Anda di halaman 1dari 24

KEBERSAMAAN DALAM PERBEDAAN:

STUDI KASUS MASYARAKAT CIGUGUR, KABUPATEN


KUNINGAN, JAWA BARAT

Syaripulloh
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Email: syarifibnuhasby@gmail.com

Abstract
This study was conducted to gain an overview of togetherness and harmony in the life
of a multi-religious society Cigugur. The study was conducted using descriptive-qualitative
methods deskriktif, with the observation, in-depth interviews, and documentation study as
data collection techniques. The results showed that Cigugur people who have a diversity in
religion, namely Islam, Christianity, Catholicism, Protestantism, Agama Djawa Sunda
(ADS) can coexist peacefully. They can live together respectfully because they have strong
blood ties. For the people together is more important than the divisions caused by differing
views. The unifying factor is the chair- man of each religion, in addition to the prominent
role of Pangeran Djatikusumah as Madrais descent. As the dominant culture, Agama
Djawa Sunda (ADS) implement a full tolerance for Cigugur society to embrace and
practice religious.
Keywords: unity, diversity, Agama Djawa Sunda (ADS), the dominant culture

Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang kebersamaan dan
harmoni dalam kehidupan masyarakat Cigugur yang multi agama. Penelitian dilakukan
dengan menggu- nakan metode deskriptif kualitatif, dengan observasi, wawancara
mendalam, serta studi doku- mentasi sebagai teknik pengumpulan datanya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa masyarakat Cigugur yang memiliki keberagaman dalam memeluk
agama, yakni Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, dan Agama Djawa Sunda (ADS)
dapat hidup berdampingan secara damai. Masyarakat saling menghargai karena memiliki
ikatan darah yang kuat. Bagi masyarakat keber- samaan lebih penting daripada perpecahan
yang ditimbulkan perbedaan pandangan. Adapun faktor pemersatu masyarakat Cigugur
adalah ketua masing-masing agama, selain adanya peranan yang sangat menonjol dari
Pangeran Djatikusumah sebagai keturunan Madrais. Sebagai budaya dominan, ADS
menerapkan pola toleransi penuh bagi masyarakat Cigugur untuk memeluk dan
menjalankan perintah agama.
Kata Kunci: kebersamaan, perbedaan, Agama Djawa Sunda (ADS), budaya dominan

A. Pendahuluan berharga. Namun, masih terdapat dampak negatif


1. Latar Belakang akibat dari keanekaragaman
Negara Indonesia adalah sebuah negara
yang terdiri dari beraneka ragam masyarakat,
suku bangsa, etnis, kelompok sosial,
kepercayaan, agama, dan kebudayaan yang
berbeda-beda dari daerah satu dengan daerah
lain yang memperkaya khasanah budaya
Indonesia. Keanekaragaman tersebut
merupakan kekayaan dan aset yang sangat
tersebut. Sebagai contoh adalah masih
timbulnya konflik, baik antaragama
maupun suku bangsa. Kasus yang
menonjol adalah konflik antaretnis
Madura dan Dayak di Kalimantan.
Perbedaan agama menjadi salah satu
pemicu terjadinya konflik di Ambon dan
Sulawesi. Kedua konflik tersebut
merupakan sebagian kasus bagaimana
suatu perbedaan menimbulkan efek
negatif.
Ketika perbedaan disikapi sebagai
bencana, kehidupan masyarakat
Indonesia mustahil mencapai kesatuan.
Perbedaan pendapat
Syaripulloh: Kebersamaan dalam Perbedaan 65

