Anda di halaman 1dari 9

Praktikum MK. Agrometeorologi Dosen : Dr.

Impron

Hari/Tanggal: Rabu/ 25 Mei 2011

PROTECTED CULTIVATION Oleh: Kelompok 2 1. Bayuanggara Cahya R 2. Ardoyo 3. Miftah Ramadhan (A24080126) (A24070146) (G24080010)

4. Yuda Pratomo Hendartono (G24080011) 5. Ernawati Apriani 6. Hanifah Nurhayati 7. Ketty (G24080012) (G24080013) (G24080015)

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Protected Cultivation Tanaman yang tumbuh alami maupun yang dibudidayakan oleh manusia seringkali mengalami stres akibat kondisi lingkungan (environmental stresses). Stres biasanya didefinisikan sebagai faktor luar yang berpengaruh negatif terhadap tanaman. Dalam kasus ini, kondisi yang dapat menyebabkan stres lingkungan (abiotic stresses) antara lain: suhu, kelembaban, salinitas, kekeringan, dan banjir. Dalam produksi tanaman, pemahaman tentang dampak stres lingkungan penting untuk budidaya pertanian maupun untuk lingkungan tersebut. Dalam banyak kasus, stres biasanya diukur dengan ketahanan tanaman, produksi, pertumbuhan tanaman, kualitas panen, atau yang termasuk dalam proses asimilasi yang utama. Berdasarkan estimasi, efek abiotic stress berpengaruh 22% terhadap produktivitas panen yang akan dihasilkan. Beberapa contoh berikut ini tentang efek stres lingkungan seperti kekeringan dan banjir, salinitas, dan suhu (Falah 2006). Efek kelebihan air atau banjir yang umumnya dialami oleh tanaman adalah kekurangan oksigen, sedangkan kekurangan air atau kekeringan akan

mengakibatkan dehidrasi pada tanaman yang selanjutnya berpengaruh terhadap zona sel turgor lalu pertumbuhan tanaman pun terhambat. Salinitas dalam pandangan pertanian berarti akumulasi garam mineral yang berlebih di atas level optimal. Tanah yang mempunyai salinitas tinggi sering mengandung sejumlah garam seperti Na2SO4, MgSO4, CaSO4, MgCl2, KCl, dan Na2CO3. Stres akibat kelebihan Na+ mempengaruhi beberapa proses fisiologi tanaman mulai dari perkecambahan sampai pertumbuhan. Suhu sebagai salah satu faktor lingkungan dapat mempengaruhi produksi tanaman baik secara fisik maupun secara fisiologis. Secara fisik, suhu dipengaruhi oleh radiasi matahari dan dapat diestimasi berdasarkan keseimbangan panas. Secara fisiologis, suhu mempengaruhi pertumbuhan tanaman, fotosintesis, pembukaan stomata, dan respirasi. Selain itu, suhu merupakan salah satu penghambat dalam proses fisiologis untuk sistem produksi tanaman ketika suhu tanaman berada diluar suhu optimal terendah maupun tertinggi. Beberapa efek dari stres lingkungan yang telah disebutkan di atas dapat dikurangi dengan menggunakan sistem pertanian dimana kondisi lingkungannya

