Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU M-8

TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN

DISUSUN OLEH:

Nama : Giffari Putra Sudarisman

NIM : 195040200111217

Kelas :C

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2021

1
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2
URAIAN TUGAS.................................................................................................................... 3
HASIL RESUME..................................................................................................................... 4
Jurnal 1:.............................................................................................................................. 4
Jurnal 2:.............................................................................................................................. 4
Jurnal 3:.............................................................................................................................. 5
Jurnal 4:.............................................................................................................................. 5
Jurnal 5:.............................................................................................................................. 6
Jurnal 6:.............................................................................................................................. 6
Jurnal 7:.............................................................................................................................. 7
Jurnal 8:.............................................................................................................................. 7
Jurnal 9:.............................................................................................................................. 8
Jurnal 10:............................................................................................................................ 8
BUKTI SCREENSHOT JURNAL............................................................................................9
ANALISA PENERAPAN TEKNOLOGI KONSERVASI.........................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 15

2
URAIAN TUGAS
A. Obyek garapan : merancang rekomendasi konservasi secara vegetatif mengacu pada
permasalahan yang ada.
B. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan : Mahasiswa secara kelompok membuat
rancangan konservasi vegetatif yang mengacu pada tugas di minggu ke-6 (lihat tabel 1).
Pertimbangan yang dijadikan dasar adalah hasil pengisian Tabel 2 dan 3 yang
sebelumnya telah saudara kerjakan. Namun, terkhusus untuk Rekomendasi Tindakan
Konservasi harus berupa Konservasi Vegetatif dan didetailkan terkait tahapan
pengaplikasian tindakan konservasi tersebut agar benar-benar dapat diterapkan.
C. Tugas ini dilakukan secara kelompok dan Individu oleh masing-masing mahasiswa yang
mengambil matakuliah Teknologi Konservasi Sumberdaya Lahan dan dikumpulkan hasil
tugas ini pada satu minggu setelah penugasan ini, kepada dosen yang memberi tugas.
Hasil tugasini ditulis dengan bagian tulisan sebagai berikut:

3
HASIL RESUME
Jurnal 1:
Peningkatan Kesuburan Tanah Melalui Teknik Konservasi Vegetatif Dengan
Penambahan Pupuk Kandang
Dalam kegiatan pertanian, lahan merupakan komponen penting yang tidak dapat
tergantikan. Karenanya dalam mengelola lahan, harus dilakukan sesuai dengan
kemampuannya. Hal ini bertujuan agar lahan yang dikelola tidak mengalami degradasi.
Masalahnya adalah tidak jarang ditemukan penggunaan lahan yang tidak memperhatikan
lingkungan. Selain itu eksploitasi lahan pertanian yang terjadi secara terus menerus
mengakibatkan penurunan kesuburan dan produktivitas lahan. Penerapan agrokimia seperti
penggunaan bahan kimia dalam memperbaiki tanah dan pestisida memiliki dampak negative
apabila digunakan secara terus menerus tanpa memperhatikan lingkungan. Karenanya,
diperlukan kegiatan konservasi yang ramah lingkungan dan efektif dalam memperbaiki
kondisi lahan.
Mengidentifikasi factor penyebab kerusakan merupakan langkah awal yang
diperlukan dalam menentukan kegiatan konservasi. Identifikasi factor penyebab kerusakan
dilakukan karena melalui identifikasi dapat melihat bagaimana factor penyebab kerusakan
dan penanganan yang tepat. Dari hasil identifikasi kemudian ditentukanlah tkenik konservasi
yang dilakukan, mulai dari konservasi mekanis, kimiawi, dan vegetative. Konservasi
vegetative merupakan kegiatan konservasi yang dilakukan dengan menggunakan tanaman,
bagian tanaman atau sisa tanaman untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan, mengurangi
jumlah dan kecepatan aliran permukaan, serta memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah.
Karenanya pada penelitian di jurnal ini membahas bagaimana peranan pupuk kandang
dalam meningkatkan kesuburan tanah pada lahan yang sudah diberi perlakukan teknik
konservasi vegetatif.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kandang sebagai
perlakukan serta bibit kopi (Coffea robusta) dan kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.)
sebagai indikator. Nilai kimia tanah pada lahan yang telah dilakukan teknik konservasi
vegetatif dan dilakukan penambahan pupuk kandang memberikan nilai PH 5; C-Organik
43,87; unsur N 4,13; P-bray 225,68; K-dd 3,48 dan KTK 37,40. Persentasi penambahan nilai
adalah 17,10% untuk PH; 123,83% COrganik; 173,51% unsur N; 434,15% P-bray;
1.238,46% K-dd dan 145,57% KTK. Nilai persentasi penambahan sipat kimia tanah dari
lahan yang baru diberi perlakukan dengan teknik konservasi vegetatif dan lahan yang
dilanjutkan dengan penambahan pupuk kandang adalah tidak ada penambahan nilai untuk
PH; 108,72% C-Organik; 96,03% unsur N; 422,98% P-bray; 869,23% K-dd dan 143,40%
KTK. Nilai pertumbuhan tanaman indikator untuk tanaman kopi (Coffea robusta) adalah
persen hidup 84%; diameter 0,2 cm; tinggi 8,7 cm dan untuk nilai pertumbuhan kayu afrika
(Maesopsis eminii Engl.) perse hidup 76%; diameter 0,2 cm; tinggi 7,7 cm.
Jurnal 2:
Kajian Kelayakan Konservasi Lahan Dengan Menggunakan Tanaman Penutup Lahan
Pada Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Sambas
Pertanian berkelanjutan merupakan suatu bentuk system pertanian yang dilakukan
dengan memperhatikan aspek lingkungan hingga sosial ekonomi yang ada. Pertanian dapat
dijadikan solusi pertanian di masa depan karena hakekat dari pertanian berlanjut adalah
Kembali kea lam dengan memanfaatkan sumber daya tanpa merusak, selaras dengan
lingkungan, dan patuh akan kaidah-kaidah ilmiah. SIstem pertanian berlanjut dapat
diaplikasikan kepada seluruh jenis budidaya tidak terkecuali budidaya tanaman karet. Dalam
budidaya tanaman karet, terdapat beberapa hambatan seperti erosi yang dapat terjadi dan
tidak diimbangi dengan kegiatan konservasi. Kejadian ini dapat dilihat pada perkebunan
karet di Kabupatan Sambas, yang mana budidaya karet yang diterapkan masih sangat
konvensional.

