Anda di halaman 1dari 4

Kajian Penggunaan Bahan Organik pada Padi Sawah

Assessment of Organic Matter Application for Irrigated Rice


Joko Pramono
ABSTRACT
1)

rganic matter is very benefit for the soil fertility and healthy. The objective of the research was to study the effect of organic matter on the yield of rice. The experiment was conducted in Dimoro village, Grobogan district, in dry season 2001. The method of assessment is by Randomized Complete Block Design (RCBD) with five treatments and four replications. The treatment to be tested were; (A) : 250 kg/ha Urea + 150 kg/ha SP-36 + 100 kg/ha KCl; (B) : 250 kg/ha Urea + 150 kg/ha SP-36 + 100 kg/ h KCl + 1000 kg/ha BO; (C) : 250 kg/ha Urea + 150 kg/ha SP-36 + 100 kg/ha KCl + 2000 kg/ha BO; (D) : 250 kg/ha Urea + 150 kg/ha SP-36 + 100 kg/ha KCl + 1000 kg/ha BO; (E): 250 kg/ha Urea + 150 kg/ha SP-36 + 100 kg/ha KCl + 2000 kg/ha BO. Result of the assessment showed that; (a) organic matter application about 1000 2000 kg/ha for irrigated rice was significantly to increased grain yield about 647 kg/ha 958 kg/ha GKG, (b) fertilizer application Urea 250 kg/ha + 150 kg/ha SP-36 + 100 kg/ha KCl + 1000 kg/ha BO is the best combination treatments showed that grain yield 7,116 t/ha GKG. Keywords: irrigated rice, organic matter

PENDAHULUAN Intensifikasi padi dengan asupan pupuk kimia dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu lama, serta kurangnya memperhatikan penggunaan bahan organik dalam sistem produksi padi sawah telah mengakibatkan terganggunya keseimbangan hara tanah yang berakibat terhadap penurunan kualitas sumberdaya lahan itu sendiri. Gejala ini terlihat dibeberapa wilayah sentra produksi padi, dimana terjadi pelandaian produktivitas, bahkan secara nasional pada beberapa tahun terakhir ini produksi padi cenderung melandai. Pelandaian produksi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, terutama penggunaan pupuk yang sudah melampaui batas efisiensi teknis dan ekonomis (Adiningsih dan Soepartini, 1995). Upaya untuk menanggulangi pelandaian produksi melalui pemupukan berimbang belum mampu mengatasi masalah tersebut, bahkan terjadi penurunan efisiensi pemupukan (Adiningsih, 1992 dalam Suhartatik dan Sismiyati, 2000). Bahkan adanya peningkatan penggunaan pupuk kimia telah menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan (Suhartatik dan Sismiyati, 2000). Salah satu indikator menurunnya kualitas sumberdaya lahan, khususnya sawah adalah menurunnya kandungan C organik

tanah. Dilaporkan oleh Karama et al. (1990) bahwa dari 30 lokasi tanah sawah di Indonesia yang diambil secara acak, 68 % diantaranya mempunyai kandungan C tanah kurang dari 1,5 % dan hanya 9 % yang lebih dari 2 %. Hasil analisis sampel tanah dari berbagai daerah sentra produksi padi di Jawa Tengah seperti di Kab. Grobogan, Kab. Sragen, Kab. Batang dan Kab. Sukoharjo menunjukkan hal yang sama, bahwa rata-rata kandungan C organik tanah berada dibawah 2 % (Pramono et al. 2001; Pramono et al. 2002). Data tersebut mengambarkan bahwa kondisi lahan sawah yang sudah sekian lama diusahakan secara intensif dengan asupan agrokimia tinggi, telah mengalami semacam gejala sakit soil sickness. Agar tidak terjadi keadaan yang lebih buruk lagi, yang dapat mengganggu keberlanjutan sistem produksi padi sawah, maka perlu ditempuh upaya-upaya guna mengkonservasi dan merehabilitasi sumberdaya lahan yang ada. Model intensifikasi padi sawah dimasa mendatang sudah selayaknya untuk tidak bertumpu kepada penggunaan pupuk kimia guna mencapai target produksi, namun perlu difikirkan dan dikembangkan upaya-upaya untuk mengembalikan kesuburan lahan. Salah satu upaya

