Anda di halaman 1dari 8

Ekologia, Vol. 14 No.

1 , April 2014: 13-20

KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI SUNGAI CILIWUNG

Sri Wiedarti 1, Desi Hardiyanti2, Rouland Ibnu Darda3


1,2,3
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Pakuan, Bogor

ABSTRAK

Sungai Ciliwung sebagai salah satu perairan umum yang mengalir melewati berbagai
daerah mulai dari wilayah yang belum terganggu sampai dengan wilayah kegiatan manusia.
Penelitian tentang makrozoobentos masih sedikit oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
tentang makrozoobentos. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman
makrozoobentos di Sungai Ciliwung. Pengambilan sampel terbagi menjadi 3 titik. Stasiun I
Puncak-Cisarua Kabupaten Bogor), Stasiun II di daerah bendungan Katulampa (Kota
Bogor), dan Stasiun III di Kedung Halang (Kota Bogor). Pada setiap stasiun dilakukan
pengulangan sebanyak tiga kali. Dari hasil penelitian diperoleh komposisi 7 spesies dari kelas
Gastropoda yaitu Elimia sp, Pila sp, Floridobia sp, Tarebia sp, Ademietta sp, Pomacea
canaliculata, dan Pleurocera sp. 1 spesies dari kelas Crustacea yaitu Scylla sp dan 1 spesies
dari kelas Bivalvia yaitu Corbicula sp. Keaekaragaman tertinggi adalah pada stasiun I
(Cisarua) dengan indeks keanekaragaman 0,544 dan keanekaragaman yang terendah
terdapat pada stasiun III (Kedung Halang) tidak terdapat makrozoobentos. Kepadatan
populasi yang didapat pada stasiun I (Cisarua) yang tertinggi jenis Tarebia sp dengan indeks
kepadatan populasi 0,1188 dan terendah pada jenis Pila sp yaitu 0,006. Pada stasiun II
(Katulampa) tertinggi jenis Elimia sp dengan indeks kepadatan populasi 0,1188 dan terendah
pada jenis Tarebia sp dan Corbicula sp yaitu 0,006. Frekuensi kehadiran pada stasiun I
(Cisarua) yang tertiggi pada jenis Elimia sp, Tarebia sp dan Ademietta sp dengan frekuensi
kehadiran 100% dan yang terendah pada jenis Pila sp dan Parathelphusa sp dengan
frekuensi kehadiran 33,3%. Pada stasiun II (Katulampa) yang tertinggi pada jenis Pomacea
sp dan Elimia sp yaitu dengan frekuensi kehadiran 100% dan terendah pada jenis Tarebia sp
dan Corbicula sp dengan frekuensi kehadiran 33,3%.

Kata kunci: Makrozoobentos, Jaring Surber, Sungai Ciliwung

PENDAHULUAN Penelitian ini bertujuan untuk


Sungai ciliwung sebagai salah satu mengetahui keanekaragaman makro
perairan umum yang mengalir melewati zoobentos di Sungai Ciliwung dan
berbagai daerah mulai dari wilayah yang penelitian ini diharapkan dapat
belum terganggu sampai dengan wilayah memberikan informasi dasar kepada
aktifitas manusia. Penelitian tentang masyarakat dan pemerintah tentang
makrozoobentos masih sedikit oleh karena keanekaragaman makrozoobentos yang ada
itu perlu dilakukan penelitian mengenai di Sungai Ciliwung.
keberadaan makrozoobentos di Sungai
Ciliwung. Peranan makrozoobentos dalam BAHAN DAN METODE
perairan sangat penting, terutama dalam Alat-alat yang digunakan dalam
struktur rantai makanan dan struktur aliran penelitian ini adalah jaring surber,
energi, dimana dalam suatu ekosistem saringan, larutan, formalin 4%, alkohol
sungai, makrozoobentos bertindak sebagai 70%, kantong plastik, dan botol film.
konsumen primer (herbivor) dan konsumen Jaring surber digunakan untuk mengambil
sekunder (karnivor), selanjutnya mereka makrozoobentos dari perairan. Formalin
akan dimakan oleh top carnivor. digunakan sebagai bahan pengawet,
Kebanyakan tipe makannya mikrofagus, sedangkan kantong plastik dan botol film
makrofagus dan detritivor.
Keanekaragaman Makrozoobentos Di Sungai Ciliwung ….…………….…. (Sri Wiedarti, dkk)
13
Ekologia, Vol. 14 No.1 , April 2014: 13-20