antarindividu dapat menjadi musibah yang Dalam model multikultural, sebuah


dapat memecah belah negeri. Dengan hal ini masyarakat (termasuk juga masyarakat
negara Indonesia tidak akan berjalan secara bangsa seperti Indonesia) mempunyai sebuah
harmonis, selalu ada pihak yang merasa kebudayaan yang berlaku umum dalam
sebagai yang paling benar dan oleh masyarakat tersebut yang coraknya seperti
karenanya kesepakatan tidak akan dapat sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup
diraih. Kebersamaan menjadi sesuatu yang semua kebudayaan dari masyarakat yang
utopis, mayoritas mendominasi minoritas dan lebih kecil. Mosaik tersebut membentuk
sebaliknya minoritas dapat menguasai masyarakat yang lebih besar dan mempunyai
mayoritas. Konflik secara horizontal maupun kebudayaan seperti mosaik itu. Model
vertikal dapat menghantui negeri ini setiap multikultural sebenarnya telah digunakan
saat. sebagai acuan oleh para pendiri bangsa
Sebagai bangsa yang multikultur, para Indonesia dalam mendesain apa yang
leluhur sudah menyadari akan pentingnya dinamakan sebagai kebudayaan bangsa,
saling menghormati dan saling menghargai sebagaimana yang terungkap dalam
antarsesama walau berbeda. Hal ini tercermin penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang
dalam semboyan negara kita “Bhinneka berbunyi: “Kebudayaan bangsa (Indonesia)
Tunggal Ika”. Sehingga, kebersamaan dalam adalah puncak-puncak kebudayaan di
perbedaan menjadi bagian yang harus tetap daerah”.2
dipertahankan dalam kehidupan setiap Dalam menyikapi multikultural haruslah
individu di negeri ini. Kebersamaan dalam hati-hati, sebab multikultural dapat
perbedaan dapat terwujud dengan sikap berkembang negatif ke arah
saling menghargai dan menghormati dalam hipermultikultural, dan caufinisme seperti
kehidupan sosial. Perbedaan disikapi sebagai menganggap budaya sendiri yang paling
sebuah keniscayaan, bahkan bagian dari baik, upaya mencari nilai-nilai asli atau
sunatullah (given). Manusia diciptakan oleh “indigenous culture” seperti misalnya
Tuhan untuk saling mengenal meski berbeda penguasa Orde Baru yang banyak
etnik, budaya bahkan agama. menggunakan bahasa Kawi dalam
Keberagaman di Indonesia merupakan memberikan nama gedung DPR yang sulit
akibat dari kondisi sosio-kultural maupun dimengerti oleh orang biasa.
geografis yang begitu beragam dan luas. Hipermultikultural yang lain adalah
Kondisi geografis menempatkan Indonesia munculnya anggapan bahwa hanya penduduk
ke dalam negeri yang memiliki banyak asli yang dapat berbicara mengenai
pulau di mana setiap pulau dihuni oleh budayanya sendiri.
sekelompok manusia yang membentuk suatu Menurut Parsudi Suparlan, membangun
masyarakat. Dari masyarakat tersebut Indonesia yang multikultural hanya mungkin
terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai terwujud jika: (1) konsep multikultural
masyarakat itu sendiri. Kebudayaan tersebut menyebar luas dan dipahami arti pentingnya
pastinya mengakibatkan keberagaman. bagi bangsa Indonesia, serta adanya
Masing-masing masyarakat yang membentuk keinginan bangsa Indonesia pada tingkat
sebuah kebudayaan yang memiliki corak nasional maupun lokal untuk mengadopsi dan
kebudayaannya sendiri. menjadi pedoman hidupnya, (2) kesamaan
Kebudayaan merupakan akar dari pemahaman di antara para ahli mengenai
multikulturalisme. Multikulturalisme terdiri makna multikultural dan bangunan konsep-
dari kata “multi” yang berarti plural dan konsep yang mendukungnya, dan (3) upaya-
kulturalisme yang berisi pengertian kultur upaya yang dapat dilakukan untuk dapat
atau budaya. Menurut Fay, sebagaimana mewujudkan cita-cita ini.3
dikutip Suparlan, multikulturalisme adalah Teori fungsional melihat kebudayaan
sebuah ideologi yang mengakui dan sebagai suatu bentuk yang kompleks dari ide-
mengagungkan perbedaan dalam ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
kesederajatan, baik secara individual maupun peraturan dan sistem sosial yang terdiri dari
secara kebudayaan.1 aktivitas manusia yang berinteraksi,
66 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei
2014

