Anda di halaman 1dari 14

TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN

“Tugas Terstruktur M14 Penelitian KTA : Pengaplikasian Sistem Konservasi


Lahan dalam Upaya Optimalisasi Lahan Pertanian di Desa Karangrejo,
Tulungagung”

Disusun Oleh :
Jihan Salmaa Afiifah Manurung
205040201111203

Kelas : J/Agroekoteknologi

Dosen Pengampu : Prof.Dr.Ir. Sugeng Prijono, SU.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................3
1.2 Pertanyaan Penelitian..............................................................................................................4
1.3 Hipotesis.................................................................................................................................4
1.4 Tujuan.....................................................................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................5
2.1 Review Jurnal.........................................................................................................................5
BAB III. METODE PENELITIAN.............................................................................................9
3.1 Lokasi Penelitian.....................................................................................................................9
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................................................9
3.3 Prosedur Penelitian.................................................................................................................9
3.4 Metode Penelitian...................................................................................................................9
3.5 Analisis Data.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................11

ii
3

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan lahan yang digunakan dalam pertanian, perhutanan, serta perkebunan
harus dengan keadaan lahan tersebut. Lahan sendiri merupakan suatu landskap yang
terdiri dari lingkungan fisik termasuk iklim, topografi, serta keadaan vegetasi alam yang
ada di dalamnya dan mempunyai pengaruh secara potensial terghadap penggunaannya.
Pemanfaatan lahan untuk lahan pertanian banyak dilakukan guna menyeimbangkan
kebutuhan pangan yang diperlukan. Penetapan penggunaan lahan biasanya berdasarkan
dengan karakteristik lahan dan daya dukungnya. Sehingga pengelolaan lahan harus
memperhatikan kesesuaian lahan tesebut
Seperti halnya pemanfaatan lahan yang ada di Desa Karangrejo Tulungagung.
Penggunaan lahan pada daerah tersebut yaitu daerah sawah serta terdapat kebun
campuran. Permasalahan yang terdapat pada lahan cukup beragam, tetapi yang dominan
yaitu permasalahan mengenai kemiringan lahan yaitu mencapai 80%. Karena daerah yang
digunakan untuk penggunaan lahan yaitu didaerah pegunungan, sehingga mempunyia
kemiringan yang tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Septianugraha et al
(2011) bahwa kemiringan lereng sangat berpengaruh terhadap proses pelapukan dan
perkembangan tanah, pencucian dan pengangkutan tanah. Kecepatan aliran permukaan
yang tinggi menyebabkan kapasitas penghancuran semakin tinggi pula, sehingga apabila
kemiringan semakin curam maka akan lebih cepat pula tanah tersebut mengalami
penurunan kualitasnya sehingga perlu adanya tindakan konservasi. Manajemen lahan yang
kurang tepat tersebut akan menjadi masalah untuk lingkungan terutama masalah erosi
yang ditimbulkan. Erosi yang tinggi dapat menyebabkan lahan menjadi terdegradasi
terutama lahan dengan kelerengan yang tinggi sehingga perlu adanya tindakan konservasi
tanah yang tepat untuk mengurangi resiko terjadinya permasalahan lingkungan. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat dari Saida et al., (2017) bahwa daerah daerah yang tidak
menerapkan teknik konservasi tanah apalagi pada tanah berlereng akan sering timbul
dampak negatif pada lingkungan baik pada daerah erosi maupun pada daerah hilirnya
berupa sedimentasi, kekeringan, dan kebanjiran. Sehingga pada keadaan tersebut perlu
adanya sebuah konservasi tanah dan air.
Konservasi tanah merupakan cara yang dilakukan untuk mengurangi resiko kerusakan
tanah dengan penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah memperlakukan sesuai
dengan syarat-syarat yang diperlukan. Tujuan diadakannnya konservasi ini yaitu untuk
meningkatkan produktivitas lahan secara maksimal, memperbaiki lahan yang rusak, serta
melakukan upaya pencegahan kerusakan tanah yang diakibatkan oleh adanya erosi.
sehingga untuk melakukan tindakan konservasi diperlukan kriteria penetapan
pengendalian erosi. Teknik konservasi yang biasa digunakan yaitu teknik konservasi
mekanis dan konservasi vegetatif. Teknik konservasi secara vegetatif yaitu dengan
pemanfaatan tanaman/vegetasi sebagai pelindung tanah dan erosi hal terserbut sesuai
dengan pendapat dari Putra et al., (2018) bahwa vegetasi mempunyai pengaruh yang besar
terhadap erosi karena vegetasi menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung
dipermukaan tanah sehingga kekuatan untuk menghancurkan tanah dapat dikurangi.
Sedangkan konservasi secara mekanik merupakan suatu tndakan atau upaya yang
dilakukan untuk melakukan perbaikan dengan merekayasa lahan tersebut misalnya dengan
pembuatan teras, gulud, serta pematang kontur.
4