1)

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, Kotak Pos 101 Ungaran, 50501. Tilp. 024-6924965

Kajian Penggunaan Bahan Organik pada Padi Sawah (JokoPramono)

11

yang dapat ditempuh untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah pemasyarakatan kembali penggunaan bahan organik pada usahatani padi sawah. Menurut Karama et al. (1990) dalam Suhartatik dan Sismiyati, 2000) mengemukakan bahwa bahan organik memiliki fungsi-fungsi penting dalam tanah yaitu; fungsi fisika yang dapat memperbaiki sifat fisika tanah seperti memperbaiki agregasi dan permeabilitas tanah; fungsi kimia dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, meningkatkan daya sangga tanah dan meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi penyerapan P; dan fungsi biologi sebagai sumber energi utama bagi aktivitas jasad renik tanah. Mengingat begitu penting peranan bahan organik, maka penggunaannya pada lahan-lahan yang kesuburannya mulai menurun menjadi amat penting untuk menjaga kelestarian sumberdaya lahan tersebut.

luruhnya dan dosis KCl diberikan pada umur 7 hst bersamaan Urea, sedangkan dosis KCl diberikan bersamaan pemberian Urea yang ketiga. Peubah yang diamati selama pengkajian meliputi, tinggi tanaman, jumlah malai/meter persegi, panjang malai, jumlah gabah hampa/malai, jumlah gabah isi/malai, berat 1000 butir, hasil gabah/plot, kadar air gabah saat panen. Analisis data menggunakan sidik ragam dan uji beda nyata DMRT pada taraf 5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis statistik terhadap parameter pertumbuhan tanaman dan komponen hasil padi sawah (Tabel 1), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan pemberian bahan organik dibandingkan dengan pola petani sebagai kontrol. Pada perlakuan B dan C, pemberian pupuk organik Meganik dengan takaran 1000 kg dan 2000 kg/ha, dengan tanpa mengurangi takaran pupuk P dan K menunjukkan perbedaan yang nyata dari dengan tanpa mengurangi takaran pupuk P dan K menunjukkan perbedaan yang nyata dari perlakuan A (kontrol), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan D dan E, dimana pemberian Meganik takaran 1000 kg dan 2000 kg/ha dibarengi dengan pengurangan pupuk P dan K. Pada peubah panjang malai dan jumlah malai per meter persegi menunjukkan adanya perbedaan antara perlakuan penambahan pupuk Meganik dengan kontrol. Pada jumlah malai/m2 terlihat nyata antar perlakuan, dimana kontrol (A) memberikan jumlah malai terkecil yaitu rata-rata hanya mencapai 324 malai, sedangkan pada perlakuan B dan C rata-rata mencapai antara 380 390 malai. Bahan organik memeliki peranan penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Peran bahan organik akan lebih menonjol dimana kadar C organik tanah pada lahan sawah yang telah lama diusahakan secara intensif cenderung pada level rendah, yaitu kurang dari 2 %. Hasil penelitian di 30 lokasi tanah sawah di Indonesia yang diambil secara acak menunjukkan bahwa 68 % diantaranya mempunyai kandungan C organik tanah kurang dari 1,5 % (Karama et al., 1990). Hasil uji tanah di wilayah kecamatan yang sama dan pada jenis tanah yang sama menunjukkan bahwa kandungan C organik tanah rata-rata menunjukkan nilai kurang dari 1 % (Pramono et al., 2001) Respon positif pemberian bahan organik pada percobaan ini, salah satunya diduga karena kandungan C organik tanah yang juga rendah. Menurut Adiningsih dan Rochayati (1988), bahwa

