KATA PENGANTAR
Puja Dan Puji Syukur Atas Kehadirat Allah SWT. Berkat Inayah Serta
Petunjuk-Nya Kami Bisa Menyelesaikan Makalah Ini Secara Baik Dan Teratur.
Adapun Judul Makalah Ini Adalah Produk Penyaluran Dana Melalui Akad
Murabahah, Salam Dan Istishna. Kami Menyelesaikan Makalah Ini Untuk
Memenuhi Tugas Yang Diberikan Oleh Dosen Pembimbing Dalam Mata Kuliah
Produk Jasa Perbankan Syariah.
Penyusun
i
lOMoARcPSD|29558015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
A. MURABAHAH...............................................................................................................................3
b. Landasan Hukum.........................................................................................................................4
e. Penerapan Murabahah.................................................................................................................8
B. SALAM.........................................................................................................................................10
d. Penerapan Salam.......................................................................................................................12
C. ISTISHNA’...................................................................................................................................13
a. Pengertian istishna’....................................................................................................................13
d. Penerapan Isthisna’...................................................................................................................16
A. Kesimpulan................................................................................................................................19
B. Saran...........................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................20
i
lOMoARcPSD|29558015
ii
lOMoARcPSD|29558015
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jual Beli Dalam Kehidupan Sehari-Hari Merupakan Fenomena Yang Menjadi
Kebiasaan Masyarakat. Terutama Masyarakat Indonesia Yang Banyak Berprofesi
Sebagai Pedagang. Jual Beli Diatur Juga Dalam Syariah Islam. Akan Tetapi
Pengetahuan Masyarakat Tentang Jual Beli Berdasarkan Syariah Islam Masih
Kurang, Oleh Karena Itu Banyak Masyarakat Yang Melakukan Jual Beli
Menyimpang Dari Syariat Islam.
Jual Beli Terdiri Dari Dua Macam, Yaitu Jual Beli Tunai Dan Jual Beli Secara
Tangguh. Jual Beli Secara Tangguh Pun Terbagi Lagi Menjadi Tiga, Yaitu Jual
Beli Murabahahh, Salam Dan Istishna’. Jual Beli Salam Dan Istishna’ Sebenarnya
Jual Beli Yang Serupa, Hanya Saja Perbedaannya Terletak Dari Keberadaan
Barang Yang Dijadikan Sebagai Objek Akad Dan Cara Pembayaran Yang Sedikit
Berbeda.
Pada Makalah Ini Akan Di Bahas Ketiga Akad Diatas Tersebut, Sehinnga
Para Pembaca Khususnya Penulis Dapat Lebih Memahami Akad Jual Beli
Murabahahh, Salam Dan Istishna Mengingat Akad Salam Maupun Istishna Juga
Sedang Berkembang Saat Ini Dengan Dikenalnya Jual Beli Online.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Murabahahh, Salam Dan Istishna?
1
lOMoARcPSD|29558015
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Murabahahh, Salam Dan Istishna.
2
lOMoARcPSD|29558015
5.
BAB II PEMBAHASAN
A. MURABAHAH
3
lOMoARcPSD|29558015
B. Landasan Hukum
Landasan Hukum Akad Murabahah Ini Adalah
1. Al-Qur’an
Firman Allah:
2. As Sunnah/Al Hadist
4
lOMoARcPSD|29558015
2. Obyek Yang Diakadkan, Yaitu Barang Yang Diperjual Belikan Dan Harga.
5
lOMoARcPSD|29558015
b. Mengetahui Keuntungan
6
lOMoARcPSD|29558015
Keterangan :
➢ Kedua Belah Pihak Melakukan Akad Yaitu Pihak Penjual (Ba’i) Dan
Pembeli (Musytari)Melaksanakan Akad Murabahah.