1.2 Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan permasalahan tersebut petani pada desa Karangrejo Tulungagung dimasa
yang akan datang permasalahan tersebut dapat mengakibatkan penurunan tingkat
kesuburan tanah hal tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat produktivitas
tanaman. Jika hal tersebut terus menerus terjadi maka terjadi degrardasi lahan. Sehingga
terdapat beberapa pertanyaan yang perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut.
1. Bagaimana penyebab terjadinya degradasi lahan yang terdapat pada lahan tersebut
2. Bagaimana penerapan konservasi lahan dan air yang diterapkan pada lahan
pertanian tersebut.
3. Bagaimana pengelolaan yang digunakan oleh petani dalam mencegah degradasi
lahan.
1.3 Hipotesis
Terdapat beberapa hipotesis dalam penelitian ini diantaranya.
1. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka diketahui bahwa penyebab terjadinya
degradasi lahan ini disebabkan oleh kondisi lahan dan pengelolaan lahan yang
kurang tepat
2. Penerapan konservasi lahan yang belum optimal
3. Penggunaan pengelolaan lahan yang tidak tepat dengan konservasi mekanik dan
vegetative belum diterapkan dengan baik.
1.4 Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui serta menganalisis penyebab
terjadinya degradasi lahan yang terdapat pada desa karangrejo Tulungagung. Selain itu
memberikan harapannya dapat memberikan rekomendasi teknologi konservasi tanah dan
air melalui beberapa Teknik konservasi untuk mencegah terjadinya degradasi lahan.
5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Review Jurnal
2.1.2 Jurnal: The Effect of Farmer's Behavior on Land Degradation Level in Upper Sumber
Brantas River Basin Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati Aida et al. (2018) dengan
judul The Effect of Farmer's Behavior on Land Degradation Level in Upper Sumber Brantas
River
Basin memiliki tujuan untuk mengetahui perilaku petani terhadap tingkat degradasi
lahan pada kawasan sub DAS Sumber Brantas. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah data keadaan lapang, wawancara dengan petani dan juga data spasial. Dalam penelitian
tersebut menjelaskan bahwa masalah yang terdapat di DAS Sumber Brantas disebabkan
karena adanya faktor fisik tanah, ekonomi masyarakat, keberadaan faktor sosial yang memicu
konflik di masyarakat dengan tingkat pemerintah. Perbedaan cara pandang tentang alam,
kemudian perbedaan cara pandang masyarakat tentang upaya pengelolaan sumber daya di
DAS. Pengelolaan DAS saat ini dibiarkan akan memperburuk kerusakan sumber daya alam di
wilayah ini. Oleh karena itu, upaya perlu dilakukan bersama oleh semua pemangku
kepentingan terkait kondisi Sumber Brantas DAS dan apa yang terjadi di sub-DAS ini.
Sedangkan aspek kehilangan lahan atau konversi lahan saat ini diabaikan oleh masyarakat.
