Anda di halaman 1dari 9

Buana Sains Vol.14 No.

2: 131-139, 2014

SISTEM PERTANIAN TERPADU BIOCYCLOFARMING


SEBAGAI ALTERNATIF TEKNOLOGI BUDIDAYA
PERTANIAN RENDAH EMISI GAS RUMAH KACA UNTUK
MITIGASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

Munandar1), Fritra Gustiar2), Yakup1), dan Renih Hayati1)


1)
Fakultas Pertanian Univertas Sriwijaya, Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32,
Ogan Ilir 30662, Sumatera Selatan, munandar_mun@ymail.com
2)
Balai AgroTeknologi Terpadu Palembang (ATP) Kementrian Riset dan Teknologi,
Jl Raya Palembang-Prabumulih KM 45, Ogan Ilir 30662,Sumsel

Abstrak
Sektor pertanian menawarkan potensi sebagai mitigator dampak perubahan iklim. Sistem
pertanian terpadu biocyclofarming (BCF) merupakan sistem yang memadukan tanaman-ternak
diatur bersinergi sehingga terjadi siklus biologis. Karakteristik sistem BCF terkait dengan mitigasi
dampak perubahan iklim adalah: adanya pengembalian limbah organik ke lahan, daur ulang yang
memanfaatkan limbah, sistem pertanian tanpa limbah dengan menginstalasi bio-digester yang
menghasilkan biogas. Makalah ini membahas sistem pertanian BCF berbasis tanaman jagung-
ternak, dan mengevaluasi dampak aplikasinya terhadap penambatan C dalam tanah dan tanaman
serta terhadap penurunan emisi gas CH4. Hasil kajian menunjukkan pengembalian bahan
organik ke lahan meningkatkan penambatan CO2 dalam tanah dalam bentuk bahan organik
tanah. Peningkatan C organik tanah berdampak positif terhadap kesuburan tanah, produksi biji
dan biomas tanaman. Kandungan carbon tanah meningkat dari 2,04% atau setara dengan CO2
tertambat 40,80 ton/ha, menjadi 3,32% atau setara dengan 66,40 ton/ha pada tahun ke-6
aplikasi BCF, terjadi peningkatan carbon dalam tanah sebesar 3,65 ton/ha/th atau setara
dengan penambatan 12,28 ton/ha/th gas CO2. Produksi biji jagung meningkat dari 2,1 t/ha
menjadi 5,9 t/ha pada tahun ke 5 aplikasi BCF. Total biomasa tanaman meningkat dari 6 t/ha
menjadi 16,8 (ton/ha). Sistem daur ulang teknologi BCF yang memanfaatkan limbah dari
system usahatani yang satu menjadi input produksi usahatani menghasilkan produk yang
menyimpan carbon merupakan teknologi mitigasi penambatan carbon dengan memperlambat
konversi carbon menjadi gas CO2 atmosfer. Instalasi biodigester dalam teknologi BCF yang
memanfaatkan limbah kotoran ternak guna menghasilkan biogas serta modifikasi ransum pakan
pada ternak sapi merupakan teknologi mitigasi yang mampu menurunkan emisi gas CH4 dari
kegiatan budidaya ternak sapi.

Kata kunci: perbahan iklim, gas rumah kaca, mitigasi, pertanian terpadu biocyclofarming

Pendahuluan menerima dampak negative dari


Salah satu masalah umat manusia terkait perubahan iklim global, pertanian
penyediaan pangan adalah adaptasi dipersalahkan sebagai sumber emisi gas
terhadap perubahan iklim global dan rumah kaca (GRK) yang menyebabkan
upaya mengurangi sektor pertanian pemanasan global dan perubahan iklim
sebagai kontribusi utama emisi GRK. global. Sector pertanian yang terdiri dari
Perubahan iklim global (global warning) kegiatan produksi tanaman dan peter-
merupakan hal yang tidak dapat nakan memberikan kontribusi 14%
dihindari, dan berdampak serius terhadap total emisi global GRK.
terhadap produktivitas pertanian dan Pertanian memberi kontribusi terhadap
ketahanan pangan nasional. Selain yang emisi tiga jenis gas rumah kaca nyang

