Anda di halaman 1dari 6

 Menu 

Alternatif Permodalan Dalam Islam (bagian


Pertama Dari 3 Seri Tulisan)

 Share  Tweet

Alhamdulillah. Salawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi


Muhammad, keluarga, dan sahabatnya.

Anda ingin sukses di dunia usaha? Anda ingin merintis kerajaan bisnis? Namun,
sudahkah Anda memiliki modal yang cukup untuk mewujudkannya?

Saudaraku, Anda tidak usah berkecil hati …. Walaupun saat ini Anda tidak
memiliki modal sedikit pun, cita-cita Anda ini lumrah dan wajar. Mungkin, dalam
waktu dekat, cita-cita ini akan benar-benar menjadi kenyataan!

Ketahuilah, Saudaraku. Betapa banyak pengusaha sukses nan kaya-raya yang


merintis keberhasilannya dari tangan hampa.

Tatkala sahabat Abdurrahman bin ‘Auf hijrah dari kota Mekkah ke Madinah,
beliau dipersaudarakan dengan seorang kaya-raya yang bernama Sa’ad bin Ar-
Rabi’ Al-Anshari. Pada suatu hari, Sa’ad menawarkan separuh harta kekayaannya
kepada Abdurrahman bin Auf. Akan tetapi, Abdurrahman menolak dan berkata,
“Semoga Allah memberkahi keluarga dan harta kekayaanmu. Tunjukkan saja
letak pasar kepadaku.” Tidaklah Abdurrahman hari itu pulang ke rumah, kecuali
setelah dia berhasil membawa pulang keuntungan berupa susu kering dan
minyak samin. Tidak selang beberapa lama, Abdurrahman menikahi wanita
Anshar dengan mas kawin berupa emas sebesar biji kurma. (Riwayat Bukhari)

Semoga kisah sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini menginspirasi Anda
untuk segera mulai menorehkan kesuksesan dalam dunia bisnis.

Hanya saja, tidak dapat dipungkiri, sering kali hati kita senantiasa diselimuti
keraguan dan tanda tanya: Bagaimana saya memulai bisnis, sedangkan saya
tidak memiliki cukup modal? Apakah saya harus berutang ke perbankan,
padahal setiap perbankan mempersyaratkan adanya bunga dalam jumlah
tertentu?

Yakinlah, Saudaraku! Banyak jalan untuk mewujudkan impian


Anda, walaupun Anda tidak memiliki cukup modal dan tidak
menginjakkan kaki di perbankan.

Melalui tulisan sederhana ini, saya mengajak Anda untuk menemukan


jawabannya, dengan tanpa menginjakkan kaki walau hanya di halaman
perbankan, dan tanpa memberikan bunga satu rupiah pun kepada orang lain.

Berikut ini adalah beberapa alternatif yang dibenarkan dalam syariat Islam. Anda
dapat memilih satu darinya, yang paling sesuai dengan diri Anda.

1. Akad mudharabah

Untuk dapat menjalankan opsi ini, Anda hanya membutuhkan satu hal, yaitu
keahlian. Bila Anda telah memiliki suatu keahlian maka selanjutnya carilah
seseorang yang memiliki kelapangan dalam harta benda. Yakinkan beliau bahwa
dengan keahlian yang Anda miliki, Anda layak untuk mendapatkan kepercayaan
untuk mengelola dananya, dengan ketentuan bagi hasil.

Imam Al-Marghinani Al-Hanafi berkata, “Akad mudharabah itu dihalalkan karena


(akad tersebut) benar-benar diperlukan oleh umat manusia. Di antara manusia
ada orang-orang yang memiliki harta kekayaan melimpah, tetapi ia tidak pandai
untuk mengelolanya. Sebaliknya, di antara mereka ada orang-orang yang lihai
mengelola kekayaan, namun mereka miskin, tidak memiliki modal untuk
memulai usaha. Dengan demikian, pensyariatan transaksi semacam ini
termasuk hal yang sangat mendesak, agar kemaslahatan kedua belah pihak,
yaitu orang yang kaya (tetapi tidak berpengalaman) dan orang yang cerdik
(tetapi tidak memiliki modal), orang yang miskin (tetapi lihai) dan orang yang
dungu (tetapi kaya) dapat terwujud.” (Al-Hidayah Syarah Al-Bidayah oleh Al-
Marghinani Al-Hanafi, 3:202; Al-Hawi Al-Kabir oleh Al-Mawardi, 7:307; Al-Mughni
oleh Ibnu Qudamah, 7:134)

Bila pilihan Anda jatuh pada opsi ini maka perlu diingat bahwa pada akad
mudharabah, unit usaha yang Anda jalankan adalah milik pemodal. Adapun
Anda, sebagai pelaku usaha, hanya berhak mendapatkan bagian dari
keuntungan usaha sebesar persentase yang telah disepakati.
Mungkin Anda berkata, “Bila demikian adanya, pemodal mendapatkan
keuntungan yang terlalu besar bila dibandingkan dengan keuntungan pelaku
usaha.”

Saudaraku, Anda tidak perlu berkecil hati, karena keuntungan pemodal itu
setimpal dengan risiko yang membayanginya. Bila usaha yang Anda jalankan
merugi maka kerugian itu, sepenuhnya, menjadi risiko pemodal, asalkan
kesalahan itu tidak Anda sengaja dan bukan karena keteledoran Anda. Setimpal,
bukan?

Dunia internasional telah membuktikan bahwa akad mudharabah benar-benar


efektif dalam menggerakkan perkonomian masyarakat. Sebagaimana ketentuan
akad ini benar-benar menguntungkan kedua belah pihak.

2. Membeli barang dagangan dengan pembayaran terutang

Di antara pilihan yang dapat Anda ambil untuk memulai bisnis tanpa modal
lainnya adalah dengan membeli barang dengan pembayaran terutang hingga
batas waktu tertentu. Dengan demikian, selama batas tempo yang disepakati,
Anda bisa memasarkan barang dagangan Anda ini. Bila Anda bekerja keras dan
lihai dalam memasarkan barang maka, tentu sebelum tempo pembayaran jatuh,
Anda telah berhasil menjual seluruh barang atau sebagian besarnya.

Membeli barang dengan “pembayaran terutang hingga batas yang tertentu”


semacam ini dibenarkan dalam Islam. Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sendiri pernah melakukannya. ‘Aisyah mengisahkan, “Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah membeli sejumlah bahan makanan dari seorang
pedagang Yahudi dengan pembayaran terutang hingga tempo tertentu, dan
beliau menggadaikan perisai besi kepadanya.” (Muttafaqun ‘alaih)

Hanya saja, perlu diingat, bila opsi ini menjadi pilihan Anda maka Anda perlu
ekstra selektif dalam memilih barang dagangan. Pertimbangkan mutu dan harga
barang serta minat dan daya beli masyarakat. Dengan memperhatikan beberapa
hal tersebut, Anda–dengan izin Allah–akan mudah memasarkan barang dan
segera mendapatkan uang guna melunasi utang Anda.

3. Akad salam

“Akad salam” ialah ‘akad pemesanan barang atau jasa dengan pembayaran tunai
di muka, sedangkan barang diserahkan setelah tempo waktu tertentu yang
disepakati’.

Bila Anda adalah seorang produsen suatu barang atau seorang pedagang, opsi
ini sangat berguna bagi Anda. Betapa tidak, Anda mendapatkan modal segar,
sedangkan Anda memiliki kelapangan waktu dalam memenuhi barang pesanan.

Pada suatu hari, Muhammad bin Abil Mujalid bertanya kepada sahabat Abdullah
bin Abi Aufa: apakah dahulu para sahabat semasa hidup Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam memesan gandum dengan pembayaran tunai di muka? Sahabat
Abdullah bin Aufa pun menjawab, “Dahulu, semasa hidup Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, kami memesan gandum, sya’ir (gandum mutu rendah), dan minyak
zaitun dalam takaran tertentu dan hingga batas waktu tertentu pula, dari para
pedagang negeri Syam dengan pembayaran di muka.”

Selanjutnya, Muhammad kembali bertanya, “Apakah kalian memesannya hanya


kepada para pedagang yang benar-benar memiliki ladang?” Sahabat Abdullah
bin Aufa kembali menjawab, “Kami tidak pernah bertanya tentang itu kepada
mereka.” (Riwayat Imam Bukhari)

Bila Anda cermati hadis ini, niscaya Anda menemukan kelapangan yang begitu
luas. Anda bisa menjalin akad salam, walaupun Anda bukan seorang produsen,
petani, atau peternak. Yang diperlukan pada akad salam hanyalah komitmen
Anda untuk mendatangkan barang sesuai dengan kriteria dan batas waktu yang
telah disepakati.
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma menuturkan, “Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam tiba di kota Madinah, didapatkan bahwa penduduk Madinah telah biasa
memesan buah kurma dalam tempo waktu dua atau tiga tahun. Mengetahui
kebiasaan ini, beliau bersabda, ‘Barang siapa yang memesan sesuatu maka
hendaknya ia memesan dalam jumlah takaran yang telah disepakati (oleh kedua
belah pihak), timbangan yang telah disepakati, dan hingga tempo yang telah
disepakati pula.‘” (Muttafaqun ‘alaih)

Saudaraku, akad salam ini membuktikan kepada Anda bahwa syariat Islam
benar-benar menjaga dan merealisasikan kemaslahatan umatnya. Betapa tidak,
banyak dari petani, peternak, dan produsen yang mengalami kesulitan
pembiayaan agar bisa menyelesaikan produksinya dengan mutu yang bagus.
Juga, sudah barang tentu, adanya akad salam semacam ini sangat
menguntungkan mereka. Mereka mendapatkan dana segar tanpa berkewajiban
membayar bunga sedikit pun!

Adapun para pemilik modal, mereka juga mendapat keuntungan besar; bukan
hanya satu, bahkan dua keuntungan sekaligus:
1. Mendapatkan barang dengan harga murah.
2. Jaminan mendapatkan pasokan barang dagangan. (Al-Mughni oleh Ibnu
Qudamah, 6:385; I’lamul Muwaqqi’in oleh Ibnul Qayyim, 2:20)

Bersambung, insya Allah ….

Artikel www.PengusahaMuslim.com

 Artikel, Hukum Perdagangan, Kontemporer


 Tuntunan Islam Bagi Para Makelar (seri Kedua)
 Alternatif Permodalan Dalam Islam (bagian Kedua Dari 3 Seri Tulisan)

Anda mungkin juga menyukai