Anda di halaman 1dari 7

Perspektif Pertanian dalam Lingkungan yang Terkontrol

1. Pendahuluan
Tanaman dalam kondisi alamiah maupun dibudidayakan dengan pertanian seringkali mengalami
stres akibat kondisi lingkungan (environmental stresses). Stres biasanya didefinisikan sebagai
faktor luar yang tidak menguntungkan yang berpengaruh terhadap tanaman. Dalam kasus ini
stres karena kondisi lingkungan atau abiotic stresses seperti suhu, kelembaban, salinitas,
kekeringan, dan banjir [14].

Dalam produksi tanaman, pemahaman tentang dampak stres akibat kondisi lingkungan penting
untuk budidaya pertanian maupun untuk lingkungan tersebut. Dalam banyak kasus, stres
biasanya diukur dengan ketahanan tanaman, produksi, pertumbuhan tanaman, kualitas panen
atau yang termasuk dalam proses asimilasi yang utama. Berdasarkan estimasi, efek abiotic stress
berpengaruh 22% terhadap produktifitas panen yang akan dihasilkan [1]. Beberapa contoh di
bawah tentang efek stres karena kondisi lingkungan seperti kekeringan dan banjir, salinitas
maupun suhu.

Efek kelebihan air atau banjir yang umum adalah kekurangan oksigen, sedangkan kekurangan air
atau kekeringan akan mengakibatkan dehidrasi pada tanaman yang berpengaruh terhadap zona
sel turgor yang selanjutnya dapat menghambat pertumbuhan tanaman [7].

Salinitas dalam pandangan pertanian berarti akumulasi dari garam mineral yang berlebih di atas
level optimal. Tanah yang mempunyai salinitas tinggi sering mengandung sejumlah garam
seperti Na2SO4, Mg SO4, Ca SO4, MgCl2, KCl, and Na2CO3. Stres akibat kelebihan Na+ dapat
mempengaruhi beberapa proses fisiologi dari mulai perkecambahan sampai pertumbuhan
tanaman [9].

Suhu sebagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi produksi tanaman secara fisik maupun
fisiologis. Secara fisik, suhu merupakan bagian yang dipengaruhi oleh radiasi sinar matahari dan
dapat diestimasikan berdasarkan keseimbangan panas. Secara fisiologis, suhu dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, fotosintesis, pembukaan stomata, dan respirasi. Selain itu,
suhu merupakan salah satu penghambat dalam proses fisiologi untuk sistem produksi tanaman
ketika suhu tanaman berada diluar suhu optimal terendah maupun tertinggi [8].

Beberapa efek dari stres karena kondisi lingkungan yang disebutkan di atas dapat dikurangi
dengan menggunakan sistem pertanian dengan lingkungan yang terkontrol (Controlled
Environment in Agriculture (CEA)), sebab CEA dapat mempertahankan dan menstabilkan
kondisi lingkungan sesuai kondisi optimal untuk pertumbuhan tanaman.

Pertanian dengan lingkungan yang terkontrol, selanjutnya disingkat dengan CEA, merupakan
kombinasi antara budidaya pertanian, perkebunan dan rekayasa untuk mengoptimalkan produksi
tanaman, peningkatan kualitas panen, dan efisiensi produk. Tanaman dalam CEA sangat
mungkin ditumbuhkan secara hidroponik, dimana cara ini menggunakan air sebagai media
dengan akar yang ditumbuhkan dalam lapisan film yang tipis.

Tanaman dalam CEA dapat dipertahankan kondisi lingkungannya dengan menggunakan
pencahayaan tambahan, supplai nutrisi, suhu maupun kelembaban yang dapat dikontrol
menggunakan komputer. Media tumbuh yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh
tanaman untuk tumbuh dapat diformulasikan dan disesuaikan dengan karakter tanaman.

1. Lingkungan Terkontrol untuk Produksi Pertanian

Pengelolaan CEA dengan baik dapat menyediakan produk segar (termasuk bunga dan tanaman
obat) dengan kualitas yang baik dengan sedikit bahan kimia. Lebih lanjut lagi, fasilitas CEA
dapat di buat menggunakan larutan nutrisi ataupun air tanah serta dapat dipilih lokasi di daerah
pinggiran kota atau desa yang tidak memerlukan alih fungsi lahan pertanian.