adalah wadah penyimpanan contoh Dengan nilai


makrozoobentos sebelum diidentifikasi. H’:0<H’< 2,302 = Keanekaragaman rendah
2,302<H’<6,902=Keanekaragaman sedang
Teknik Pengambilam Sampel. H’ > 6,907 = Keanekaragaman tinggi
Pengambilan Sampel dilakukan b. Kepadatan Populasi
pada sepanjang Sungai Ciliwung mulai dari Untuk menghitung kepadatan
hulu sungai sampai ke hilir pada 3 stasiun populasi makrozoobentos, digunakan
pengambilan sampel. Stasiun I Puncak- rumus (Michael, 1984)
Cisarua, Stasiun II di daerah bendungan KP = Jumlah individu suatu jenis
Katulampa, dan Stasiun III di Kedung Luas Jaring Surber
Halang. Pada setiap stasiun dilakukan
pengulangan sebanyak tiga kali. Sampel c. Frekuensi Kehadiran (FK)
diidentifikasi menggunakan buku A Guide Dalam penghitungan frekuensi
to Freswater Invertebrata Animals (Macan, kehadiran (Michael, 1984) yaitu:
1959).

Analisis Data
a. Indeks Keanekaragaman Shannon-
Wiener Kategori Frekuensi Kehadiran:
Indeks keanekaragaman meng- FK = 0-25% : Kehadiran sangat jarang
gambarkan keadaan makrozoobentos FK = 25-50% : Kehadiran jarang
secara matematis agar memudahkan dalam FK = 50-75% : Kehadiran sedang
mengamati keanekaragaman populasi. FK > 75% : Kehadiran sering/absolute
Dalam perhitungan ini digunakan indeks
Shannon dan Wiener (Siregar, 2009). HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
∑ telah dilakukan di sungai Ciliwung,
H’ : indeks keanekaragaman diperoleh jenis-jenis makrozoobentos yang
ln : logaritma nature ditemukan selama pengamatan menurut
Pi : ni/N pengelompokannya yang dapat dilihat pada
ni : jumlah individu suatu jenis i Tabel 1.
N : jumlah total individu seluruh jenis

Tabel 1. Jenis-jenis dan Klasifikasi Makrozoobentos pada Tiga Stasiun di Sungai


Ciliwung
Fillum Kelas Ordo Famili Spesies
Mollusca Gastropoda Archaegastropoda Heliciidae Pila sp
Mesogastropoda Ampullariidae Pomacea sp
Hydrobidae Floridobia sp
Pleuroceridae Elimia sp
Thiaridae Ademietta sp
Tarebia sp
Sorbeoconcha Pleuroceridae Pleurocera sp
Bivalvia Veneroide Corbiculidae Corbicula sp

Arthropoda Crustacea Decapoda Callinidae Parathelpusa sp

Keanekaragaman Makrozoobentos Di Sungai Ciliwung ….…………….…. (Sri Wiedarti, dkk)