Sebab masyarakat tidak merasakan kerugian terhadap erosi saat ini, karena tidak ada hal yang
langsung dirasakan saat terjadi erosi. Erosi hanya terjadi pada lereng dan tidak dihilangkan
namun erosi dapat diminimalisir. Besarnya erosi tidak terpengaruh oleh jenis tanaman
semusim yang ditanam, tetapi dengan keberadaan atau tidak adanya teras yang mampu
meminimalisir erosi. Erosi dapat dikurangi dengan membuat teras. Pertanian di sub-DAS ini
umumnya tidak menerapkan aturan konservasi lahan, karena tanaman membutuhkan
lingkungan yang basah tetapi tidak tergenang air, jadi banyak petani untuk mengejar
keuntungan dari mengorbankan tanah sehingga erosi tidak terhindarkan. Degradasi lahan pada
Sub DAS terjadi pada lahan dengan kemiringan 50% hingga 60%. Di daerah ini, petani
mengolah tanah mereka 100% dengan cara mencangkul. Pemupukan dilakukan rata-rata 2-4
kali satu kali penanaman. Praktek pertanian disini dibuat searah dengan lereng. Alasannya
jika guludan tidak searah dengan lereng tersebut petani akan rugi karena tanaman busuk.
Pembusukan tanaman disebabkan oleh tanaman yang terendam air, demikian pembuatan
pematang dengan arah kemiringan modelnya.
2.1.2. Jurnal: Profitability of erosion control with cover crops in European vineyards under
consideration of environmental costs.
Penelitian yang dilakukan oleh Rebekka Schuttea et al. (2020) dengan judul
Profitability of erosion control with cover crops in European vineyards under consideration of
environmental costs. Jurnal ini berisikan tentang kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan
dilereng yang dapat menyebabkan erosi hingga akhirnya menyababkan degradasi lahan yang
serius dengan hilangnya banyak unsur hara, bahan organik dan air, diikuti dengan hilangnya
keanekaragaman hayati tanah dan jasa ekosistem secara keseluruhan. Erosi merupakan salah
satu efek negatif yang relevan di bidang pertanian, khususnya pada lahan yang terletak di
lereng. Erosi tidak hanya berarti hilangnya tanah secara sederhana, tetapi juga mencakup
hilangnya unsur hara, bahan organik, dan air yang signifikan, yang diikuti dengan hilangnya
keanekaragaman hayati tanah secara keseluruhan. Hal ini dapat mempengaruhi tidak hanya
produktivitas tetapi juga mempengaruhi faktor kualitas yang relevan untuk produksi dan
pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian dalam jurnal, diketahui bahwa dengan adanya
penggunaan tanaman legum cover crop (LCC) cenderung lebih meningkatkan biaya produksi,
terutama karena kebutuhan tenaga kerja yang lebih tinggi. Jika semua biaya input dan input
dipertimbangkan dengan penggunaan tanaman cover crop maka dapat menghemat biaya.
Solusi berbasis alam adalah solusi hemat biaya untuk mengatasi degradasi lahan. Ini bahkan
tanpa penilaian jasa ekosistem yang tidak dipasarkan seperti aspek budaya dan estetika.
6

