Anda di halaman 1dari 4

LATAR BELAKANG

Menurut Aswandy (2007) Indonesia memiliki kelimpahan dan keanekaragaman jenis biota laut yang
sangat tinggi menyebabkan Indonesia dikenal sebagai negara "mega-biodiversity".

Salah satu wilayah pantai yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi yaitu wilayah perairan
ujung genteng . selain konservasi penyu dan objek wisata pantai, di perairan ujung genteng terdapat
ekosistem lamun dan megazoobenthos. Menurut Badan pengelolaan lingkungan hidup jabar 2008
terdapat ekosistem lamun di perairan ujung genteng yang di dominasi oleh thalassia sp.

(Menurut arifin dan jamaludin 2005) Padang lamun merupakan ekosistem perairan dangkal yang
kompleks, memiliki produktivitas hayati yang tinggi. Fungsi ekologis padang lamun diantaranya adalah
sebagai daerah asuhan, daerah pemijahan, daerah mencari makan, dan daerah untuk mencari
perlindungan bagi berbagai jenis biota laut.

Megazoobenthos merupakan organisme yang kelangsungan hidupnya bergantung pada ekosistem


lamun. Keanekaragamaan megazoobenthos yang tinggi dipengaruhi oleh baik buruknya kualitas dan
kondisi ekosistem lamun itu sendiri, artinya semakin baik kondisi dan kualitas ekosistem lamun maka
akan semakin tinggi keanekaragaman megazoobenthos tersebut. Megazoobenthos yang akan diteliti
dalam penelitian ini terbagi atas tiga kategori seperti echinodermata, moluska dan krustasea.

PROSEDUR

Pada masing-masing stasiun dibentangkan tiga buah transek garis dengan posisi tegak lurus garis
pantai ke arah tubir ± 50 meter, pada tiap garis diletakkan tiga buah plot ukuran 1 x 1 meter. Dalam
tiap transek kuadrat yang telah ditempatkan, dilihat jenis lamun, jumlah tegakan lamun, dan persen
penutupan lamun. Apabila belum diketahui nama spesies lamun yang ditemukan, sampel di ambil dan
di teliti di lab msp fpik unpad.

Untuk pengamatan megazoobenthos dilakukan bersamaan dengan pencatatan jenis dan jumlah
tegakan lamun. Apabila belum diketahui nama spesies megazoobenthos yang ditemukan, sampel di
ambil dan di teliti di lab msp fpik unpad.

Hasil dan pembahasan

Suhu : hasil pengamatan menunjukkan bahwa suhu perairan cukup ideal untuk proses fotosintesis
lamun, namun kurang mendukung untuk proses pertumbuhan lamun. Suhu yang diperlukan oleh
lamun untuk berfotosintesis berkisar antara 28-35ºC. Sedangkan untuk tumbuh, lamun memerlukan
suhu optimal antara 28-30ºC (Kepmen LH No 51 tahun 2004).

Ph: Nilai pH di perairan Ujung Genteng tersebut masih dapat di toleransi bagi lamun dan organisme
megazoobenthos. Menurut Kepmen LH No 51 Tahun 2004 mengenai baku mutu derajat keasaman
(pH) pada ekosistem lamun berkisar 7 – 8.5.

Salinitas : Kisaran salinitas yang dapat ditoleransi tumbuhan lamun adalah 10–40%o dan nilai
optimumnya adalah 35%o (Yusuf dkk 2013). Sedangkan kisaran salinitas yang dapat ditoleransi untuk
megazoobenthos hidup yaitu 15–35‰. Hasil pengukuran salinitas yang di peroleh di perairan Ujung
Genteng yaitu 31-33%o.