14
Ekologia, Vol. 14 No.1 , April 2014: 13-20

Elimia sp Pila sp Floridobia sp

Tarebia sp Ademietta sp Parathelphusa sp

Pomacea sp Corbicula sp Pleurocera sp

Gambar 1. Jenis-jenis Makrozoobentos di Sungai Ciliwung


Komposisi makrozoobentos yang pasir, lumpur, berbatu dan lokasi ini masih
ditemukan di Sungai Ciliwung bervariasi di jauh dari pemukiman dan persawahan
setiap stasiun pengamatan. Grafik 1 sehingga tidak terdapatnya sampah yang
menunjukkan komposisi makrozoobentos dapat mempengaruhi kualitas perairan yang
pada tiga stasiun (Cisarua, Katulampa dan akan mempengaruhi terhadap kehidupan
Kedung Halang). Diperoleh 7 spesies dari makrozoobentos. Makro-zoobentos yang
kelas Gastropoda yaitu Elimia sp, Pila sp, didapat pada stasiun II berhubungan
Floridobia sp, Tarebia sp, Ademietta sp, dengan kondisi perairan sudah agak kotor
Pomacea canaliculata, dan Pleurocera sp. dengan substrat pasir berlumpur dan
1 spesies dari kelas Crustacea yaitu Scylla keadaan air yang agak keruh dan perairan
sp dan 1 spesies dari kelas Bivalvia yaitu ini juga melewati pemukima penduduk
Corbicula sp. sehingga terdapat beberapa sampah di
dalamnya. Stasiun III merupakan keadaan
Pleurocera sp perairan yang kotor dengan tidak
100% Corbicula sp
80% didapatnya makrozoobentos dan
Pomacea sp
60%
Scylla sp banyaknya sampah pemukiman dan
40%
20% Ademietta sp terletak tepat di lingkungan padat
Tarebia sp
0%
Floribidobia sp
penduduk.
Pila sp Jumlah individu makrozoobenthos
Elimia sp yang ditemui sepanjang sungai ciliwung
sebanyak 46 individu pada stasiun I dan 27
Grafik 1. Komposisi Makrozoobentos di
Sungai Ciliwung pada tiga Stasiun.
individu pada stasiun II. Distribusi dari
setiap jenis organisme makrozoobenthos
Makrozoobentos yang didapat pada menurut stasiun pengamatan disajikan pada
stasiun I berhubungan dengan kondisi Tabel 2.
perairan yang masih bersih dengan substrat
Keanekaragaman Makrozoobentos Di Sungai Ciliwung ….…………….…. (Sri Wiedarti, dkk)
15
Ekologia, Vol. 14 No.1 , April 2014: 13-20

Tabel 2. Total dan Distribusi Spesies mudah terpengaruh oleh adanya bahan
Makrozoobenthos pada Tiap pencemar kimia maupun fisika (Odum,
Stasiun 1996). Hal ini disebabkan makrozoobentos
Stasiun Nama Spesies Jumlah pada umumnya tidak dapat bergerak
individu
Stasiun I (Cisarua) Elimia sp 18
dengan cepat dan habitatnya di dasar
Pila sp 1 perairan yang umumnya adalah tempat
Floridobia sp 2 bahan tercemar. Menurut Wilhm (1975)
Tarebia sp 19
Ademietta sp 4
sifat substrat dan penambahan bahan
Parathelpusa sp 2 pencemaran akan berpengaruh terhadap
Total jumlah 46 kelimpahan dan keanekaragamannya.
Stasiun II Pomacea sp 4
(Katulampa) Elimia sp 19 Keanekaragaman Makrozoobentos
Tarebia sp 1 Keanekaragaman makrozoobentos
Corbicula sp 1
Pleurocera sp 2 di Sungai Ciliwung yang terdapat pada tiap
Total jumlah 27 stasiun dapat dilihat pada Grafik 2.
Stasiun III _ 0
(Kedung Halang) Keanekaragaman
0,600 0,544
0,500 0,3957
Total spesies tiap stasiun yang 0,400
tertinggi terletak pada stasiun I total 46 0,300 Stasiun I
individu dari 6 spesies yang paling tinggi 0,200 (Cisarua)