Meskipun hanya dapat menghemat biaya tahunan


7

yang, tetapi dengan menggunakan tanaman cover crop dengan mempertimbangkan biaya
input dan outputnya dapat memberikan wawasan berharga tentang situasi ekonomi petani
anggur Eropa saat ini. Petani anggur Eropa membutuhkan tingkat dorongan dan penggantian
yang berbeda untuk biaya jangka pendek mereka dan penyediaan jasa ekosistem eksternal
mereka. Namun, mendorong kenaikan harga output dapat berdampak pada penerapan praktik
berkelanjutan juga.
2.1.3 Jurnal Farm-level adoption of soil and water conservation techniques in northern
Burkina Faso Penelitian yang dilakukan oleh Sidibé, A., (2005) dengan judul Farm-level
adoption of soil and water conservation techniques in northern
Burkina Fas merupakan penjelasan tentang metode konservasi tanah yang tampaknya
efektif untuk mengurangi kemiskinan di Sahel, dimana lebih dari 85% populasi adalah petani
menggunakannya karena membantu memperbaiki tanah kesuburan dan hasil. Dalam konteks
ini, penurunan degradasi tanah sangat penting dilakukan meningkatkan produksi pertanian.
Beberapa teknik konservasi tanah dan air yang efisien memiliki telah dikembangkan melalui
penelitian dan pengetahuan endogen dari para petani. Sangat penting untuk menciptakan
kondisi yang menguntungkan sehingga lebih banyak petani yang bisa memanfaatkan teknik
ini. Salah satu langkah terpenting untuk mencapai tujuan ini adalah dengan mengidentifikasi
faktor- faktor yang mendorong penerapan teknik konservasi air dan tanah seperti penggunaan
strip batu. Strip batu adalah konstruksi anti erosi yang dibuat dengan pengaturan yang
bijaksana batu di sepanjang garis kontur. Tujuannya adalah untuk mengurangi kecepatan
aliran air, memungkinkannya meresap ke dalam tanah dan pada saat yang sama, menyebarkan
kelebihan yang tidak bisa meresap tanah.
2.1.4 Jurnal: Cover Crops and Their Erosion-Reducing Effects During Concentrated Flow
Erosion Penelitian yang dilakukan oleh Baets et al. (2011) dengan judul Cover Crops and
Their Erosion-Reducing Effects During Concentrated Flow Erosion.
Pada jurnal ini menjelaskan tentang mengurangi laju erosi melalui penggunaan
tanaman penutup tanah. Tanaman penutup adalah suatu teknik pengendalian erosi dan
pelestarian lingkungan yang sangat efektif. Tanaman ini biasanya ditanam di awal periode
musim dingin, biomassa di atas tanah menjadi kurang efektif dalam melindungi tanah dari
erosi air, tetapi akar masih dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan kekuatan
tanah. Selain pengaruh biomassa di atas tanah dalam melindungi tanah dari dampak tetesan
hujan dan mengurangi kecepatan aliran karena pengaruh perlambatan batang dan daun, akar
tanaman juga berperan penting dalam meningkatkan kekuatan tanah dan meningkatkan
ketahanan lapisan atas terhadap tanah erosi aliran. Kesesuaian tanaman penutup bergantung
pada masalah yang ingin ditangani sehingga pada dapat mencegah proses erosi akibat air
maupun angin. Tanaman penutup memenuhi beberapa fungsi termasuk fiksasi nitrogen,
penyerapan karbon, agregasi tanah yang mempengaruhi hidrologi tanah dan pencegahan erosi
angin dan air. Selain itu, tanaman penutup tanah juga menyediakan makanan dan sumber
energi bagi mikroorganisme dan fauna tanah. Ketika adanya tanaman yang menutupi
permukaan tanah selama musim dingin di iklim sedang, tanaman tersebut melindungi tanah
dari erosi percikan dan degradasi fisik (misalnya penghancuran agregat, pemadatan lapisan
tanah atas dan penyegelan permukaan). Dengan adanya vegetasi maka akan mengurangi erosi
tanah yang disebabkan oleh air dengan menghalangi curah hujan langsung jatuh ke
permukaan tanah, meningkatkan infiltrasi air, menghalangi limpasan di permukaan tanah serta
menstabilkan kekuatan tanah dengan akar. Morfologi akar sendiri sangat berperan penting
guna menambah kekuatan struktur tanah.
8