terkontrol (Controlled Environment in Agriculture (CEA)) sebab CEA dapat mempertahankan dan menstabilkan kondisi lingkungan sesuai kondisi optimal untuk pertumbuhan tanaman. Pertanian dengan lingkungan yang terkontrol merupakan kombinasi antara budidaya pertanian, perkebunan dan rekayasa untuk mengoptimalkan produksi tanaman, peningkatan kualitas panen, serta efisiensi produk. Tanaman dalam CEA sangat mungkin ditumbuhkan secara hidroponik, dimana cara ini menggunakan air sebagai media tumbuh dengan akar yang ditumbuhkan dalam lapisan film yang tipis. Kondisi lingkungan tanaman dalam CEA dapat dipertahankan dengan menggunakan pencahayaan tambahan, suplai nutrisi, suhu maupun kelembaban yang dapat dikontrol menggunakan komputer. Media tumbuh yang telah mengandung nutrisi tanaman pun dapat diformulasikan dan disesuaikan dengan karakter tanaman (Boyer 1982). Lingkungan Terkontrol untuk Produksi Pertanian Pengelolaan CEA yang baik dapat menyediakan produk segar (termasuk bunga dan tanaman obat) dengan kualitas yang baik dengan sedikit bahan kimia. Fasilitas CEA dapat dibuat menggunakan larutan nutrisi atau air tanah. Lokasi pun dapat dipilih antara di daerah pinggiran kota atau di desa yang tidak memerlukan alih fungsi lahan pertanian. Dua hal penting dalam pengembangan CEA adalah suhu dan radiasi matahari (pencahayaan). Dua parameter ini sedapat mungkin dikendalikan dengan baik secara seragam dan konsisten setiap harinya. Untuk mendapatkan hasil yang baik pada kondisi tertentu kadang dibutuhkan pencahayaan tambahan. Misalnya, pada saat cuaca mendung atau hujan dimana sinar matahari tidak maksimal diterima oleh tanaman, pencahayaan buatan ditambahkan untuk meningkatkan sinar yang diterima oleh tanaman untuk proses fotosintesis dan ini membutuhkan tambahan daya listrik. Daya listrik tambahan akan semakin besar apabila ingin menghasilkan tanaman sepanjang tahun dalam berbagai musim dan ini sangat membebani pengelola CEA di berbagai tempat. Beberapa tipe fasilitas CEA yang banyak digunakan oleh para ahli pertanian maupun para petani dan industri

pertanian

adalah

greenhouse, phytotron, growth

chamber,

dan Controlled

Ecological Life-Support System (CELSS) (Falah 2006). 1. Greenhouse CEA yang paling umum dan banyak digunakan adalah greenhouse (rumah kaca). Greenhouse didefinisikan sebagai bangunan tertutup yang transparan untuk menumbuhkan serta melindungi tanaman atau sebuah bangunan yang dapat menyediakan kondisi optimal untuk menumbuhkan tanaman secara memuaskan sepanjang tahun. Iklim mikro yang berpengaruh di dalam greenhouse seperti suhu, sinar matahari, kelembaban, dan udara disediakan, dipertahankan, dan didistribusikan secara merata pada level yang optimal. Konstruksi greenhouse yang baik bertujuan untuk membuat kondisi iklim mikro yang diperlukan dapat dikendalikan sehingga tanaman dapat tumbuh sepanjang tahun secara optimal. Untuk itu greenhouse disarankan mempunyai transmisi cahaya yang tinggi, konsumsi panas yang rendah, ventilasi yang cukup dan efisien, struktur yang kuat, serta konstruksi dan biaya operasional yang murah. Greenhouse dapat didirikan di daerah tropis dan greenhouse juga memberikan banyak keuntungan dalam produksi dan budidaya tanaman di daerah tropis. Produksi tanaman dalam greenhouse dapat dilakukan sepanjang tahun. Beda halnya dengan produksi tanaman pada lahan terbuka yang tidak mungkin dilakukan sepanjang tahun karena frekuensi hujan yang tinggi dan angin yang kencang. Tujuan utama pembangunan greenhouse di daerah tropis adalah melindungi tanaman dari hujan yang sangat lebat dengan frekuensi tinggi, besarnya radiasi matahari, serta kencangnya angin. Konstruksi greenhouse sedemikian rupa ditujukan untuk efisiensi ventilasi yang tinggi, jangka waktu penggunaan plastik film (sekali dalam satu tahun), dan pengumpulan air untuk irigasi dalam musim kemarau. Struktur greenhouse di daerah tropis memiliki sisi yang mampu melindungi dan mengontrol suhu dengan menggunakan baik ventilasi alami maupun ventilasi terkontrol dengan dilapisi jala (screens) yang mampu mengurangi serangan serangga dan hama (Zabeltitz 1998).

2. Phytotron Phytotron merupakan greenhouse yang tertutup secara keseluruhan.

Phytotron digunakan baik untuk mempelajari pengaruh kondisi lingkungan pada tanaman maupun memperoleh kondisi lingkungan yang diinginkan, serta untuk memonitor konsumsi gas. Umumnya, phytotron menggunakan kaca untuk atap dan sisinya sehingga tanaman yang berada di dalamnya dapat menerima sinar matahari secara langsung dan suhu serta kelembaban udara di dalamnya pun dapat diatur dan disesuaikan. Tanaman yang biasanya berada di dalam phytotron ini dibudidayakan menggunakan pot, kotak, atau tabung sehingga kondisi lingkungan yang optimal didapatkan dalam ruangan yang terbatas. Keuntungan

penggunaan phytotron adalah beberapa tipe kondisi lingkungan yang diinginkan seperti kondisi dingin di antartika sampai daerah gurun maupun tropis dapat dihasilkan ulang (re-producing). Para peneliti dapat mempertahankan ketepatan kontrol beberapa kondisi lingkungan (sebagai contoh: tipe tanah, suhu udara, level cahaya/sinar yang digunakan, konsentrasi karbon dioksida, kelembaban relatif, dan nutrisi ). Studi tentang beberapa organisme seperti hubungan antara tanaman dan spesies hewan tertentu juga dapat dilakukan di dalam phytotron. Beberapa keuntungan lainnya antara lain dapat melakukan studi tentang tanaman tanpa takut terganggu oleh organisme lain, kemudahan dalam replikasi dan manipulasi kondisi lingkungan dengan biaya yang relatif tidak terlalu mahal. Dengan menggunakan beberapa bagian ruangan yang cukup besar maka penelitian dapat didesain untuk mengeksplorasi beberapa sensor yang dapat

mengindikasikan stres seperti suhu, konsentrasi karbon dioksida, dan polusi udara. Hal ini memberikan kesempatan untuk mendapatkan peningkatan pemahaman tentang interaksi yang kompleks antara tanaman dan lingkungan. Phytotron biasanya hanya digunakan di universitas dan industri pertanian yang cukup besar. 3. Growth Chamber Growth Chamber adalah ruangan yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman dalam kondisi lingkungan yang tertutup dengan menggunakan cahaya buatan (lampu). Kondisi lingkungan di dalam growth chamber dapat

dipertahankan secara konsisten sesuai yang dikehendaki dengan pengaturan dan operasi yang khusus. Dalam growth chamber ini, radiasi matahari, suhu dan

kelembaban udara, konsentrasi karbon dioksida, pergerakan udara, serta kontaminasi udara dapat diatur berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Secara umum, pengoperasian growth chamber itu mahal dan membutuhkan persyaratan khusus dalam menjalankan dan mengatur bermacam-macam faktor dengan tingkat presisi yang tinggi. Dalam growth chamber yang umum dan sederhana, radiasi matahari, suhu dan kelembaban udara sudah dapat dikontrol dengan baik dan akurat. Radiasi dalam growth chamber merupakan sumber energi yang digunakan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Efek radiasi pada tanaman biasanya digunakan untuk mempelajari fotosintesis, fotomorfogenesis, dan energi-bio. Sumberdaya untuk radiasi dapat diusahakan dengan menggunakan berbagai macam lampu yang mempunyai emisi spektral dalam tiap lampu antara 300-800 nm. Tipe lampu yang sering digunakan dalam growth chamber antara lain: incandescent lamps, fluorescent lamps (cool white phosphor lamps, daylight phosphor lamps, warm white phosphor, deluxe cool white phosphor, gro-lux phosphor and vita-lite phosphor), High Intensity Discharge (HID) lamps, Mercury lamps, Low Pressure Sodium (LPS) lamps, Xenon Lamps, dan Light Emitting Diode (LED). Dalam growth chamber, suhu udara dapat dikontrol dengan baik sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik ataupun ditumbuhkan dengan suhu tertentu. Pengontrolan suhu dalam growth chamber biasanya digunakan untuk mengetahui efek suhu terhadap tanaman atau untuk mempertahankan suhu sehingga kondisinya tetap optimal. Pengukuran dan peralatan sensor yang digunakan dapat dimonitor dengan baik bahkan pengaturan suhu secara digital computerized systems banyak digunakan dalam growth chamber dimana suhu dapat diamati dan diubah secara cermat tiap menit untuk membuat gradual progress (Sager and Farlane 1997). 4. Controlled Ecological Life-Support System (CELSS) Konsep dasar CELSS atau mini-earth ini adalah produksi tanaman untuk bahan makanan menggunakan sistem yang tertutup dengan pencahayaan buatan (artificial lighting) yang dapat diatur intensitas dan waktunya, penambahan konsentrasi CO2 sampai level tertentu, penggunaan nutrisi sesuai kebutuhan