131
Munandar, Fritra Gustiar, Yakup, dan Renih Hayati/Buana Sains Vol.14 No.2: 131-139, 2014

utama, yaitu CO2, N2O dan CH4. Bahan dan Metoda


(Smith, et al, 2007; Smith and Olesen. Kajian dilakukan di Balai AgroTech-
2010; Nigli, et al. 2009; Ching, 2011). noPark Palembang, Kementerian Negara
Tantangan sektor pertanian dalam Riset dan Teknologi, Palembang
konteks menghadapi perubahan iklim Sumatera Selatan. Instalasi BCF terdiri
global adalah mengurangi emisi GRK lahan jagung, instalasi peternakan,
dengan cara melakukan upaya strategi kompos dan biogas, budidaya jamur,
mitigasi. Mitigasi adalah intervensi cacing dan sayuran, dan kolam budidaya
manusia yang bertujuan untuk me- ikan. Data yang disajikan berdasar pada
ngurangi emisi GRK terutama N2O dan hasil kajian aplikasi BCF selama 6 tahun,
CH4 dan aksi yang akan meningkatkan sejak mulai dibuka awal pada tahun 2003
penambatan GRK atmosfer terutama sampai dengan tahun ke 6. Lahan yang
CO2 dalam berbagai bentuk penim- digunakan merupakan lahan marginal
bunan carbon (sink) dalam bahan bekas perkebunan kelapa. Sampel tanah
organic tanah dan biomass tanaman. diambil awal kajian dan selama kajian
Sektor pertanian berperan positif dalam dikompositkan dan dianalisa di Labo-
membantu mengurangi CO2 di ratorium Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
atmosfer, dengan cara menambatkan
Pertanian Universitas Sriwijaya. Kompo-
atau menyiman carbon dalam vegetasi nen kesuburan yang diamati selama 6
tanaman, dan dengan meningkatkan tahun aplikasi BCF adalah : C-organik,
kandungan carbon dalam tanah dalam pH, , kandungan N, P-Bray dan Ca.
bahan organic tanah. Caranya adalah Setiap tahun, pertanaman jagung dita-
dengan melakukan praktek budidaya nam dengan jarak tanam 65 x 20 cm,
konservasi yang dapat menambah lebih diberi pupuk kotoran sapi 5 ton/ha,
banyak carbon dikembalikan ke lahan pupuk dasar 100 kg/ha ZA, ,100 kg/ha
dan memperlambat laju proses konversi SP 36 dan 50 kg/ha KCI serta pupuk
carbon dalam bahan organic menjadi gas susulan 250 kg/ha Urea. Produksi biji
CO2. (Smith, et al, 2007; Smith and pipilan kering, janggel dan jerami jagung
Olesen. 2010). Salah satu alternative diperoleh dari rata-rata produksi per
teknologi pertanian tersebut adalah tahun. Berdasarkan hasil analisa C
sistem pertanian terpadu biocyclo- organik tanah dan total biomasa jagung
farming (BCF). System ini memadukan (biji, janggel dan jerami), maka
tanaman dan ternak diatur bersinergi penambatan CO2 di dalam tanah yang
sehingga terjadi siklus biologis. ditanami jagung dan penambatan CO2
Karakteristik sistem BCF terkait dengan oleh tanaman jagung dihitung. Menurut
teknologi mitigasi GRK adalah: sinergi McConkey, et al, (2005) setiap 1 ton
daur ulang yang memanfaatkan limbah, carbon organic yang ditambatkan dalam
pengembalian limbah ke lahan perta- tanah atau tanaman ekuivalen dengan
nian, sistem pertanian yang tanpa limbah 3,667 ton CO2 atmosfer. Data
dengan menginstalasi fasilitas bio- penurunan emisi gas CH4 dari ternak
digester yang menghasilkan biogas(Mae- sapi didasarkan pada hasil percobaan
Won Ho, 2006). Makalah ini melaporkan modifikasi pakan pada ternak sapi.
kajian yang membahas sistem pertanian Perlakuan modifikasi komposisi bahan
BCF berbasis tanaman jagung-ternak kering ransum yang diberikan pada
yang ramah iklim, dampak aplikasinya ternak sapi : 60% Hijauan + 40%
BCF terhadap penambatan emisi gas Konsentrat; D : 40% Hijauan + 60%
rumah kaca CO2 oleh tanah dan Konsentrat; E: 20% Hijauan + 80%
tanaman serta terhadap penurunan gas Konsentrat.
gas CH4.