2.1.5 Jurnal: The capacity of community on running soil and water conservation in Bangsri
microcatchment, Upper Brantas Watershed, Indonesia Penelitian yang dilakukan oleh
Suprayogo et al. (2019) dengan judul The capacity of community on running soil and water
conservation in Bangsri micro-catchment, Upper Brantas Watershed, Indonesia.
Penelitian ini membahas mengenai DAS Brantas yang mengalami banyak konversi
lahan untuk kesejahteraan masyarakat digunakan sebagai argumen untuk eksploitasi sumber
daya alam. Kegiatan ini menyebabkan degradasi sumber daya alam. Untuk mewujudkan DAS
yang sehat, pemberdayaan masyarakat dalam DAS merupakan salah satu perhatian utama
pemerintah Indonesia dan sangat dibutuhkan. Pemberdayaan masyarakat melalui mikro
catchment merupakan sebuah inovasi. Hasil studi baseline ditunjukkan bahwa masyarakat
masih bergantung pada sumber daya tanahn. Mereka umumnya memahami masalah degradasi
lahan, namun sebagian masyarakat masih belum menyadari pentingnya perlindungan
lingkungan. Alasan petani tidak menerapkan konservasi tanah dan air karena kurangnya
tenaga kerja, permintaan akan kebutuhan ekonomi untuk mata pencaharian mereka dan kurang
pendanaan untuk melakukan tindakan konservasi tanah dan air. Masyarakat bisa mengatasi
tanah degradasi melalui kelompok masyarakat dan mereka mengharapkan bantuan teknis dan
subsidi. Masyarakat juga menyatakan bahwa mereka membutuhkan pendampingan rutin
dalam pengelolaan sumber daya lahan melalui sekolah lapangan.
2.1.6 Jurnal: Conventional and organic farming: Soil erosion and conservation potential for
row crop cultivation Penelitian yang dilakukan oleh Arnhold et al. (2014) dengan judul
Conventional and organic farming: Soil erosion and conservation potential for row crop
cultivation.
Budidaya tanaman baris di lahan pertanian pegunungan dapat menyebabkan erosi
tanah yang parah karena tutupan tanah yang rendah, terutama pada tahap pertumbuhan awal.
Namun, manfaat terhadap erosi tanah, dan potensi konservasi sistem pertanian organik, dalam
hal aplikasi herbisida dan pertumbuhan gulma, belum diteliti. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi bagaimana pertanian konvensional dan organik mempengaruhi
laju erosi tanah, akibat tanaman baris yang dibudidayakan di lahan pertanian pegunungan
dengan ada atau tidak adanya bahan kimia pertanian. peneliti mengukur beberapa parameter
vegetasi tanaman dan gulma dari pertanian konvensional dan organik yang dibudidayakan
dengan kacang, kentang, lobak, dan kubis di daerah aliran sungai pegunungan di Korea
Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertanian organik berpotensi menurunkan risiko
erosi tanah untuk tanaman baris karena mendukung perkembangan gulma di alur, tetapi juga
dapat menghasilkan tingkat erosi yang lebih tinggi ketika hasil panen berkurang sebagai
konsekuensinya, melebihi efek perlindungan dari gulma. Namun demikian, tingkat erosi yang
disimulasikan di bawah kedua sistem pertanian sejauh ini melebihi semua kehilangan tanah
yang dapat ditoleransi. kedua sistem pertanian tersebut memerlukan tindakan konservasi
tambahan, seperti tanaman penutup musim dingin dan sisa mulsa, untuk cukup mencegah
hilangnya tanah untuk penanaman tanaman baris.
2.1.7 Jurnal : Degradation of cultivated bench terraces in the Three Gorges Area: Field
mapping and data mining Penelitian yang dilakukan oleh Schönbrodt-Stitt et al. (2013)
dengan judul Degradation of cultivated bench terraces in the Three Gorges Area:
Field mapping and data mining menjelaskan mengenai pengalihfungsian lahan
menjadi pemukiman, pembangunan infrastruktur baru, dan reklamasi lahan baru, perubahan
pertanian yang cepat di Three Georges Area di Cina Tengah diperkirakan akan
mengakibatkan degradasi hutan. lanskap bertingkat yang dibudidayakan Akibatnya, erosi
tanah yang meningkat dapat menghambat kelestarian lahan manajemen di pegunungan TGA.
Urutan degradasi berkisar dari 'terawat dengan baik' , 'cukup terpelihara' , dan 'sebagian
9

runtuh' hingga yang 'benar-benar runtuh'. Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti
menerapkan terasa bangku dengan harapan dapat mengurangi erosi dan limpasan permukaan
yang terjadi pada daerah tersebut.
10

