Anda di halaman 1dari 12

Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja Lanjut


Dosen : Prof. dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc., Ph.D.

MAKALAH
“PERUBAHAN EKOSISTEM AIR DAN BIODIVERSITAS GENETIK, SPESIES
DAN EKOSISTEM DI AIR”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Budiman Rusdi K012212002
Nur Shadiqah Hamid K012212009
A. Annisa Mulyani Ilmy K012212015
Tri Yulia Handayani K012212016
Nuriati K012212021
Sri Hartina K012212027

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekosistem adalah komunitas organisme hidup (tanaman, hewan dan mikroba)
Bersama dengan komponen yang tidak hidup dari lingkungannya (seperti udara, air dan
tanah) berinteraksi sebagai suatu sistem. Komponen biotik dan abiotic ini saling terkait dan
berinteraksi melalui siklus nutrisi dan aliran energi.
Organisme yang bekerja secara individu dan bersama-sama memberikan layanan
penting ke lingkungan satu sama lain. Layanan paling jelas adalah makanan diberikan secara
langsung atau tidak langsung kepada semua makhluk hidup lainnya oleh organisme
fotosintetik dan kemosintetik. Organisme menyediakan habitat untuk spesies lain; Misalnya,
eelgrass adalah rumah bagi ikan.
Ekosistem menyediakan layanan ekologis. Penyerbukan (dibutuhkan untuk tanaman
domestic dan liar), pengendalian banjir, pengendalian erosi, pengaturan iklim dan
penyaringan air semuanya bermanfaat bagi masyarakat. Namun orang cenderung
menganggap layanan ini biasa, dengan asumsi bahwa organisme hidup dan ekosistem akan
terus memberikannya.
Istilah keanekaragaman hayati (biodiversity) mengacu pada keanekaragaman
kehidupan di bumi pada semua levelnya, dari gen hingga ekosistem, dan dapat mencakup
proses evolusi, ekologi dan budaya yang menopang kehidupan.
Keanekaragaman hayati digolongkan ke dalam tiga jenis : keanekaragaman genetic,
keanekaragaman spesies dan keanekaragaman ekosistem.
B. Fakta Masalah
Ekosistem merupakan sistem ekologi yang bersifat timbal balik (interaksi) antara
komponen abiotic dan komponen biotik. Interaksi ini menjaga lingkungan agar tetap stabil.
Keadaan ini disebut keseimbangan ekosistem. Dengan meningkatnya polusi, perubahan pola
migrasi dan meningkatnya populasi manusia menyebabkan ekosistem kehilangan
keseimbangannya.
Pencemaran air terjadi ketika limbah yang tidak diinginkan menyebar dalam sistem
air dan menyebabkan perubahan kualitas air. Sumber utama polusi air dibagi menjadi tiga, 1)
sumber alami, termasuk efluen termal dan asam dari daerah vulkanik, 2) sumber domestic,
terutama limbah rumah tangga dan limbah laundry, apartemen dan tempat tinggal lainnya, 3)
limbah industri.
Perubahan kualitas air sangat berdampak pada keanekaragaman hayati, beberapa
spesies bisa punah dan beberapa spesies juga bisa bermutasi dari segi genetic. Mengutip
pernyataan Sir Ghillean Prance, direktur Kew Gardens di National Geographic pada tahun
1999, “ Setiap kali kita kehilangan spesies, kita kehilangan pilihan untuk masa depan.”
Cukup banyak ahli biologi mengatakan bahwa saat ini bumi berada pada titik puncak
dari kepunahan massal. Tingkat kepunahan disebabkan oleh salah satu spesies planet ini yaitu
manusia yang mengubah lingkungannya sesuai dengan kepentingannya., tingkat kepunahan
spesies saat ini telah meningkat 10 dan 100 kali lebih tinggi dari pada yang normal.
Kerusakan terbesar dilakukan karena sejumlah besar lahan ditebang, bulldozed, dibajak,
dibakar dan diaspal untuk membuat jalan bagi rumah, pertanian, peternakan, pertambangan,
industri dan lanskap manusia lainnya. Habitat yang tersisa adalah terfragmentasi atau terjadi
kerusakan oleh polusi.
C. Pertanyaan Masalah
1. Bagaimana hasil penelitian tentang perubahan ekosistem air dan biodiversitas spesies,
genetik dan ekosistem air dari berbagai jurnal?
2. Apa yang menjadi faktor penyebab perubahan ekosistem air?
3. Apa yang menjadi faktor penyebab masalah pada diversitas spesies, genetik dan
ekosistem di air?
4. Apa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi perubahan ekosistem air dan
biodiversitas spesies, genetic, ekosistem air?
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui hasil penelitian tentang perubahan ekosistem air dan biodiversitas
spesies, genetik dan ekosistem air dari berbagai jurnal
2. Untuk mengetahui faktor penyebab perubahan ekosistem air
3. Untuk mengetahui faktor penyebab masalah pada diversitas spesies, genetik dan
ekosistem di air.
4. Untuk mengetahui solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi perubahan ekosistem air
dan biodiversitas spesies, genetic, ekosistem air.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tabel Rekap Hasil Penelitian dan Kesimpulan
Ekosistem Biodiversitas Genetik, Spesies dan Ekosistem di Air
1. Ekosistem Air Tawar (Sungai) Hasil utama dari ini penelitian adalah sebagai berikut:
Budiman Rusdi/K0122120 1. Indeks keanekaragaman menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan dalam keanekaragaman
hayati di keempat wilayah tersebut. Pada tingkat
genus,Limnohabitans,unclassified_f_Comamonadaceae,
dan Hgcl_clade merupakan flora dominan utama dengan
kelimpahan dan kemerataan yang tinggi.
2. Kruskal–Uji Wallis H digunakan untuk menganalisis
perbedaan komposisi spesies antar komunitas dan
kesimpulan berikut diambil: masing-masing kelompok
mengandung kelimpahan yang relatif tinggi
Limnohabitan; Distrik Shapingba memiliki kelimpahan
Limnohabitan yang lebih tinggi, Distrik Hechuan
memiliki berbagai unclassified_f_Comamonadaceae,
dan Distrik Beibei memiliki Hgcl_clade yang lebih
tinggi.
3. Melalui penentuan indikator fisik dan kimia air yaitu,
total nitrogen, fosfor total, kebutuhan oksigen kimia,
klorofil A, dan analisis oleh RDA diagram, hasilnya
menunjukkan bahwa distribusi spesies koloni mikroba
dipengaruhi secara signifikan oleh faktor lingkungan air.
Permintaan oksigen kimia dan nitrogen amonia sangat
mempengaruhi penyebaran koloni. Koloni biologis yang
berbeda juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang
berbeda.
2. Ekosistem Air Tawar (Danau) Biodiversitas Spesies
Tri Yulia Handayani/K012212016 1. Mikroalga yang ditemukan di Situ Cibanten terdiri dari
249 individu dari 26 spesies yaitu Oedogonium sp,
Ankistrodesmus falcatus, Quadrigula sp, kirchnella
lunaris, coenocytis planktonema, Spyrogira sp,
Plourotenium sp, Closterium gracile, Ulotrix sp,
Binuclearia tatrana, Achnantes sp, Gomphonema
olivaceum, Melosira Varians, Bacilaria paxilifera,
Fragilaria capunica, Ceratium hirudinella, Peridinium
umbonatum, Protoperidium claudicans, Phacus
longicauda, Phacus chloroplates, Euglena sp,
Thracelomonas horrida, Lemanea annulata, Oscilatoria
tenuis, Tolypotrix distorta, dan Pseudanabaena.
2.Indeks Keanekaragaman yang tertinggi terdapat pada
stasiun 1 dengan 3.110 dan terendah terdapat pada
stasiun 2 dengan 2.360. Indeks kemerataan tertinggi
terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 0.978 sedangkan
indeks kemerataan terendah terdapat pada stasiun 2
dengan nilai 0.803. Indeks dominansi pada setiap spesies
mendapatkan nilai hampir mendekati nol sehingga indeks
dominansi rendah. Serta Indeks kelimpahan relatif yang
tertinggi terdapat pada spesies Spirogyra dengan nilai
17.7 % dan terendah terdapat pada spesies Phacus
longicaida dan Lemanea annulata dengan nilai 0.4 %.
Menurut hasil dari indeks keanekaragaman Situ Cibanten
termasuk dalam kategori Tercemar sedang.
3. Ekosistem Air Tawar (Sungai) Biodiversitas Spesies
Nur Shadiqah Hamid/K012212009 Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
3. Fitoplankton yang ditemukan pada stasiun penelitian
sebanyak 11 genus yaitu Nostoc, Oscillatoria,
Rhizosolenia, Trachelomonas, Chlamydomonas,
Pandorina, Coscinodiscus, Melosira, Euglena,
Mycrosytic, Chrooccocus.
4. Nilai (H’) indeks Shanon-Wiener menunjukkan
keanekaragaman fitoplankton pada stasiun 1 tergolong
rendah dengan nilai 2.269218 dengan kondisi tidak
tercemar. Sedangkan stasiun 2 tingkat keanekaragaman
fitoplankton tergolong rendah dengan nilai 1.393739
dengan kondisi tercemar ringan. Pada stasiun 3 tingkat
keanekaragaman tergolong rendah dengan nilai
1.241975 dengan kondisi tercemar ringan.
5. Nilai kelarutan oksigen, suhu dan kecerahan merupakan
faktor fisik-kimia perairan yang sangat mempengaruhi
keanekaragaman fitoplankton yang diperoleh pada
lokasi pengamatan Sungai Bilah.
4. Ekosistem Air Tawar (Danau) Biodiversitas Spesies
A. Annisa Mulyani Ilmy/ 1. Hasil penelitian ditemukan makrozoobentos 25 spesies
K012212015 dalam 8 klas dari 5 filum. Spesies yang ditemukan
adalah Tiara sp, Melanoides tuberculata, M. torulosa,
Stenomelania torulosa, Anulotaia lagradierei, Physa sp,
Pila sp, Pomacea sp, Achatina fulica, Macrobrachium
sp, Vaginula sp, Tubifex sp, Lumbricullus sp, Nereis sp,
Glossiphonia sp, Gomphidae sp, Chironomus sp,
Trichoptera sp, Coleoptera sp, Belostoma flumineum,
Penaeus sp, Gammarus sp, Dolomedes fimbriatus, Rana
sp, Oreochromis mossambicus.
2. Nilai kepadatan tertinggi adalah Anulotaia lagradierei
sebesar 420 ind./m2 dengan kepadatan relative 68,93%.
Indeks ekologi yaitu keanekaragaman (H’) antara 1,037
sampai 1,887; Kemerataan taksa (E) 0,42 sampai 0,85
dan dominansi (D) 0,203 sampai 0,517.
3. Struktur komunitas makrozoobentos kurang stabil dan
dinilai bahwa perairan danau ini mengalami penurunan
kualitas dan dikategorikan tercemar ringan sampai
sedang. Penelitian ini ditemukan makrozoobentos
Tubifex sp, Lumbricullus sp, Nereis sp dan
Chironomous sp., sebagai indikator pencemar.
5. Ekosistem Air Tawar (Sungai) Biodiversitas Spesies
Nuriati/K012212021 Hasil penelitian menunjukkan empat jenis tumbuhan
akuatik terapung diantaranya Ipomoea aquatica, Eichhornia
crassipes, Lemna minor, serta Salvinia molesta dengan
indeks biodiversitas stasiun 1=0,546 (kategori rendah),
stasiun 2=1,159 (kategori sedang) dan stasiun 3= 0,929
(kategori rendah). Tumbuhan akuatik terapung yang paling
dominan adalah Eichhornia crassipes ditemukan pada
semua stasiun. Kadar Pb tumbuhan akuatik terapung 0,068
mg/Kg diatas baku mutu (0,008 mg/Kg) dan kadar Pb air
0,003 mg/L masih dibawah baku mutu. Stasiun 2 (area
pembuangan limbah) mengandung kadar Pb paling tinggi
dengan nilai 0.004 mg/L. Disimpulkan tumbuhan akuatik
terapung yang terdapat di area Sungai Brantas Mojokerto,
dapat digunakan untuk bioindikator Pb.
6. Ekosistem Air Tawar (Sungai) Biodiversitas Spesies
Sri Hartina/K012212027 Hasil penelitian menunjukan selama 2 bulan pengamatan
ditemukan 25 spesies dari tiga stasiun pengamatan dimana
jenis yang paling banyak tertangkap adalah udang kelapa
(Metapeneus monoceros) dan spesies yang paling sedikit di
temukan adalah spesies, lele merauke (Paraplotosu
salbilabris), lidah totol putih (Paraplagus iabilineata),
kipas-kipas (Gerres oyena), baji-baji (Leviprora inops),
pari pasir (Plesio batisdaviesi), pari bunga (Himantura
uarnak). Hasil pengukuran kualitas air suhu, salinitas,
dissolved oxygen (DO) dan pH masih mendukung
keberadaan biota perairan laut dan belum mengalami
pencemaran dengan kategori stabil.
Kesimpulan :
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa :
a. Terdapat beberapa macam ekosistem air yang mengalami perubahan baik karena faktor
alam maupun faktor manusia, di antaranya ekosistem air tawar yaitu sungai dan danau.
Kondisi ekosistem air di atas adalah tercemar ringan hingga tercemar berat. Hal tersebut
sebagian besar akibat dari aktivitas manusia.
b. Terdapat beberapa macam biodiversitas spesies yang mengalami gangguan baik karena
faktor alam maupun faktor manusia. Biodiversitas spesies yang ditemukan yaitu
microalga, fitoplankton, udang kelapa (Metapeneus monoceros) dan spesies yang paling
sedikit di temukan adalah spesies, lele merauke (Paraplotosu salbilabris), lidah totol
putih (Paraplagus iabilineata), kipas-kipas (Gerres oyena), baji-baji (Leviprora inops),
pari pasir (Plesio batisdaviesi), pari bunga (Himantura uarnak), makrozoobentos,
tumbuhan akuatik terapung diantaranya Ipomoea aquatica, Eichhornia crassipes, Lemna
minor, serta Salvinia molesta.
Kondisi biodiversitas spesies tersebut sebagian besar tergolong kurang stabil, serta
memiliki indeks keanekaragaman yang rendah.
B. Pembahasan Kesimpulan
1. Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar memiliki ciri-ciri antara lain variasi suhu tidak mencolok,
penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Tumbuhan yang
umumnya dijumpai adalah ganggang dan tumbuhan biji. Ekosistem air tawar dapat
dikelompokkan menjadi air tenang dan air mengalir. Danau dan rawa termasuk
ekosistem air tenang, sedangkan sungai termasuk ekosistem air mengalir.
Pencemaran dapat diklasifikasikan dengan tingkat ringan, sedang dan tinggi. Data
yang didapatkan pada jurnal yaitu sebagian besar berada pada pencemaran tingkat
ringan. Keanekaragaman fitoplankton pada stasiun 2 tergolong rendah dengan nilai
1.393739 dan stasiun 3 1.241975 dengan kondisi tercemar ringan (Dimenta dkk,
2020). Struktur komunitas makrozoobentos kurang stabil dan dinilai bahwa perairan
danau mengalami penurunan kualitas dan dikategorikan tercemar ringan sampai
sedang (Tulandi, 2022). Kadar Pb tumbuhan akuatik terapung 0,068 mg/Kg diatas
baku mutu (0,008 mg/Kg) dan kadar Pb air 0,003 mg/L masih dibawah baku mutu.
Stasiun 2 (area pembuangan limbah) mengandung kadar Pb paling tinggi dengan nilai
0.004 mg/L (Satrio dkk, 2022).
Faktor Penyebab :
a. Aktifitas Manusia
Kegiatan manusia seperti tindakan pencemaran dan eksploitasi yang
berlebihan terhadap sumber daya alam, secara langsung atau tidak langsung akan
mengakibatkan terjadinya perubahan ekosistem. Perusakan terhadap habitat suatu
komunitas akan secara langsung mengubah ekosistem pada habitat tersebut.
Sebagai contoh, eksploitasi ikan di danau atau di sungai dengan menggunakan
bahan peledak, arus listrik atau bahan beracun berakibat rusaknya habitat
komunitas di danau/sungai.
Adanya aktivitas pembuangan limbah, baik limbah pabrik/industri, pertanian,
maupun limbah domestik dari suatu pemukiman penduduk ke dalam badan air
suatu perairan menjadi penyebab perubahan parameter kualitas air kemudian
mengakibatkan degradasi air dan selanjutnya menyebabkan terjadinya perubahan
ekosistem dan penurunan keanekaragaman hayati.
b. Bencana Alam
Bencana alam dapat menyebabkan perubahan suatu ekosistem. Bencana alam,
seperti letusan gunung berapi dan gempa bumi merupakan sesuatu yang berada di
luar kendali manusia.
Pada ekosistem air tawar terdapat faktor-faktor pembatas yang memungkinkan
mekanisme yang berlangsung dalam ekosistem berjalan secara mantap. Faktor-faktor
pembatas tersebut berkaitan dengan kondisi habitat ait tawar (lingkungan aquatik),
yaitu:

a. Temperatur g. Karbondioksida terlarut


b. Transpirasi h. Garam biogenik dalam air
c. Turbiditas/kekeruhan i. Na dan K
d. Arus j. Kalsium dan Magnesium
e. Gas terlarus dalam air k. Fosfor
f. Oksigen terlarut (Dissolved l. Konveksi air
Oksigen/DO)
Dengan terganggunya faktor-faktor pembatas di atas, misalnya kenaikan atau
penurunan konsentrasi dan magnitude dari faktor-faktor tersebut, maka akan
mempengaruhi komunitas dan lingkungan abiotik dari ekosistem danau/sungai.
2. Biodiversitas Genetik, Spesies dan Ekosistem di Air
Biodiversitas dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan lingkungan dan
menggambarkan kondisi lingkungan masih dapat terpelihara atau tercemar. Indeks
keanekaragaman biasa digunakan untuk mengukur kondisi perairan dan ekosistem.
Indeks keanekaragaman merupakan nilai untuk mengetahui keanekaragaman
kehidupan yang berkaitan erat dengan jumlah spesies dalam komunitas di suatu
perairan (Agustinus dkk, 2022). Spesies plankton, alga, bentos, merupakan salah satu
indikator pencemaran.
Faktor Penyebab :
a. Faktor Fisika dan Kimia Perairan
Faktor fisika seperti suhu sangat berperan aktif dalam mengendalikan kondisi
ekosistem perairan, Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas,
reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan
penurutan kelarutan kelarutan gas (O2, CO2, N2, CH4) dalam air. Peningkatan
suhu juga menyebabkan peningkatan peningkatan kecepatan metabolisme dan
organisme air yang selanjutnya akan mengakibatkan peningkatan konsumsi
oksigen.
Faktor kimia seperti DO (Dissolved Oxygen) derajat oksigen merupakan
jumlah oksigen terlarut dalam air dengan satuan mg/L. Oksigen terlarut dapat
mengindikasi adanya oksigen dalam air yang dibutuhkan oleh seluruh makhluk
hidup, untuk pernafasan, proses metabolisme dan pertukaran zat yang kemudiaan
menghasilkan energi untuk proses pertumbuhan dan pembiakan. Jumlah
kandungan oksigen di dalam air dipengaruhi oleh suhu, salinitas dan tekanan.
Oksigen memiliki peranan penting sebagai indikator kualitas perairan. Apabila hal
ini tidak terpenuhi maka ekosistem perairan akan terganggu.
b. Pencemaran Logam Berat
Sumber bahan pencemar logam berat menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
1) Sumber dari alam, kebaradaan logam berat dapat dijumpai secara alami, misalnya
dalam bebatuan maupun pada air hujan serta pada udara.
2) Sumber dari Industri, industri adalah salah satu penghasil logam berat yang paling
berpotensi mencemari lingkungan. Contohnya pada industri yang mekai timbal
sebagai bahan baku , seperti industri.timbal konsentrat (Primary lead) maupun
secondary lead yang berasal dari potongan logam (scrap), industri baterai yang
banyak menghasilkan timbal terutama lead antimory alloy dan lead oxides
sebagai bahan dasarnya serta industri kabel yang dapat menghasilkan logam Cd,
Fe, Cr, Au dan Arsenik yang juga membahayakan kehidupan mahkul hidup.
3) Sumber dari tranportasi, hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive), Pb pada
bahan bakar kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi Pb in organik. Logam
berat Pb di dalam mesin maka logam berat Pb akan keluar dari knalpot bersama
dengan gas buangan lainnya.
C. Solusi
Adapun solusi untuk mencegah dan mempertahankan ekosistem air, sebagai berikut :
1) Pentingnya memahami pola ekologis dan fungsi dari ekosistem, dalam hal ini
ekosistem air, sebagai pengelolaan pemanfaatan sumberdaya kelautan serta
identifikasi prioritas konservasi demi menjaga keanekaragaman hayati yang ada
didalamnya;
2) Penyediaan dan pengelolaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), Cairan sisa
proses atau limbah bisa berasal dari proses industri, pabrik, pertanian, dan perkotaan
yang tidak lain merupakan hasil limbah rumah tangga. Hasil dari pembuangan
tersebut dapat membahayakan manusia maupun lingkungan, oleh karena itu
diperlukan proses pengolahan lebih lanjut sebelum dibuang ke saluran pembuangan.
Menyaring dan membersihkan cairan yang sudah tercemar baik oleh pencemar
organik atau kimia industri menjadi tujuan utama IPAL. Oleh sebab itu, IPAL
memiliki urgensi untuk dilakukan. IPAL yang dikelola secara benar pun menjanjikan
sejumlah manfaat atau kegunaan.
3) Mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang. Contohnya yaitu penggunaan
bahan-bahan plastik. Dengan mengurangi, menggunakan kembali ataupun mendaur
ulang bahan plastik secara otomatis akan mengurangi sampah plastik yang sangat
sering ditemukan di perairan seperti di laut, pantai dan sungai. Berkurangnya sampah
plastik sangat berpengaruh terhadap ekosistem di bawah laut dan organisme-
organisme yang ada di dalamnya.
4) Tidak terlalu sering menggunakan pupuk dan pestisida untuk kegiatan pertanian dan
peternakan. Karena penggunaan bahan-bahan ini akan meninggalkan residu di tanah
yang kemudian terbawa ke badan air. Penumpukan residu ini selain menyebabkan
kematian biota perairan karena keracunan, juga dapat mengakibatkan eutrofikasi dan
membuat populasi alga dan eceng gondok membeludak di daerah perairan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Ada beberapa faktor penyebab pencemaran ekosistem air seperti, aktivitas manusia
dan bencana alam. Berbeda dengan biodiversitas, faktor fisika seperti suhu, faktor
kimia dan pencemaran logam pb, sangat berperan aktif dalam mengendalikan kondisi
ekosistem perairan khususnya biodiversitas spesies. Banyak dampak yang timbul
akibat pencemaran ekosistem air, baik dari segi lingkungan sampai dengan kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, Masalah pencemaran air adalah tanggung jawab kita
bersama. Bukan hanya orang pribadi, pemerintah dan lembaga kemasyarakatan juga
perlu terlibat dalam hal ini, mengingat dampak pencemaran air dapat menyebar dan
bisa dirasakan oleh siapa saja.
B. Saran
Ada banyak cara mengatasi pencemaran air yang bisa dilakukan bagi seorang
individu seperti kita, misalnya :
1. Tidak membuang sampah sembarangan dan selalu membuang sampah pada tempat
yang tepat. Ini termasuk jika kita sedang berada ditempat-tempat seperti pantai,
sungai, dan tempat-tempat umum.
2. Gunakan plastik yang lebih cepat terdekomposisi untuk membungkus. Plastik
semacam ini lebih ramah lingkungan dan tanah.
3. Tidak terlalu sering menggunakan pupuk dan pestisida untuk kegiatan pertanian
dan peternakan. Karena penggunaan bahan-bahan ini akan meninggalkan residu di
tanah yang kemudian terbawa ke badan air. Penumpukan residu ini selain
menyebabkan kematian biota perairan karena keracunan, juga dapat
mengakibatkan eutrofikasi dan membuat populasi alga dan eceng gondok
membeludak di daerah perairan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Annisa Mulyani Ilmy: Selvana S. Tulandi, 2022. Analisis Kualitas Air Danau Sineleyan
Tomohon Berdasarkan Kajian Struktur Keanekaragaman Makrozoobentos. Majalah
InfoSains. 3 (1): 27-37.
Budiman Rusdi: Maolan Zhang, dkk. 2022. An Analysis of the Colony Structure of
Prokaryotes in the Jialing River Waters in Chongqing. International Journal Of
Environmental Research and Public Health: 1-16.
Nuriati: Adam Satrio Nurfadillah & Herlina Fitrihidajati. 2022. Biodiversitas dan Kadar
Logam Berat Pb Tumbuhan Akuatik Terapung di Sungai Brantas Mojokerto Sebagai
Bioindikator Pencemaran Timbal. LenteraBio. 11 (1): 63-70.
Nur Shadiqah Hamid: Rivo Hasper Dimenta, dkk. 2020. Kualitas Sungai Bilah Berdasarkan
Biodiversitas Fitoplankton Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara. Jurnal Ilmu
Alam dan Lingkungan.11 (2): 24-33.
Sri Hartina: Agustinus B Komberem, Sisca Elviana & Sunarni. 2022. Monitoring
Biodiversitas Ikan sebagai Bioindikator Kesehatan Lingkungan di Sekitar Muara
Sungai Bian, Kabupaten Merauke. Nekton. 2 (1): 43-58.
Tri Yulia Handayani: Rt Inu Rahayu & Hadi Susilo. 2021. Keanekaragaman Mikroalga
Sebagai Bioindikator Pencemaran Di Situ Cibanten Kecamatan Ciomas Kabupaten
Serang Banten. Jurnal Lingkungan dan Sumberdaya Alam. 4 (2): 104-116.

Anda mungkin juga menyukai