Dua hal penting dalam pengembangan CEA adalah suhu dan sinar radiasi matahari
(pencahayaan). Dua parameter ini sedapat mungkin dikendalikan dengan baik secara seragam
dan konsisten setiap harinya. Untuk mendapatkan hasil yang baik kadang dibutuhkan
pencahayaan tambahan. Pada saat cuaca mendung atau hujan, dimana sinar matahari tidak
maksimal diterima oleh tanaman, pencahaayan buatan ditambahkan untuk meningkatkan sinar
yang diterima oleh tanaman untuk proses fotosintesis dan ini membutuhkan tambahan daya
listrik. Daya listrik tambahan akan semakin besar apabila ingin menghasilkan tanaman sepanjang
tahun dalam berbagai musim dan ini sangat membebani pengelola CEA di berbagai tempat.

Beberapa tipe fasilitas CEA yang banyak digunakan oleh para ahli pertanian maupun para petani
dan industri pertanian adalah greenhouse, phytotron, growth chamber, dan Controlled
Ecological Life-Support System (CELSS).

1.1. Greenhouse

CEA yang paling umum dan banyak digunakan adalah greenhouse (rumah kaca). Greenhouse
didefinisikan sebagai bangunan tertutup yang transparan untuk menumbuhkan atau melindungi
tanaman atau istilah lain didefinisikan sebagai sebuah bangunan yang dapat menyediakan
kondisi optimal untuk menumbuhkan tanaman secara memuaskan sepanjang tahun. Faktor yang
berpengaruh seperti suhu, sinar matahari, kelembaban, dan udara disediakan , dipertahankan dan
didistribusikan secara merata dalam greenhouse pada level yang optimal [3]. Greenhouse yang
baik, terutama dalam konstruksinya, bertujuan untuk membuat kondisi cuaca yang diperlukan
dan dikendalikan sedapat mungkin sehingga tanaman dapat tumbuh sepanjang tahun secara
optimal. Untuk tujuan ini disyaratkan dalam pembuatan greenhouse adalah mempunyai transmisi
cahaya yang tinggi, konsumsi panas yang rendah, ventilasi yang cukup dan efisien, struktur yang
kuat, konstruksi, dan biaya operasional yang murah [16].

>Greenhouse untuk daerah tropis sangat memungkinkan dan mempunyai banyak keuntungan
dalam produksi dan budidaya tanaman. Produksi dapat dilakukan sepanjang tahun, dimana
produksi dalam lahan yang terbuka tidak memungkinkan karena adanya hujan yang sering dan
angin yang kencang. Kebutuhan dan tujuan utama dari greenhouse dan bangunan konstruksinya
untuk daerah tropis adalah 1) melindungi tanaman dari hujan yang sangat lebat yang dapat terjadi
secara berlebihan, tingginya radiasi matahari dan angin, 2) efisiensi ventilasi yang tinggi, 3)
jangka waktu penggunaan plastik film (sekali dalam satu tahun ) dan 4) pengumpulan air untuk
irigasi dalam musim kemarau [16]. Struktur greenhouse di daerah tropis sering menggunakan
sisinya untuk melindungi dan mengontrol suhu dengan menggunakan ventilasi alamiah maupun
terkontrol dengan dilapisi jala (screens) yang mampu mengurangi serangan serangga dan hama
[5].