BAHAN DAN METODE Kajian penggunaan bahan organik (kompos) pada padi sawah telah dilakukan pada musim tanam MK I 2001 di desa Dimoro, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan. Jenis tanah lokasi pengkajian adalah Grumosol. Pengkajian menggunakan percobaan lapang dengan plot-plot percobaan berukuran 5 x 6 meter. Metode penelitian menggunakan rancangan percobaan Acak Kelompok (RCBD), dengan 5 perlakuan dan ulangan sebanyak 4 kali. Perlakuan yang dikaji meliputi : A : 250 kg/ha Urea + 150 kg/ha SP-36 + 100 kg/ha KCl B : 250 kg/ha Urea + 150 kg/ha SP-36 + 100 kg/ha KCl + 1000 kg/ha BO C : 250 kg/ha Urea + 150 kg/ha SP-36 + 100 kg/ha KCl + 2000 kg/ha BO D : 250 kg/ha Urea + 50 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl + 1000 kg/ha BO E : 250 kg/ha Urea + 50 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha Varietas padi yang digunakan adalah Mentik Wangi yang ditanam satu bibit/lubang (single seedling) dengan bibit umur 15 hari dan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Aplikasi pupuk urea dilakukan pada 7 hari setelah tanam, dan selanjutnya digunakan panduan Bagan Warna Daun (BWD) dengan perbandingan pemberian (75;100;75) kg/ha. Bahan organik diberikan sebelum tanam sesuaai perlakuan, sedangkan pupuk SP-36 se-

Agrosains 6 (1): 11-14, 2004

pengelolaan bahan organik tanah merupakan tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman yang antara lain dapat meningkatkan efisiensi pemupukan. Bahan organik juga dapat meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara dan meningkatkan efisiensi pemupukan P (Suhartatik dan Sismiyati, 1999). Oleh karena itu dengan adanya perbaikan KTK, peningkatan ketersediaan hara dan peningkatan efisiensi serapan hara P, maka perlakuan pemberian bahan organik secara sinergis dapat memberikan efek terhadap perbaikan pertumbuhan tanaman dan peningkatan komponen. Hasil analisis statistik terhadap persentase gabah isi tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara perlakuan, sedangkan untuk berat 1000 biji dan hasil gabah kering giling (GKG) menunjukkan perbedaan nyata. Perlakuan pemberian pupuk organik (perlakuan B,C,D dan E) menunjukkan adanya beda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk organik (A), untuk

hasil GKG. Pada Tabel 2, tersebut terlihat bahwa pemberian bahan organik dengan takaran 1000 kg/ha atau 2000 kg/ha berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil GKG, dimana hasilnya rata-rata lebih tinggi pada perlakuan B,C,D dan E dibandingkan hasil yang dicapai pada perlakuan tanpa pemberian bahan organik (A). Pada perlakuan A rata-rata hasil hanya mencapai 6,158 t/ha, sedangkan untuk perlakuan B, C, D dan E rata-rata hasil mencapai kisaran 6,805 t/ha sampai 7,116 t/ha, atau terjadi peningkatan hasil GKG antara 647 kg/ha 958 kg/ha GKG. Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah setelah mengalami proses dekomposisi, akan menghasilkan senyawa organik yang lebih sederhana dan senyawa anorganik yang tidak stabil (Higa, 1994 dalam Arifin dan Pancadewi, 1998). Bahan organik juga merupakan sumber berbagai nutrisi tanaman, terutama nitrogen dan phosphor, serta dapat meningkatkan KTK

Kajian Penggunaan Bahan Organik pada Padi Sawah (JokoPramono)

13

Pemberian bahan organik dapat menyebabkan meningkatnya KTK tanah, sehingga daya sangga (buffer) tanah juga meningkat. Hal ini penting kaitannya tanah dalam memegang pupuk anorganik. Dengan berbagai kelebihan dan manfaat pemberian bahan organik pada tanah tersebut, maka peningkatan komponen hasil dan hasil padi sawah pada berbagai perlakuan pemberian bahan organik ini, diduga karena pengaruh positif pemberian bahan organik terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah sebagai media tumbuh tanaman, yang selanjutnya berakibat pada perbaikan pertumbuhan dan hasil tanaman. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa pada tanah-tanah sawah yang telah lama diusahakan secara intensif dengan tanpa atau kurang memberikan tambahan bahan organik telah mengakibatkan lingkungan tumbuh menjadi kurang optimal didalam mendukung pertumbuhan tanaman. Untuk itu bahan organik memegang peranan amat penting dan sangat dibutuhkan untuk mengembalikan kesuburan tanah, terlebih lagi pada tanah dengan kandungan C organik rendah. Banyak penelitian penggunaan bahan organik pada lahan sawah tidak memberikan respon yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, namun bukan berarti bahan organik tidak penting. Karena kadang pengaruh bahan organik baru terlihat untuk jangka pemberian yang lama, tergantung sifat biofisik dan jenis tanahnya.

DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, S.J. dan S. Rochayati. 1988. Peranan bahan organik dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan produktivitas tanah. Prosiding Lokakarya Efisiensi Pupuk. Cipayung 16 17 Nopember 1987. Adiningsih, J.S. dan M. Soepartini. 1995. Pengelolaan Pupa pada Sistem Usahatani Lahan Sawah. Makalah Apresiasi Metodologi Pengkajian Sistem Usahatani Berbasis Padi dengan Wawasan Agribisnis. Bogor 7-9 September 1995. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Arifin, M. dan Pancadewi. 1998. Pengaruh pemberian bahan organik dan kelengasan tanah terhadap ketersediaan N,P,K dan KTK pada tanah Vertisol. Dalam Sudaryono et al. (Eds). Prosiding Seminar Nasional dan Pertemuan Tahunan Komisariat Daerah Himpunan Ilmu Tanah Indonesia. HITI Komda Jawa Timur. Malang. Karama, A.S., A.R. Marzuki, dan I. Manwan. 1990. Penggunaan pupuk organik pada tanaman pangan. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk V. Cisarua 12-13 Nopember 1990. Pramono, J., S. Kartaatmadja, H. Supadmo, S. Basuki, S.C.B. Setianingrum, Yulianto, H. Anwar, S. Jauhari, Hartoko, E.B. Prayitno, P. Hasapto dan Sartono. 2001. Pengkajian pengelolaan tanaman terpadu pada Padi Sawah. Laporan Pengkajian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Ungaran. Pramono, J., H. Supadmo, Hartoko, Widarto, S. Jauhari, E. Supratman dan Sartono. 2002. Laporan Hasil Pengkajian Pemupukan Spesifik Lokasi pada Padi Sawah. Kerjasama BPTP Jawa Tengah dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Tengah. Ungaran. (unpublish). Suhartatik, E. dan R. Sismiyati. 2000. Pemanfaatan pupuk organik dan agent hayati pada padi sawah. Dalam Suwarno et al. (Eds). Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan. Paket dan Komponen Teknologi Produksi Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa; (1) Pemberian bahan organik pada percobaan ini dalam bentuk kompos, dengan takaran 1000 kg/ha maupun 2000 kg/ha dapat meningkatkan hasil berkisar 0,64 0,95 t/ha GKG, dan (2) Pada tingkat pemberian pupuk anorganik yang sama pemberian bahan organik 1000 kg/ha tidak berbeda nyata dengan pemberian 2000 kg/ha, sehingga pemberian 1000 kg/ha lebih ekonomis dan efisien secara. Saran Mengingat keberadaan sebagian besar kandungan C organik tanah pada tanah-tanah sawah di daerah sentra produksi padi yang rendah < 2 %, maka dianjurkan memberikan bahan organik untuk memperbaiki kesuburan tanah dalam rangka menciptakan usahatani padi sawah berkelanjutan.

Agrosains 6 (1): 11-14, 2004

Anda mungkin juga menyukai