tanaman, kontrol suhu ruangan maupun akar, dan kontrol kelembaban ruangan. Semua aspek tersebut dikontrol dan diprogram oleh komputer yang terkoneksi dan dapat dipantau dengan tingkat akurasi yang tinggi. Auto-optimization mendapatkan programs dapat fotosintesis dibangun tertinggi untuk yang mencari dan

kemungkinan

dapat

dihasilkan

berdasarkan computer-driven manipulation dari variabel lingkungan tersebut. Tanaman dapat dipertahankan dalam kondisi yang optimal menggunakan pengaturan dan pengawasan secara hidroponik sehingga penggunaan sumberdaya untuk pengukuran dan eksperimen serta hasil panen per sumberdaya yang dihasilkan dapat diidentifikasi untuk mendapatkan hasil yang seimbang antara biaya dan hasil panen. Pembahasan Protected cultivation merupakan sistem pertanian dengan kondisi lingkungan yang terkontrol. Kondisi lingkungan yang terkontrol ditujukan untuk mendapatkan produktivitas yang lebih tinggi. Protected cultivation memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan budidaya tanaman di lahan terbuka karena protected cultivation memungkinkan suatu tanaman untuk hidup dalam kondisi cuaca apapun atau sepanjang tahun. Protected cultivation dikenal pula dengan nama lain, yaitu Controlled Environment in Agriculture (CEA). Tipe protected cultivation tidak hanya berupa greenhouse namun dapat berupa phytotron, growth chamber, dan Controlled Ecological Life-Support System (CELSS). Umumnya, empat tipe protected cultivation yang telah disebutkan memiliki pengertian yang sama. Namun, empat tipe protected cultivation di atas dibangun dengan tujuan dan konstruksi yang berbeda-beda. Greenhouse merupakan tipe protected cultivation yang paling sederhana dan umum diterapkan oleh para petani dan industri. Phytotron merupakan tipe protected cultivation yang memiliki konstruksi hampir sama dengan greenhouse namun phytotron lebih tertutup dan tanaman yang berada di dalamnya dibudidayakan menggunakan semacam pot. Growth chamber dan CELSS samasama menggunakan lampu untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan cahaya. Perbedaannya CELSS merupakan tipe protected cultivation yang lebih canggih

dibandingkan dengan tipe yang lainnya karena kondisi iklim mikro di dalamnya dikontrol menggunakan komputer yang dapat diawasi tiap waktu. Walaupun begitu, growth chamber masih merupakan tipe protected cultivation yang membutuhkan biaya lebih tinggi dibandingkan dengan tipe yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Boyer, J.S., 1982, Plant productivity and Environment, Science, 218, 443-448. Falah M.A.F. 2006. Perspektif Pertanian dalam Lingkungan yang Terkontrol. http://io.ppijepang.org [26 Mei 2011] Sager, J.C. and Mc Farlane, J.C., 1997, Radiation, In : Plant Growth Chamber Handbook eds , Langhans, R.W. and Tibbits T.W., Iowa Agriculture State University, Iowa, 1-30. Zabeltitz, C.V., 1998, Greenhouse Structure, Greenhouse Ecosystem, eds : Stanhill, G dan Enoch HZ, Elsevier, Amsterdam, 17-70.

Anda mungkin juga menyukai