132
Munandar, Fritra Gustiar, Yakup, dan Renih Hayati/Buana Sains Vol.14 No.2: 131-139, 2014

Hasil dan Pembahasan sapi menampung 8 ekor, kandang unggas


Instalasi Sistem Pertanian Terpadu 200 ekor, instalasi budidaya jamur dan
BioCycloFarming (BCF) cacing, instalasi biogas, tempat pengo-
lahan silase dan pupuk organik. Instalasi
Sistem pertanian terpadu BioCyclo- biogas terdiri dari tabung biodigester (2
Farming (Gambar 1) merupakan sistem m3) terbuat dari bahan fiber yang
memadukan unsur tanaman dengan ditimbun dalam tanah yang menampung
unsur ternak sedemikian rupa sehingga kotoran sapi yang telah diencerkan
dua unsur ini menjadi bersinergi satu dengan cara dicampur dengan air. Gas
dengan yang lainnya dan terjadi siklus methan yang dihasilkan dari biodigester
biologis. Pada instalasi pertanian terpadu dialirkan dengan pipa paralon ke tabung
BCF skala petani 2,25 hektar, lahan plastic (1 m3), yang terhubung dengan
ditata untuk rumah petani, lahan sekitar kompor untuk masak.
pekarangan digunakan untuk kandang

Gambar 1. Bagan alir Sistem Pertanian Terpadu Biocyclofarming (BCF) berbasis


Tanaman Pangan – Ternak

Jagung dipanen bijinya dan media budidaya jamur tiram, guna


limbahnya berupa jerami, deduk dan menhasilkan jamur untuk konsumsi dan
janggel/tongkol jagung. Biji/buah sisa log jamur untuk bahan pupuk
dipanen dan di olah menjaadi bahan organic Janggel tonggol jagung setelah di
pakan ternak, ikan dan industri pangan. haluskan (di chruser) dan difermentasi
Limbah biomasa jerami dapat dikering- dapat diberikan sebagai ransum sapi.
kan menjadi hay atau difermentasi Selanjutnya, ternak sapi dan unggas
terlebih dahulu menjadi jerami menghasilkan daging, susu dan telur
fermentasi (silase) untuk pakan sapi, dan yang dapat dikonsumsi atau dijual ke
media budidaya jamur merang. Deduk pasar.
jagung (bagian halus limbah proses Ternak sapi dan unggas juga
pemipilan jenggel jagung) secara menghasilkan limbah kotoran.
langsung atau difermentasi terlebih Selanjutnya limbah kotoran ternak sapi
dahulu dapat digunakan untuk ransum dan ungas dapat dibuat kompos, bahan
sapi dan unggas, dicampur dengan biogas dan vermikompos (budidaya
serbuk gergaji dimanfaatkan menjadi cacing). Limbah kotoran sapi dan