2.1.8 Jurnal: Deforestation and Land Degradation on the Ethiopian Highlands: A Strategy for
Physical Recovery Penelitian yang dilakukan oleh Bishaw (2001) dengan judul Deforestation
and land degradation in the Ethiopian highlands: a strategy for physical recovery.
Menjelaskan mengenai deforestasi, erosi tanah yang dipercepat, dan degradasi lahan
merupakan masalah serius di Ethiopia. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, telah
dilakukan upaya penghijauan dan konservasi program; namun, kesuksesan hingga saat ini
masih terbatas. Praktik agroforestri dan perhutanan sosial, hutan tanaman, dan konservasi
hutan yang tersisa diusulkan sebagai strategi pemulihan fisik. Sosial dan masalah kebijakan,
seperti partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan Keberadaan
kebijakan kepemilikan lahan dan pohon yang jelas sangat penting untuk keberlanjutan jangka
panjang dan perluasan hutan di Ethiopia. Pada umumnya penanaman pohon melalui wanatani
dan perhutanan sosial harus menjadi bagian integral dari program pembangunan pedesaan dan
harus menyediakan bagi masyarakat makanan, kayu bakar, pendapatan, dan manfaat
lingkungan. Meningkatkan kesadaran publik melaluiPendidikan tentang kehutanan dan
konservasi sumber daya alam sangat penting jika Ethiopia ingin mempertahankannya hutan
alam dan keanekaragaman hayati yang tersisa.
2.1.9 Jurnal: Tillage effects on soil degradation, soil resilience, soil quality, and sustainability
Penelitian yang dilakukan oleh Lal (1993) dengan judul Tillage effects on soil degradation,
soil resilience, soil quality, and sustainability
Menjelaskan mengenai degradasi tanah, penurunan produktivitas aktual dan potensial
tanah akibat penyalahgunaan lahan, merupakan ancaman utama bagi keberlanjutan pertanian
dan kualitas lingkungan. Masalahnya sangat parah di daerah tropis dan sub-tropis sebagai
akibat dari tekanan demografis yang tinggi, kekurangan lahan pertanian utama, lingkungan
yang keras, dan petani yang miskin sumber daya yang mungkin tidak mampu membeli input
yang direkomendasikan berdasarkan sains. Metode pengolahan tanah dan pengelolaan
permukaan tanah mempengaruhi penggunaan sumber daya tanah secara berkelanjutan melalui
pengaruhnya terhadap stabilitas tanah, ketahanan tanah, dan kualitas tanah. Stabilitas tanah
mengacu pada kerentanan tanah untuk berubah di bawah gangguan alam atau antropogenik.
Sebagai perbandingan, ketahanan tanah mengacu pada kemampuan tanah untuk memulihkan
proses penyangga kehidupannya setelah mengalami tekanan.
2.1.10 Jurnal: Restoring soil quality to mitigate soil degradation. Penelitian yang dilakukan
oleh Lal (2015) dengan judul Restoring soil quality to mitigate soil degradation.
Pada penelitian ini menjelaskan mengenai degradasi tanah, dimana ditandai dengan
penurunan kualitas dan penurunan barang dan jasa ekosistem. Degradasi merupakan kendala
utama untuk mencapai peningkatan produksi pertanian yang dibutuhkan. Tanah merupakan
sumber daya tak terbarukan dalam skala waktu manusia dengan sumbernya kerentanan
terhadap degradasi tergantung pada interaksi kompleks antara proses, faktor dan penyebab
yang terjadi pada berbagai skala spasial dan temporal. Proses degradasi dipercepat erosi,
penipisan karbon organik tanah (SOC) genangan dan hilangnya keanekaragaman hayati,
hilangnya kesuburan tanah dan ketidakseimbangan unsur, pengasaman dan salinisasi. Teknik
pemulihan kualitas tanah dari degradasi meliputi pertanian konservasi, pengelolaan hara
terpadu, tutupan vegetatif berkelanjutan seperti sisa mulsa dan pertanaman penutup, dan
penggembalaan terkontrol pada tingkat tebar yang sesuai. Strateginya adalah menghasilkan
“lebih banyak” dengan mengurangi kerugian dan meningkatkan efisiensi penggunaan tanah,
air, dan unsur hara
11