4
Karenanya penulis jurnal bertujuan dengan menulis jurnal ini untuk memaparkan
bentuk konservasi lahan tanaman karet dengan menggunakan LCC dan penerapannya
sehingga dapat mempertahankan produktivitas lahan secara berkesinambungan. Hasil dari
penelitian pada jurnal ini adalah bahwa penggunaan tanaman penutup meripakan langkah
konservasi yang paling sesuai dengan aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya yang
ada pada daerah penelitian. Selain itu penggunaan tanaman penutup tanah merupakan
salah satu usaha yang dilakukan dalam sistem pertanian berkelanjutan untuk menunjang
dan meningkatkan produktivitas serta untuk memperoleh keuntungan dalam bidang
ekonomi, sosial, serta ekologi. Penggunaan tanaman penutup tanah juga merupakan salah
satu usaha yang dilakukan dalam sistem pertanian berkelanjutan untuk menunjang dan
meningkatkan produktivitas serta untuk memperoleh keuntungan dalam bidang ekonomi,
sosial, serta ekologi.
Jurnal 3:
Pengembangan Pertanian Budidaya Lorong (Alley Cropping) Untuk Konservasi Lahan
Kritis di Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk, Jawa Barat.
Sebagian besar daerah aliran sungai yang terdapat di Jawa Barat mengalami
berbagai macam masalah. Salah satu DAS yang memiliki masalah yang serius adalah DAS
Cimanuk. Permasalahan besar yang dialami oleh DAS Cimanuk ini diantaranya adalah
penggundulan hutan yang terjadi yang menyebabkan banjir pada musim hujan dan
kekeringan pada musim kemarau. Karena banjir ini wilayah di sekitar DAS Cimanuk menjadi
ikut terkena imbas dari kerusakan yang terjadi. Karenanya diperlukan kegiatan konservasi
guna mengembalikan kondisi DAS Cimanuk menjadi seperti semula dan berfungsi secara
optimal. Oleh karena itu tujuan dari penulis jurnal ini adalah untuk melakukan kegiatan
konservasi yang sesuai khususnya konservasi vegetatif dengan pengaplikasian budidaya
Lorong guna memperbaiki kondisi lahan yang ada di sekitaran DAS Cimanuk.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Pertanian budidaya lorong ini sangat
cocok dilakukan di daerah yang berlereng seperti di wilayah hulu DAS Cimanuk yang
memiliki tingkat kelerengan antara 10-30 %, curah hujan yang tinggi mengakibatkan tanah
menjadi gundul dan kesuburan tanah menurun karena adanya erosi yang membawa lapisan
tanah bagian atas (top soil) yang subur. Tercatat luas lahan kritis di DAS Cimanuk saat ini
telah mencapai 131.384 hektar atau sekitar 36,6% dari luas DAS dan rasio debit di sungai
Cimanuk mencapai 251. Tingginya rasio ini menunjukkan tingkat kerusakan DAS yang
sudah sangat parah dan sekaligus merupakan potret buruknya pengelolaan DAS. Oleh
karena itu diperlukan penanganan yang tepat dan memadai seperti penerapan sistem
budidaya lorong agar peran dan fungsi DAS Cimanuk dapat terus dipertahankan sehingga
bermanfaat bagi kepentingan berbagai sektor yang terkait secara berkesinambungan.
Pemahaman mengenai pertanian budidaya lorong ini pun harus ditingkatkan terutama
mengenai dimana, kapan dan bagaimana sistem ini diterapkan di masyarakat sehingga
menjadi teknologi yang handal untuk tujuan konservasi lahan pertanian.
Jurnal 4:
Alley Cropping Meningkatkan Resiliensi Produksi Pertanian Pada Lahan Kering
Secara definisi, lahan kering merupakan lahan dengan potensi sumberdaya yang
dapat dimanfaatkan dengan optimal. Meskipun demikian, lahan kering juga rawan akan
erosi apabila terjadi hujan dengan waktu yang lama hingga kondisi topografi yang tidak
mendukung. Erosi ini mengakibatkan kegagalan panen dan merugikan petani lahan kering
yang mana pada dasarnya merupakan petani dengan kemampuan ekonomi yang rendah.
Karenanya diperlukan kegiatan konservasi yang ekonomis namun efektif dalam
mengendalikan erosi yang mungkin terjadi pada lahan kering ini. Salah satu solusi yang
dapat digunakan adalah penggunaan Alley Cropping, penggunaan alley cropping ini adalah
agro subsistem kehutanan zonal yang melibatkan tumpang sari pohon serbaguna,