133
Munandar, Fritra Gustiar, Yakup, dan Renih Hayati/Buana Sains Vol.14 No.2: 131-139, 2014

unggas dimanfaatkan menjadi media ini akan mengatasi ketahanannn pangan


budidaya cacing, menjadi pakan ikan, dan masalah lingkungan melalui
dan dimasukan kedalam instalasi diversifikasi usahatani yang beragam dan
biodigester . Kotoran ternak sapi yang pengelolaan limbah menjadi biogas dan
ditampung dalam biodigester guna input produksi (Mae-Won Ho,2006)
menghasilkan biogas (gas CH4 dan
CO2) untuk bi, oenergi, memasak dan Teknologi BCF menambatkan CO2
penerangan. Setiap hari satu biodisgester dalam bentuk carbon bahan organic
menghasilkan bioga yang cukup untuk tanah
memasak selama 4 jam. Kotoran ternak Karakteristik terpenting manfaat aplikasi
yang dimanfaatkan untuk budidaya sistem pertanian terpadu BCF terhadap
cacing menghasilkan cacing untuk obat penambatan CO2 atmosfer adalah
dan pakan serta limbah vermikompos. pengembalian bahan organik dalam
Limbah kotoran ternak, log bekas bentuk pupuk organik kotoran ternak ke
budidaya jamur, limbah cair buangan lahan. Pupuk organik kotoran ternak
biodisgester dan vermikompos mengandung 40-60% carbon, pemberian
selanjutnya diolah menjadi pupuk pupuk orgaik kotoran ternak ke lahan
organic. Limbah bahan organik pupuk akan meningkatkan penambatan carbon
kandang, ngbuangan biogas, media organik dalam tanah. Data dampak
jamur dan vermikompos dibuat pupuk aplikasi teknologi BCF selama 6 tahun
organik dan dikembalikan ke lahan pertama terhadap kandungan C organik
sebagai pupuk pengganti pupuk kimia tanah dan ekuivalensi jumlah carbon gas
pada budidaya tanaman jagung dan CO2 yang tertambat dalam tanah
sayuran. Rantai kegiatan proses ditunjukkan pada Tabel 1.
produksi yang diuraikan pada sistem Tanah yang digunakan kajian ini
pertanian terpadu BCF menunjukkan mempunyai sifat fisik dengan kandungan
bahwa sistem produksi ini merupakan pasir tinggi (65,44 %). liat (18,84 %), dan
system pertanian ramah lingkungan debu (16,74 %) rendah, menunjukkan
biocyclofarming terkait dengan strategi kelas tekstur lempung berpasir. Hasil
mitigasi GRK adalah: adanya sinsergi kajian menunjukkan terjadinya pening-
daur ulang secara biologi yang efektif katan rata-rata kandungan carbon orga-
dari bahan limbah sisa tanaman; Limbah nik dan jumlah penambatan gas CO2
dari system usahatani yang satu menjadi atmosfer dalam tanah. Kandungan
input usahatani yang lain; carbon organik dalam tanah yang pada
ketergantungan yang tinggi terhadap tahun pertama aplikasi hanya 2,04% atau
sumberdaya local, sedikit menggunakan setara dengan CO2 tertambat 40,80
pupuk dan pestisida sehingga lebih ton/ha, meningkat menjadi 3,32% atau
efisisen (Ching, 2011). Pengelolaan zero setara dengan 66,40 ton/ha pada tahun
waste tanpa limbah, yaitu dengan ke-6 aplikasi, setiap tahunnya rata-rata
mengistalasi fasilitas bio-digester untuk terjadi peningkatan carbon dalam tanah
menghasilkan biogas (Energi Terbaru- sebesar 3,65 ton/ha, atau setara dengan
kan). Sistem ini juga mencakup penambatan gas CO2 dalam tanah 12,28
didalamnya berbagai usahatani budidaya ton/ha.
tanaman, peternakan dan ikan. Sistem

134
Munandar, Fritra Gustiar, Yakup, dan Renih Hayati/Buana Sains Vol.14 No.2: 131-139, 2014

Tabel 1. Dampak penerapan Sistem Pertanian Terpadu Biocyclofarming terhapat


kandungan bahan organic dan penambatan GRK CO2 dalam tanah
Carbon
Peningkatan Carbon
Tahun C organic tertambat
tanah per tahun Keterangan
Aplikasi Tanah (%) dalam tanah
(ton/ha)
(ton/ha)
1 2,04 40,80 Tanpa pupuk organik
2 3,17 63,40 22,60
Pupuk orgakatnik 5
3 3,36 67,20 3,80
ton/ha di aplikasi
4 3,68 73,60 6,40
pada setiap taa rnam
i5 4,19 83,80 10,20
jagung
6 3,32 66,40 -17,40
Rata rata selama 6 tahun 3,65*
Ekuivalen CO2 atmosfer yang diserap 12,28
*1 ton carbon bahan organic ekuivalen dengan 3,667 ton CO2 (McConkey, et al, 2005)

Penambatan carbon merupakan Reeder and Rattan Lal 2004). SOC


proses transfer C02 di atmonsfer ke hilang dari lahan melalui proses
dalam tanah melalui pengembalian residu dekomposisi oleh mikroorganisme, erosi
tanaman dan bahan organic padatan permukaan, dan tersimpan dalam tubuh
lainnya dan menambatkannya dalam tanaman dan hewan. Selama proses
bahan organic tanah, yang tidak segera di dekomposisi, OC hilang dari tanah
emisikan kembali ke atmosfer dalam sebab mikroorganisme mengkonversi
bentuk gas CO2. Tingkat kandungan hampir setengah dari bahan organic
carbon tanah dan penambatan CO2 pada menjadi gas CO2, Tampa ada
lahan pertanaman jagung dengan penambahan input bahan organic, OC
mengaplikasikan teknologi BCF relatif dalam tanah akan menurun dengan
cukup dibandingkuan dengan yang berjalannya waktu karena
dilaporkan oleh Franzluebbers dan mikroorganisme akan selalu
Doraiswamy (2004), yang hanya sekitar mendekomposisi bahan organic tanah.
10 ton/ha, waktu aplikasi 20 tahun. Penambatan tergantung kepada tipe
Sumber carbon pada sistem BCF ini tanah (liat menambat lebih banyak daripa
bukan hanya dari pupuk organik yang tanah berpasir), tergantung iklim, curah
diaplikasikan tetapi juga berasal dari hujan dan suhu tinggi akan memicu
residu tanaman dan akar tanaman. proses dekompoisi. (Franzluebbers and
Penambatan carbon dalam tanah dengan Doraiswamy 2004).
mengaplikasikan sistem BCF merupakan Pemberian pupuk organik pada
proses penambatan carbon yang alami , lahan pertanaman pada sistem BCF juga
efektif, dan ramah lingkunggan. Jumlah berdampak positif pada peningkatan
carbon tanah juga bervariasi setiap kesuburan tanah (Tabel 2). Peningkatan
tahunnya, barangkali menunjukan terjadi C tanah berpengaruh positif terhadap
pengurangan bahan organik tanah akibat pH, kandungan N, P dan Ca tanah.
dekomposisi oleh mikroorganisme tanah. Setelah aplikasi BCF terjadi peningkatan
Sekali carbon tertambatkan dalam tanah, pH tanah, yaitu dari 4,9 pada tahun
maka carbon akan tetap dalam tanah, pertama menjadi 5,96 pada tahun ke 4,
selama penggunaan lahan di restorasi, yaitu tahun 2006. Kandungan unsur hara
tanah dikelola tanpa olah tanah, dan N relatif bervariasi, namun kandungan P
diikuti dengan tindakan budidaya praktis Bray meningkat dari 6,89 ppm pada
yang baik. (Sundermejer Ian, Randall tahun pertama, tetap rendah pada tahun

135
Munandar, Fritra Gustiar, Yakup, dan Renih Hayati/Buana Sains Vol.14 No.2: 131-139, 2014

kedua (3,75%), mulai meningkat menjadi hara Ca hmeningkat berturut-turut


25,1 ppm pada tahun ketiga, 57,7 ppm selama lima tahun adalah: 0,42; 0,70;
pada tahun keempat,dan mencapai 91,1 0,62; 0,55 dan 1,14 cmol/kg.
ppm pada tahun kelima. Kandungan

Tabel 2. Dampak penerapan Sistem Pertanian Terpadu BCF terhapat beberapa


parameter kesuburan tanah.
Tahun Kandungan N P Bray tanah
pH tanah Ca dd (Cmol/kg)
Aplikasi tanah (%) (ppm)
Awal 4,90 0,27 6,89 0,42
1 4,84 0,23 3,75 0,70
2 5,52 0,39 25,1 0,62
3 5,96 0,21 57,75 0,55
4 5,35 0,23 91,1 1,14
5 5,80 0,29 40,35 0,75

kandungan C organikbon dan kesubur-


Teknologi BCF memacu an tanah dapat memacu pertumbuhan
penambatan CO2 atmosfer oleh tanaman yang selanjutnya berdampak
tanaman melalui peningkatan pada peningkatan proses fotosintsis
proses pertumbuhan, produksi biji penyerapan CO2 dari atmosfer olah
dan biomass tanaman tanaman. Proses mitigasi dengan
Peningkatan kandungan carbon organik menerapkan teknologi pertanian terpadu
dan kesuburan tanah berdampak pada BCF dapat memperbaiki kualitas
proses penyerapan dan penambatan sumberdaya tanah dan memacu pro-
CO2 atmosfe tanaman. Penambatan duktivitas agronomi. Pengembalian
CO2 dari atmosfer oleh tanaman pupuk organik dan kotoran ternak juga
jagung melalui proses fotosintesis akan berdampak pengurangan penggu-
menghasilkan berbagai biomolekul yang naan pupuk anorganik hususnya
kemudian ditimbun menjadi biji, tongkol nitrogen, yang bersumber pada bahan
buah dan biomass brangkasan/jerami. fosil. Aplikasi teknologi BCF yang
Produksi jagung meningkat dari 2,1 t/ha mengembalikan pupuk organic (kotoran
pada tahun pertama saat pertamakali ternak) ke lahan merupakan teknik
lahan datanami, menjadi 3,18 t/ha tahun mitigasi yang mengurangi Emisi GRK
ke 2, 3,5 t/ha tahun ke 3, 5,2 t/ha tahun berkurang karena carbon disimpan
ke 4, 5,8 t/hatahun 2007 dan 5,9 t/ha dalam tanah dan dalam bentuk (carbon)
pada tahun ke 5(Tabel 3). Total biomas tanaman.
biomasanya meningkat dari 6 t/ha Teknologi BCF menambat carbon
menjadi 16,8 (ton/ha). Total produksi melalui penyimpanan CO2 dalam
biomassa tanaman dan serapan CO2 berbagai produk organic dan
meningkat setiap tahunnya sejak mulai memperlambat transformasi carbon
diaplikasikan teknologi BCF masing- menjadi gas CO2
masing sebsar 2,16 dan 7,92 ton/ha.
Kajian ini menunjukkan fakta bahwa Seperti ditunjukkan pada Gambar 1,
tanah yang mengandung banyak bahan sistem BCF merupakan sistem sinergi
organic lebih produktif dibanding tanah mendaur ulang secara biologi dari bahan
yang sama yang kandungan bahan limbah. Limbah dari system usahatani
organiknya sedikit. Perbaikan teknologi yang satu menjadi input usahatani yang
budidaya dengan meningkatkan lain(Ching, 2011). Limbah jenggel dan

136
Munandar, Fritra Gustiar, Yakup, dan Renih Hayati/Buana Sains Vol.14 No.2: 131-139, 2014

brangkasan jagung menjadi input proses pemanfaatan limbah biomass pada


produksi pembuatan pakan ternak, sistem BCF guna menghasilkan product
budidaya jamur. Limbah kotoran ternak yang menyimpan lain merupakan
menjadi g input produksi pakan ikan, kegiatan menambatkan CO2 atau
budidaya cacing dan instalasi biogas, sisa meyimpan carbon yang cukup lama
limbah residu tanaman, log jamur, dalam produk bahan organik dan proses
kotoran ternak, limbah cairan biogas, yang dapat memperlambat konversi
bekas media budidaya cacing merupakan carbon menjadi gas CO2 yang akan
by-produk yang menjadi input produksi lepas ke atmosfer, serta merupakan
proses pengomposan untuk pembuatan kegiatan yang memacu transformasi
pupuk organik. Kegiatan siklus carbon menjadi bahan organik tanah.