Di negara Eropa bagian tengah dan utara, greenhouse banyak menggunakan atap dan sisi dari
kaca, namun di negara-2 Asia (Jepang, Korea dan China) dan USA seringkali menggunakan atap
dan sisi dari plastik. Kebanyakan plastik untuk greenhouse ini digunakan hanya beberapa musim
dan bukan tahunan seperti greenhouse dengan kaca. PVC film untuk greenhouses masih
mendominasi di Asia. Di Jepang, luas area yang menggunakan PVC film untuk greenhouse
meningkat 35,000 ha dalam kurun waktu 20 tahun (1965-85). Di korea, jenis greenhouse seperti
ini meningkat 6.3 kali, dari 3,099 ha dalam tahun 1975 menjadi 21,061 ha dalam tahun 1986. Di
China menunjukkan pertumbuhan yang dramatis dari 5,300 ha dalam tahun 1978 menjadi 34,000
ha, dalam tahun 1988. Kombinasi pertumbuhan greenhouses dan row covers di China bertambah
96,000 ha hanya dalam 10 tahun. Hampir semua greenhouse yang menggunakan plastik di Asia
adalah high tunnels, sedangkan di Eropa dan USA adalah multi-span atau greenhouse yang
terkoneksi. Tidak mengherankan jika China sekarang menjadi pengguna terbesar pertanian
menggunakan plastik greenhouse, karena sekitar 1 milyar penduduknya harus diberi makan
menggunakan hasil yang didapat dari pertanian [5,15].

Gambar. 1. Plastik greenhouse untuk pertanian di Kochi Prefecture, Jepang (Dokumen pribadi)


2.2. Phytotron

>Phytotron merupakan greenhouse yang tertutup secara keseluruhan yang digunakan untuk
mempelajari pengaruh kondisi lingkungan pada tanaman maupun untuk pertumbuhan tanaman
yang sesuai dengan kondisi lingkungan yang diinginkan, serta untuk memonitor konsumsi gas.
Biasanya, phytotron menggunakan kaca untuk atap dan sisinya sehingga dapat menerima sinar
matahari secara langsung dan suhu udara serta kelembaban dapat diatur dan disesuaikan. Dalam
phytotron ini, tanaman biasanya dibudidayakan menggunakan pot, kotak atau tabung yang
dimasukkan dalam ruangan sehingga kondisi lingkungan yang optimal didapatkan dalam
ruangan yang terbatas.
Keuntungan penggunaan phytotron ini adalah dapat menghasilkan ulang (re-producing)
beberapa tipe kondisi lingkungan yang diinginkan dari kondisi yang dingin di antartika sampai
daerah gurun maupun tropis. Para peneliti dapat mempertahankan ketepatan kontrol beberapa
kondisi lingkungan (sebagai contoh, tipe tanah, suhu udara, level cahaya /sinar yang digunakan,
konsentrasi karbon dioksida, kelembaban relatif, dan nutrisi ).Studi tentang beberapa organisme
seperti hubungan antara tanaman dan spesies hewan tertentu juga dapat dilakukan.

Gambar. 2. Phytotron di Kochi University, Jepang (Dokumen pribadi)


Beberapa keuntungan lainnya antara lain dapat melakukan studi tentang tanaman tanpa takut
terganggu oleh organisme lain, kemudahan dalam replikasi dan manipulasi kondisi lingkungan
dan biaya yang relatif tidak terlalu mahal. Dengan menggunakan beberapa bagian ruangan yang
cukup besar maka penelitian dapat didesain untuk mengeksplorasi beberapa sensor yang dapat
mengindikasikan stres seperti suhu, karbon dioksida, dan polusi udara. Hal ini memberikan
kesempatan untuk mendapatkan peningkatan pemahaman dari interaksi yang kompleks antara
tanaman dan lingkungan. Phytotron, biasanya hanya digunakan di universitas dan industri
pertanian yang cukup besar.

1.2. Growth Chamber

>Growth Chamber adalah ruangan yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman dalam kondisi
lingkungan yang tertutup dengan menggunakan cahaya buatan menggunakan lampu. Dalam
growth chamber untuk tanaman kondisi lingkungan dapat dipertahankan secara konsisten sesuai
yang dikehendaki dengan pengaturan dan operasi yang khusus. Dalam growth chamber ini, kita
dapat mengatur radiasi, suhu, kelembaban, karbon dioksida, pergerakan udara, dan juga
kontaminasi udara berdasarkan tujuan yang hendak dicapai . Secara umum, pengoperasian
growth chamber itu mahal dan membutuhkan persyaratan khusus untuk menjalankan dan
mengatur bermacam-macam faktor dengan tingkat presisi yang tinggi [2]. Dalam growth
chamber yang umum dan sederhana, radiasi, suhu, dan kelembaban dapat dikontrol dengan baik
dan akurat [ 6].

Radiasi dalam growth chamber merupakan sumber energi yang digunakan oleh tanaman untuk
tumbuh dan berkembang. Efek radiasi pada tanaman biasanya digunakan untuk mempelajari
fotosintesis, fotomorfogenesis, dan energi-bio. Sumber daya untuk radiasi dapat diusahakan
dengan menggunakan berbagai macam lampu yang mempunyai emisi spectra dalam tiap lampu
antara 300-800 nm. Tipe lampu yang sering digunakan dalam growth chamber adalah :
incandescent lamps, fluorescent lamps (cool white phosphor lamps, daylight phosphor lamps,
warm white phosphor, deluxe cool white phosphor, gro-lux phosphor and vita-lite phosphor),
High Intensity Discharge (HID) lamps, Mercury lamps, Low Pressure Sodium (LPS) lamps,
Xenon Lamps, dan Light Emitting Diode (LED) [12].

Dalam growth chamber suhu udara dapat dikontrol dengan baik sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik ataupun ditumbuhkan dengan suhu tertentu. Pengontrolan suhu dalam growth
chamber biasanya digunakan untuk mengetahui efek suhu terhadap tanaman atau
mempertahankan suhu sehingga kondisinya tetap optimal.Pengukuran dan peralatan sensor yang
digunakan dapat dimonitor dengan baik, bahkan pengaturan suhu secara digital computerized
systems banyak digunakan dalam growth chamber dimana suhu dapat diamati dan diubah secara
cermat tiap menit untuk membuat gradual progress [4].

Kelembaban merupakan salah satu faktor lingkungan yang sulit dimonitor. Pengukuran
kelembaban biasanya dikalibrasikan dengan pengukuran kelembaban relatif, sehingga
pengaruhnya terhadap status air dalam tanaman dapat dipelajari, juga interaksi dengan tanah,
tanaman, dan atmosfer lingkungan dapat dibandingkan secara langsung. Alat yang biasanya
digunakan untuk pengukuran kelembaban dalam growth chamber antara lain psychrometers,
electrochemical, hair hygroscopic, dew point, and electrocapitative dan biasanya sudah
termasuk dalam monitor yang diamati [13].
Gambar. 3. Growth Chamber dengan lampu spesial (warm white
fluorescent lamps dengan biru, merah atau far-red fluorescent lamps) (abiko research laboratory) (Dokumen pribadi)

1.3 Controlled Ecological Life-Support System (CELSS)

Konsep dasar CELSS atau mini-earth ini adalah produksi tanaman untuk bahan makanan
menggunakan sistem yang tertutup dengan pencahayaan buatan (artificial lighting) yang dapat
diatur intensitas dan waktunya, penambahan CO2 sampai level tertentu yang dibutuhkan
tanaman, penggunaan nutrisi sesuai kebutuhan tanaman, kontrol suhu ruangan maupun akar, dan
kelembaban ruangan. Semua aspek tersebut dikontrol dan diprogramkan oleh komputer yang
terkoneksi dan dapat dipantau dengan tingkat akurasi yang tinggi.

>Auto-optimization programs dapat dibangun untuk mencari dan mendapatkan kemungkinan
fotosintesis tertinggi yang dapat dihasilkan berdasarkan computer-driven manipulation dari
variable lingkungan tersebut. Tanaman dapat dipertahankan dalam kondisi yang optimal
menggunakan pengaturan dan pengawasan secara hidroponik sehingga penggunaan sumberdaya
untuk pengukuran dan eksperimen, hasil panen per sumber daya yang dihasilkan dapat
diidentifikasi untuk mendapatkan hasil yang seimbang antara biaya dan hasil panen.

