

mengharapkan kritik serta sarannya yang bersifat membangun, agar kami dapat memperbaiki

pembuatan makalah kami selanjutnya.


DAFTAR ISI

COVER JUDUL

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2

BAB II: PEMBAHASAN

A. Definisi Shalat........................................................................................................ 3
B. Pentingnya Mengerjakan Shalat ......................................................................... 3
C. Larangan Meninggalkan Shalat .......................................................................... 5

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perintah untuk mengerjakan shalat dimulai ketika Nabi Muhammad SAW menjalankan
Isra’ Mi’raj. Peristiwa ini terjadi sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Mulanya shalat
yang difardhukan untuk umat Rasulullah SAW itu Lima Puluh kali dalam sehari semalam.
Kemudian mendapatkan keringanan sampai menjadi Lima kali saja. 1 shalat adalah rukum islam
yang kedua, sebelum shalat lima waktu wajib disyariatkan, sesungguhnya Rasulullah SAW serta
para shabatnya sudah mealukan ibadah shalat. Hanya saja ibadah shalat pada saat itu belum
seperti shalat yang disyariatkan saat ini. Barulah pada Isra’ Mi’raj disyariatkan shalat Lima kali
dalam sehari semalam yang mulanya Lima Puluh kali. Peristiwa ini juga tercatat dalam sejarah
pada 27 Rajab tahun ke-5 sebelum hijrah. Sebagian dari Madzhab Al-Hanafiyah mengatakan
bahwa disyariatkannya shalat itu pada malam Isra’ namun tahunnya bukan ke-5 sebelum hijrah,
melainkan pada tanggal 17 Ramadhan 1,5 tahun sebelum hijrah Rasulullah SAW.2

Shalat ialah salah satu ibadah wajib untuk umat islam, shalat juga merupakan sarana
komunikasi antara hamba dengan Allah SWT sebagai suatu bentuk ibadah yang di dalamnya
terdapat amalan yang tersusun dari ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ikhram
dan diakhiri dengan salam, shalat dikerjakan sesuai dengan syarat shalat serta rukun shalat yang
telah ditentukan. Shalat terdiri dari atas dua macam, yaitu shalat fardhu (wajib) dan shalat
sunnah. Shalat fardhu terdiri dari 5 waktu yaitu: subuh, dzuhur, ashar, maghrib, dan isya.

Shalat merupakan suatu bentuk pengabdian umat islam kepada Allah SWT yang wajib
dikerjakan agar dalam setiap kegiatannya selalu diberikan keberkahan, kebaikan, kemudahan dan
jalan keluar dari kesulitan yang menimpa. Menurut Imam Ja’far Al-Shadiq, manfaat dari
melaksanakan shalat antara lain ialah: mengajarkan bagaimana agar kita selalu mengawali suatu
perbuatan dengan niat yang baik, dan ini bisa tercermin dari sebelum memulai shalat kita harus
selalu mengawalinya dengan niat. Selain itu manfaat lainnya dari melaksanakan shalat yaitu

1
Mustafa Bisri, Rahasia Keajaiban Shalat Dan Dzikir (Surakarta: Qaula, 2007), Hlm. 43.
2
Ibid, Hlm, 36.
dapat memperkuat iman, membangun akhlak yang baik dan moralitas yang tinggi, mengajarkan
tentang kesabaran, serta dapat mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar.

Sudah jelas bahwa shalat wajib dilakukan oleh semua umat Muslim, karena shalat itu
amalan pertama yang akan dipertanggungjawabkan dan shalat merupakan kedudukan yang
paling tinggi dari ibadah-ibadah lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Shalat?


2. Apa pentingnya mengerjakan shalat?
3. Mengapa kita dilarang meninggalkan shalat?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Definisi Shalat.


2. Untuk mengetahui pentingnya mengerjakan shalat.
3. Untuk mengetahui alasan dilarangnya meninggalkan shalat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definsi Sholat

Secara bahasa, shalat berasal dari bahasa arab yaitu shalla, yang berarti do’a atau cara
berdo’a untuk meminta permohonan kepada Allah SWT. Makna dari definisi shalat secara
bahasa ini terdapat pada Q.S. At-Taubah ayat 103, sebagai berikut:

(103) ٌ‫وَﺻَﻞﱠ ﻋَﻠَﯿْﮭِﻢْ إِنﱠ ﺻَﻠَﺎﺗَﻚَ ﺳَﻜَﻦٌ ﻟَﮭُﻢْ وَاﷲُ ﺳَﻤِﯿْﻊٌ ﻋَﻠِﯿْﻢ‬

“Dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi
mereka, dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.”