adalah Tarebia sp dengan jumlah 19 0,100 Stasiun II


0,000 (Katulampa)
individu dan terendah yaitu Pila sp dengan
Stasiun I (Cisarua) Stasiun II
jumlah 1 individu. Pada stasiun II (Katulampa)
mempunyai total 27 individu dari 5 spesies
yang paling tinggi adalah Elimia sp dengan Grafik 2. Keanekaragaman Makrozoobentos
jumlah 19 individu dan terendah yaitu pada Tiga Stasiun Pengambilan
Tarebia sp dan Sphaerium sp dengan Sampel.
jumlah 1 individu.
Keanekaragaman pada stasiun I
Jenis-jenis makrozoobentos yang
merupakan keanekaragaman yang tertinggi
dijumpai pada stasiun I dan stasiun II
dibandingkan dengan keanekaragaman
adalah Elimia sp, dan Tarebia sp. Elimia sp
pada stasiun II yaitu dengan indeks
dan Tarebia sp. merupakan Gastropoda
keanekaragaman 0,544.
yang terdapat pada dua stasiun penelitian.
Odum (1996), menyatakan
Makrozoobentos Elimia sp dan Tarebia sp.
keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh
memiliki kisaran toleransi yang luas yang
pembagian atau penyebaran individu dalam
akan memiliki penyebaran yang luas juga
tiap jenisnya, karena suatu komunitas
sehingga tingkat kelangsungan hidupnya
walaupun banyak jenisnya tetapi bila
akan semakin tinggi. Biasanya hidup di
penyebaran individunya tidak merata maka
aliran sungai dan danau di batu dan
keanekaragaman jenis dinilai rendah.
substrat yang keras, tetapi dapat pula
Tingginya tingkat pencemaran dibagian
ditemukan pada substrat halus dan pada
hilir sungai diakibatkan karena bagian hilir
vegetasi sebagai perifiton.
sungai merupakan tempat berkumpulnya
Pada stasiun III tidak terdapat
bahan-bahan terlarut yang berasal dari hulu
makroozoobentos hal ini disebabkan
sungai yang terbawa oleh arus sungai. Hal
perairan yang kotor yang akan
ini mungkin menjadi faktor penyebabkan
mempengaruhi kelangsungan hidup
keberadaan tidak ditemukannya
organisme makrozoobentos karena
makrobenthos pada stasiun III.
makrozoobentos merupakan biota air yang
Keanekaragaman Makrozoobentos Di Sungai Ciliwung ….…………….…. (Sri Wiedarti, dkk)
16
Ekologia, Vol. 14 No.1 , April 2014: 13-20

Berdasarkan indeks keaneka- yaitu Cisarua, 0,0336 ind/cm2 di stasiun II


ragaman pada tiap stasiun, maka diperoleh yaitu Katulampa.
pada stasiun I tergolong ke dalam
stasiun I (Cisarua) ind/cm2
keanekaragaman rendah dengan indeks 0 <
H’ < 2,302 yaitu 0,544. Pada stasiun II 0,200