DO : Menurut Menurut Kepmen LH No 51 Tahun 2004 spesises lamun optimum tumbuh di perairan
dengan nilai DO >5(mg/L). Hampir semua organisme laut menyukai kondisi konsentrasi oksigen
terlarut > 5 mg/L (Effensi 2003).
Nutrien : berperan penting dalam pertumbuhan dan metabolisme lamun. Kandungan nutrient
dijadikan tolak ukur kesuburan perairan karena semakin optimal kandungan nutrient suatu perairan
maka semakin melimpah terhadap pertumbuhan lamun (Nabilla dkk 2019).

Thalassia hemprichii merupakan jenis lamun yang tumbuh di daerah tropis dan mempunyai
penyebaran yang cukup luas. Thalassia hemprichii merupakan jenis Lamun yang paling melimpah dan
sering mendominasi dalam komunitas campuran, dan sering dominan tumbuh pada substrat pasir
hingga pecahan kasar (Pranata dkk 2018).

Cymodocea rotundata Terdapat di daerah pasang surut dengan substrat pasir berlumpur sampai
dengan pasir kasar disertai pecahan bebatuan yang berasal dari karang mati (Pranata dkk 2018)..

Dalam penenilitian ini Enhalus acoroides tidak ditemukan merata dalam seluruh stasiun hal ini
disebabkan kondisi lingkungan yang kurang sesuai dengan pertumbuhan lamun jenis ini. Enhalus
acoroides merupakan jenis lamun yang optimal hidup panda kondisi substrat berlumpur (Pranata dkk
2018).

Kerapatan jenis lamun terbanyak terdapat pada stasiun II. Sedangkan kerapatan jenis lamun
terendah terdapat pada stasiun I. Kondisi ini disebabkan karena kandungan nutrien pada stasiun II
lebih tinggi yaitu unsur N dan C. Nitrogen dalam bentuk nitrat di butuhkan untuk pertumbuhan lamun,
begitu pula unsur C yang berguna dalam proses fotosintesis lamun. Tinggi nya kedua unsur tersebut
pada stasiun II menyebabkan pertumbuhan lamun lebih optimal. sedangkan pada stasiun I kandungan
nutrien lebih rendah dari stasiun II sehingga proses pertumbuhan lamun pada stasiun I tidak seoptimal
pada stasiun II.

Pada stasiun 1 Thalassia hemprichii memiliki nilai frekuensi jenis 0,9 dan Cymodoceae rotundata
memiliki nilai frekuensi jenis 0,8 yang artinya kedua spesies ini memiliki penyebaran yang cukup
merata pada wilayah pengamatan stasiun 1. Sedangkan untuk spesies Enhalus acoroides nilai
frekuensi jenisnya 0 hal ini menunjukkan bahwa spesies ini tidak ditemukan sama sekali pada stasiun
1. Pada stasiun 2 dan 3 Thalassia hemprichii dan Cymodoceae rotundata memiliki nilai frekuensi jenis
1 hal ini menunjukkan di wilayah plot pengamatan kedua spesies ini selalu di temukan dan bisa
dikatakan penyebaran lamun spesies Thalassia hemprichii dan Cymodoceae rotundata merata pada
stasiun 2 dan 3. Untuk spesies Enhalus acoroides nilai frekuensi jenis yang diperoleh yaitu 0,4 pada
stasiun 2 dan 0,3 pada stasiun 3 hal ini menunjukkan speies Enhalus acoroides ditemukan pada stasiun
2 dan 3 namun penyebarannya tidak merata atau bisa dikatakan pada wilayah plot pengamatan hanya
beberapa plot saja ditemukannya spesies Enhalus acoroides ini.

Penutupan lamun digunakan untuk mengetahui kondisi komunitas lamun di suatu perairan.
penutupan lamun bermanfaat untuk mengetahui kondisi ekosistem lamun dan kemampuan lamun
dalam memanfaatkan luasan yang ada. Penutupan lamun kategori rendah memiliki rentang
penutupan sebesar 26-50%, penutupan lamun kategori padat memiliki rentang penutupan sebesar
51-75%, dan penutupan lamun kategori sangat padat memiliki rentang penutupan sebesar 76-100%
(Hutomo & Nontji 2014).