berhubungan serta bergaul satu dengan Durkheim, mereka semuanya


lainnya, setiap saat mengikuti pola- pola melainkan adalah saudara,
tertentu berdasarkan adat dan tata kelakuan, merupakan transisi semuanya
1 Parsudi 2 Ibid.
dari masyarakat beragama hanya
Suparlan, “Menuju Masyarakat 3 Ibid. pedesaan ke caranya yang
Indonesia yang Multikultural”.
Antropologi Indonesia 69 masyarakat berbeda.
tahun, 2002.
perkotaan. Selain itu Berbeda
bersifat konkret dan sosial dalam masyarakat Cigugur, dengan daerah
terjadi di sekeliling. masyarakat. Kabupaten lainnya di
Dalam hal ini Durkheim membagi Kuningan, Provinsi Indonesia,
kebudayaan solidaritas dalam Jawa Barat keberagaman
menentukan situasi masyarakat menjadi merupakan dalam masyarakat
dan kondisi mekanik dan organik. masyarakat Cigugur tidak
bertindak, mengatur Solidaritas mekanik multikultural dengan pernah
dengan sistem sosial memiliki ciri keanekaragaman menimbulkan
berada dalam pembagian kerja yang agama. Sebagian konflik yang
batasan sarana dan masih sederhana, cara penduduknya berarti. Isu sara
tujuan, yang hidup yang kurang beragama Islam, yang menjadi
dibenarkan dan bervariasi, karena sebagian lagi penyulut api
yang dilarang. kebutuhan para beragama Kristen perpecahan tak
Kerukunan anggota masyarakat Katolik, Protestan, pernah terlihat.
antarumat beragama untuk memandang dan di antara mereka Masyarakat hidup
di tengah dunia juga kurang ada juga yang dengan sikap
keanekaragaman lebih sama, mereka menjadi penganut toleransi yang
sosial dan budaya memiliki aturan- ajaran Sunda mengesampingkan
merupakan aset aturan kolektif yang Wiwitan atau sering kepentingan
dalam kehidupan mengatur bagaimana disebut Agama pribadi dan
berbangsa dan berperilaku. Djawa Sunda golongan.
bernegara di Masyarakat ini (ADS). Perbedaan Masyarakat saling
Indonesia. Dalam terdapat dalam yang terjadi di menghargai satu
perjalanan sejarah lingkungan pedesaan tengah masyarakat sama lain. Puncak
bangsa, Pancasila yang homogen. tidak menjadikan dari kebersamaan
telah teruji sebagai Sedangkan solidaritas mereka harus pecah ini adalah
alternatif yang organik memiliki ciri dan saling perdamaian.
paling tepat untuk pembagian kerja yang bermusuhan, Perdamaian yang
mempersatukan sangat kompleks, karena bagi terjadi merupakan
masyarakat hidup secara 4 J.A. Barnes,
Durkheim’s Division of Labour in hasil dari pola
Indonesia yang individual, Society, The Australian National
adaptasi
sangat majemuk. ketergantungan University, Royal Anthropological
Institute of Great Britain and masyarakat dalam
Pancasila adalah terhadap teknologi, Ireland, dalam
http://www.jstor.org/stable/279634 menyesuaikan diri
payung untuk masyarakat ini lebih 3, h. 163.
dengan
memelihara terbentuk di kota
kebudayaan.
eksistensi sosial besar yang
Masyarakat selalu
bangsa. merupakan bagian
bersikap
Menurut dari masyarakat
konformis
Durkheim,4 masalah urban.
sehingga perilaku
sentral dari Masyarakat yang
diteliti bukanlah menyimpang dan
eksistensi sosial
bagian tindakan kriminal
adalah masalah
dari dua tipe menjadi sangat
keteraturan dan
solidaritas yang rendah.
bagaimana
dikemukakan Masyarakat
mencapai solidaritas
sangat menjunjung
Syaripulloh: Kebersamaan dalam Perbedaan 67

