Disusun Oleh :
Siti Ruqoyah B1A016026
Ajeng Putri Retno Andani B1A017016
Herlina Wahyuningrum B1A017036
A. Latar Belakang
Komunitas adalah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu
waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama
lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks dibandingkan
dengan individu dan populasi. Katak adalah binatang Amfibi pemakan serangga
yang hidup di air tawar atau di daratan, berkulit licin, berwarna hijau atau merah
kecokelat-cokelatan, kaki belakang lebih panjang, pandai melompat dan berenang.
Amfibi terdiri dari tiga bangsa (Ordo) yaitu Urodela (Caudata), Anura dan
Gymnophiona. Urodela (Caudata) atau salamander tidak terdapat di Indonesia.
Gymnophiona merupakan Amfibi yang tidak memiliki ekstremitas dan berbentuk
cacing. Hewan ini aktif pada malam hari, namun sangat jarang dijumpai. Anura
merupakan hewan Amfibi yang sangat sering dijumpai dan dimanfaatkan oleh
masyarakat. Amfibi merupakan hewan yang berdarah dingin (ektoterm) yaitu hewan
yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Tubuh Amfibi ditutupi oleh
kulit yang lunak tanpa ditutupi oleh rambut atau bulu. Kulit ini merupakan salah satu
alat respirasi bagi jenis dari bangsa ini selain dengan insang dan paru-paru. Meskipun
Indonesia kaya akan jenis Amfibi, tetapi penelitian mengenai Amfibi di Indonesia
masih sangat terbatas (Darmawan, 2008).
Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki
peranan sangat penting, baik secara ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis,
amfibi berperan sebagai pemangsa konsumen primer seperti serangga atau hewan
invertebrata lainnya serta dapat digunakan sebagai bioindikator kondisi lingkungan.
Secara ekonomis amfibi dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani, hewan
percobaan, hewan peliharaan dan bahan obat-obatan. Habitat utama amfibi adalah
hutan primer, hutan sekunder, hutan rawa, sungai besar, sungai sedang, anak sungai,
kolam dan danau. Umumnya amfibi dijumpai pada malam hari atau pada musim
penghujan. Amfibi selalu hidup berasosiasi dengan air sesuai namanya yaitu hidup
pada dua alam (di air dan di darat). Selanjutnya dijelaskan bahwa sebagian besar
amfibi didapatkan hidup di kawasan hutan karena di samping membutuhkan air juga
membutuhkan kelembaban yang cukup tinggi (75-85%) untuk melindungi tubuh dari
kekeringan (Iskandar 1998).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Gambar 2.2 Peta lokasi penelitian dan jalur pengamatan pada masing-masing
habitat di Youth Camp, (Sumber UPTD Tahura WAR 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan, di Youth Camp ditemukan 105 individu (15
spesies) amfibi Ordo Anura yang termasuk dalam 5 Famili yang berhasil ditangkap
dan diidentifikasi. Spesies amfibi tersebar di tiga habitat yaitu, habitat hutan 8
spesies, habitat perkebunan 5 spesies dan habitat sungai dengan jumlah 7 spesies,
untuk hasil spesies yang ditemukan selama penelitian di tiga habitat.
Tabel 2.3 Jenis-jenis amfibi (Ordo Anura) yang berhasil ditangkap dan
diidentifikasi pada berbagai tipe habitat di Youth Camp
Hasil penelitian nilai kemerataan terdapat dua kategori yaitu komunitas tertekan dan
komunitas labil. Komunitas tertekan terdapat di habitat sungai, sedangkan kategori
komunitas labil terdapat di habitat hutan dan perkebunan.
Penulis melakukan pembagian habitat tidak adanya pembatas diantara habitat
dikarenakan lokasi penelitian masih berada dalam satu tempat serta jarak antar
habitat yang berdekatan dan untuk struktur habitat tidak jauh berbeda, sehingga
tingkat persebaran spesies amfibi banyak yang ditemukan pada berbagai habitat di
Youth Camp. Nilai indeks kesamaan yang paling rendah terdapat di habitat sungai
dengan hutan dengan nilai 0,133, spesies yang sama pada kedua habitat ini adalah
Fejervarya limnocharis, hal ini karena pada kedua habitat memiliki kondisi yang
berbeda sehingga memiliki komposisi spesies amfibi yang berbeda pula. Selain itu,
spesies amfibi mempunyai karakteristik habitat yang berbeda sesuai dengan
morfometri tubuh spesies amfibi. Nilai indeks kesamaan yang paling tinggi terdapat
di habitat hutan dengan perkebunan dengan nilai 0,615 spesies yang sama pada
kedua habitat ini ada 4 spesies (Megophrys nasuta, Microhyla annectens, Microhyla
butleri dan Polypedates leucomystax). Hal ini dikarenakan tipe kedua habitat
memiliki kesamaan tanaman kakau (Theobroma cacao) yang mendominasi.