Indeks nilai penting menggambarkan peranan suatu spesies lamun terhadap spesies lainnya dalam
suatu komunitas. Indeks nilai penting memiliki kisaran antara 0-3. Kisaran Indeks nilai penting
menunjukkan apakah spesies tertentu mempunyai peranan yang besar, sedang atau rendah.Thalassia
hemprichii memiliki nilai Indeks nilai penting tertinggi dari spesies Cymodoceae rotundata dan Enhalus
acoroides yaitu sebesar 1,8 dan tergolong kategori sedang. Walapun tergolong kategori sedang
peranan Thalassia hemprichii berpengaruh terhadap spesies lamun lainnya. Hal ini dibuktikan dengan
keberadaan Thalassia hemprichii yang hampir ditemui di semua stasiun dan memiliki kerapatan lamun
yang tinggi. Jika spesies lamun Thalassia hemprichii terganggu maka akan terjadi perubahan dan
terganggunya ekosistem lamun di perairan Ujung Genteng.

Kelimpahan megazoobenthos pada stasiun 1 didapatkan sebesar 4 ind/m2. Spesies yang di dapatkan
pada stasiun 1 terdapat 9 spesies yaitu Diadema setosum, Ophiothrix fragilis, Ophiocoma erinaceus,
Squilla mantis, Dendroris sp, Turbo sp, Chlamys sp, Tripneustes depressus, dan Scopimera Globosa.
Kelimpahan megazoobenthos pada stasiun 2 didapatkan sebesar 9 ind/m2. Spesies yang didapatkan
pada stasiun 2 terdapat 13 spesies yaitu Diadema setosum, Ophiothrix fragilis, Ophiocoma erinaceus,
Squilla mantis, Turbo sp, Anadara antiquata, Chlamys sp, Tripneustes depressus, Tripneustes gratilla,
Cypraea ventriculus, Cypraea annulus, Calappa hepatica, dan Holothuria atra. Kelimpahan
megazoobenthos pada stasiun 3 didapatkan sebesar 7 ind/m2. Spesies yang didapatkan pada stasiun
3 terdapat 11 spesies yaitu Diadema setosum, Ophiothrix fragilis, Ophiocoma erinaceus, Squilla
mantis, Turbo sp, Anadara antiquata, Tripneustes depressus, Tripneustes gratilla, Cypraea ventriculus,
Calappa hepatica, dan Holothuria atra.

Keanekaragaman jenis dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Suatu komunitas
dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi, jika komunitas itu disusun oleh banyak jenis
dengan kelimpahan tiap jenis yang sama atau hampir sama (Minarmi dkk 2016).

Indeks keanekaragaman megazoobenthos setiap stasiun tersebut termasuk katagori keanekeragaman


sedang, hal ini sesuai pernyataan Odum (1993) megazoobenthos yang memiliki indeks
keanekaragaman sedang bernilai 1 < H‟ < 3,00, keanekaragaman yang sedang menunjukkan
penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang, kestabilan komunitas sedang dan produktivitasnya
sedang.

Menurut Minarni dkk (2016) menyatakan bahwa tinggi rendahnya nilai indeks keanekaragaman jenis
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain jumlah jenis atau individu yang didapat dan adanya
beberapa jenis yang ditemukan dalam jumlah yang lebih melimpah dari pada jenis lainnya.

Menurut Odum (1993) indeks keseragaman (E) berkisar 0-1. Bila nilai mendekati 0 berarti
keseragaman rendah karena adanya jenis yang mendominasi, dan bila mendekati 1 keseragaman
tinggi yang menunjukkan tidak ada jenis yang mendominasi. Pada stasiun 1 memiliki indeks
keseragaman sebesar 0,84, stasiun 2 memiliki indeks keseragaman 0,63, dan stasiun 3 memiliki indeks
keseragaman 0,70. di perairan Ujung Genteng memiliki keseragaman populasi yang tinggi karena nilai
E > 0,6. Indeks keseragaman yang tinggi menunjukkan bahwa terdapat komunitas yang stabil. Hal ini
disebabkan karena persebaran individu megazoobenthos yang masih sama antar stasiun.