(Katulampa) tergolong ke dalam 0,150 0,1188 Elimia sp


0,1
keanekaragaman rendah dengan indeks 0 < 0,100 Pila sp
H’ < 2,302 yaitu 0,3957. 0,050 0,0250,0125 Floridobia sp
0,0060,0125
Melihat kondisi indeks 0,000 Tarebia sp
keanekaragaman stasiun I hingga stasiun Ademietta sp
III masing-masing stasiun 0 < H’ < 2,302 Parathelpusa sp
menunjukan bahwa keberadaan bentos
diperairan semakin rendah. Menurut Allard
and Moreau dalam Ardi (2002) keberadaan Grafik 3. Kepadatan Populasi Makrozoobentos
hewan bentos pada suatu perairan, sangat pada Stasiun I di Cisarua.
dipengaruhi oleh berbagai faktor
Kepadatan populasi makrozoobentos
lingkungan, baik biotik maupun abiotik.
di stasiun I yaitu terdapat 6 spesies yaitu
Faktor biotik yang berpengaruh
Elimia sp 0,1 ind/cm2, Pila sp 0,006
diantaranya adalah produsen, yang
ind/cm2, Floridobia sp 0,0125 ind/cm2,
merupakan salah satu sumber makanan
Tarebia sp 0,1188 ind/cm2, Ademietta sp
bagi hewan benthos.
0,025 ind/cm2 dan Parathelpusa sp 0,0125
Mengacu pada tabel jumlah
ind/cm2.
penduduk bogor berkisar 50.078,04
Kepadatan populasi makrozoobentos
jiwa/km2 serta tabel penggunaan lahan
di stasiun I menyatakan bahwa Tarebia sp
dimana meningkatnya lahan tutupan untuk
yang paling sering didapat pada tiap plot
pemukiman pada tahun 2009 sebesar
dibandingkan jenis makrozoobentos yang
85.414842% di daerah bogor, maka akan
lainnya yaitu 0,1188 ind/cm2. Menurut
meningginya tingkat aktifitas masyarakat
Siregar (2009) Tarebia sp toleran terhadap
disepanjang sungai ciliwung yang dapat
perubahan lingkungan, hidup dengan
menyebabkan tingginya hasil buangan
kandungan substrat organik dan oksigen
aktivitas penduduk yang memanfaatkan
terlarut yang tinggi. Sedangkan kepadatan
sungai Ciliwung untuk kegiatan seperti
populasi makrozoobentos terendah pada
mencuci, mandi, buang hajat dan sampah
jenis Pila sp. dibandingkan jenis
kesungai. Begitu pula dengan hasil
makrozoobentos yang lain yaitu 0,006
buangan aktivitas industri kecil atau
ind/cm2. Keong jenis Pila sp. sangat
industri besar yang langsung dibuang ke
menyukai perairan yang tenang seperti
sungai dan aktivitas peternakan serta
rawa, danau atau sungai-sungai yang
pertanian dapat mempengaruhi tinggi
berarus lambat. Sedangkan sungai-sungai
rendahnya kualitas air sungai atau faktor
berarus deras dan berbatu kurang disukai
abiotik fisika-kimia.
(Djajasasmita, 1983). Jumlah yang didapat
pada stasiun I ini menyatakan bahwa
Kepadatan Populasi Makrozoobentos
kepadatan populasinya masih cukup tinggi
Kepadatan populasi makrozoobentos
dengan seringnya makrozoobentos yang
di Sungai Ciliwung yang terdapat pada tiap
terjaring.
stasiun dapat dilihat pada Grafik 3, dan
Grafik 4. Kepadatan populasi
makrozoobentos di Sungai Ciliwung
dengan rata-rata 0,0458 ind/cm2 di stasiun I
Keanekaragaman Makrozoobentos Di Sungai Ciliwung ….…………….…. (Sri Wiedarti, dkk)
17
Ekologia, Vol. 14 No.1 , April 2014: 13-20