Protokol, teknologi, dan informasi umum dari produksi tanaman untuk makanan dalam mini-
earth program dapat dioptimalkan dengan persyaratan tanaman yang akan dipakai untuk
program ini sesuai dengan kondisi yang diinginkan sehingga akan dihasilkan makanan yang
berkualitas yang dapat divisualisasikan dan ditunjukkan dengan otomatisasi sistem produksi
tanaman menggunakan robot. Teknologi ini secara ilmiah dapat digunakan secara umum untuk
produksi tanaman sebagai bahan makanan dengan persyaratan highly controlled and modified
environments dapat terpenuhi.

>Japan's Mini Earth bertujuan untuk menganalisa material data, khususnya untuk penelitian
dalam siklus karbon. Proyek ini dibangun dalam Closed Ecology Experiment Facilities (CEEF)
dimana dalam bangunan ini dibungkus dengan perumpamaan seperti luar angkasa buatan,
dengan peneliti yang akan tinggal sampai 4 bulan dalam udara dan air yang dapat di recycle.
Proyek ini dijalankan oleh Institute for Environmental Sciences (IES),yang berlokasi di
Rokkasho-village di Aomori Prefecture, Jepang bagian utara dan mulai dioperasikan secara
penuh pada September 2005 [17]. Japan's Mini Earth terdiri atas dua modules yaitu (1) untuk
menanam tanaman dan (2) tempat tinggal manusia (researcher) dan pengembangan hewan.
Dalam setiap modules mempunyai sistem sirkulasi material yang independen untuk kestabilan
parameter lingkungan seperti konsistensi udara dengan sirkulasi oksigen dan karbon dioksida.
Juga terdapat pengukuran secara fisiologi dari manusia dan hewan serta tanaman dengan akurat
[10].
Amerika Serikat merupakan salah satu pelopor dalam penelitian ini, dan dikembangkan di
Kennedy Space Center (KSC) Florida sejak tahun 1985. Pada tahun 2001 proyek ini ditingkatkan
dengan menggunakan fasilitas seperti Biomass Production Chamber (BPC). Seperti Japan's Mini
Earth, KSC dengan CELSS-nya telah berhasil mengembangkan makanan pokok seperti beras,
gandum, dan kedelai. Sedang dijalankan adalah pengembangan tanaman untuk salad dan buah
seperti selada, bawang, lobak, tomat, lada dan juga stroberi. Beberapa sayuran dan buah-buahan
lainnya juga direncanakan akan diujicobakan karena dapat tumbuh dengan efisien seperti
layaknya tomat dan selada. [11].


Gambar. 4. CELSS, Kennedy Space Center, USA [18]

2. Kesimpulan

Beberapa efek yang tidak menguntungkan dari stres akibat pengaruh lingkungan seperti suhu
tinggi dan rendah, kelebihan ataupun kekurangan air dan salinitas pada tanaman dapat dikurangi
dan diatur menggunakan CEA se-maksimalnya. CEA dapat digunakan untuk mempertahankan
dan menstabilkan kondisi lingkungan yang mempengaruhi produktivitas produksi tanaman.
Supplai energi, terutama energi listrik, sangat dibutuhkan untuk menjalankan CEA dengan baik
di universitas, industri pertanian maupun para petani, namun supplai energi listrik ini merupakan
salah satu penghambat untuk aplikasi CEA di negera-negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia. Selangkah lebih maju lagi dalam pertanian yang modern, CEA merupakan kebutuhan
penting untuk optimasi produksi tanaman, menghasilkan kualitas tanaman dan meningkatkan
efisiensi produksi dalam budidaya tanaman pertanian.

Daftar Pustaka
1. Boyer, J.S., 1982, Plant productivity and Environment, Science, 218, 443-448.
2. De Bilderling, N., 1980, Construction and maintenance cost of controlled environment
facilities, HortScience 15(4), 479-485.
3. Jensen, M.H., 2000, Plasticulture in the Global Community - View of the Past and Future
in The Proceedings of the 15th International Congress for Plastics in Agriculture and 29th
National Agricultural Plastics Congress in 2000 at Hershey, PA. in
www.plasticulture.org.
4. www.ies.or.jp
5. www.nasa.

Anda mungkin juga menyukai