DISUSUN OLEH
AULIA SHABRINA ALIFA
VIVI USMAWINDA
KELAS IX. A
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah “Jual Beli
Dalam Islam”
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang telah diberikan oleh
guru mata pelajaran. Shalawat dan salam buat junjungan umat, Nabi Muhammad
SAW yang telah membuka mata dunia akan pentingnya arti pendidikan sehingga kita
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu
penulis mengharap kritik dan saran atas kekurangan dan kekeliruan yang tidak
penulis sadari demi kesempurnaannya. Semoga makalah ini dapat berguna dan
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 8
3.2 Saran........................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Jual beli adalah kegiatan tukar menukar barang dengan cara tertentu yang setiap
hari pasti dilakukan namun kadang kala kita tidak mengetahui apakah caranya sudah
memenuhi syara’ ataukah belum. Kita perlu mengetahui bagaimana cara berjual beli
menurut syariat.
Oleh karena itu, dalam makalah ini, sengaja kami bahas mengenai jual beli,
karena sangat kental dengan kehidupan masyarakat. Disini pula akan banyak dibahas
mulai dari tata cara jual beli yang benar sampai hal-hal yang diharamkan atau
dilarang, tujuannya untuk mempermudah praktek muamalah kita dalam kehidupan
sehari-hari dan supaya kita tidak mudah untuk terjerat dalam lingkaran kecurangan
yang sangat meresahkan dan merugikan masyarakat.
1
1.3. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan yang akan
dicapai dalam makalah ini antara lain:
1. Siswa mampu memahami pengertian, hukum, rukun dan syarat jual beli
2. Siswa mampu memahami macam-macam jual beli
3. Siswa mampu memahami hikmah yang terkandung dalam jual beli
4. Siswa mampu memahami hukum khiyar dalam jual beli, macam- macam
khiyar
5. Siswa mampu memahami hikmah khiyar
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
berjual beli barang yang kecil-kecil; karena kalau tidak diperbolehkan,
sudah tentu menjadi kesulitan dan menetapkan peraturan yang
mendatangkan kesulitan kepada pemeluknya
4
- Jual beli benda yang tidak ada, Jual beli seperti ini tidak diperbolehkan
dalam agama Islam.
b. Ditinjau dari segi pelaku atau subjek jual beli:
- Dengan lisan, akad yang dilakukan dengan lisan atau perkataan. Bagi
orang bisu dapat diganti dengan isyarat.
- Dengan perantara, misalnya dengan tulisan atau surat menyurat. Jual beli
ini dilakukan oleh penjual dan pembeli, tidak dalam satu majlis akad, dan
ini dibolehkan menurut syara’.
- Jual beli dengan perbuatan, yaitu mengambil dan memberikan barang
tanpa ijab kabul. Misalnya seseorang mengambil mie instan yang sudah
bertuliskan label harganya. Menurut sebagian ulama syafiiyah hal ini
dilarang karena ijab kabul adalah rukun dan syarat jual beli, namun
sebagian syafiiyah lainnya seperti Imam Nawawi membolehkannya.
c. Dinjau dari segi hukumnya
Jual beli dinyatakan sah atau tidak sah bergantung pada pemenuhan syarat dan
rukun jual beli yang telah dijelaskan di atas. Dari sudut pandang ini, jumhur ulama
membaginya menjadi dua, yaitu:
- Shahih, yaitu jual beli yang memenuhi syarat dan rukunnya
- Ghairu Shahih, yaitu jual beli yang tidak memenuhi salah satu syarat dan
rukunnya.
Sedangkan fuqoha atau ulama Hanafiyah membedakan jual beli menjadi tiga,
yaitu:
1. Shahih, yaitu jual beli yang memenuhi syarat dan rukunnya
2. Bathil, adalah jual beli yang tidak memenuhi rukun dan syarat jual beli, dan
ini tidak diperkenankan oleh syara’. Misalnya:
- Jual beli atas barang yang tidak ada ( bai’ al-ma’dum ), seperti jual beli
janin di dalam perut ibu dan jual beli buah yang tidak tampak.
- Jual beli barang yang zatnya haram dan najis, seperti babi, bangkai dan
khamar.
- Jual beli bersyarat, yaitu jual beli yang ijab kabulnya dikaitkan dengan
syarat-syarat tertentu yang tidak ada kaitannya dengan jual beli.
- Jual beli yang menimbulkan kemudharatan, seperti jual beli patung, salib
atau buku-buku bacaan porno.
- Segala bentuk jual beli yang mengakibatkan penganiayaan hukumnya
haram, seperti menjual anak binatang yang masih bergantung pada
induknya.
5
3. Fasid, yaitu jual beli yang secara prinsip tidak bertentangan dengan syara’
namun terdapat sifat-sifat tertentu yang menghalangi keabsahannya. Misalnya
- jual beli barang yang wujudnya ada, namun tidak dihadirkan ketika
berlangsungnya akad.
- Jual beli dengan menghadang dagangan di luar kota atau pasar, yaitu
menguasai barang sebelum sampai ke pasar agar dapat membelinya
dengan harga murah
- Membeli barang dengan memborong untuk ditimbun, kemudian akan
dijual ketika harga naik karena kelangkaan barang tersebut.
- Jual beli barang rampasan atau curian.
- Menawar barang yang sedang ditawar orang lain. Rasulullah bersabda:
“ Tidak boleh seseorang menawar di atas tawaran saudaranya”
(HR.Bukhari & muslim ).