Sedangkan menurut istilah shalat ialah rangkaian ucapan dan perbuatan yang diawali
dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Pengertian shalat secara istilah ini
disampaikan Syekh Muhammad bin Qasim al-Gharabili dalam kitab Fathul Qarib hal 11: “Dan
secara istilah (syara’) sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ar-Rofi’i, shalat adalah
rangkaian ucapan dan perbuatan yang diawali takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam,
serta syarat-syarat yang telah ditentukan”.

B. Pentingnya Mengerjakan Shalat

Shalat menjadi tolak ukur suatu amal, yang berarti kualitas amal seseorang itu ditentukan
oleh shalatnya. Hal ini terdapat pada Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud
dan Tirmidzi, yaitu:

ِ‫ إِنﱠ أَوﱠلُ ﻣَﺎ ﯾُﺤَﺎﺳَﺐُ ﺑِﮫ‬:ْ‫ ﻗَﺎلَ رَﺳُﻮْلُ اﷲِ ﺻَﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢ‬:َ‫ﻋَﻦْ أَﺑُﻮْ ھُﺮَﯾْﺮَةَ رَﺿِﻲَ اﷲُ ﻋَﻨْﮫُ ﻗَﺎل‬

،َ‫ ﻓَﻘَﺪْ ﺧَﺎبَ وَﺧَﺴِﺮ‬،ْ‫ وَإِنْ ﻓَﺴَﺪَت‬،َ‫ ﻓَﻘَﺪْ أَﻓْﻠَﺢَ وَأَﻧْﺠَﺢ‬،ْ‫ ﻓَﺈِنْ ﺻَﻠُﺤَﺖ‬،ُ‫اﻟْﻌَﺒْﺪُ ﯾَﻮْمَ اﻟْﻘِﯿَﺎﻣَﺔِ ﻣِﻦْ ﻋَﻤَﻠِﮫِ ﺻَﻠَﺎﺗُﮫ‬

ُ‫ ﻓَﯿُﻜَﻤﱠﻞ‬،ٍ‫ ﻗَﺎلَ اﻟﺮﱠبُ – ﻋَﺰﱠ وَﺟَﻞﱠ – اُﻧْﻈُﺮُوْا ھَﻞْ ﻟِﻌَﺒْﺪِيْ ﻣِﻦْ ﺗَﻄَﻮﱡع‬،ٌ‫ﻓَﺈِنِ اﻧْﺘَﻘَﺺَ ﻣِﻦْ ﻓَﺮِﯾْﻀَﺘِﮫِ ﺷَﻲْء‬

.(‫ )رواه اﺑﻮ داود و اﻟﺘّﺮﻣﺬي‬.‫ﻣِﻨْﮭَﺎ ﻣَﺎ اﻧْﺘَﻘَﺺَ ﻣِﻦَ اﻟْﻔَﺮِﯾْﻀَﺔِ؟ ﺛُﻢﱠ ﺗَﻜُﻮْنُ ﺳَﺎﺋِﺮُ أَﻋْﻤَﺎﻟِﮫِ ﻋَﻠَﻰ ھَﺬَا‬
“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah
shalatnya. Maka jika shalatnya baik, sesungguhnya ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika
shalatnya rusak, sungguh ia telah rusak dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya,
maka Allah Ta’ala berfirman, “Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.” Maka
disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh
amalnya.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi).

Pentingnya mengerjakan shalat juga dikarenakan dapat menumbuhkan nilai-nilai


pendidikan, diantaranya yaitu: Shalat Menjadi Sarana Mendekatkan Diri Kepada Alla SWT dan
Menentramkan Jiwa, Shalat Dapat Membangun Pribadi Yang Bersih dan Tertib, Dan Shalat
Juga Dapat Mencetak Karakter Sabar.