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lapangan dan analisis data. Wilayah lokasi studi adalah di
desa Kaangrejo kabupaten Tulungagung. Kegiatan lapangan bertempat di Sub DAS
Brantas analisis data dilakukan di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya
3.2 Alat dan Bahan
Adapun Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
No Alat Fungsi
.
1. GPS (Geographic Position System) Untuk mengetahui sebuah onjek pada permukaan
bumi
2. Meteran Untuk mengukur bangunan konservasi tanah
3. Alat tulis Untuk mencatat data yang diperlukan
4. Kamera digital Untuk mendokumentasikan kegiatan
5. Komputer dengan program SIG Untuk pengelolaan peta yang dibutuhkan selama
penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
No Bahan Fungsi
.
1. Citra satelit Google Earth Untuk mengetahui keadaan morfologis dan
geografis suatu objek pada permukaan bumi
2. Data curah hujan Untuk mengetahui sebaran curah hujan
3. Peta penutupan lahan Untuk menggambarkan konstruksi vegetasi buatan
yang menutup permukaan lahan

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian didapatkan dari hasil delineasi batas Sub DAS
Brantas Hulu dengan menggunakan aplikasi ArcGIS. Batas Sub DAS Brantas menjadi
batas luar dari semua jenis peta yang dibuat berdasarkan kepentingan analisis lokasi
penelitian. Adapun jenis peta yang diperlukan dalam penelitian kali ini adalah:
1. Peta Curah Hujan diperoleh dari pengolahan data Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika
2. Peta Penutupan Lahan diperoleh dari data penutupan lahan BPKH tahun 2018.
3.3.2 Penentuan Lokasi Sampel
Penentuan lokasi sampel ditentukan berdasarkan kelas kemiringan lereng. Kemiringan
lereng yang dimaksudkan yaitu klasifikasi kelas kemiringan lereng berdasarkan
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.32/MENHUT-II/2009
3.4 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan antara lain, pengumpulan data-data primer
dan sekunder (data ketersediaan air dan kebutuhan air), melakukan analisis teknis, dan
analisis konservasi tanah dan air. Setelah data primer dan data sekunder telah
diperoleh, langkah berikutnya adalah melakukan analisis teknis
3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh melalui melalui survei lapangan dan wawancara dengan
masyarakat. Survei lapangan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Menginventarisasi masyarakat/petani yang menerapkan teknik konservasi tanah
dengan metode snowball. Metode Snowball merupakan metode yang dilakukan
dengan cara mewawancarai masyarakat ataupun petani yang dianggap tokoh kunci.
Dari tokoh kunci tersebut wawancara diteruskan ke tokoh masyarakat lainnya
berdasarkan pada rekomendasi dari tokoh kunci tersebut. Wawancara akan selesai
12

ketika jawaban responden menunjukan hasil yang sama


13

2. Kemudian mengidentifikasi konservasi tanah dan air yang telah diterapkan


oleh sebagian petani, struktur dan komposisi jenis penutupan tanah, dan
kemiringan lereng.
3.4.2 Data sekunder
Data Sekunder diperoleh dari berbagai instansi serta badan pemerintah
terkait. Data ataupun informasi yang dimaksudkan antara lain berupa peta yang
mendeskripsikan lokasi penelitian, serta informasi mengenai keadaan umum
lokasi penelitian. Data sekunder yang dibutuhkan dalam mendukung data
primer, meliputi:
1. Peta daerah tulunguang serta lokasi hidroklimatologi
2. Data curah hujan yang berasal dari Dinas Pengairan baik data curah hujan
dari stasiun pencatat di Kabupaten Tulungaung
3. Data BMKG pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2019 yang digunakan
untuk analisis hidrologi. Data hujan yang dikumpulkan berupa data curah
hujan harian.
4. Data jenis dan kemiringan lahan. Data ini berfungsi untuk mengetahui nilai
koefisien infiltrasi yang berpengaruh terhadap penyimpanan air tanah
(ground water storage).
3.5 Analisis Data
Data dan informasi yang didapatkan selama penelitian berlangsung akan
diklasifikasi sesuai dengan tujuan penelitian yang kemudian akan dianalisis
dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif
merupakan analisis yang akan menjelaskan dan juga menafsirkan data deskriptif
berupa penulisan yang berkenaan dengan fakta. Adapun pedoman penilaian
teknik konservasi tanah dan air yang akan dilakukan berdasarkan pada Arsyad
(2010) dan Kementerian Kehutanan (2011). Kriteria yang digunakan untuk
menilai penerapan teknik konservasi tanah oleh petani di lapangan ditetapkan
dalam penerapan teknik Konservasi Tanah dan Air (KTA) yang sesuai pedoman
penilaian teknik KTA.
14

DAFTAR PUSTAKA
Arnhold, S., Lindner, S., Lee, B., Martin, E., Kettering, J., Nguyen, T.T., Koellner,
T., Ok, Y.S. and Huwe, B., 2014. Conventional and organic farming: Soil
erosion and conservation potential for row crop cultivation. Geoderma, 219,
pp.89-105.
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor
Bishaw, B., 2001. Deforestation and land degradation in the Ethiopian highlands: a
strategy for physical recovery. Northeast African Studies, pp.7-25.
De Baets, S., Poesen, J., Meersmans, J. and Serlet, L., 2011. Cover crops and their
erosion- reducing effects during concentrated flow erosion. Catena, 85(3),
pp.237-244.
Hakim, M.L., 2010. Dampak alih fungsi lahan terhadap keberlanjutan suplai air di
Waduk Sutami, Malang, Jawa Timur. Widyariset, 13(3), pp.27-34.
Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai dan Perhutanan Sosial. Konservasi Tanah dan Air. 2011.
Khoiriyah, N., Muhaimin, A.W. and Hanani, N., 2014. Penerapan Usahatani
Konservasi Dan Kelayakan Finansial Usahatani Di Daerah Aliran Sungai
(Das) Hulu (Studi Kasus Di Desa Sumber Brantas Dan Desa Tulungrejo
Kecamatan Bumiaji Kota Batu). Agricultural Socio-Economics Journal,
14(3), p.182.
Kurniawati, A., Purnomo, N.H. and Budiyanto, E., 2018, October. The Effect of
Farmer's Behavior on Land Degradation Level in Upper Sumber Brantas
River Basin. In 1st International Conference on Social Sciences (ICSS
2018). Atlantis Press.
Lal, R., 2015. Restoring soil quality to mitigate soil degradation. Sustainability,
7(5), pp.5875- 5895
Mahzum, M.M. and Mardyanto, M.A., 2014. Analisis Ketersediaan Sumber Daya
Air Dan Upaya Konservasi Sub Das Brantas Hulu Wilayah Kota Batu. In
Seminar Nasional Pascasarjana XIV–ITS, Surabaya.
Nurrizqi, E.H. and Suyono, S., 2013. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan
Terhadap Perubahan Debit Puncak Banjir Di Sub Das Brantas Hulu. Jurnal
Bumi Indonesia, 1(3).
Schönbrodt-Stitt, S., Behrens, T., Schmidt, K., Shi, X. and Scholten, T., 2013.
Degradation of cultivated bench terraces in the Three Gorges Area: Field
mapping and data mining. Ecological Indicators, 34, pp.478-493.
Schütte, R., Plaas, E., Gómez, J.A. and Guzmán, G., 2020. Profitability of erosion
control with cover crops in European vineyards under consideration of
environmental costs. Environmental Development, p.100521. Shodriyah, F.,
Sayekti, R.W. and Prasetyorini, L., 2014. Studi penentuan kinerja
pengelolaan DAS (kelestarian lingkungan dan ekonomi) di sub DAS Brantas
Hulu. Jurnal Pengairan.
Sidibé, A., 2005. Farm-level adoption of soil and water conservation techniques in
northern Burkina Faso. Agricultural water management, 71(3), pp.211-224.

Anda mungkin juga menyukai