Indeks keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun 1 hal ini disebabkan karena pada stasiun 1 spesies
yang ditemukan tidak sebanyak pada stasiun lainnya selain itu jumlah individu yang di temukan tidak
berbeda jauh dengan individu lainnya. Indeks keseragaman terendah terdapat pada stasiun 2 hal ini
disebakan di stasiun 2 spesies yang di temukan lebih banyak dan jumlah indvidu yang di temukan antar
spesies tidak merata. Salah satu spesies yang jumlah individunya paling banyak di temukan pada
stasiun 2 yaitu Ophiocoma erinaceus.

Hal ini di buktikan dengan pernyataan Azkab (2014) bulu babi salah satu organime yang tergolong
megazoobenthos telah diketahui aktif memakan lamun, baik itu yang diamati di alam, maupun
penelitian yang dilakukan di laboratorium. Namun ada 1 spesies bulu babi yang berasosiasi negatif
terhadap lamun yaitu spesies Diadema setosum dengan spesies Enhalus acoroides. Kondisi ini
disebabkan karena Enhalus acoroides memiliki kerapatan yang rendah dan juga penyabaran yang tidak
merata Enhalus acoroides hanya dapat di temukan pada stasiun 2 dan stasiun 3 yang menyebabkan
asosiasi Diadema setosum terhadap Enhalus acoroides bersifat negative.
Selain itu spesies lain yang berasosiasi positif dari filum Echinodermata yaitu spesies bintang mengular
(Ophiothrix fragilis dan Ophiocoma erinaceus) hal ini di buktikan dengan pernyataan azkab (2014)
bintang mengular aktif hidup pada ekosistem lamun, bintang mengular merupakan organisme yang
bersifat fototaksis negatif hidup bersembunyi di daerah penyebarannya yaitu di sela sela lamun. Dan
spesies terakhir dari filum Echinodermata yang beraosiasi positif terhadap lamun yaitu teripang
(Holothuria atra) hal ini sesuai dengan pernyataan Dissnayake dan Stefansson (2012), teripang aktif
hidup di ekosistem lamun, teripang merupakan organisme pemakan deposit dan akan berkumpul
pada lamun yang memiliki kerapatan yang tinggi. Hal ini dibuktikan teripang hanya di temukan pada
stasiun 2 dan stasiun 3 dengan kerapatan lamun yang tinggi.

Aswandy (2008) menyatakan, beberapa krustase aktif hidup pada ekosistem lamun seperti krustasea
jenis udang. Krustasea ini memangsa binatang-binatang kecil lainnya yang hidup menempel (epizoa)
pada daun atau bagian lain dari lamun. sedangkan jenis kepiting hidup di substrat dasar dengan
meliang atau membenamkan diri di substrat dasar atau hidup di antara batu-batuan yang terdapat di
dalam ekosistem padang lamun.

Hal ini di buktikan degan pernyataan Azkab (2014) terjadi peristiwa rantai makanan antara
gastropoda dengan lamun, serasah lamun dimanfaatkan sebagai sumber makanannya. Lamun dan
bivalvia memiliki keterkaitan salah satunya memiliki karakterisitik tipe substrat yang sama yang
dijadikan sebagai habitat. Selain itu, asosiasi lamun dan bivalvia mempunyai keterkaitan yang kuat
dalam siklus makanan. Dibuktikan dengan pernyataan Allifah dan Rosmawati (2018) serasah pada
lamun akan mengendap didasar perairan yang kemudian diuraikan oleh mikroganisme yang menjadi
makanan bivalvia.

Anda mungkin juga menyukai