Tabel 3. Dampak penerapan Sistem Pertanian Terpadu BCF terhapat produksi biomas
dan serapaan CO2 oleh tanaman
Komponen Produksi biomassa (ton/ha) Total
Ekuivalen CO2
Tahun
Hasil jagung Janggel Brangkasan atmosfer yang
aplikasi ke Biomassa
biji pipilan (tongkol) Jerami diserap (ton/ha)
(ton/ha)
Awal 2,1 1,4 2,5 6,00 22,00 *
1 3,2 2.1 3,8 9,10 33,36
2 3,5 2,3 4,2 10,0 36,67
3 5,2 3,4 6,2 14,8 54,27
4 5,8 3,8 6,9 16,5 60,50
5 5,9 3,8 7,1 16,8 61,60
Rerata
0,76 0,48 0,92 2,16 7,92
peningkatan/th
*1 ton carbon bahan organic ekuivalen dengan 3,667 ton CO2(McConkey, et al, 2005)

Teknologi BCF mengurangi emisi dapat dijadikan sumber energi alternatif


gas CH4 dari limbah kotoran ternak yg ramah lingkungan dan terb arukan,
dengan menginstal biodigster digunakan digunakan sbg bahan bakar
menghasilkan bioga gas (BBG) utk memasak, pemanas,
Limbah kotoran ternak dan bahan penerangan dan penggerak generator
organik lain merupakan sumber gas pembangkit energi listrik. Produksi
CH4. Limbah yang menumpuk disekitar biogas pada kondisi anaerob didalam
tabung biodigester terdiri dari beberapa
kandang dalam kondisi anaerob akan
memproduksi gas rumah kaca CH4 yang tahap: 1. proses hydrolysis polimer
akan diemisikan ke atmosfer. Instalasi bahan organik yang komplek menjadi
tabung biodigester pada sistem BCF molekul organik monomer yang lebih
yang memproses secara biologi limbah sederhana; 2. proses fermentasi
organik yang akan menghasilkan biogas. senyawa sederhana seperti gula, asam
Biogas adalah campuran dari beberapa lemak dan asam amino melalui reaksi
gas, (60% CH4 dan 40% CO2) yg oksidasi anaerobik dan bantuan bakteri
dihasilkan dari proses penguraian bahan- acetogenesis menghasilkan asam acetat;
bahan organik oleh mikroorganisme 3. asam acetat akan dirombak oleh
pada kondisi tanpa oksigen (anaerob). bakteri methanogenesis menghasilkan
Biogas dapat menyalakan bunga api, dgn gas CH4 dan CO2. Teknologi BCF yang
energi 6400-6600 kkal/m3, sehingga memanfaatkan limbah organik dengan

137
Munandar, Fritra Gustiar, Yakup, dan Renih Hayati/Buana Sains Vol.14 No.2: 131-139, 2014

instalalsi biodigester guna menghasilkan (440 ppm) terdapat pada sapi dengan
biogas merupakan teknik mitigasi yang perlakuan pakan E (80% konsentrat)
dapat mengurangi atau menurunkan yaitu sebesar (Gambar 2a). Volume
emisi gas rumah kaca CH4 ke atmosfer. gas metana yang terkandung dalam feces
ternak sapi dengan memperhitungkan
Teknologi BCF Mengurangi emisi jumlah feses dari ternak perlakuan, maka
gas CH4 dari ternak sapi dengan perlakuan A 100% rumput) akan
memodi-fikasi komposisi pakan berpotensi menghasilkan volume gas
Gas CH4 dari pernafasan ternak metana paling tinggi yaitu 1367,4 ml
sapi yang ransum pakannya dimodifikasi sedangkan potensi volume gas metana
menunjukkan tertinggi (617 ppm), paling rendah ditemukan pada perlakuan
ditemukan pada sapi denga pakan A D (60% konsentrat) yaitu 943.4 ml
(100% rumput); gas CH4 paling rendah (Gambar 2b).

