Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN FIELD TRIP

PERTANIAN
BERLANJUT
Oleh : Kelompok J3

- Fakultas Pertanian -
ANGGOTA KELOMPOK

Aliffia Rochmaningrum Jihan Salmaa Eva Aprillia Cita Qori Elok Steevanie Anyerika

Ave Maria Awal Josua Jhonarpin


Rizqika Yanuar
Latar Belakang
Sistem pertanian berlanjut merupakan sistem pertanian yang layak secara ekonomi
dan ramah lingkungan. Namun, pertanian berlanjut menjadi suatu tantangan di sektor
pertanian karena menuntut petani untuk tidak hanya mementingkan keuntungan
secara ekonomi tetapi juga lebih memperhatikan aspek pertanian terutama aspek
lingkungan. Adanya faktor ketergantungan petani terhadap bahan kimiawi, baik pupuk
maupun pestisida menjadikan sistem pertanian berlanjut yang diterapkan secara
menyeluruh adalah hal yang tidak mudah diterapkan.

TUJUAN
1. Memahami macam-macam, sebaran dan interaksi antar tutupan lahan
pertanian yang ada pada bentang lahan.
2. Memahami pengaruh pengelolaan Lanskap pertanian terhadap kondisi
hidrologi, tingkat biodiversitas atau keanekaragaman hayati, dan
cadangan karbon.
3. Mengetahui keberlanjutan sistem pertanian dengan beberapa indikator
keberhasilan seperti produksi, air, karbon, arthropoda dan penyakit,
serta gulma pada lokasi pengamatan tersebut.
LOKASI KEGIATAN

Kegiatan field trip praktikum Pertanian Berlanjut


dilaksanakan di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang,
Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur yang termasuk
dalam wilayah Sub Daerah Aliran Sungai Kalikonto.

Kegiatan Field trip terdiri dari 4 penggunaan lahan yang


berbeda. Penggunaan Lahan meliputi, Plot 1 Hutan
Produksi, Plot 2 Agroforestri, Plot 3 Tanaman Semusim
dan Plot 4 Tanaman Semusim-Pemukiman
ASPEK TANAH
KUALITAS AIR

Kedalaman secchi disk di setiap plot pengamatan Air di semua plot termasuk dalam kelas IV yang memiliki
sama (40 cm) sehingga tingkat kekeruhan air sama kesesuaian penggunaan untuk kegiatan pengairan lahan
Suhu tertinggi pada plot 4 (24.33 derajat C), pertanian. Kelas kualitas air tinggi menunjukan air
terendah pada plot 1 (23 derajat C) mengalami penurunan kualitas akibat tercemar oleh
pH tertinggi pada plot 2 (5.95) dan terendah pada bahan kimia seperti residu pestisida maupun partikel
plot hutan (5.75). padatan yang tersuspensi seperti partikel tanah dan
konsentrasi dissolved oxygen (DO) tertinggi pada bahan organik yang berasal dari sekitar aliran sungai.
plot 1 (0.03 mg/L) dan terendah pada plot 4
(0.006 mg/L)
ASPEK TANAH
PENDUGAAN CADANGAN KARBON

Cadangan karbon tinggi pada plot hutan produksi


(250 ton/ha) dan agroforestri (80 ton/ha) Hutan
produksi dan agroforestri didominasi vegetasi
tahunan yang rapat, kanopi lebar, dapat
menghasilkan seresah sepanjang tahun meningkatkan
cadangan karbon dalam biomassa dan tanah.
Cadangan karbon terendah pada plot tanaman
semusim dantanaman semusim pemukiman (1 ton/ha).
Kerapatan vegetasi yang rendah, perakaran yang
dangkal, sifat vegetasi yang sementara tidak banyak
menghasilkan seresah, serta kanopi yang sempit tidak
dapat menyimpan karbon secara maksimal dan
kemampuan sekuestrasinya rendah.
ASPEK BUDIDAYA
PERTANIAN
KERAGAMAN TANAMAN BERNILAI EKONOMI