stasiun II (Katulampa) ind/cm2


Frekuensi Kehadiran Makrozoobentos
Frekuensi kehadiran makrozoobentos
0,200
di Sungai Ciliwung yang terdapat pada tiap
0,150 0,1188 Pomacea sp
stasiun dapat dilihat pada Grafik 5, dan
0,100 Grafik 6. Frekuensi kehadiran
Elimia sp
makrozoobentos di Sungai Ciliwung
0,050 0,025 Tarebia sp
0,006 0,006 0,0125 dengan rata-rata 72,15% di stasiun I yaitu
0,000 Corbicula sp Cisarua, 66,58% di stasiun II yaitu
Pleurocera sp Katulampa.
stasiun I (Cisarua) %
120 100 100 100
Grafik 4. Kepadatan Populasi Makro- Elimia sp
100 66,3
80
zoobentos pada Stasiun II di 60 33,3 33,3
Pila sp
Katulampa. 40 Floridobia sp
20
0
Tarebia sp
Kepadatan populasi makrozoobentos
Ademietta sp
di stadium II yaitu terdapat 5 spesies yaitu
Parathelphusa sp
Pomacea sp 0,025 ind/cm2, Elimia sp
0,1188 ind/cm2, Tarebia sp 0,006 ind/cm2, Grafik 5. Frekuensi Kehadiran
Corbicula sp 0,006 ind/cm2, dan Makrozoobentos pada Stasiun I
Pleurocera sp 0,0125 ind/cm2. di Cisarua.
Kepadatan populasi makrozoobentos
di stasiun II menyatakan bahwa Elimia sp Frekuensi kehadiran makrozoobentos
yang paling sering didapat pada tiap plot di stasiun I Cisarua yaitu terdapat 6 spesies
dibandingkan jenis makrozoobentos yang yaitu Elimia sp 100%, Pila sp 33,3%,
lainnya yaitu 0,1188 ind/cm2. Elimia sp Floridobia sp 66,3%, Tarebia sp 100%,
biasanya hidup di aliran sungai dan danau Ademietta sp 100% dan Parathelpusa sp
di batu dan substrat yang keras, tetapi dapat 33,3%.
pula ditemukan pada substrat halus dan Persentasi frekuensi kehadiran
pada vegetasi sebagai perifiton. makrozoobentos pada stasiun I yang
Kebanyakan Elimia sp dapat hidup sebagai tertinggi didapat yaitu pada jenis Elimia sp,
perifiton menempel pada alga dan Tarebia sp dan Ademietta sp dengan
berkembang pada zona bentik atau dasar jumlah persetasi 100%, ini dikarenakan
substrat. seringnya suatu jenis makrozoobentos yang
Sedangkan kepadatan populasi terjaring pada tiap plot. Persentasi
makrozoobentos terendah pada jenis frekuensi kehadiran yang paling rendah
Tarebia sp dan Corbicula sp dibandingkan yaitu pada jenis Pila sp dan Parathelphusa
jenis makrozoobentos yang lain 0,006 sp dengan jumlah persentasi 33,3%, ini
ind/cm2. Jumlah yang didapat pada stasiun dikarenakan sedikitnya makrozoobentos
II ini menyatakan bahwa kepadatan yang terjaring pada tiap plot dengan
populasinya kurang tinggi dengan kategori frekuensi kehadira dapat dilihat
berkurangnya makrozoobentos yang pada Tabel 3.
terjaring. Rendahnya kepadatan populasi Frekuensi kehadiran makrozoobentos
pada jenis Tarebia sp dan Corbicula sp di stadium II Katulampa yaitu terdapat 5
disebabkan kondisi lingkungan yang tidak spesies yaitu Pomacea sp 100%, Elimia sp
sesuai dengan habitatnya yaitu memerlukan 100%, Tarebia sp 33,3%, Corbicula sp
pH normal, oksigen terlarut yang tinggi 33,3%, dan Pleurocera sp 66,3%.
dan perairan yang jernih.
Keanekaragaman Makrozoobentos Di Sungai Ciliwung ….…………….…. (Sri Wiedarti, dkk)
18
Ekologia, Vol. 14 No.1 , April 2014: 13-20

Tabel 3. Kategori Frekuensi Kehadiran berbatu, berlumpur dan berpasir.


Makrozoobentos Stasiun I di Grastopoda merupakan organisme yang
Cisarua menyukai kisaran penyebaran yang luas di
Nama Spesies Frekuensi Keterangan substrat yang berbatu, berpasir maupun
Kehadiran
(%)
berlumpur tetapi organisme ini cenderung
Elimia sp 100 Kehadiran menyukai substrat dasar pasir dan sedikit
sering/absolut berlumpur.
Pila sp 33,3 Kehadiran jarang

Floridobia sp 66,3 Kehadiran sedang Tabel 4. Kategori Frekuensi Kehadiran


Tarebia sp 100 Kehadira Makrozoobentos Stasiun II di
nsering/absolut Katulampa.
Ademietta sp 100 Kehadiran
Nama Frekuensi Keterangan
sering/absolut
Spesies Kehadiran (%)
Parathelphusa sp 33,3 Kehadiran jarang Pomacea sp 100 Kehadiran
sering/absolut
Persentasi frekuensi kehadiran Elimia sp 100 Kehadiran
sering/absolut
makrozoobentos pada stasiun II yang Tarebia sp 33,3 Kehadiran jarang
tertinggi didapat pada jenis Pomacea sp Corbicula sp 33,3 Kehadiran jarang
dan Elimia sp dengan jumlah persentasi Pleurocera 66,3 Kehadiran sedang
100%, ini dikarenakan seringnya jenis sp
makrozoobentos yang terjaring pada tiap
plot dan persentasi frekuensi kehadiran SIMPULAN DAN SARAN
yang paling rendah yaitu pada jenis Simpulan
Tarebia sp dan Corbicula sp dengan Hasil penelitian ini terdapat tiga
jumlah persentasi 33,3%, ini dikarenakan kelas makrozoobentos dari dua stasiun
sedikitnya makrozoobentos yang terjaring (Cisarua dan Katulampa) yaitu
pada tiap plot dengan frekuensi kehadiran Gastropoda, Crustacea dan Bivalvia
dapat dilihat pada Grafik 6 berikut ini: dengan total jumlah spesies yang didapat
adalah 73 spesies yang beragam.
stasiun II (Katulampa) % Keanekaragaman pada stasiun I
120 100 100 (Kabupaten Bogor) dengan indeks keaneka
100 Pomacea sp
80 66,3 ragaman 0,544 dan keanekaragaman
60 33,3 33,3
40
Elimia sp terendah terdapat pada stasiun II
20 Tarebia sp (Kotamadya Bogor) dengan indeks
0
Corbicula sp keanekaragaman 0,3957.
Pleurocera sp
Kepadatan populasi yang didapat
pada stasiun I (Kabupaten Bogor) yang
tertinggi jenis Tarebia sp dengan indeks
Grafik 6. Frekuensi Kehadiran Makro- kepadatan populasi 0,1188 dan terendah
zoobentos pada Stasiun II di pada jenis Pila sp yaitu 0,006. Pada stasiun
Katulampa. II (Kotamadya Bogor) tertinggi jenis
Elimia sp dengan indeks kepadatan
Sedangkan kategori frekuensi
populasi 0,1188 dan terendah pada jenis
kehadiran makrozoobentos pada stasiun II
Tarebia sp dan Corbicula sp yaitu 0,006.
dapat dilihat pada Tabel 4.
Frekuensi kehadiran pada stasiun I
Kehadiran Grastopoda pada stasiun
(Kabupaten Bogor) yang tertiggi pada jenis
I dan II seperti Pila sp, Pomacea sp,
Elimia sp, Tarebia sp dan Ademietta sp
Floridobia sp, Elimia sp, Ademietta sp,
dengan frekuensi kehadiran 100% dan
Tarebia sp dan Pleurocera sp dikarenakan
yang terendah pada jenis Pila sp. dan
hewan ini sangat menyukai substrat
Keanekaragaman Makrozoobentos Di Sungai Ciliwung ….…………….…. (Sri Wiedarti, dkk)
19
Ekologia, Vol. 14 No.1 , April 2014: 13-20

Parathelphusa sp dengan frekuensi Michael, P. 1984. Metode Ekologi Untuk


kehadiran 33,3%. Pada stasiun II Penyelidikan Ladang Dan
(Kotamadya Bogor) yang tertinggi pada Laboratorium. Universitas
jenis Pomacea sp dan Elimia sp yaitu Indonesia Press. Jakarta.
dengan frekuensi kehadiran 100% dan Odum, E.P. 1996. Dasar-dasar Ekologi.
terendah pada jenis Tarebia sp dan Diterjemahkan oleh T.
Corbicula sp dengan frekuensi kehadiran Samingan. Edisi Ketiga. Gajah
33,3%. Mada University Press.
Jogyakarta.
Saran
Siregar, Rebecca Rini Tetty. 2009. Studi
Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai
Keanekaragaman Makro-
mikrobentos sebagai bioindikator.
zoobentos di Aliran Sungai
Belawan Kecamatan Pancur
DAFTAR PUSTAKA
Batu dan Kecamatan Sunggal
Ardi. 2002. Pemanfaatan Makrozoobentos
Kabupaten Deli Serbang.
Sebagai Indikaror Kualitas
Universitas Sumatra Utara.
Perairan Pesisir. Tersedia Di:
Medan. Jurnal Ekologi hlm 29
Http.//Tumoutou.Net/702
Wilhm, J. L. 1975. Biological indicator of
04212/Ardi.Htm.
population. in B. A. Whitton
Djajasasmita, M. 1983. Mengenal Jenis-
(Ed) River ecology. Blockwell
jenis Keong Gondang di
Scientific Publication. Oxford.
Indonesia. Fauna Indonesia I.
Macan, T.T. 1959. A Guide to Freshwater
Invertebrata Animasl. Longman.
London.

Keanekaragaman Makrozoobentos Di Sungai Ciliwung ….…………….…. (Sri Wiedarti, dkk)


20

Anda mungkin juga menyukai