Abstrak. Savira AN, Renamaria C, Putri M, Firdaus F, Ubay NN. 2017. Identifikasi Porifera dan Arthropoda
di Pantai Bintang, Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Porifera merupakan invertebrata sederhana dengan
struktur tubuh masih sederhana dan hanya terdapat saluran penyaring air. Arthropoda merupakan filum terbesar
dalam kingdom Animalia, salah satunya kelas Krustasea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies
Porifera dan Arthropoda apa saja yang ada pada Pantai Bintang. Spesies Porifera yang ditemukan sebanyak 7
spesies, dan yang berhasil diidentifikasi hanya 3 spesies yaitu Amphimedon sp., Haliclona sp., dan Spongia
officinalis. Spesies Arthropoda yang ditemukan sebanyak 3 spesies dan yang berhasil diidentifikasi 2 spesies,
dan keduanya termasuk ke dalam kelas Crustacea yaitu Thalamita crenata dan Ocypode occidentalis.
PENDAHULUAN
Sponge adalah salah satu hewan dari filum porifera. Sponge merupakan invertebrata
laut yang hidup pada ekosistem terumbu karang (Suryati, 2000). Sponge merupakan biota
laut multi sel yang fungsi jaringan dan organnya sangat sederhana (Amir, 1991). Habitat
sponge umumnya adalah menempel pada pasir, batu-batuan dan karang-karang mati. Biota
laut ini dikenal dengan "filter feeders", yaitu mencari makanan dengan mengisap dan
menyaring air melalui sel cambuk dan memompakan air keluar melalui oskulum, serta
mendapatkan partikel-partikel makanan seperti bakteri, mikroalga dan detritus yang terbawa
oleh aliran air (Amir, 1996).
Adapun karakteristik sponge secara umum adalah memiliki bentuk tubuh yang tidak
simetris, tubuh terdiri atas banyak sel, sedikit jaringan dan tidak ada organ tubuh. Sel dan
jaringan mengelilingi suatu ruang yang berisi air tetapi sebenarnya tidak memiliki rongga
tubuh, dan tidak memiliki sistem saraf. Semua spesies sponge bersifat sesil sebagai
organisme dewasa, sedangkan pada tahap larva bersifat planktonik (Ramli, 2010). Habitat
sponge yang melekat pada pasir atau bebatuan menyebabkan hewan ini sulit untuk bergerak.
Suatu cara untuk mempertahankan diri dari serangan predator dan infeksi bakteri pathogen,
sponge mengembangkan system "biodefense" yaitu dengan menghasilkan zat racun dari
dalam tubuhnya, zat ini umumnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan farmasi (Motomasa,
1998). Tubuh sponge terdiri dari jelly seperti mesohyl yang terjepit di antara dua lapisan tipis
sel. Sponge memiliki ciri yaitu tubuhnya berpori seperti busa. Di dalam tubuhnya terdapat
rongga tubuh yang disebut spongosol. Sponge tidak memiliki saraf, pencernaan atau sistem
peredaran darah. Sebaliknya, sebagian besar mengandalkan aliran air konstan melalui
tubuhnya untuk mendapatkan makanan dan oksigen serta untuk menghilangkan limbah.
Sponge hidup di air laut dan air tawar, tetapi kebanyakan hidup di laut mulai dari daerah
perairan pantai yang dangkal hingga kedalaman 1000 m. Hidupnya selalu melekat pada
substrat (sesil) dan tidak dapat berpindah tempat secara bebas (Darmadi, 2011).
Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan plastik dan cara pengambilan
menggunakan sekop yang terbuat dari gelas plastik. Masing-masing sampel yang ditemukan
dikoleksi dan ditampung dalam plastik yang berbeda-beda tiap jenisnya. Proses pengambilan
sampel ini dilakukan pada saat air laut mengalami surut sekitar pukul 08.00 WIB sampai
dengan 12.00 WIB. Sampel yang telah terkumpul dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran
menggunakan air agar mempermudah mengidentifikasi dan kemudian di kembalikan ke
habitatnya.
Identifikasi sampel
Proses identifikasi dilakukan dengan cara mengamati morfologi sampel secara langsung.
Pengamatan karakter morfologi seperti bentuk morfologi, tipe saluran air, dan tekstur untuk
filum Porifera dan untuk filum Arthopoda pengamatan karakter morfologi menurut banyak
kaki, ciri khas seperti bentuk tubuh, warna capit, dan warna cangkang.
Spongia officinalis
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Demospongiae
Ordo : Dictyoceratida
Famili : Spongiidae
Genus : Spongia
Spesies : Spongia officinalis
Haliclona sp.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ashton EC, PJ Hogart and DJ Macintosh. 2003. A comparison of brachyuran crab
community structure at four mangrove location under different management system along the
Melaka Straits-Andaman sea coast of M aJaysia and Thailand. Estuaries 26(6), 14611471.
de Weerdt WH. 2002. Family Chalinidae Gray, 1867. In JNA Hooper, RWM van
Soest, eds. Systema Porifera: a guide to the classification of sponges. New York: Kluwer
Academy/Plenum Publishers, pp. 852-873.
Kocbl V and M Wolff. 2002. Energy budget and ecological role of mangrove
epibenthos in the Caete Estuary, North Brazil. Mar Ecol Pro Ser. 228(1), 119-130.
Rahayu DL, Setyadi G. 2009. Mangrove Estuary Crabs of the Mimika RegionPapua,
Indonesia. Jakarta: PT. Freeport Indonesia.
Rosenberg MS. 2001. The Comparative claw morphology, phylogeny and behavior of
fiddler crabs (genus Uca). Dissertation for Doctor of Philosophy in Ecology & Evolution.
University of New York.
Turell C, O Duysak, E Akamca and V Kiyagi. 2009. Spatial distribution and activity
pattern of the ghost crab, Ocypode cursor (Linnaeus, 1758) in Yumurtalik Bay, North-
Eastern Mediterranian-Turkey. Journal of Animal & Veterinary Advances 8(1), 165-171.