Gambar 2. Konsentrasi gas metana dari pencernaan sapi dan dalam feces sapi menurut
perlakuan komposis pakan yang diberikan

Kesimpulan pan carbon dalam bahan organik


1. Mmerupakan alternatif teknologi tanah, dan dalam biji/buah dan
mitigasi dampak perubah iklim biomasa tanaman.
2. Sistem daur ulang dalam
yang dapat menambatkan gas
CO2 atmosfer melalui kegiatan teknologi BCF yang memanfaat-
pengembalian pupuk organik kan limbah dari system usaha-
dari residu tanaman dan limbah tani yang satu menjadi input
ternak ke lahan guna menyim- usahatani yang lain dan mengha-
silkan produk organik yang

138
Munandar, Fritra Gustiar, Yakup, dan Renih Hayati/Buana Sains Vol.14 No.2: 131-139, 2014

menyimpan carbon merupakan McConkey.B, B.C.Liang, G.Padbury and


teknologi mitigasi yang menam- W.Lindwall. et al, (2005).Carbon
batkan carbon dengan memper- Sequestration and dirrect seeding.
lambat konversi carbon menjadi Semiarid Prairie Agriculural Rese-
gas CO2 yang akan lepas ke arch Center, Agriculture and
atmosfer, serta merupakan kegi- Agrifood Canada.
atan yang memacu transformasi Nigli, U.FlieBbach.A.,Hepperly,P. and
carbon menjadi bahan organik
tanah. Scialabba,N.2009. Low Green
3. Instalasi biodigester dalam Agriculture: Mitigation and Adap-
teknologi BCF yang memanfa- tation Potential of Sustaiable
atkan limbah kotoran ternak Farming Systems. FAO. April
guna menghasilkan biogas serta 2009.Rev. 2-2009.
modifikasi ransum pakan pada
ternak sapi merupakan teknologi Smith,P.Martino, D.Cai.Z,Gwary, D.
mitigasi yang mampu menurun- Janzen, H.Kumar, P.McCarl,
kan emisi gas CH4 dari kegiatan D.Ogle, S.OMara, F.Rice, C.
budidaya ternak sapi. Scoles, B.O.Sitotenko. 2007. Agri-
culture, in Metz, B.Davidson,
Ucapan Terimakasih
O.R.Bosch,P.R. Dave, R and
Kami menyampaikan terima kasih Meyer.LA. (eds).Climate Change
kepada Direktur P2M Dikti, Rektor,
2007. Mitigation. Contribution of
Ketua Lembaga Penelitian dan Dekan
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Working Group III to Fourth
atas bantuan dana dan izin penelitian, Assesment Report of the
serta kepada Balai ATP Palembang Intergovermental Panel on Climate
Kementerian Riset dan Teknologi atas Change. Cambridge University
kerjasamanya. Press. Cambridge,UK and New
York NY USA.
Daftar Pustaka
Ching, Li Lim. 2011. Mitigating and Smith., P and J.E.Olesen. 2010. Climate
Adaptation to Climate Change Change and Agriculture: Synergies
through Ecological Agriculture. between the mitigation of, and
Environmental & Development adaptation to, climate change in
Series 11. TWN Third Word Agriculture. The Journal of Agri-
Network Penang Malaysia. cultural Science. Online publica-
tion June 07 2010.
Franzluebbers , Alan J. 2005. Carbon
Sequestration and Land Sundermejer, I, R Reeder and R. Lal
Degradation. Soil Tillage Res. 2004. Carbon management and
83:120-147 Sequestration. Science. 11(1623-
1627).
Mae-Won Ho. 2006. How to beat cli-
mate Change and be food ang
energy Rich- Dream Farm 2. Word
Magazine, May-June 2006. Vol. 19
No 3. Institute in Science on
Society.

139

Anda mungkin juga menyukai