Pada Plot 1 menunjukkan tanaman rumput gajah


termasuk dalam populasi paling tinggi dengan sebaran
tidak beraturan sedangkan pada plot 2 menunjukkan
tanaman kopi termasuk dalam populasi paling tinggi
dengan sebaran merata, dan plot 3 menunjuukan
tanaman rumput gajah dan kubis termasuk populasi
tinggi dan plot 4 menunjukkan bahwa tanaman kubis dan
buncis termasuk populasi tinggi dengan sebaran merata.
Semakin tinggi keragaman dari spesies tanaman dapat
meingkatkan kestabilan ekosistem dan produktivitas
lahan.
ASPEK BUDIDAYA
PERTANIAN
HASIL ANALISIS VEGETASI GULMA
Nilai SDR:
Plot 1 (hutan produksi) dengan nilai
SDR tertinggi adalah gulma jotang
kecil, yaitu 24,1% dan yang terendah
adalah rumput israel, yaitu 2,51%.
Plot 2 (agroforestri) dengan nilai
SDR tertinggi adalah gulma jotang
kecil, yaitu 32,9% dan yang terendah
adalah gulma pegagan, yaitu 3,11%.
Plot 3 (tanaman semusim) memiliki
nilai SDR tertinggi pada gulma
cemplonan, yaitu 27,5% dan yang
terendah adalah gulma bribil,
tempuh wiyang dan bayam duri,
yaitu 3,52%.
plot 4 (pemukiman-tanaman semusim)
dengan nilai SDR tertinggi adalah
jenggot kambing, yaitu 27,08% dan
yang terendah adalah tapak liman,
yaitu 5,83%
ASPEK BUDIDAYA
PERTANIAN
PERBANDINGAN NILAI INDEKS H' DAN C

Keempat plot menunjuukan niali tolak ukur indeks keragaman (H') dalam range 1.0 < H' < 3,322
kondisi ini menunjukkan keanekaragamn sedang. produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup
seimbang dan tekanan ekologis sedang. . Pada keempat plot menunjukkan hasil indeks dominansi
(C) yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa hanya terdapat sedikit spesies yang mendominasi
jenis spesies lain pada masing-masing plot. Saitama et al. (2016) menyatakan bahwa Indeks
dominansi yang bernilai antara 0-1 berarti tidak terdapat spesies yang mendominasi,
sementara nilai indeks dominansi 1 berarti terdapat spesies yang mendominasi yang diikuti
dengan nilai indeks keseragaman yang semakin kecil.
ASPEK BUDIDAYA
PERTANIAN
KERAGAMAN TANAMAN BERNILAI EKONOMI

Pada Plot 1 menunjukkan tanaman rumput gajah


termasuk dalam populasi paling tinggi dengan
sebaran tidak beraturan sedangkan pada plot 2
menunjukkan tanaman kopi termasuk dalam
populasi paling tinggi dengan sebaran merata, dan
plot 3 menunjuukan tanaman rumput gajah dan
kubis termasuk populasi tinggi dan plot 4
menunjukkan bahwa tanaman kubis dan buncis
termasuk populasi tinggi dengan sebaran merata
ASPEK BUDIDAYA
PERTANIAN
MATRIX KOEFISIEN KOMUNITAS

Nilai matrix >75% maka kedua komunitas yang dibandingkan sama, sedangkan
nilai matrix <75% maka dua komunitas memerlukan pengendalian dan
pengelolaan gulma yang sama pada setiap plot. Dapat disimpulkan bahwa
keempat plot memiliki nilai <75% maka perlu upaya pengendalian dan
pengelolaan gulma yang sama pada setiap plot.
ASPEK BUDIDAYA
PERTANIAN
PERBANDINGAN DAYA DUKUNG LAHAN