7
lOMoARcPSD|29558015
E. Penerapan Murabahah
Murabahah Merupakan Skim Fiqh Yang Paling Populer Diterapkan Dalam
Perbankan Syariah. Murabahah Dalam Perbankan Syariah Didefinisikan
Sebagai Jasa Pembiayaan Dengan Mengambil Bentuk Transaski Jual Beli
Barang Antara Bank Dengan Nasabah Dengan Cara Pembayaran Angsuran.
Dalam Perjanjian Murabahah, Bank Membiayai Pembelian Barang Atau Asset
Yang Dibutuhkan Oleh Nasabahnya Dengan Membeli Barang Itu Dari Pemasok
Barang Dan Kemudian Menjualnya Kepada Nasabah Tersebut Dengan
Menambahkan Suatu Mark-Up Atau Margin Keuntungan.
Murabahah Sebagaimana Yang Diterapkan Dalam Perbankan Syariah, Pada
Prinsipnya Didasarkan Pada 2 (Dua) Elemen Pokok, Yaitu Harga Beli Serta
Biaya Yang Terkait Dan Kesepakatan Atas Mark-Up. Ciri Dasar Kontrak
Pembiayaan Murabahah Adalah Sebagai Berikut :
b. Apa Yang Dijual Adalah Barang Atau Komoditas Dan Dibayar Dengan
Uang.
c. Apa Yang Diperjual-Belikan Harus Ada Dan Dimiliki Oleh Penjual Atau
Wakilnya Dan Harus Mampu Menyerahkan Barang Itu Kepada Pembeli.
d. Pembayarannya Ditangguhkan.
8
lOMoARcPSD|29558015
9
lOMoARcPSD|29558015
B. SALAM
10
lOMoARcPSD|29558015
11
lOMoARcPSD|29558015
2. Hadits
Hadits Riwayat Imam Bukhari Dari Ibnu Abbas Merupakan Dalil Yang
Secara Sharih Menjelaskan Tentang Keabsahan Jual Beli Salam.
Berdasarkan Atas Ketentuan Dalam Hadits Ini, Dalam Praktik Jual Beli
Salam Harus Ditentukan Spesifikasi Barang Secara Jelas, Baik Dari Sisi
Kualitas, Kuantitas, Ataupun Waktu Penyerahannya, Sehingga Tidak Terjadi
Perselisihan.
D. Penerapan Salam
As-Salam Mempunyai Arti Yakni Seseorang Yang Memberikan Bayaran
Di Muka Untuk Mendapatkan Barang Yang Masih Abstrak Dengan Jaminan
Bahwa Ia Akan Menerimanya Pada Masa Tertentu. Salam Termasuk Transaksi
Jual Beli.
Dalam Praktek Bank Syariah Di Indonesia, Pembiayaan Salam Muncul
Akibat Adanya Permintaan Barang Tertentu Dengan Spesifikasi Yang Jelas
Oleh Nasabah Pembeli Kepada Bank Syariah Selaku Penjual. Nasabah Dan
Bank Kemudian Sepakat (Terjadi Akad) Untuk Membayar Harga Dan Waktu
Tangguh Untuk Barang Yang Disepakati. Bank Kemudian Mencari Produsen
Yang Sanggup Untuk Menyediakan Barang Dimaksud. Pembayaran Oleh
Nasabah Dilakukan Sebagian Di Awal Dan Sisanya Sebelum Barang Diterima
Atau Sisanya Diangsur.
Praktek Pembiayaan Salam Di Beberapa Bank Syariah Tidak Terbatas
Pada Hasil Pertanian. Setiap Pembelian Barang Apapun Yang Memerlukan
Tahapan Pemesanan, Proses Produksi, Serta Penangguhan Pengiriman Dapat
Dilakukan Akad Salam.
12
lOMoARcPSD|29558015
Praktek Ini Tentunya Harus Dicermati, Sebab Tidak Semua Jenis Barang
Bisa Dilakukan Akad Salam. Yang Demikian Itu Karena Praktek As-Salam
Adalah Jual Beli Terhadap Benda Yang Tidak Dimiliki Dan Terhadap Benda
Yang Belum Sepenuhnya Dimiliki. Keduanya Merupakan Praktek Yang
Terlarang, Namun Salam Dikecualikan Dari Larangan Itu Berdasarkan Nash
Yang Ada. Dengan Demikian, Barang/Benda Yang Padanya Akan Diterapkan
Praktek Salam Haruslah Ada Nash/Dalilnya. Dengan Merujuk Pada Nash-Nash
Yang Ada, Maka Salam Bisa Dilakukan Pada Setiap Barang Yang Diukur,
Ditimbang, Dan Dihitung (Al-Ma’dud). Syarat Tersebut Juga Disepakati Oleh
Empat Imam Madzhab.
Praktek Akad Salam Di Bank Hampir Selalu Dilakukan Berupa Salam
Paralel. Di Mana Pada Akad Pertama Nasabah Pembeli Tidak Membayar Uang
Di Muka Barang Yang Dibeli, Tetapi Meminta Bank Untuk Membiayai
Pengadaannya Terlebih Dahulu. Pada Akad Kedua, Bank Syariah Memesan
Barang Kepada Produsen Dengan Pembayaran Di Muka Dan Penyerahan
Tangguh.
C. ISTISHNA’
a. Pengertian istishna’
Lafal صنعdiatambah alif, sin, dan ta’ yang sinonimnya , artinya : “meminta
untuk dibuatkan sesuatu”. Pengertian istishna’ menurut istilah tidak jauh
berbeda dengan menurut bahasa. Wahbah zuhaili mengemukakan pengertian
menurut istilah ini sebagai berikut :
13
lOMoARcPSD|29558015
Dari defenisi yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa akad istishna’
adalah akad antara dua pihak dimana pihak pertama ( orang yang memesan/
konsumen ) meminta kepada pihak kedua ( orang yang membuat/ produsen )
untuk dibuatkan suatu barang, seperti sepatu, yang bahannya dari pihak kedua
( orang yang membuat/ produsen ). Pihak pertama disebut mustashni’ ,
sedangkan pihak kedua, yaitu penjual disebut shani’ , dan sesuatu yang menjadi
objek akad disebut mushnu’ atau barang yang dipesan ( dibuat ). Apabila bahan
yang dibuat berasal dari mustashni’ bukandari shani’ maka akadnya bukan
istishna’ melainkan ijarah. Namun demikian sebagian fuqaha mengatakan
bahwa objek akad ishtisna’ itu hanyalah pekerjaan semata, karena pengertian
istishna’ itu adalah permintaan untuk membuatkan sesuatu, dan itu adalah
pekerjaan.
3. Dalam bai’ istishna’, identifikasi dan deskripsi barang yang dijual harus
sesuai permintaan pemesanan.
4. Setelah akad jual beli pesanan mengikat, tidak satupun boleh tawar-menawar
kembali terhadap isi akad yang sudah disepakati
5. Jika objek dari pesanan tidak sesuai dengan spesifikasi, maka pemesanan
dapat menggunakan hak pilihan (khiyar) untuk melanjutkan atau
membatalkan pemesanan.
14
lOMoARcPSD|29558015
1. Menjelaskan tentang jenis barang yang dibuat, macam, kadar, dan sifatnya
karena barang tersebut adalah barang yang dijual ( objek akad ).
15
lOMoARcPSD|29558015
D. Penerapan isthisna’
Akad istishna yang digunakan dalam bank syariah adalah istishna paralel,
aplikasinya dipergunakan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi yang
16
lOMoARcPSD|29558015
17
lOMoARcPSD|29558015
pekerjaan akan dilakukan oleh pemodal sendiri, maka sub- kontrak tidak valid.
Dalam kasus seperti itu, perlu bahwa bank harus memiliki konstruksi sendiri
perusahaan dan kontraktor ahli untuk melaksanakan tugas.”
Pemodal dalam kontrak 'istisna bertujuan/berkewajiban untuk membangun
rumah sesuai dengan spesifikasi rinci dalam perjanjian. Beberapa perjanjian
tersebut mengatur bahwa pemodal akan bertanggung jawab atas setiap cacat
dalam konstruksi dan penghancuran bangunan selama periode yang ditentukan
dalam kontrak.
Dalam hal pemilik modal memberikan tugas konstruksi kepada pihak
ketiga, perlu diingat bahwa hal itu harus mengawasi pekerjaan konstruksi secara
rutin, harga konstruksi dapat dibayar oleh klien pada saat perjanjian dan dapat
ditunda sampai saat selesai atau waktu lain yang disepakati kedua belah pihak.
Pembayaran mungkin dalam bentuk cicilan. Dalam rangka untuk menjamin
pembayaran angsuran, surat dari rumah atau tanah dapat disimpan oleh bank
sebagai jaminan sampai angsuran terakhir dibayar oleh klien. Model istisna’
digunakan juga untuk menggali sumur dan air kanal. Bank syariah membiayai
sector pertanian melalui model ini dan memainkan peran yang efektif dalam
mengaktifkan sektor penting dari perekonomian.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia selalu berinteraksi dengan
sesamanya untuk mengadakan berbagai transaksi ekonomi, salah satunya adalah
jual beli yang melibatkan dua pelaku, yaitu penjual dan pembeli. Biasanya
penjual adalah produsen , sedangkan pembeli adalah konsumen konsumen. Pada
kenyataannya, konsumen kadang memerlukan barang yang belum di hasilkan
sehingga konsumen melakukan transaksi jual beli dengan produsen dengan cara
pesanan. Di dalam perbankan syariah, jual beli istishna’ lazim di tetapkan pada
bidang konstruksi dan manufaktur.
18
lOMoARcPSD|29558015
A. Kesimpulan
Al Bai’ (Jual Beli) Bererti Pertukaran Sesuatu Dengan Sesuatu. Secara Istilah,
Menurut Madzhab Hanafiyah, Jual Beli Adalah Pertukaran Harta (Mal) Dengan
Harta Dengan Menggunakan Cara Tertentu.
Bai’ Murabahah Adalah Jual Beli Barang Pada Harga Asal Dengan Tambahan
Keuntungan Yang Di Sepakati. Dalam Murabahah Penjual Harus Memberitahu
Harga Produk Yang Di Beli Dan Menentukan Suatu Tingkat Keuntungan Sebagai
Tambahannya. Murabahah Dapat Di Lakuakan Dengan Pembelian Secara
Pemesanan Dan Biasa Di Sebut Sebagai Murabahah Pemesanana Pembelian.
Bai’ Salam Adalah Akad Atas Barang Pesanan Dengan Spesifikasi Tertentu
Yang Di Tangguhkan Penyerahanya Pada Waktu Tertentu Dimana Pembayaran
Dilakukan Secara Tunai Di Majlis Akad.
B. Saran
Demikian Makalah Yang Kami Buat, Semoga Dapat Bermanfaat Bagi
Pembaca. Apabila Ada Saran Dan Kritik Yang Ingin Di Sampaikan, Silahkan
Sampaikan Kepada Kami. Apabila Ada Terdapat Kesalahan Mohon Dapat
Mema'afkan Dan Memakluminya, Karena Kami Adalah Hamba Allah Yang Tak
Luput Dari Salah Khilaf, Alfa Dan Lupa.
19
lOMoARcPSD|29558015
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Syafii Antonio, 2001, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Gema Insani
Press, Jakarta, hal.101.
http://eprints.walisongo.ac.id/3101/3/62311005_Bab2.pdf
20
lOMoARcPSD|29558015
Disusun Oleh :
1. Fahad Aroby
3. Ibnu Fadhil
21