Disusun Oleh:
Puji syukur khadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Teori Gharar ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Dosen pada mata kuliah Fiqih Muamalah. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Teori Gharar bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangunkan akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman sampul..............................................................................................
Kata pengantar.................................................................................................
Daftar isi..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
.........................................................................................................................
A. Latar belakang.......................................................................................
B. Rumusan masalah..................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
1. Pengertian Gharar..................................................................................
2. Hukum Gharar.......................................................................................
3. Jenis-jenis Gharar..................................................................................
4. Gharar dalam Transaksi Ekonomi.........................................................
5. Rukun dan Syarat Jual Beli...................................................................
6. Ruang lingkup Gharar dalam akad jual beli..........................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
Daftar Pustaka.................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai ad-din mengandung yang komprehensif dan
sempurnaa (syumul). Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia,
bukan hanya aspekibadah, tetapi juga aspek muamalah, khususnya
Ekonomi Islam. Al- Qur’an secara tegas menyatakan kesempurnan Islam
tersebut dalam banyak ayat, antara lain: QS. 5:3, QS. 6: 38, dan QS.
16:89)
Salah satu ajaran islam yang mengatur kehidupan manusia adalah
aspek ekonomi ( mua’malah, iqtishodiyah). Ajaran Islam tentang
ekonomi cukup banyak ini menunjukan bahwa perhatian Islam dalam
masalah ekonomi sangat besar. Ayat terpanjang dalam Al- Qur’an justru
berisikan tentang masalah perekonomian bukan masalah ibadah
(mahdhah) atau aqidah. Ayat yang terpanjang itu adalah ayat 282 surat
al- Baqarah, yang menurut Ibnu Arabi ayat ii mengandung 52
hukum/masalah ekonomi.
Sejak zaman rasulullah saw, semua bentuk perdagangan yang
tidak pasti (uncertainty) telah dilarang, berkaitan dengan jumlah yang
tidak ditetukan secara khusus atas barang-barang yang akan ditukarkan
atau dikirimkan. Bahkan disempurnakan pada zaman kejayaan Islam
(Bani Ummayyah dan Bani Abbasyiah) dimana kontribusi islam adalah
mengindentifikasi praktek bisnis yang telah dilakukan harus sesuai
dengan islam, selain itu mengkodifikasikan, menistemasis dan
mempormalisasikan praktek bisnis dan keuangan ke standar legal yang
didasarkan pada hukum islam yaitu al-Qur’an dan sunah. Pelanggaran
Gharar semakin relevan untuk era modern ini karena pasar modern
banyak mengandung usaha memindahkan resiko (bahaya) pada pihak
lain dalam asuransi konversual, pasar modal dan berbagai transaksi
keuangan yang mengandung unsur perjudian. Dimana setiap usaha bisnis
pasti memiliki resiko dan tidak dapat dihindari. Sistem inilah yang
dihapus oleh islam agar proses trasaksi tetap terjaga dengan baik dan
persaudaraan tetap terjalin dan tidak menimbulkan permusuhan bagi
yang melakukan transaksi dalam pasar keuangan. Dalam makalah ini
akan membahas lebih lanjut tentang konsep dasar dan definisi dari
berbagai istilah yang berkaitan dengan “Gharar”
A. Rumusan Maslah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka adapun rumusan masalah
sebagai berikut:
B. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan
PEMBAHASAN
Menurut ulama Hanafiyah, orang yang berakad, barang-barang yang dibeli dan
nilai tukar barang termasuk ke dalam syarat-syarat jual beli, bukan rukun jual
Beli.
a. Tentang Subjeknya
Kedua belah pihak yang melakukan perjanjian jual beli haruslah:
1. Berakal, agar dia tidak terkecoh, orang gila atau bodoh tidak sah
jual belinya.
2. Dengan kehenak sendiri (bukan dipaksa).
3. Keduanya tidak mubazir.
4. Balig.
b. Tentang Objeknya
Benda yang dijadikan sebagai objek jual beli ini haruslah memenuhi
syarat- syarat sebagai berikut:
1. Bersih barangnya.
2. Dapat dimanfaatkan.
3. Memiliki orang yang melakukan akad.
4. Mampu menyerahkan.
5. Mengetahui (hitungan, ukuran, timbangan atau kwalitasnya dan
tentang jumlah.
6. Pembayaran maupun jangka waktu pembayaran.
7. Barang yang diakadkan sedang berada di tangan.
c. Adapun syarat-syarat Ijab dan Qabul menurut kesepakatan ulama, yaitu:
1. Keadaan Ijab dan Qabul berhubungan
2. Adanya kemufakatan keduanya walaupun lafadz keduanya belainan.
3. Keadaan keduanya tidak sangkut pautkan dengan urusan yang lain
seperti: kalu Saya jadi pergi saya jual barang ini sekalian.
4. Waktunya tidak dibatasi.
Gharar yang dilarang secara umum menurut Ibnu Ja’I Maliki, yaitu:
a) Tidak dapat diserah terimakan, seperti menjual anak hewan yang masih
dalam kandungan induknya.
b) Tidak diketahui harga dan barang.
c) Tidak diketahui sifat barang atau harga.
d) Tidak diketahui ukuran barang dan harga.
e) Tidak diketahui masa yang akan datang.
f) Menghargakan dua kali pada suatu barang.
g) Menjual barang yang diharapkan selamat.
h) Jual beli usaha, misalnya pembeli memegang tongkat jika tongkat jatuh
wajib membeli.
i) Jual beli munabadzah, yaitu jual beli dengan cara lempar-meempar.
j) Jual beli mulamasah, apabila mengusap baju atau kain maka wajib
membelinya.
Disini ada beberapa macam jua beli yang menghimpun kebanyakan perkara-
perkara tersebut dan sebagainya. Diantara jual beli yang megandung berbagai
macam kesamaran ialah jual beli yang diperkatakan, dan jual beli yang
didiamkan oleh Syara.
Akan halnya jual beli yang dperkatakan, maka kebanyakan telah disepakati,dan
hanya ada perselisiahan berkenaan dengan penjelasan tentang nama-namanya.
Sedang jual beli yang didiamkan masih diperselisihkan. Objek jual beli gharar
khususnya hasil pertanian
Jika seseorang membeli mobil atau selainnya dari orang lain, misalnya
dengan harga 10.000 riyal secara tunai atau 12.000 riyal secara kredit
kemudian berpisah dari majelis akad, tanpa ada kesepakatan dari dua akad
tadi (mau tunai ataukah kredit), jual beli semacam ini mengandung gharar
dalam akad. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
َو َكانَ بَ ْيعًا يَتَبَايَ ُعهُ َأ ْه ُل، َأ َّن َرسُو َل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – نَهَى ع َْن بَي ِْع َحبَ ِل ْال َحبَلَ ِة
ُور ِإلَى َأ ْن تُ ْنت ََج النَّاقَة Šَ ع ْال َج ُز ُ َكانَ ال َّر ُج ُل يَ ْبتَا، ْال َجا ِهلِيَّ ِة
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang transaksi jual beli
yang disebut dengan “habalul habalah”. Itu adalah jenis jual beli yang
dilakoni masyarakat jahiliyah. “Habalul habalah” adalah transaksi jual
beli yang bentuknya adalah: seorang yang membeli barang semisal unta
secara tidak tunai. Jatuh tempo pembayarannya adalah ketika cucu dari
seekor unta yang dimiliki oleh penjual lahir” (HR. Bukhari, no. 2143
dan Muslim, no. 3883).
Cucu dari unta tersebut tidak jelas diperoleh kapankah waktunya.
Pembayarannya baru akan diberi setelah cucu unta tadi muncul dan
tidak jelas waktunya. Bisa jadi pula unta tersebut tidak memiliki cucu.
Masalah: Bayar nanti ketika sudah mampu
Adapun menyatakan pembayaran dengan ucapan “dibayar kapan
mampu”, seperti ini dibolehkan berdasarkan hadits yang disebutkan
dalam Bulughul Maram oleh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani rahimahullah.
Ada hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata.
ْ فََأ، فَلَوْ بَ َع ْثتَ إلَ ْي ِه، إن فُاَل نًا قَ ِد َم لَهُ بِ ٌّز ِم ْن ال َّش ِام
ًيَئةŠوْ بَ ْي ِن ن َِسŠŠَهُ ثŠخَذت ِم ْن َ يَا َرس: قُ ْلت
َّ ، ِ ُول هَّللا
ات ٌ َ َو ِر َجالُهُ ثِق، ع } َأ ْخ َر َجهُ ْال َحا ِك ُم َو ْالبَ ْيهَقِ ُّيŠَ َفَا ْمتَن. ث إلَ ْي ِه
َ إلَى َم ْي َس َر ٍة ؟ فَبَ َع
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gharar adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan
dan akibat yang paling mungkin muncul adalah yang paling kita takuti (tidak
dikehendaki). Dalam syari’at Islam, jual beli gharar ini terlarang. Dengan dasar
sabda Rasulallah shallallahu’alaihi wa sallama dalam hadist Abu Hurairah
yang artinya: “rasulullah melarang jual-beli al-hashah dan jual beli gharar.”
Transaksi perdagangan umumnya mengandung risiki untung dan rugi.
Hal yang wajar bagi setiap orang berharap untuk selalu mendapatkan
keuntungan, tapi belum tentu dalam setiap usahanya akan mendapatkan
keuntungan. Menurut Imam Ghazali bahwa motivasi seorang pedagang adalah
keuntungan akhirat. Risiko untung dan rugi merupakan kondisi yang tidak pasti
dalan setiap usaha. Dapat ditekankan bahwa Islam tidak melarang suatu akad
yang hanya terkait dengan risiko atau ketidakpastian.
Jual beli mempunyai rukun dan syarat-syarat yang harus dipenuhi,
namun dalam menentukan rukun jual beli ini terdapat perbedaan pendapat
ulama. Menurut Ulama Hanafiyah rukun jual beli itu hanya satu, yaitu Ijab
(ungkapan membel dari Pembeli) dan Qabul (ungkapan menjual dari penjual).
Menurut mereka yang mnjadi rukun dalan jual beli hanyalah kerelaan
(rida’/taradhi) kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli.
Jika seseorang membeli mobil atau selainnya dari orang lain, misalnya
dengan harga 10.000 riyal secara tunai atau 12.000 riyal secara kredit
kemudian berpisah dari majelis akad, tanpa ada kesepakatan dari dua akad tadi
(mau tunai ataukah kredit), jual beli semacam ini mengandung gharar dalam
akad
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: Migunani.
Sumber https://rumaysho.com/24660-jual-beli-gharar-yang-barangkali-
ada-di-sekitar-kita.html