Daya dukung lahan pertanian ditentukan dari


potensi lahan tersebut dan teknologi yang
digunakan oleh petani. Akan tetapi, semakin tinggi
jumlah penduduk akan menyebabkan kebutuhan
lahan untuk pemukiman juga semakin tinggi. Hal ini
menyebabkan terjadinya penurunan daya dukung
lahan (Mubarokah et al., 2020).
ASPEK HPT

Plot 1 Plot 2

Plot 3 Plot 4
ASPEK HPT
ASPEK SOSEK

Berdasarkan hasil 4 plot pengamatan, rata-rata usahatani layak dijalankan, Pada plot 2
menghasilkan B/C ratio lebih dari 1, sedangkan pada plot 1, plot 3 dan plot 4 menghasilkan
R/C ratio lebih dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa hasil dari nilai kelayakan usaha tani
menunjukkan bahwa usaha tani pada Desa Tulungrejo layak. Hajar et al., (2019)
mengatakan apabila R/C ratio >1 dan B/C ratio >0 maka, usaha tani tersebut layak untuk
dijalankan, memiliki peluang usaha yang menjanjikan, dan akan menghasilkan produk yang
bernilai atau menguntungkan.
ASPEK SOSEK

Ditinjau dari ecologically sound pada 4 plot Ditinjau dari sosially just, pada keempat Ditinjau dari segi culturally acceptablenya,
pengamtan, diketahui terdapat perbedaan pengamatan diketahui petanite mengelola pada keempat plot pengamatan hanya pada
perlakuan pengelolaan. Suatu plot lahan milik sendiri, perhutani, sakap 50%, dan plot 4 yang tidak memiliki budaya kearifan
dikatakan ramah lingkungan apabila dalam sewa. Hal ini akan berpengaruh pada hasil lokal. Kearifan ini dilakukan baik sebelum
pengelolaan menggunakan bahan organik.
produksi yang diterima petani. Selain itu, penanaman dan setelah pemanenan. Hal ini
Sementara plot dapat dikatakan tidak
dalam aspek ini dijelaskan sistem penjualan merupakan bentuk rasa syukur masyarakat
ramah lingkungan apabila dalam
hasil produksi yang langsung dijual ke sekitar terhadap kegiatan hasil budidaya yang
pengelolaannya menerapkan penggunaan
bahan kimia.
tengkulak. dilakukan.
PEMBAHASAN UMUM

Ditinjau dari kelima indikator keberhasilan dalam sistem pertanian, dapat diketahui bahwa sistem pertanian
yang berada di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang termasuk ke dalam kategori
masih menuju pertanian berlanjut. Hal ini dilihat dari indikator-indikator keberhasilan dalam pertanian yang
meliputi aspek sosial ekonomi, tanah, hama dan penyakit tanaman, serta budidaya pertanian. Indikator yang
dihasilkan pada setiap plot pengamatan tidak sepenuhnya termasuk kategori baik.Terdapat beberapa
kategori yang kurang baik pada setiap plot seperti indikator kualitas air dan jumlah keragaman jenis
arthropoda dan penyakit tanaman.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sistem
pertanian yang berada di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang
belum memenuhi indikator pertanian berlanjut. Hal ini dikarenakan pada beberapa
indikator didapatkan hasil yang kurang baik dari berbagai indikator.
Berdasarkan indikator keberhasilan produksi dengan empat faktor menunjukkan bahwa
keempat plot memberikan hasil produksi yang baik.
Berdasarkan indikator kualitas air didapatkan bahwa pengukuran nilai oksigen terlarut
atau DO (Dissolved oxygen) dari keempat plot menjelaskan bahwa kualitas air pada
lanskap tidak mendukung pertanian berlanjut.
Berdasarkan indikator keberhasilan karbon dapat disimpulkan bahwa cadangan karbon
tertinggi berada pada plot horestrirofutan dan agroforestri
Berdasarkan indikator keberhasilan athropoda dan penyakit didapatkan keberadaan hama
dan penyakit tertinggi pada plot hutan produksi.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai