Anda di halaman 1dari 11

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI BEBERAPA ANAK

SUNGAI BATANG LUBUH KECAMATAN RAMBAH


KABUPATEN ROKAN HULU

Siti Rahayu, Radith Mahatma, Khairijon

Mahasiswa Program S1 Biologi


Bidang Zoologi Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia
Rahayus148@gmail.com

ABSTRACT

This study was conducted to determine the diversityand abundance of macrozoobenthos in the water
creeks of Batang Lubuh, Rambah District. The samples of macrozoobenthos had been taken from 5
stations using Eckman grab. Based on theresults, macrozoobenthos which were consisted of 9 species
belongs to three classes ie. Gastropoda, Oligochaeta, andInsecta. The average abundance of
macrozoobenthos ranged from 45 to1273 Ind/m2. Composition of macrozoobenthos was dominated by
Gastropods (75,36%). The hishest abudance was obtained at station I (1408 ind/m2) and the lowest
abudance was obtained at station II (45 ind/m2). The highest diversity Index (H’) of macrozoobenthos was
found at Station I (1,971) and the lowest was found at Station II (0), mean while the highest dominance
Index of macrozoobenthos was found at Station II (1) and the lowest was found at Station I (0.288). The
analysis of water physical and chemical indicated thatthe correlation between diversity of
macrozoobenthos and turbidity and also orthoposfat was negative, while the other parameters were
positive.

Keywords: CreeksBatang Lubuh, Diversity, Macrozoobenthos.

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelimpahan dan keanekaragamanmakrozoobentos di perairan


anak sungai Batang Lubuh Kecamatan Rambah. Sampel makrozoobentos diambil dari 5 stasiun yang
ditentukan dengan menggunakan Eckman grab. Berdasarkan hasil penelitian, makrozoobentos yang
ditemukan sebanyak 9 spesies dari 3 kelas yaitu Gastropoda, Oligochaeta, dan Insecta. Kelimpahan rata-
rata makrozoobentos yang ditemukan berkisar antara 45-1273 % Ind/m2.Komposisi makrozoobentos yang
mendominasi yaitu Gastropoda (75,36 %). Kelimpahan individu tertinggi didapat pada Stasiun I (1408
ind/m2) dan terendah pada Stasiun II (45 ind/m2). Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat
pada Stasiun I (1,971) dan terendah pada Stasiun II (0), sedangkanNilai Indeks Dominansi (C) tertinggi
terdapat pada Stasiun II (1) dan terendah terdapat pada Stasiun I (0,288). Dari analisis parameter fisika
dan kimia air korelasi keanekaragaman makrozoobentos terhadap kekeruhan serta Orthoposfat
berkorelasi negatif, sedangkan parameter yang lain berkorelasi positif.

Kata kunci : Keanekaragaman, Makrozoobentos, Anak Sungai Batang Lubuh.

PENDAHULUAN Sumatera Barat menuju Rokan Hilir salah satu


kecamatan yang dilauinya adalah Kecamatan
Sungai Batang Lubuh merupakan salah Rambah. Aliran sungai ini melewati kawasan
satu dari empat sungai besar di kabupaten rokan pemukiman masyarakat, pabrik dan tempat
hulu. Sungai Batang Lubuh mengalir dari pengerukan pasir. Masyarakat di Kecamatan

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 198


Rambah bermukim disepanjang aliran sungai grab. Dengan cara Eckman grab diturunkan
Batang Lubuh dan memenfaatkan sungai ini sampai kedasar perairan kemudian diangkat dan
untuk keperluan sehari-hari seperti untuk sampel yang terangkat dimasukkan kedalam
kegiatan mandi cuci kakus (MCK), tempat ember selanjutnya dimasukkan kedalam plastik
membuang limbah rumah tangga dan juga bagi 5 kg kemudian diberi label. Di laboratorium
para nelayan sebagai tempat cari ikan.Pada sampel disaring menggunakan saringan No. 35
musim kering misalnya, bukan hanya para dan makrozoobentos yang terambil diberi
nelayan tetapi juga masyarakat umum ikut pewarna Rose Bengal kemudian diamati dengan
mencari ikan di sungai tersebut, serta di sungai menggunakan mikroskop dissecting. Setelah itu
tersebut ada aktivitas galian C. diawetkan menggunakan Formalin 4%.
Makrozoobentos merupakan hewan
bentos yang berukuran 1,0 mm atau lebih Pengukuran Faktor Fisika Kimia Air
(Wahyono 1993). Berdasarkan tempat hidupnya
zoobentos dibagi menjadi 2 yaitu infauna dan Pengukuran faktor fisika kimia air yang
epifauna. Infauna adalah bentos yang hidup diukurdalam penelitian ini adalah: suhu,
didalam subtrat perairan. Epifauna adalah bentos kecerahan, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO
yang hidup diatas subtrat perairan (Nybaken (Dissolved Oxygene), COD (Chemical Oxygen
1998). Demand), Nitrat, fosfat dan fraksi sedimen.
Makrozoobentos cukup besar peranannya Sebagian dilakukanl angsung di lapangan dan
dalam ekosistem perairan yaitu menguraikan sebagian lagi diukur diLaboratorium.
materi organik yang jatuh kedasar perairan.
Makrozoobentos mentransfer energi dari Analisis Data
produsen primer ketingkatan trofik berikutnya,
selain itu mengemukakan bahwa Data yang diperoleh diolah menghitung
makrozoobentos berperan dalam proses kelimpahanjenis, indeks Diversitas Shannon
menetralisasikan lingkungan perairan dengan Wiener, Indeks Dominansi, dan analisa korelasi
cara merubah balik limbah organik menjadi dengan persanaan sebagai berikut:
sumber makanannya sehingga kondisi perairan
menjadi stabil (Siagian 1998; Suin 2002). a) Kelimpahan Jenis
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kelimpahan dan keanekaragaman K=
makrozoobentos diperairan anak Sungai Batang
Lubuh Kecamatan Rambah. b) Indeks Diversitas Shannon Wiener

METODE PENELITIAN H’= -


Penelitian ini dilakukan pada bulan April- Dimana: ni= jumlah individu spesies ke-1
Juli 2014, bertempat diperairan anak sungai N = jumlah total individu
Batang Lubuh Kecamatan Rambah Kabupaten
Rokan Hulu yaitu sungai Pupat (stasiun I), c) Indeks Dominansi
sungai Deras(stasiun II), sungai Batang Samo
2
(stasiun III), sungai Kaiti (stasiun IV) dan sungai C=
Pisagang (stasiunV). Sampel yang diperoleh Dimana : ni= jumlah individu tiap jenis
dianalisis di Laboratorium Zoologi FMIPA dan N = jumlah total individu tiap jenis
Laboratorium Ekologi Perairan FAPERIKA
Universitas Riau. d) Analisa Regresi Linier Sederhana dan
Korelasi
Pengambilan Sampel
Persamaan regresilinier sederhana:
Sampling dilakukan tiga ulangan pada Y’ = a + bX
setiap stasiunnya dengan menggunakan Eckman

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 199


2015
Dimana: Y’=variabel dependen (nilai yang makrozoobenthos yaitu Gastropoda,
diprediksikan) Oligochaetha dan Insecta. Pada penelitian ini di
dapat organisme makrozoobentos sebanyak 9
X= variabel independen spesies (Pila scutata, Pila polita, Oncomelania
hupensis, Melanoides granifera, Brotia costula,
a=konstanata (nilai Y’ apabila X = 0) Brotia testudinaria, Lumbriculus sp, Tubifex sp,
b=koefisien regresi (nilai peningkatan dan Sielbodius sp). Spesies yang mendominasi
jika bernilai positif ataupun yaitu Brotia testudinaria dengan nilai
penurunan jika bernilai negatif) kelimpahan rata-rata 1273 Ind/m2.Spesies yang
tidak mendominasi yaitu Pila scutata dan
Sielbodius sp dengan kelimpahan rata-rata 45
Rumus korelasi: rxy = Ind/m2 (Tabel 1).
Keterangan:
A) Kelas Gastropoda
rxy = korelasi antara variabel x dan y
a) Pila scutata
X = ( X1 – X )
Pila scutata termasuk dalam Famili
Y = ( Y1 – Y ) Ampullaridae dan Genus Pila. Keong ini
memiliki tinggi cangkang 40 mm dengan
diameter 15-25 mm. Bentuknya seperti kerucut
membulat dengan warna hijau-kecoklatan atau
kuning kehijauan.

Tabel 1 Jumlah makrozoobentos yang ditemukan

No Kelas Spesies Jumlah Individu yang Ditemukan

1 Gastropoda Pila scutata 45


Pila polita 136
Oncomelania hupensis 545
Melanoides granifera 90
Brotia costula 272
Brotia testudinaria 1273
2 Oligochaeta Lumbriculus sp 500
Tubifex sp 227
3 Insecta Sielbodius sp 45
Total 3133

HASIL DAN PEMBAHASAN Puncak cangkang agak runcing, tepi cangkang


menyiku tumpul, jumlah seluk 6-7, dan seluk
a) Struktur Dan Komposisi akhir besar. Mulut membundar, tepinya
Makrozoobenthos bersambung, tidak melebar, umumnya hitam
(Gambar 1. a).
Berdasarkan hasil penelitian di beberapa
anak sungai Batang Lubuh ditemukan tiga kelas
JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 200
2015
A B d) Brotia testudinaria

Brotia testudinaria termasuk dalam


Famili Pachychilidae dan Genus Brotia.Keong
ini memiliki tinggi cangkang 8,85-16,2 mm
dengan diameter 4,3-7,2 mm. Bentuknya seperti
kerucut memanjang dengan warna cokelat
kekekuningan dan tidak transparan. Puncak
cangkang tumpul, ujung cangkang oval, jumlah
seluk 8-9, permukaan cangkang halus dan licin
Gambar 1. a) Pila scutata dan b) Pila polita dan seluk akhir besar (Gambar 2. b).

b) Pila polita

Pila polita termasuk dalam Famili


Ampullaridae dan Genus Pila. Keong ini
memiliki tinggi cangkang 40-50 mm dengan
diameter 20-30 mm. Bentuknya seperti kerucut
membulat dengan warna kuning keemasan.
Puncak cangkang runcing, tepi cangkang
menyiku tumpul, jumlah seluk 6-8, dan seluk
akhir besar. Menyukai habitat pada perairan
yang bersih dan perairan yang lambat (Gambar
1. b).
Gambar 3. Oncomelania hupensi
A B
e) Oncomelania hupensis

Oncomelania hupensis termasuk dalam


Famili Pachychilidae dan Genus Oncomelania.
Keong ini memiliki tinggi cangkang 7,8-16,4
mm dengan diameter 4-6,65 mm. Bentuknya
seperti kerucut memanjang dengan warna
cokelat kekekuningan. uncak cangkang
rompang, ujung cangkang oval, jumlah seluk
6-7, dan seluk akhir besar (Gambar 3).
Gambar 2. a) Brotia costula dan b) Brotia
testudinaria

c) Brotia costula

Brotia costula termasuk dalam Famili


Pachychilidae dan Genus Brotia. Keong ini
memiliki tinggi cangkang 7,8-16,4 mm dengan
diameter 4-6,65 mm. Bentuknya seperti kerucut
memanjang dengan warna cokelat
kekekuningan. Puncak cangkang rompang,
ujung cangkang oval, jumlah seluk 6-7, dan
seluk akhir besar serta permukaan cangkang
dipenihi oleh rambut-rambut halus Gambar 4. Melanoides granifera
(Gambar 2. a). f) Melanoides granifera

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 201


2015
Melanoides granifera termasuk dalam didasar perairan dengan membuat tabung
Famili Thiaridae dan Genus Melanoides. Keong (Edmonson 1963) ( Gambar 5. b).
ini memiliki tinggi cangkang 10,7-19,4 mm
dengan diameter 5,5-10,9 mm. Bentuknya C) Kelas Insecta
seperti kerucut memanjang dengan warna
cokelat kekekuningan. Puncak cangkang a) Sielbodius sp
rompang, ujung cangkang oval, permukaan
ditutupi nodul-nodul yang tertata dengan rapi, Seilbodius termasuk kedalam famili
jumlah seluk 7-8, dan seluk akhir besar Hidroptilidae dan genus sielbodius. Ciri-ciri
(Gambar 4). yang ditemukan yaitu berukuran sedang
(panjang 8-15 mm), hidup bebas.Kepala dan
B) Kelas Oligochaeta pronotum mengeras, prosternum dengan sentral
sklerit. Mesonotum dan metanotum seperti
a) Lumbriculus sp membran. Kaki depan temodifikasi, dapat
Lumbriculus sp termasuk pada famili berupa capit memanjang (Gambar 6).
lumbricidae dan genus lumbriculus. Ciri-ciri
dari genus ini yaitu segmen kepala lebih
berpigmen gelap, lebih luas, dan lebih
bermanuver dari pada segmen ekor. Struktur
khusus dalam 8-10 segmen anterior pertama
termasuk prostomium kerucut, faring berotot,
bersifat hemafroditisme. Genus ini lebih
menyukai habitat dangkal seperti di tepi kolam,
danau, atau rawa-rawa di mana genus ini
mencari makanan pada vegetasi membusuk dan
mikroorganisme. Habitat yang disukai yaitu
lapisan daun membusuk atau sedimen di dasar Gambar 6. Sielbodius sp
vegetasi, seperti tanaman rawa. Lumbriculus
menempati sedimen berlumpur dari air yang b) Kelimpahan Organisme Makrozoobentos
lebih dalam (Gambar 5. a).
Kelimpahan rata-rata makrozoobenthos
yang di temukan selama penelitian di perairan
A B anak Sungai Batang Lubuh berkisar antara 45-
1273 ind/m2.Pada beberapa anak sungai Batang
Lubuh kelimpahan makrozoobentos pada
Stasiun I adalah1408 ind/m2, Stasiun II 45
ind/m2, Stasiun III 409 ind/m2, Stasiun IV 1181
ind/m2 dan Stasiun V 90 ind/m2 dengan rata-rata
kelimpahan sebesar 626,6 ind/m2(Tabel 2).

Gambar 5. a) Lumbriculus sp dan b) Tubifex sp Nilai kelimpahan makrozoobentos yang


terendah adalah stasiun II (45 ind/m2) dan nilai
b) Tubifex sp kelimpahan yang tertinggi adalah stasiun I (1408
Tubifex sp termasuk pada famili ind/m2). Rendahnya kelimpahan rata-rata di
Tubifichidae dan genus tubifex. Cacing ini stasiun II ini diduga karena perairan di stasiun II
memiliki bentuk tubuh bilateral simetris, kekeruhannya lebih tinggi dibandingkan yang
memanjang dengan panjang tubuh berkisar lain, yang dapat diduga bahwa bahan pencemar
antara 1-3 cm yang terdiri dari 76-85 segmen lebih banyak. Hal ini mengakibatkan DO
dengan diameter tubuh berkisar antara 1-2 mm, perairan rendah sehingga organisme didalamnya
pada segmen tubuh terdapat setae bersifat perkembangannya terhambat.
hemaprodit, reproduksi seksual cacing ini hidup

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 202


2015
Adanya perbedaan nilai kelimpahan sedimen, tingkat adaptasi, kompetisi dan
setiap stasiun penelitian berkaitan erat dengan predatorisme.
perbedaan ketersediaan bahan organik, substrat,
serta aktivitas manusia pada masing - masing Keanekaragaman Makrozoobentos. Stasiun IV
kawasan perairan. Menurut Tanjung (1994), dengan indeks keanekaragaman 0,774 tergolong
kelimpahan makrozoobenthos dipengaruhi oleh perairan yang tercemar berat. Sedangkan stasiun
topografi habitat tempat merekaberada, V dengan indeks keanekaragaman 1 tergolong
ketersediaan makanan dan oksigen, tipe pada perairan tercemar sedang.

Table 2. Kelimpahan Makrozoobentos Disetiap Stasiun

Taksa Stasiun
No
Kelas Spesies 1 2 3 4 5
1 Gastropoda Pila scutata 45 0 0 0 0
Pila polita 136 0 0 0 0
Oncomelania hupensis 500 0 0 0 45
Melanoides granifera 0 45 0 45 0
Brotia costula 0 0 136 136 0
Brotia testudinaria 0 0 273 1000 0
2 Oligochaeta Lumbriculus sp 500 0 0 0 0
Tubifex sp 227 0 0 0 0
3 Insecta Sielbodius sp 0 0 0 0 45
Total 1408 45 409 1181 90

C) Indeks Keanekaragaman Jenis (H’), mempengaruhi kontribusi nilai Indeks


Indeks Dominansi (C) Makrozoobentos Keanekargaman Makrozoobentos. Stasiun IV
dengan indeks keanekaragaman 0,774
Menurut Sinaga (2009) klasifikasi tergogolong perairan yang tercemar berat.
derajat pencemaran berdasarkan Indeks Sedangkan stasiun V dengan indeks
Diversitas Shanon (H’), yaitu : jika H’ > 2,0
keanekaragaman 1 tergolong pada perairan
(tidak tercemar), 1,6 ≤ H’ ≤ 2,0 (tercemar
ringan), 1,0 ≤ H’ ≤ 1,6 (tercemar sedang) dan
tercemar sedang.
Indeks Keanekaragaman (H’)
H’< 1,0 (tercemar berat). Berdasarkan
makrozoobentos yang didapat dari kelima
penggolongan ini beserta data yang didapat,
stasiun berkisar 0 - 1,971dengan rata-rata 0,39
Stasiun I dengan Indeks Keanekaragaman 1,971
(Tabel3).Indeks Keanekaragan tertinggi terdapat
tergolong perairan tercemar ringan, Stasiun II
pada Stasiun I yakni sebesar 1,971. Tingginya
dengan Indeks Keanekaragaman 0 tergolong
nilai Indeks Keanekaragaman pada stasiun I
perairan tercemar berat dan Stasiun III dengan
menunjukkan kondisi lingkungan perairan yang
Indeks Keanekaragaman 0,89 tergolong perairan
baik dan mendukung kehidupan biota di
tercemar sedang. Stasiun I dan III tergolong
dalamnya. Hal tersebut juga dapat dilihat dari
dalam perairan tercemar ringan dan sedangkan
tingginya kadar oksigen terlarut pada stasiun ini
hal ini diduga kedua stasiun ini telah mengalami
yang diduga cukup tersedia untuk konsumsi
tekanan karena disekitar perairan terdapat
biota di dalamnya. Selain itu, tingginya nilai
pelabuhan dan pasar pada Stasiun I serta
Indeks Keanekaragaman pada Stasiun I dapat
terdapat pemukiman pada Stasiun III yang
dilihat dari nilai Indeks Dominansinya yakni
membuang limbahnya baik organik maupun
sebesar 0,288 yang berarti tidak ada jenis yang
anorganik ke perairan yang pada akhirnya dapat
JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 203
2015
mendominasi. Hal ini menunjukkan bahwa pada tidak mengalami perbedaan yang signifikan.
Stasiun I ditemukan jumlah spesies yang tinggi Suhu pada perairan anak sungai Batang Lubuh
dengan jumlah individu antar spesies relatif berkisar 25-34,3oC. Menurut Nyabakken (1992),
seimbang.

Tabel 3 Nilai Indeks Keragaman (H'), Nilai Indeks Dominansi (C) Dan Nilai Indeks Pada
Masing-Masing Stasiun
Nilai Indeks
Stasiun Keanekaragaman (H') Nilai Indeks Dominansi (C)
(Pi Log2 Pi) (Pi^2)
I 1,971 0,288
II 0 1
III 0,89 0,694
IV 0,744 0,731
V 1 0,5

Nilai Indeks Dominansi pengukuran pada stasiun I terlalu panas dan pada
makrozoobentos Perairan anak sungai Batang stasiun yang lain relatif sama sehingga suhu
Lubuh yang diperoleh pada kelima stasiun umumnya suhu di atas 30 0C dapat menekan
berkisar 0,288-1. Nilai Indeks Dominansi yang pertumbuhan populasi hewan bentos. Oleh
tertinggi terdapat pada Stasiun II yakni sebesar 1 karena itu pada staiun I suhu dapat menekan
dan nilai Indeks Dominansi terendah terdapat pertumbuhan populasi makrozoobentos sehingga
pada Stasiun I yakni sebesar 0,288 (Tabel 3). terdapat dominansi jenis, dapat kita lihat
Menurut Odum (1993), nilai dominansi kelimpahan pada staiun I lebih tinggi, namun
mendekati 0 maka dominansi rendah atau tidak dominansi terjadi pada kelas gastropoda.
ada yang mendominansi dan jika nilai dominansi Hasil menunjukkan nilai kecerahan
mendekati 1 maka dominansi tinggi atau ada berkisar antara 8-10 cm. Nilai kecerahan yang
yang mendominansi. Berdasarkan nilai Indeks tertinggi adalah stasiun I, hal ini dikarenakan
Dominansi yang diperoleh pada stasiun II subtrat dasar pada stasiun ini lumpur berpasir
memperlihatkan nilai Indeks Dominasi yang mana persentasi lumpur lebih tinggi.
mendekati 1 yang berarti nilai dominansi tinggi Kecepatan arus anak sungai Batang
atau ada biota yang mendominansi. Meskipun Lubuh berkisar 3,13-16,2 m/s. Kecepatan arus
pada stasiun penelitian dijumpai jumlah individu terendah terdapat pada Stasiun II yaitu di lokasi
jenis tertentu yang lebih banyak, hal ini diduga padat penduduk, hal ini disebabkan karena
berkaitan dengan keadaan perairan atau jenis perairan di Stasiun II sedikit tertutup.
substrat yang mendukung bagi populasinya. Kecepatan arus yang cepat akan menghayutkan
partikel terlarut, sedangkan kecepatan arus yang
C) Parameter Fisika Kimia Air lambat akan menyebabkan partikel yang tidak
terhanyutkan menjadi terendap dan membentuk
Nilai kekeruhan anak sungai Batang elemen dasar perarairan.
Lubuh pada berkisar 12-24 NTU.Nilai Oksigen terlarut (DO) perairan anak
kekeruhan tertinggi di Stasiun II, hal ini diduga sungai Batang Lubuh berdasarkan hasil
karena pada waktu pengamatan dan telah banyak penelitian berkisar 0,2-1,6 mg/l. Hasil
aktifitas masyarakat. pengukuran menunjukkan penurunan dan
Hasil pengukuran menunjukkan nilai kenaikan kadar oksigen terlarut yang disertai
suhu pada stasiun I lebih tinggi di bandingkan dengan peningkatan dan penurunan suhu di
dengan empat stasiun lainnya, hal ini semua stasiun padasiang dan sore hari, karena
dikarenakan keadaan cuaca pada waktu dengan peningkatan suhu dapat mempercepat
JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 204
2015
laju metabolisme, respirasi dan dekomposisi. padatan berupa mineral-mineral batuan dan
Secara umum, menurut Effendi (2003) hampir dalam bentuk suspense dalam sel organisme
semua organisme menyukai kondisi kadar seperti bakteri, plankton, sisa tanaman, dan
oksigen terlarut > 5,0 mg/l. protein.Fosfat yang terdapat di perairan berasal
Nilai COD berkisar 15,2-45,6 mg/l, nilai dari hasil pelapukan mineral fosfat yang terbawa
COD yang tertinggi adalah stasiun V dan yang saat erosi, pupuk, deterjen serta limbah industri
terendah adalah stasiun II dan IV. Perubahan dan rumah tangga (Effendi 2003).
musim mempengaruhi kondisi fisik kimiawi Konsentrasi fosfat di perairan di
perairan danau. Peningkatan kedalaman air perairan anak sungai berkisar 0,2515-0,8783
diikuti dengan penurunan kelimpahan mg/l. Purnomo dan Hanafi(1982) menyatakan
makrozoobenthos. Cleto-filho & Arcifa (2006) bahwa berdasarkan kesuburan perairan maka
juga menemukan kelimpahan makrozoobenthos fosfat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
lebih tinggi di perairan yang dangkal. Hal ini konsentrasi fosfat 0,00-0,02 mg/l adalah perairan
diduga karena menurunnya kadar oksigen di dengan kesuburan perairan rendah, konsentrasi
dasar perairan apabila perairan semakin dalam. 0,02 - 0,05 mg/l perairan dengan kesuburan
Nitrat merupakan salah satu bentuk perairan sedang, konsentrasi 0.05-0,10 mg/l
nitrogen yang diserap oleh mikroorganisme kesuburan perairan baik, konsentrasi 0,10-0,20
nabati yang kemudian diolah menjadi protein mg/l kesuburan perairan baik sekali dan lebih
dan selanjutnya menjadi sumber makanan bagi dari 0,20 mg/l kesuburan perairan sangat
hewan (Nurdin 1999). Dari hasil di dapat nilai baiksekali. Apabila dibandingkan dengan nilai
Nitrat berkisar antara 0,0521-3 mg/l, nilai nitrat baku mutu tersebut maka nilai kandungan fosfat
tertinggi terdapat pada stasiun I. Tingginya yang diperoleh selama penelitian sudah melebihi
konsentrasi nitrat di sekitar anak sungai diduga ambang batas baku mutu yang telah ditetapkan,
karena anak sungai merupakan tempat maka tergolong ke dalam perairan sangat subur
terkumpulnya beberapa macam polutan baik atau sangat baik sekali.
yang berasaldari aktivitas manusia seperti Hasil pengukuran derajat keasaman
kegiatan tambak, limbah rumah tangga, serta (pH) menunjukkan terdapat perbedaan nilai pH
erosi dari daratan. di semua stasiun yaitu berkisar antara 4,33-5,3.
Fosfat merupakan unsur kunci dalam Berdasarkan hasil pengukuran, secara umum
kesuburan perairan dan nutrien pertama yang nilai pH perairan anak sungai Batang Lubuh
menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tergolong alami dan mampu mendukung
fitoplankton. Fosfat dalam bentuk terlarut kehidupan organisme makrozoobentos.
berupa orthofosfat, sedangkan dalam bentuk

Tabel 4. Parameter Fisika Kimia Air

Parameter Fisika Kimia Air Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5


Kekeruhan (NTU) 23 24 13 23 15
Suhu (0C) 34,3 25,3 25 27,3 26
Kecerahan 10 9 8 9 9
Kecepatan arus 6,78 4,3 15,28 16,2 3,13
Oksigen Terlarut (mg/l) 1,6 0,8 0,8 0,2 0,8
COD (mg/l) 30,4 15,2 30,4 15,2 45,6
Nitrat (mg/l) 3 0,2583 0,0667 0,7438 0,0521
Orthoposfat (mg/l) 0,2515 0,5996 0,6991 0,5774 0,8783
pH 5,3 5 5 5 4,33
D) Substrat Dasar (Fraksi Sedimen) Kandungan substrat di perairan Anak
Sungai Batang Lubuh selama penelitian terdiri
JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 205
2015
atas lumpur berpasir, pasir berkerikil dan
kerikil berpasir. Fraksi sedimen pada anak Hasil perhitungan regresi linier
sungai Batang Lubuh selama penelitian sederhana antara Indeks keanekaragaman (H’)
darikeseleruhan stasiun sampling menunjukkan terhadap parameter kualitas air pada beberapa
nilai sebagai berikut: fraksi kerikil berkisar 9,7- anak sungai Batang Lubuh dapat dilihat pada
76,7%, fraksi pasir berkisar 20,5-74,5 % tabel 7.
danfraksi lumpur berkisar 0 -69,9 % (Tabel 5). Dapat dilihat dari tabel 7 bahwa hasil uji
Dilihatdari hasil pada stasiun I dan V analisis korelasi antara parameter kualitas air
fraksi lumpur lebih tinggi, sedangkan stasiun II terhadap H’ sangat bervariasi tingkat
fraksi pasir yang lebih tinggi dan pada stasiun III korelasinya. Nilai (+) menunjukkan arah
dan IV fraksi kerikil yang lebih tinggi.Lebih korelasi yang searah yang mana jika nilai H’
tinginya fraksi pasir dibandingkan fraksi lumpur tinggi maka nilai parameter kualitas perairan
dapat disebabkan oleh dinamika pasang surut juga akan tinggi. Sedangkan nilai (-)
yang terjadi di stasiun I dan V ini, sehingga menunjukkan arah korelasi yang berlawanan
menyebabkan substrat lumpur selalu teraduk dan yang artinya jika nilai H’ tinggi maka nilai
terbawa bersamaan dengan pasang dan surutnya parameter kualitas air akan berbalik rendah, dan
perairan stasiun I dan V. jika nilai H’ rendah maka nilai parameter
kualitas air akan tinggi.
E) Korelasi Indeks Keanekaragaman
Terhadap Parameter Kualitas Air
Tabel 5. Hasil Analisis Fraksi Sedimen

Fraksi Sedimen
Stasiun Kerikil Total (%) Keterangan
Pasir (%) Lumpur (%)
(%)
I 9,7 20,5 69,9 100 Lumpur Pasir
II 13,7 74,5 11,8 100 Pasir Kerikil

III 76,7 23,3 0 100 Kerikil Pasir

IV 58,6 27,6 13,8 100 Kerikil Pasir


V 14,2 34,0 51,8 100 Lumpur Pasir

Hasil fraksi sedimen yang di analisis Dari hasil uji korelasi keanekaragaman
pada penelitian ini pada setiap stasiun berbeda- makrozoobentos dapat dilihat bahwa kekeruhan
beda yaitu pada stasiun I dan V fraksi lumpur dan orthoposfat berkorelasi berlawanan,
lebih tinggi (69,9 % dan 51,8 %) dibanding sedangkan parameter yang lain berkorelasi
fraksi yang lain sehingga pada stasiun ini searah.
dikategorikan lumpur pasir. Pada stasiun II Hubungan korelasi antara parameter
fraksi pasir yang tertinggi (74,5 %) maka stasiun fisika kimia dengan indeks keanekaragaman
II dikategorikan pasir kerikil,sedangkan pada yaitu: kekeruhan dengan Indeks
stasiun III dan IV fraksi kerikil nilainya tinggi Keanekaragaman (H’) nilainya sebesar -0,085
(76,7% dan 58,6 %) sehingga stasiun III dan IV dikategorikan tingkat hubungan sangat rendah
dikategorikan kerikil pasir. dan mempunyai arah korelasi berlawanan, suhu

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 206


2015
Tabel 7. Nilai analisis korelasi antara H’ terhadap parameter kualitas air

Parameter Kualitas Perairan Indeks Keanekaragaman (H')


Kekeruhan (NTU) -0.085
Suhu (0C) 0.841
Kecerahan 0.542

Kecepatan Arus 0.004

Oksigen Terlarut (Mg/L) 0.674

COD (Mg/L) 0.499


Nitrat (Mg/L) 0.79
Ortophosfat (Mg/L) -0.531
pH 0.26
Keterangan : + : arah korelasi searah, - : arah korelasi berlawanan

dengan H’ nilainya sebesar 0,841 dapat rata-rata 1273 Ind/m2. Kelimpahan yang
dikategorikan hubungannya sangat kuat, tertinggi terdapat pada stasiun I yang mana
kecerahan dengan H’ yang bernilai 0,542 terdapat 2 genus yaitu Gastropoda dan
dikategorikan hubungannya sedang, selanjutnya Oligichaeta. Kelimpahan total terendah adalah
kecepatan arus dengan H’ nilainya sebesar 0,004 pada stasiun II yang mana terdapat 1 spesies saja
dikategorikan sangat rendah, DO dengan H’ yaitu Melanoides granifera dengan kelimpahan
nilainya sebesar 0,674 dikategorikan tingkat rata-rata 45 ind/m2.
hubungannya kuat, COD dengan H’ nilainya Dari hasil analisis parameter fisika
sebesar 0,499 dikategorikan tingkat kimia air dengan H’ parameter yang paling
hubungannya sedang, Nitrat dengan H’ nilainya mempengaruhi adalah suhu dan nitrat.
sebesar 0,79 dikategorikan tingkat hubungannya
kuat, Orthoposfat dengan H’ nilainya sebesar
0,531 dikategorikan tingkat hubungannya DAFTAR PUSTAKA
sedang dengan arah korelasi berlawanan, dan pH
dengan H’ nilainya sebesar 0,26 dikategorikan Abdunnur.2002. Analisis Komunitas
tingkat hubungannya rendah. Makrozoobentos. Jurnal ilmiah
Mahakam.Vol, I. No 2.
KESIMPULAN
Barnes RSK, Mann KH.1980. Fundamentals of
Pada penelitian ini didapat organisme Wastewater.Ed ke-15. Wasington
makrozoobentos sebanyak tiga kelas yaitu D.C. American Public Health
Gastropoda, Oligochaeta, dan Insecta. Dari tiga Associstion.
kelas tersebut terdapat 9 spesies yaitu Pila
scutata, Pila polita, Oncomelania hupensis, Barus, T. A. 2004. Pengantar Liminologi Studi
Melanoides granifera, Brotia costula, Brotia Tentang Ekosistem Air Daratan.
testudinaria, Lumbriculus sp, Tubifex sp, dan Medan: USU Press.
Sielbodius sp. Spesies yang mendominasi yaitu
Brotia testudinaria dengan nilai kelimpahan Buchanan JB. 1984. Sediment Analisys.
Didalam NA Holme and AD
JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 207
2015
Meintyre (eds). Methods for study Pennak, R. 1978. Fresh Water Invetebrates of
Marine Benthos.Blackwell science the United State protozoa to
Oxford and Edinburgh. Mollusca. Colorado: University of
Colorado. Boulder.
Harahap, S. 1991. Tingkat Pencemaran
Perairan Pelabuhan Tanjung Balai Sinaga, T. 2009. Tesis : Keanekaragaman
Karimun Kepulauan Riau Ditinjau Makrozoobentos Sebagai Indikator
dari Komunitas Makrozoobenthos. Kualitas Perairan Danau Toba
Lembaga Penelitian Univesitas Balige Kabupaten Toba Samosir.
Riau. Pekanbaru. 26 hal. USU. Medan(tidak diterbitkan).

Krebs, C. J. 1985. Ecological Methodology.


Universityof Brithis Columbia.
Hasper Collins Publiser. P.28 Welch, P. S., 1950. Limnology.Mc. Graw Hill
Book. Company Inc., New York.
Muharram, E. 2008.Struktur Komunitas 539 p
Makrozoobenthos dan Kaitannya
dengan Sedimen di Perairan Muara Wilhm, J. F., 1975. Biological Indicators of
Sungai Siak.Skripsi. Fakultas Pollution. Dalam Whitton B.A. (ed).
Perikanan dan Ilmu Kelautan River Ecology. Blackwell Scientific
Universitas Riau. Pekanbaru.hal74 Publication. OxfordMelbourne.
(tidak diterbitkan). 735p.

Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut. Suatu Yeanny MS. 2007. Keanekaragaman


Pendekatan Makrozoobentos Dimuara Sungai
Ekologis.Diterjemahkan oleh M. Belawan. Jurnal Biologi Sumatera.
Eidman, Koesoebiono, D. G. Volume 2, No. 2, ISSN 1907-5537.
Bengen, M. Hutomo dan S. Hal 37-41.
Sukardjo. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. 259 hal.. Zulkifli H, Setiawan D. 2011.Struktur
Komunitas Makrozoobentos di
Odum, E.P. 1994. Dasar-dasar Ekologi Umum. Perairan Sungai Musi Kawasan
Edisi keempat. Diterjemahkan oleh Pulokerto Sebagai Instrument
T. T. UGM Press.Yogyakarta. Biomonitoring. Jurnal Natur
Indonesia. Volume 14,No.1, ISSN
1410-9379,hal.95-99.

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 208


2015

Anda mungkin juga menyukai