Sedangkan untuk perbandingan indeks kesamaan yang berhasil adalah antara habitat
sungai dengan perkebunan dengan tidak adanya spesies yang sama. Perilaku yang
sering ditemui saat pengamatan adalah aktivitas duduk. Sebagian besar amfibi
mencari makan dengan strategi diam dan menunggu. Jenis- jenis yang paling sensitif
ketika saat ditemukan adalah Genus Limnonectes antara lain Limnonectes blythii, dan
Limnonectes malesianus. Katak jenis ini akan segera melompat ke sekitar atau
menyelam ke dalam air ketika pengamat mendekat. Jenis-jenis lain yang juga segera
melompat saat ditemukan adalah Ansonia leptopus, Fejervarya limnocharis, Rana
nicobariensis, Microhyla anectens, Microhyla butleri dan Rana hosii. Jenis yang
memiliki kaki yang relatif pendek, seperti famili Megophryidae hanya melakukan
penyamaran dan bersembunyi di serasah dedaunan apabila tidak kita ganggu mereka
tetap diposisinya (Iskandar, 1998). Selain itu juga dijumpai jenis-jenis yang sedang
bersuara. Perilaku bersuara pada umumnya berhubungan dengan proses
perkembangbiakan, jenis- jenis tersebut antara lain Ansonia leptopus, Rana
erythraea, Rana picturata, Polypedates leucomystax, Rhacophorus nigropalmatus,
Rhacophorus pardalis, dan Rhacophorus reinwardtii. Pada saat pengamatan Jenis
Rana erythraea dan Rana hosii yang bersuara pada malam hari, sedangkan pada
pengamatan hanya ditemukan satu jenis yang sedang melakukan perkawinan
(amplexus) yaitu Famili Ranidae spesies Rana hosii.
Penelitian katak berikutnya dari penelitian katak di luar negeri. Katak kaca
(Centrolenidae) adalah keluarga kaya spesies anurans yang khusus untuk habitat
riparian. Katak kaca memiliki survival telur yang telah dikaitkan dengan oviposisi di
habitat mikro basah dan pengasuhan yang mempertahankan. Masa perkembangan,
larva menetas dan dilanjutkan penurunan ke sungai untuk tumbuh dan hidup di
wilayah akuatis sebagai berudu sampai metamorfosis. Breeding fenologi pada katak
kaca diduga musiman, terkait dengan curah hujan. Komunitas katak kaca pada tahap
survei awal di La Biological Station Selva, Kosta Rika ditemukan dua spesies katak
kaca, yaitu Teratohyla spinosa dan Espadarana prosoblepon, Spesies ini memiliki
hunian yang konsisten dan kelimpahan tinggi. Spesies katak dapat menempati lokasi
yang berbeda sepanjang gradien sungai di La Selva. Berdasarkan penelitian
sebelumnya ada aktivitas tujuh spesies katak selama 200 survei di 25 situs.
Diasporus diastema adalah spesies yang paling sering di 25 situs. Spesies ini yang
paling sering direkam. Beragam faktor abiotik atau biotik yang dapat mendorong
perubahan dalam kumpulan katak riparian di sepanjang gradien sungai di La Selva.
Kelimpahan setiap spesies dalam suatu kumpulan didorong oleh demografi
penduduk, seperti kesuburan katak betina dan kelangsungan hidup telur, larva,
metamorfosis dan katak yang dewasa. Kesimpulannya, ditemukan kumpulan katak
kaca riparian bervariasi di seluruh bagian sungai ysng konsisten tiap wilayahnya.
Gambar 2.3 Delapan spesies riparian anuran yang digunakan sebagai sampel
untuk situs hunian di La Biological Station Selva, Kosta Rika
A. Kesimpulan
Jenis Anura yang ditemukan pada lokasi penelitian dengan metode survei di
kawasan Desa Padang Tepong yaitu sebanyak 6 jenis Anura dari 2 Famili dan
Famili yang paling banyak ditemukan adalah Famili Ranidae, terdiri dari 3
genus, yaitu Fejervarya, Limnonectes, dan Rana. hasil pengamatan dengan
metode VES di Youth Camp ditemukan 105 individu (15 spesies) amfibi Ordo
Anura yang termasuk dalam 5 Famili yang berhasil ditangkap dan diidentifikasi.
Sedangkan dari penelitian katak di luar negeri yaitu di La Biological Station
Selva, Kosta Rika ditemukan dua spesies katak kaca, yaitu Teratohyla spinosa
dan Espadarana prosoblepon, Spesies ini memiliki hunian yang konsisten dan
kelimpahan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ariza, Y. S., Dewi, B. S. & Darmawan, A., 2014. Keanekaragaman Jenis Amfibi
(Ordo Anura) pada beberapa Tipe Habitat di Youth Camp Desa Hurun
Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Jurnal Sylva Lestari,
2(1), pp. 21-30.
Darmawan, (2008). Keanekaragaman Amfibi di Berbagai Tipe Habitat: Studi di Eks-
HPH PT Rimba Karya Indah Kab. Bungo Prov. Jambi (Skripsi). Jurusan
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB,
Bogor.
Iskandar. (1998). Amfibi Jawa dan Bali-Seri Panduan Lapangan. Bogor: Puslitbang
Biologi-LIPI.
Nopriansyah, R., Kasmiruddin, & Suryani, S. D., 2018. Jenis-Jenis Anura yang
Terdapat Di Kawasan Desa Padang Tepong Kecamatan Ulumusi
Kabupaten Empat Lawang. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Biologi, pp. 273-279.
Rivera, N. & Folt, B., 2018. Community Assembly of Glass Frogs (Centrolenidae) in
a Neotropical Wet Forest: a Test of The River Zonation Hypothesis.
Journal of Tropical Ecology, 34, pp. 108-120.