5
semaksemak dan tanaman pangan atau Multipurpose Trees and Shurb (MPTS). Pepohonan
yang ditanam tumbuh membentuk lorong, dan pada lorong ditanam tanaman pangan.
Setelah dilakukannya peelitian ilmiah yang dilakukan oleh penulis jurnal ini, penulis
jurnal kemudian menyimpulkan bahwa penggunaan tanaman Lorong mempunyai
kemampuan mendaurulang hara dan meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air pada
lahan kering. Hal ini karena dengan menggunakan tanaman Lorong mampu memperbaiki
sifat fisik dan kimia tanah, aktivitas biologi tanah serta dapat meningkatkan dan
mempertahankan produksi tanaman pangan. Selain itu Penerapan sistem alley cropping
dapat meningkatkan resiliensi produksi pertanian pada lahan kering. Hal ini karena selain
perbaikan sifat fisik tanah, penelitianpenelitian terdahulu juga memperlihatkan bahwa Alley
cropping dapat meningkatkan unsur hara di dalam tanah. Kemudian keuntungan lain dari
alley cropping adalah produksi tanaman lebih baik dibanding tanaman tunggal. Kehadiran
tanamanpagar pada alley cropping memungkinkan produksi biomassa sepanjang tahun. Hal
ini mengakibatkan hasil biomassa in-situ jauh lebih tinggi per luas lahan satuan daripada
dengan sistem tanam tunggal. Selama musim kemarau ketika tidak ada tanaman, tanaman
pagar masih tumbuh secara signifikan.
Jurnal 5:
Pertumbuhan dan Produksi Jagung Pulut Pada Sistem Pertanian Terpadu di Lahan
Kering Berbasis Alley Cropping
Pertanian lahan kering saat ini masih dianggap sebagai lahan pertanian dengan
produktivitas yang rendah. Hal ini bukan karena tanpa alasan, melainkan dikarenakan
ketidaktepatan dalam mengelola lahan, pengolahan tanah, penentuan pola tanam, hingga
penggunaan pupuk kimia berlebih yang menyebabkan produktivitas pada lahan pertanian
kering sangat kecil. Karenanya dalam memaksimalkan potensi lahan kering tanpa merusak
sumber daya yang ada maka diperlukan konservasi yang dilakukan. Salah satu kegiatan
konservasi vegetative yang dapat diaplikasikan adalah penggunaan alley cropping. Alley
cropping merupakan salah satu teknologi budidaya yang mampu meningkatkan kesuburan
tanah dan memperbaiki degradasi lahan. Karenanya tujuan dari dibuatnya jurnal ini adalah
untuk mengkaji bagaimana pertumbuhan dan produksi jagung pulut pada empat sistem
budidaya, yakni monokultur, tanaman berganda, alley cropping dan agrosilvopastura.
Percobaan lapangan dilakukan untuk menguji parameter pertumbuhan dan produksi
tanaman jagung, yakni tinggi tanaman, jumlah daun, anjang tongkol, diameter tongkol, berat
tongkol berklobot segar dan berat tongkol tanpa klobot. Hasil dari penelitian menunjukan
bahwa Pengaruh signifikan terlihat pada fase produksi, dimana sistem agrosilvopastura
memberikan hasil terbaik terhadap berat tongkol berklobot segar (263 g) dan berat tongkol
tanpa klobot (150 g) dan tidak berbeda nyata dengan alley croping (240 g;135 g). Hasil
penelitian ini membuktikan produktivitas jagung dapat ditingkatkan di lahan kering melalui
penyiapan lahan konservasi agrosivopasture berbasis alley cropping.
Jurnal 6:
Pengembangan Agroforestry Kopi Di Kabupaten Jeneponto
Seiring dengan perkembangan jumlah manusia, kebutuhan akan pangan akan
meningkat. Peningkatan ini juga akan diikuti dengan eksploitasi sumber daya yang dilakukan
guna memenuhi kebutuhan pangan manusia. Hal ini menyababkan kerusakan dari sumber
daya alam. Salah satu bukti kerusakan sumber daya lahan dapat dilihat pada daerah
Sulawesi Kabupaten Jeneponto yang memiliki tinggkat kerawanan deforestasi yang sangat
rentan pada periode waktu 1990 sampai 2018 Karenanya sumber daya alam harus
dikonservasi untuk menjaga keutuhan dan memperbaiki kerusakan sumber daya. Alih fungsi
lahan yang semulanya hutan menjadi lahan pertanian berdampak negative pada lahan.
Karenanya diperlukan kegiatan konservasi yang dapat memperbaiki kondisi lahan yang
sudah rusak ini. Salah satu metode konservasi vegetative yang dapat diaplikasikan adalah
penerapan agroforestry. Pada jurnal ini penerapan agroforestry yang digunakan adalah

6
agroforestry kopi yang dikembangkan dalam upaya konservasi. Hasil dari pengamatan yang
dilakukan menunjukan bahwa pengembangan agroforestry kopi di Kabupaten Jeneponto
dapat meningkatkan nilai tambah petani (masyarakat sekitar hutan) dan secara tidak
langsung akan meningkatkan peran hutan sebagai kawasan konservasi tanah dan air yang
lebih optimal. Selain itu pengembangan agroforestry kopi yang dilakukan juga berdampak
positif pada aspek sosial dan ekonomi warga sekitar.
Jurnal 7:
Simulasi Model Dinamik Pengaruh Legume Cover Crops (LCC) Terhadap Limpasan
dan Sedimen di Lahan Hutan Tanaman
Permasalahan yang sering dialami pada budidaya hutan tanaman adalah
produktivitas lahan yang rendah yang diikuti dengan menurunnya tingkat kesuburan tanah
dan berkurangnya biomassa. Karenanya dalam usaha hutan tanaman memerlukan input
bahan organic yang sangat besar. Penurunan produktivitas pada lahan hutan tanaman
dapat diakibatkan oleh banyak hal seperti penanaman tanaman dengan umur pendek,
tanaman yang boros air, penetapan pola tanam yang salah, hingga erosi. Karenanya
diperlukan pengelolaan sumber daya yang sesuai. Pemanfaatan teknologi yang ramah
lingkungan belakangan ini sering digunakan, salah satunya adalah dengan mamanfaatkan
LCC. Berdasarkan jurnal diketahui bahwa LCC dapat digunakan sebagai mulsa penutup
tanah untuk mengurangi potensi erosi dan limpasan permukaan, selain itu Aplikasi tanaman
penutup tanah dari jenis polong-polongan (LCC) pada saat tanaman muda dapat
mengendalikan energi kinetis butiran air hujan dan mengendalikan aliran permukaan dan
erosi tanah.
Tujuan dari penelitian pada jurnal adalah mengetahui efektivitas LCC dalam
mengendalikan laju limpasan permukaan dan sedimentasi di hutan tanaman E. pellita,
melalui simulasi pemodelan sistem dinamik. Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa
pengaplikasian LCC pasca tebang efektif dalam mengurangi jumlah limpasan permukaan
hingga 35% pada tanaman berusia 1 hingga 2 tahun. Pada tahun pertama menurun dari
1.530 mm menjadi 994 mm, sedangkan pada tahun kedua menurun dari 1.240 mm menjadi
806 mm. Penurunan juga terjadi pada kandungan sedimen, pada tahun pertama menurun
dari 12,20 ton/ha menjadi 7,93 ton/ha, dan tahun kedua menurun dari 6,63 ton/ha menjadi
4,36 ton/ha. Hasil tersebut dapat menjadi input bagi pengelola sebagai dasar pengelolaan
lingkungan untuk meminimalkan potensi degradasi lahan khususnya pada fase pasca
tebangan sampai tanaman muda (0-2 tahun).
Jurnal 8:
Dampak Penutupan Tanaman Terhadap Pengurangan Potensi Erosi Lahan Pertanian
Erosi merupakan suatu masalah yang selalu ditemukan pada lahan pertanian. Erosi
dapat terjadi karena banyak hal, diantaranya adalah sifat fisik tanah. Sifat fisik tanah yang
dapat berpengaruh terhadap ketahanan tanah akan erosi dapat berupa tekstur tanah,
struktur tanah, bahan organic tanah, permeabilitas, hingga tata guna lahan. Meskipun
demikian erosi dan longsor tetap dapat dicegah dengan konservasi vegetative. penanganan
erosi dan longsor dengan memanfaatkan tanaman memiliki beberapa keunggulan, antara
lain memiliki biaya yang murah, mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman dan memiliki
fungsi sebagai tanaman penutup tanah. Rumput vetiver (Vetiveria zizanioides), rumput raja
(Pennisetum purpuroides), rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan titonia (Tithonia
diversivolia) adalah tanaman yang dapat digunakan dalam aplikasi tanah vegetative. Pada
penwlitian di jurnal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penutup tanah
terhadap erosi di lahan pertanian. Hasilnya disimpulkan bahwa penggunaan tanaman
tutupan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap sifat fisik tanah, meskipundemikian
penggunaan tanaman tutupan berpengaruh secara efektif dalam mengurangi limpasan
permukaan dan erosi.

7
Jurnal 9:
Agroforestry dan Peranannya dalam Mempertahankan Fungsi Hidrologi dan
Konservasi
Sistem pertanian agroforestry secara pengertian merupakan system pertanian yang
dalam pengelolaan lahannya berazaskan kelestarian, guna meningkatkan hasil lahan secara
keseluruhan dengan mengkombinasikan tanaman dan hewan ternak yang melibatkan
penduduk sekitar. Agroforestry memiliki 2 tipe. Tipe yang pertama adalah agroforestry
sederhana. Pada system agroforestry sederhana, pepohonan dikombinasikan dengan satu
ataupun lebih tanaman semusim. Pepohonan ditanam sebagai pagar di sekeliling tanaman.
enis-jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam, dapat yang bernilai ekonomi tinggi
misalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka, belinjo, petai, jati dan mahoni
atau yang bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra. Jenis tanaman
semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi (gogo), jagung, kedelai,
kacangkacangan, ubi kayu, sayur-mayur dan rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya.
Sedangkan tipe agroforestry lain adalah system agroforestry kompleks seperti hutan dan
kebun yang mana pada agroforestry pertanian tetap melibatkan banyak pohon. Agroforestry
juga memiliki peran penting dalam konservasi. Hal ini karena agroforestry dapat
mempertahankan fungsi hidrologi tanah, infiltrasi tanah, penyimpanan air, daya pukul air
hujan, hingga drainase lanskap. Selain itu agroforestry juga membantu dalam menjaga
kesetimbangan biofiversitas. Hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan jenis tanaman
serta kombinasi yang tepat dan sesuai dengan kondisi lahan yang ada.
Jurnal 10:
Upaya Konservasi Dengan Agrofirestri di Subang Selatan
Sumber masalah utama dari rusaknya daerah aliran sungai adalah hutang yang
gundul. Hutan memiliki banyak manfaat bagi lingkungan dan manusia. Karenanya apabila
hutan ditebang secara terus menerus akan berakibat fatal terhadap lingkungan. Salah satu
akibat yang dapat diakibatkan gundulnya hutan adalah munculnya lahan kritis. Karenanya
dalam mengatasi permasalahan lahan kritis yang kian bertamabah maka dilakukan
konservasi yang sesuai. Dalam penentuan langkah konservasi diperlukan data mengenai
karakteristik daerah yang akan dikonservasi agar langkah yang diambil tepat. Karenanya
pada jurnal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakteristik lahan pada daerah
Subang Selatan yang meliputi iklim, tanah, topografi, dan tutupan lahan agar konservasi
yang dilakukan maksimal. Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa berdasarkan data
yang didapatkan, konservasi yang dapat diterapkan pada daerah penelitian adalah budidaya
menetap pada sebidang lahan agar tidak terjadinya penebangan hutan Kembali,
membudidayakan tanaman budidaya ynag memiliki perakaran kuat yang dapat mencegah
erosi, melakukan kombinasi tanaman semusim dengan tahunan, dan melakukan kegiatan
konservasi yang sesuai dengan kebudayaan petani setempat. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa konservasi agroforestry dapat diaplikasikan pada lahan pengamatan karena
membantu mengembalikan fungsi konservasi tanha dan air sebagai penyangga yang
berimbas kepada peningkatan kesuburan tanah.

8
BUKTI SCREENSHOT JURNAL

9
10
11
12
13
ANALISA PENERAPAN TEKNOLOGI KONSERVASI
Lahan terdegradasi merupakan masalah yang krusial bagi lahan pertanian.
Terdegradasinya lahan menandakan ketidaksuburan tanah pada lahan dan mengakibatkan
hasil produksi akan terus berkurang. Terdegradasinya lahan ini dapat dikarenakan banyak
hal seperti erosi hingga pengelolaan lahan yang tidak sesuai. Salah satu contoh
penggunaan lahan yang tidak sesuai adalah pada lahan di sekitar DAS Alo, Gorontalo.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ake et al.,(2018) penutup lahan di DAS Alo
meliputi hutan lahan kering sekunder, semak belukar, pertanian lahan kering, pertanian
lahan kering bercampur dengan semak, pemukiman dan sawah. Persentase kawasan
budidaya tanaman semusim dan pemukiman mencapai 63,10% dan kawasan lindung hanya
0,40%, hal ini merupakan sesuatu yang fatal karena topografi kawasan DAS Alo memiliki
kemiringan yang cukup curam dengan curah hujan yang tinggi. Karenanya longsor akibat
ketidakmampuan lahan dalam menopang penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
karakteristiknya dapat terjadi.
Karenanya diperlukan langkah sesuai dengan kaidah konservasi guna memperbaiki
kondisi lahan yang ada. Dalam memilih tindakan konservasi tidak hanya karakteristik lahan
saja yang dijadikan pertimbangan, tetapi juga kondisi sosial dan ekonomi warga sekitar.
Karenanya dalah satu teknologi konservasi yang sesuai adalah penerapan alley cropping.
Menurut Haerani (2017) bahwa budidaya tanaman Lorong merupakan teknik konservasi
tanah dan air untuk pengembangan sistem pertanian berkelanjutan pada lahan kering di
daerah tropika basah, namun belum diterapkan secara meluas oleh petani. Selain itu teknik
konservasi tanah dan air untuk pengembangan sistem pertanian berkelanjutan pada lahan
kering di daerah tropika basah, namun belum diterapkan secara meluas oleh petani. Haerani
(2017) kemudian menjelaskan bahwa Pada budidaya lorong konvensional, tanaman
pertanian ditanam pada lorong-lorong di antara barisan tanaman pagar yang ditanam
menurut kontur. Barisan tanaman pagar yang rapat diharapkan dapat menahan aliran
permukaan serta erosi yang terjadi pada areal tanaman budidaya, sedangkan akarnya yang
dalam dapat menyerap unsur hara dari lapisan tanah yang lebih dalam untuk kemudian
dikembalikan ke permukaan melalui pengembalian sisa tanaman hasil pangkasan tanaman
pagar. Karena inilah budidaya tanaman Lorong sesuai dengan kondisi baik geografi, sosial,
dan ekonomi masyarakat.

14
DAFTAR PUSTAKA
Ake, U.R., Koto, A.G. and Taslim, I., 2018. Analisis Kesesuaian Penggunaan Lahan
Berdasarkan Arahan Fungsi Kawasan Di Daerah Aliran Sungai (DAS) Alo Kabupaten
Gorontalo (Analysis of the Suitability of Land Use Based on the Direction of the
Function of the Area in Alo Basin in Gorontalo District). Jurnal Sains Informasi
Geografi, 1(1), pp.41-50.
Haerani, N., 2018. Alley Cropping Meningkatkan Resiliensi Produksi Pertanian Pada Lahan
Kering (A Review). AGROVITAL: Jurnal Ilmu Pertanian, 2(2), pp.72-82.
Loannisa, S., Saidi, A. and Fiantis, D., 2019. Impact of Cover Crops on Reducing the
Potential Erosion in Agricultural Land. International Journal of Progressive Sciences
and Technologies, 12(2), pp.152-161.
Maria, R., Lestiana, H. and Mulyono, A., 2012. Upaya Konservasi Tanah dan Air Dengan
Agroforestri di Subang Selatan. Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat
Penelitian Geoteknologi LIPI, p.167.
Mulyono, D., 2010. Pengembangan Pertanian Budidaya Lorong (Alley Cropping) Untuk
Konservasi Lahan Kritis di Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk, Jawa
Barat. Jurnal Teknologi Lingkungan, 11(2), pp.283-291.
Nugraheni, S. and Savika, T., 2020. KAJIAN KELAYAKAN KONSERVASI LAHAN DENGAN
MENGGUNAKAN TANAMAN PENUTUP LAHAN PADA PERKEBUNAN KARET
RAKYAT DI KABUPATEN SAMBAS. Cendekia Sambas, 1(1).
Rijal, S., Bachtiar, B., Chairil, A. and Ardiansyah, T., 2019. Pengembangan Agroforestry
Kopi dalam Mendukung Peran Hutan di Kawasan Highland Kabupaten
Jeneponto. Jurnal Hutan dan Masyarakat, pp.151-162.
Sukmawati, S., 2021. PERTUMBUHAN DAN PODUKSI JAGUNG PULUT PADA SISTEM
PERTANIAN TERPADU DI LAHAN KERING BERBASIS ALLEY
CROPPING. Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan Pengelolaan
Tanaman Pertanian dan Perkebunan, 10(2), pp.85-95.
Supangat, A.B., Sudira, P., Supriyo, H. and Poedjirahajoe, E., 2018. Simulasi Model Dinamik
Pengaruh Legume Cover Crops (Lcc) Terhadap Limpasan Dan Sedimen Di Lahan
Hutan Tanaman (Dynamic Model Simulation of the Effects of Legume Cover Crops
(Lcc) on Runoff and Sediment in Plantation Forest Land). Jurnal Penelitian
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Management
Research), 2(1), pp.17-34.
Yuningsih, L. and Khotimah, K., 2018. PENINGKATAN KESUBURAN TANAH MELALUI
TEKNIK KONSERVASI VEGETATIF DENGAN PENAMBAHAN PUPUK
KANDANG. Sylva: Jurnal Ilmu-ilmu Kehutanan, 7(1), pp.9-13.
Widiyanto, A., 2013. Agroforestry dan peranannya dalam mempertahankan fungsi hidrologi
dan konservasi. National Graduate Institute fot Policy Studies. Tokyo. Japan.

15

Anda mungkin juga menyukai