1. Shalat Menjadi Sarana Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT dan Menentramkan Jiwa.
Quraish Shihab menjelaskan dalam Tafsir Al-Misbah yaitu: “Siapa yang
memelihara dengan baik shalatnya, maka dia akan selalu mengingat Allah, dan siapa
yang demikian itu halnya, maka hatinya akan selalu terbuka menerima cahaya Ilahi.
Cahaya inilah yang menghasilkan pencegahan terhadap kekejian dan kemungkaran. Dan
dengan demikian, substansi shalat yakni mengingat Allah itulah yang menjadikan
seseorang terpelihara. Ada juga yang memahami kata dzikir disini dalam artian
“mengingat semua perintah dan larangan Allah”. Sehingga maknanya ialah pengawasan
melekat yang mendorong kepada ketaatan secara sempurna. 3
2. Shalat Dapat Membangun Pribadi Yang Bersih dan Tertib.
Shalat merupakan suatu cara untuk membersihkan diri. Karena membiasakan diri
itu berarti mendidik hati dan pikiran seseorang untuk membangkitkan dan menggerakkan
amal kebaikan, mendorong dan memberikan semangat untuk beramal baik, melarang dan
mempertakuti untuk berbuat kejahatan. Salah satu syarat sahnya shalat ialah Thaharah
yang harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
Dalam melaksanakan ibadah shalat, maka hendaklah seseorang tersebut
mengetahui terlebih dahulu makna dan tata cara melaksanakan shalat termasuk
persyaratanya. syarat tersebut diantaranya yaitu suci dari hadats dan najis. Dalam Tafsir
Al-Mishbah Quraish Shihab menjelaskan bahwa “bertaubat adalah menyucikan diri dari
3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, Volume 10, (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), Hlm. 510-511.
kotoran batin, sedangkan menyucikan diri dari kotoran lahir adalah mandi atau
berwudhu, wudhu adalah kewajiban yang mendahului Shalat, karena itu sangat
diutamakan untuk mengetahui memahami wudhu secara benar dan seksama. 4
Jadi, setiap kali seorang muslim hendak melaksanakan ibadah shalat maka
otomatis dia membersihkan jasmani dan rohaninya dengan berwudhu. Dan apabila ia
menghayati substansi berwudhu tentu akan berpengaruh pada karakter dan perilakunya.
Karena wudhu merupakan kegiatan membersihkan jasmani dari kotoran dan rohani dari
dosa-dosa yang telah kita perbuat.
3. Shalat Dapat Mencetak Karakter Sabar.
Shalat yang dilakukan dengan tuma’ninah memberikan didikan terhamap seorang
muslim menjadi sabar, karena ada jeda detik dalam shalat menggambarkan sikap sabar
dalam implementasi kehidupan sehari-hari. Adaanya tuma’ninah juga menjadikan shalat
tersebut menjadi tenang, tidak terburu-buru dan menunaikannya secara benar yang telah
disyari’atkan. Shalat sebagai ibadah yang mendidik pribadi yang sabar, terdapat pada
Q.S Al-Baqarah ayat 45:

(45) َ‫ وَاِﻧﱠﮭَﺎ ﻟَﻜَﺒِﯿْﺮَةٌ اِﻟﱠﺎ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﺨَﺸِﻌِﯿْﻦ‬.ْ‫وَاﺳْﺘَﻌِﯿْﻨُﻮْا ﺑِﺎﻟﺼﱠﺒْﺮِ وَاﻟﺼﱠﻠَﻮة‬

“Dan memohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat)
itu sugguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”.
Shalat dan sabar merupakan media untuk menentramkan jiwa yang sedang
mengalami kegelisahan, kesusahan dalam berbagai permasalahan kehidupan. Jika
seseorang mengalami hal tersebut maka bersabarlah dan lakukanlah shalat, sehingga jiwa
dapat menjadi tentram, tenang dalam menjalani kehidupan. Jiwa yang tentram akan
memberikan efek yang luar biasa ketika seorang muslim mengahadap Allah atau
berkomunikasi dengan cara shalat.

C. Larangan Meninggalkan Shalat

Siapa yang meninggalkan shalat, maka seluruh amalannya tertolak atau tidak diterima.
Sungguh merugilah orang-orang yang meninggalkan shalat. Karena shalat merupakan tiang
agama, jadi barangsiapa yang meninggalkan shalat maka ia telah merobohkan tiang agamanya

4
Ibid, Volume 1, Hlm. 480.
sendiri. Jika kita ingin memperkuat agama kita, maka yang paling utama ialah memperkuat
(menjaga) shalat kita terlebih dahulu. Shalat dalam agama Islam merupakan ibu dari segala
ibadah. Shalat juga termasuk salah satu dalam rukun Islam.

Hadits Rasululullah SAW mengenai hal di atas adalah:

ْ‫ ﻓَﻤَﻦ‬،ِ‫ﺼﻼَةُ ﻋِﻤَﺎدُ اﻟﺪﱢﯾْﻦ‬


‫ اﻟ ﱠ‬:ْ‫ ﻗَﻞَ رَﺳُﻮْلُ اﷲِ ﺻَﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢ‬:َ‫ﻋَﻦْ ﻋُﻤَﺮَ رَﺿِﻰَ اﷲُ ﻋَﻨْﮫُ ﻗَﺎل‬

(‫ )رواه اﻟﺒﺨﺎرى‬.َ‫اَﻗَﺎﻣَﮭَﺎ ﻓَﻘَﺪْ اَﻗَﺎمَ اﻟﺪﱢﯾْﻦَ وَﻣَﻦْ ﺗَﺮَﻛَﮭَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ھَﺪَمَ اﻟﺪﱢﯾْﻦ‬

“Shalat itu tiangnya agama, siapa yang mendirikan shalat, maka ia telah menegakkan agama
dan siapa yang meninggalkannya, maka ia telah menghancurkan agama.” (HR. Bukhari)

Peringatan Allah SWT terhadap orang-orang yang meninggalkan shalat terdapat dalam
Q.S Al-Muddassir 74: 42-43), yaitu:

(43)َ‫( ﻗَﺎﻟُﻮْا ﻟَﻢْ ﻧَﻚُ ﻣِﻦَ اﻟْﻤُﺼَﻠﱢﯿْﻦ‬42)َ‫ﻣَﺎ ﺳَﻠَﻜَﻜُﻢْ ﻓِﻲْ ﺳَﻘَﺮ‬

“Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (neraka) saqar?” mereka menjawab, “Dahulu
kami tidak termasuk orang-orang yang meninggalkan shalat”.

Sebagai umat Muslim tentunya dilarang untuk meninggalkan Shalat (fardhu), hal ini telah
disebutkan pada kitab Tankihul Qoul, yaitu:

ْ‫ ﻣَﻦْ ﺗَﺮَكَ اﻟﺼﱠﻠَﺎةَ ﻣُﺘَﻌَﻤﱢﺪًا ﻓَﻘَﺪ‬:ْ‫ ﻗَﺎلَ رَﺳُﻮْلُ اﷲِ ﺻَﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢ‬:َ‫ﻋَﻦْ أَﻧَﺲٍ رَﺿِﻲَ اﷲُ ﻋَﻨْﮫُ ﻗَﺎل‬
.‫ وإﺳﻨﺎده ﺣﺴﻦ‬.(ّ‫ )رواه ﻃﺒﺮاﻧﻰ‬.‫ﻛَﻔَﺮَ ﺟِﮭَﺎرًا‬

“Barangsiapa yang meninggalkan shalat (fardhu) secara sadar (disengaja), maka ia termasuk
orang kafir secara nyata atau terang-terangan.” (HR. Tibrani).

Hukum menjalankan ibadah shalat fardhu lima kali dalam sehari itu hukumnya di
wajibkan bagi umat Muslim, karena sahalat menjadi pembeda antara seorang Muslim dengan
seorang kafir. Jika seorang muslim meninggalkan sholat maka orang tersebut telah meninggalkan
kewajibannya sebagai seorang Muslim. Imam Ibnul Qayyin ra berkata, jika kaum muslim
meninggalkan shalat secara sengaja maka itu merupakan dosa besar, dosanya lebih besar jika
dibandingkan dengan dosa membunuh, berzinah, minum khamr, dan mencuri.

Imam An-Nawawi Rahimahullah mengatakan:

‫ ﻓَﮭُﻮَ ﻛَﺎﻓِﺮٌ ﻣُﺮْﺗَﺪﱞ‬،ِ‫ﻲ اﻟﺼُﻮْرَة‬


ْ ِ‫ أَوْ ﺟَﺤَﺪَ وُﺟُﻮْﺑَﮭَﺎ وَﻟَﻢْ ﯾَﺘَﺮَكْ ﻓِﻌْﻠَﮭَﺎ ﻓ‬،‫إِذَا ﺗَﺮَكَ اﻟﺼَﻠَﺎةَ ﺟَﺎﺣِﺪًا ﻟِﻮُﺟُﻮْﺑِﮭَﺎ‬

.َ‫ﺑِﺈِﺟْﻤَﺎعِ اﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﯿْﻦ‬

“Jika seseorang meninggalkan shalat karena mengingkari wajibnya shalat, atau ia mengingkari
wajibnya shalat walaupun tidak meninggalkan shalat, maka ia kafir murtad dari agama Islam
berdasarkan ijma’ ulama kaum Muslimin”.

