Anda di halaman 1dari 3

Mengenal Implementasi Pertanian Cerdas Iklim

Oleh :
Dwi Satna
362341311016

Dunia pertanian saat ini dihadapkan pada tantangan perubahan iklim. Kunci
pentingnya adalah bagaimana mengubah strategi pembangunan pertanian dengan
mengembangkan riset yang adaptif terhadap tantangan perubahan iklim, pemanasan
global, dan krisis air. Perubahan iklim global yang ekstrim belakangan ini
mempengaruhi kegiatan budidaya, teknologi dan hasil pertanian dalam rangka
mewujudkan tujuan pembangunan pertanian. Tujuan pembangunan pertanian untuk
menyediakan pangan bagi 267 juta jiwa penduduk Indonesia dan meningkatkan
pendapatan petani dapat terganggu akibat adanya perubahan iklim global.

Perubahan iklim meningkatkan suhu udara, naiknya permukaan air laut serta
perubahan pola musim hujan dan kemarau yang tidak menentu mengakibatkan
terjadinya degradasi sumber daya lahan dan air, bencana banjir dan kekeringan serta
meningkatnya serangan hama dan penyakit tanaman. Dampak perubahan iklim global
jika dibiarkan akan berpotensi mengancam penurunan produktivitas, produksi, mutu
hasil pertanian, serta menurunnya efesiensi dan efektifitas distribusi pangan kususnya
padi. Selain itu perubahan iklim global juga menyebabkan rentannya ketahanan
pangan yang dapat berdampak negatif terhadap kehidupan sosial dan ekonomi serta
kesejahteraan masyarakat
Guna mengantisipasi dampak perubahan iklim, Kementerian Pertanian melakukan
kegiatan Pertanian Cerdas Iklim, atau biasa disebut dengan Climate Smart Agricultural
(CSA). Tiga hal utama yang menjadi sasaran pencapaian melalui CSA yaitu:

(1) Peningkatan Intensitas Pertanaman, produktivitas dan pendapatan sektor


pertanian,

(2) Mengadaptasi dan membangun ketangguhan terhadap perubahan iklim, dan

(3) Sedapat mungkin mengurangi dan atau meniadakan emisi Gas Rumah Kaca.
CSA pada prinsipnya merupakan pendekatan pengembangan strategi pertanian
untuk mengamankan ketahanan pangan berkelanjutan dalam menghadapi kondisi
perubahan iklim. Pertanian Cerdas Iklim menjadi kunci utama dalam peningkatan
produktivitas dalam menghadapi perubahan iklim. Penggunaan pestisida nabati,
varietas padi unggul rendah emisi, teknik pengairan hemat air, jajar legowo, pemupukan
berimbang dan penggunaan bahan organik diharapkan berkontribusi dalam
peningkatan produktivitas dan indek pertanaman baik padi/non padi. Dalam hal ini
peran Penyuluh di lapangan sangat penting dalam mengawal program CSA dalam
peningkatan produktivitas.

Implementasi CSA khususnya pada komoditi padi dan komoditas lainnya yang bernilai
ekonomi tinggi dilakukan melalui:

1. Penggunaan bahan organik melalui pupuk organik dan pestisida nabati. penggunaan
pupuk unorganik dan pestisida yang kurang bijaksana dapat menimbulkan masalah
kesehatan, pencemaran lingkungan, dan gangguan keseimbangan ekologis. Selain itu,
harga yang tinggi sehingga sulit dijangkau oleh petani. Oleh karena itu, penggunaan
pupuk organik dan pengendalian secara alami menggunakan pestisida nabati yang
ramah lingkungan perlu ditingkatkan. Pembuatan pupuk organik dapat menggunakan
sumber-sumber bahan organik di sekitar lahan pertanian diantaranya limbah pertanian
seperti jerami dan sekam padi, gulma, batang dan tongkol jagung, semua bagisan
vegetatif tanaman, batang pisang, sabut kelapa; Limbah kotoran ternak padat, limbah
ternak cair, limbah pakan ternak, cairan biogas; Pupuk hijau seperti mukuna, turi,
lamtoro, sentrosema, albisia, tanaman LiarKi pahit, kirinyuh, Mimosa sp ; tanaman air
seperti Azolla, enceng gondok, gulma air , limbah industri seperti sebuk gergaji kayu,
blotong, kertas, ampas tebu, limbah kelapa sawit, limbah pengalengan makanan dan
pemotongan hewan.
2. Pemupukan berimbang melalui penerapan perangkat uji tanah sawah (PUTS) ataupun
perangkat uji tanah rawa (PUTR) untuk menentukan dosis pupuk dasar (pupuk P, N,
dan K). Perangkat ini dilakukan agar diperoleh rekomendasi pupuk yang berimbang
sesuai dengan keperluan secara mudah, cepat dan
3. Penggunaan bibit unggul, rendah emisi dan bermutu (melakukan uji benih). Varietas
unggul bersertifikat yang rendah emisi untuk meningkatkan produksi padi dan
pendapatan petani. Peningkatan produktivitas dicapai melalui peningkatan potensi atau
daya hasil tanaman, ketahanannya terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT),
serta adaptasi terhadap kondisi lingkungan spesifikBenih padi unggul yang adaptif
terhadap perubahan iklim diantaranya: varietas rendah emisi (Ciherang, Inpari-13,Way
Apoburu dan Mekongga).
4. Penerapan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terpadu untuk
preventif. Pengendalian secara alami menggunakan pestisidayang ramah lingkungan
perlu ditingkatkan. Penggunaan Pestisida perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak
menimbulkan masalah kesehatan, pencemaran lingkungan, dan gangguan
keseimbangan ekologis

Anda mungkin juga menyukai