6
“ Hak pilih bagi salah satu atau kedua belah pihak yang melaksanakan transaksi
untuk melangsungkan atau membatalkan transaksi yang disepakati sesuai dengan
kondisi masing-masing pihak yang melakukan transaksi”
Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan bahwa
khiyar adalah pemberian hak memilih kepada orang-orang yang melakukan transaksi
untuk melanjutkan transaksi atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menjamin kerelaan
dan kepuasan timbal baik pihak-pihak yang melakukan jual beli.
b) Hukum Khiyar
Menurut Islam, hak khiyar dalam jual beli itu diperbolehkan, karena suatu
keperluan yang mendesak dalam mempertimbangkan kemaslahatan masing-masing
pihak yang melangsungkan transaksi.
c) Macam-macam Khiyar
a. Khiyar majlis
Hak pilih dari kedua belah pihak yang berakad untuk membatalkan akad,
selama keduanya masih berada dalam majlis akad. Dasar hukumnya:
“ Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar selama belum
terpisah. Jika keduanya benar dan jelas maka keduanya diberkahi dalam jual beli
mereka. Jika mereka menyembunyikan dan berdusta, maka akan dimusnahkanlah
keberkahan jual beli mereka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
b. Khiyar ‘aib
Yaitu hak untuk membatalkan atau melangsungkan jual beli bagi kedua belah
pihak yang berakad apabila terdapat suatu cacat pada objek yang diperjual belikan,
dan cacat itu tidak diketahui pemiliknya ketika akad berlangsung.(fiqh muamalah,
abdul Rahman dkk, h.100). Dasar hukumnya:
“ Sesama muslim itu bersaudara, tidak halal bagi seorang muslim menjual
barangnya kepada muslimlain, padahal pada barang itu terdapat ‘aib/cacat ”
(HR. Ibnu Majah)
c. Khiyar Ru’yah
Yaitu hak pilih bagi pembeli untuk menyatakan berlaku atau batal jual beli yang
ia lakukan terhadap suatu objek yang belum ia lihat ketika akad berlangsung. Jumhur
ulama mengataklan bahwa khiyar ini diperbolehkan dengan alasan objek yang akan
dibeli itu tidak ada di tempat berlangsungnya akad. dengan dasar hukum:
7
“ Siapa yang membeli sesuatu yang belum ia lihat maka ia berhak khiyar apabila
telah melihat barang itu”
( HR. Dar al-Quthni dari Abu Hurairah )
Namun, ulama Syafi’iyah mengatakan bahwa jual beli barang yang gaib tidak sah.
Baik barang itu disebutkan sifatnya waktu akad maupun tidak. Oleh sebab itu
menurut mereka khiyar ru’yah tidak diperbolehkan karena mengandung unsur
penipuan yang akan membawa pada perselisihhan.
d. Khiyar Syarat
Yaitu hak pilih yang dijadikan syarat oleh keduanya atau salah seorang dari
keduanya sewaktu terjadi akad untuk meneruskan atau membatalkan akadnya itu agar
dipertimbangkan setelah sekian hari. Lama syarat yang diminta paling lama tiga hari.
Rasulullah bersabda:
“ Kamu boleh khiyar ( memilih) pada setiap benda yang telah dibeli selama tiga
hari, tiga malam”
(HR.Baihaqi)
d) Hikmah Khiyar
1. Membuat akad jual beli berlangsung menurut prinsip-prinsip Islam, yaitu
kerelaan dan ridha antara penjual dan pembeli.
8
2. Mendidik masyarakat agar berhati-hati dalam melakukan akad jual beli, sehingga
pembeli mendapatkan barang dagangan yang baik, sepadan pula dengan harga
yang dibayar.
3. Penjual tidak semena-mena menjual barangnya kepada pembeli, dan
mendidiknya agar bersikap jujur dalam menjelaskan keadaan barangnya.
4. Terhindar dari unsur-unsur penipuan dari kedua belah pihak, karena ada kehati-
hatian dalam proses jual beli.
5. Khiyar dapat memelihara hubungan baik antar sesama. Sedangkan ketidakjujuran
atau kecurangan pada akhirnya akan berakibat penyesalan yang mengarah pada
kemarahan, permusuhan, dendam dan akibat buruk lainnya.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jual beli itu
diperbolehkan dalam Islam. Hal ini dikarenakan jual beli adalah sarana manusia
dalam mencukupi kebutuhan mereka, dan menjalin silaturahmi antara mereka.
Namun demikian, tidak semua jual beli diperbolehkan. Ada juga jual beli yang
dilarang karena tidak memenuhi rukun atau syarat jual beli yang sudah disyariatkan.
Rukun jual beli adalah adanya akad (ijab kabul), subjek akad dan objek akad yang
kesemuanya mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi, dan itu semua telah
dijelaskan di atas.Walaupun banyak perbedaan pendapat dari kalangan ulama dalam
menentukan rukun dan syarat jual beli, namun pada intinya terdapat kesamaan, yang
berbeda hanyalah perumusannya saja, tetapi inti dari rukun dan syaratnya hampir
sama.
Dalam jual beli juga dikenal istilah khiyar, yaitu hak memilih yang diberikan
kepada pembeli untuk meneruskan atau membatalkannya karena suatu hal. Hal ini
dilakukan untuk kemaslahatan masing-masing pihak yang melakukan transaksi, dan
inipun diperbolehkan dalam Islam.
3.2 Saran
Demikian makalah ini menjelaskan tentang konsep jual beli dalam islam.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun dengan kerendahan hati penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis
mengharap kritik dan saran atas kekurangan dan kekeliruan yang tidak penulis sadari
demi kesempurnaannya. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca.
10
DAFTAR PUSTAKA
11