Sedangkan orang yang meninggalkan shalat bukan karena mengingakri wajibnya, namun
karena malas dan meremehkan, statusnya diperselisihkan oleh ulama, yaitu: Madzhab Hambali
berpendapat kafirnya orang yang meninggalkan shalat. Madzhab Syafi’i dan Maliki berpendapat
bahwa orang yang meninggalkan shalat tidak kafir, namun mereka dihukum oleh ulil amri
dengan hukuman mati. Madzhab Hanafi juga berpendapat bahwa orang yang meninggalkan
shalat itu tidak kafir, namun mereka dipenjara sampai kembali shalat.

Pendapat yang rajih dalam masalah ini ialah pendapat yang pertama, yang berpendapat
bahwa orang yang meninggalkan shalat itu kafir keluar dari Islam. Karena didukung oleh dalil-
dalil yang kuat. Para ulama yang menguatkan diantaranya yaitu: Syaikh Abdul Aziz bin Baz,
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syaikh Shalih Al-Fauzan, Syaikh Muhammad bin
Ibrahim.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perintah untuk mengerjakan shalat dimulai ketika Nabi Muhammad SAW menjalankan
Isra’ Mi’raj. Mulanya shalat yang difardhukan untuk umat Rasulullah SAW itu Lima Puluh kali
dalam sehari semalam. Kemudian mendapatkan keringanan sampai menjadi Lima kali saja.
Secara bahasa, shalat berasal dari bahasa arab yaitu shalla, yang berarti do’a, sedangkan menurut
istilah shalat ialah rangkaian ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan salam. Shalat ialah salah satu ibadah wajib untuk umat islam, shalat juga
merupakan sarana komunikasi antara hamba dengan Allah SWT.

Shalat menjadi tolak ukur suatu amal, yang berarti kualitas amal seseorang itu ditentukan
oleh shalatnya. Pentingnya mengerjakan shalat juga dikarenakan dapat menumbuhkan nilai-nilai
pendidikan, diantaranya yaitu: Shalat Menjadi Sarana Mendekatkan Diri Kepada Alla SWT dan
Menentramkan Jiwa, Shalat Dapat Membangun Pribadi Yang Bersih dan Tertib, Dan Shalat
Juga Dapat Mencetak Karakter Sabar.

Kita sebagai umat muslim tentu dilarang untuk meninggalkan shalat, karena shalat
menjadi pembeda antara seorang Muslim dengan seorang kafir. Dan shalat juga merupakan
kewajiban bagi umat islam. Jika seorang muslim meninggalkan shalat dengan sengaja maka
orang tersebut telah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Apabila seseorang umat muslim meninggalkan shalat, maka mereka dianggap sebagai
orang yang telah terputus hubungannya dengan Allah SWT. dan juga orang yang telah
menantang perintah Allah. Orang yang telah menentang perintah Allah SWT, berarti dia telah
menjadi kafir.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.dinus.ac.id/18852/9/bab1_17898.pdf

https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20221025154723-569-865169/pengertian-sholat-secara-
bahasa-dan-istilah-dalam-islam

https://www.alquran-sunnah.com/artikel/ulama/fatwa-ulama/255-hukum-orang-yang-
meninggalkan-shalat.html

https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/ulunnuha/article/download/565/479

https://academic.uii.ac.id/2020/03/26/pentingnya-shalat/

https://jabar.kemenag.go.id/portal/read/mimbar-dakwah-sesi-171-amal-yang-pertama-di-hisab

https://muslim.or.id/50990-status-orang-yang-meninggalkan-shalat-fardhu.html

Bisri, Mustafa. Rahasia Keajaiban Shalat Dan Dzikir. Surakarta: Qaula. 2007.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta:
Lentera Hati. 2002.

Syekh Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani. Tankihul Qoul. 2015.

Anda mungkin juga menyukai