tinggi khasanah Madrais sebagai Bandung Jawa Baru,


5
budayanya. tokoh aliran ini Barat. Madrais
Setiap tahun dan ajarannya Atas dasar sebagai
masyarakat yang bernama pemikiran tersebut, tokoh aliran
bekerja sama madraisme tema “Kebersamaan ini,
dalam sebuah merupakan ajaran Dalam Perbedaan: merupakan
acara adat, yaitu terlarang. Tetapi Studi Kasus ajaran
Seren Taun. pada masa Masyarakat terlarang,
Berbagai tokoh pemerintahan K. Cigugur Kabupaten tetapi pada
agama hadir H. Abdurahman Kuningan” menarik masa
untuk Wahid atau Gus diteliti. pemerintaha
mensukseskan Dur ajaran ini n K. H.
acara ini. Acara diizinkan, inti sari 2. Identifikasi Abdurahma
yang merupakan ajaran ini Masalah n Wahid
pesta panen ini mengedepankan Berdasarkan atau Gus
kemudian penghayatan latar belakang Dur ajaran
menjadi daya terhadap Tuhan tersebut, masalah madraisme
tarik pariwisata Yang Maha Esa. penelitian ini dapat dengan
di Cigugur. Menurut diidentifikasi mengedepan
Bukan hanya sebagai berikut:
pemaparan kan Agama
menteri dan Pangeran a. Wilayah ini Djawa
perwakilannya, Djatikusumah menjadi Sunda
Presiden sebagai pemangku tempat menjadi
Abdurahman adat di Cigugur, Cagar sesuatu
Wahid juga kebudayaan di Budaya ajaran yang
pernah datang Cigugur yang harus tidak
dijaga
dan merupakan asli terlarang.
kelestariann
menyaksikan dari ranah Sunda. d. Terdapat
ya.
acara tersebut, Oleh karena itu acara
b. Masyarakat “Seren
begitu pula Cigugur memiliki nya
wisatawan asing keterikatan Taun“ yang
menganut diadakanset
tidak dengan kepercayaa
ketinggalan masyarakat adat ahunsekaliy
n yang angdidalam
mengikuti acara lainnya di tataran beragam
demi acara Sunda. nya
atau dilakukan
Seren Taun Masyarakat adat berbeda
tersebut. Acara itu adalah: (1) acara
satu sama diskusi
ini dipusatkan di Urang Kanekes lain
Paseban Tri atau masyarakat budaya,
(penganut acara
Panca Tunggal Baduy di ajaran
yang menjadi Kabupaten Lebak budaya dari
Agama berbagai
pusat Agama Provinsi Banten, Djawa
Djawa Sunda (2) masyarakat komunitasn
Sunda/ADS ya (Baduy
(ADS). Kampung Naga di , Islam,
Di masa Kabupaten Banten,
Katolik, Cikondang
penjajahan Tasikmalaya, (3) Protestan,
Belanda, masyarakat Bandung,
dan Kampung
pendudukan Cikondang di lainnya).
Jepang, Orde Kabupaten Mahmud
c. Sejak masa Bandung,
Lama, dan Orde Bandung, dan penjajahan,
Baru, Kyai (4) masyarakat dan lain
Orde Lama,
sebagainya)
Kampung Mahmud juga di Kabupaten dan Orde
68 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei
2014

, termasuk 4. Tujuan dilaksanakan merupakan


juga Penelitian terhitung sejak pemangku adat di
hiburan Adapun tujuan tanggal 5 Agustus Cigugur, (2) Ratu
tradisional penelitian ini 2013 sampai Dewi Kanti yang
lainnya. adalah mencari dengan 24 merupakan juru
Acara ini jawaban atas September 2013. bicara pihak
memiliki permasalahan yang Peneliti melakukan Agama Djawa
daya magis diajukan, yakni tiga kali kunjungan Sunda (ADS)
yang untuk memperoleh lapangan. sekaligus anak
cukup gambaran tentang Dengan bungsu Pangeran
besar model toleransi menggunakan Djatikusumah dan
terutama yang metode penelitian Ratu Emma, (3)
bagi dikembangkan di deskriptif Pak Edri Purwanto
wisatawan, lingkungan kualitatif, dari pihak
baik lokal masyarakat dimaksudkan Pesantren al-Ihya
maupun Cigugur, penelitian ini dapat sebagai wakil
manca Kabupaten menjelaskan segala Muslim,
negara, Kuningan, sesuatu yang (4) Pak Yayan
pejabat Propinsi Jawa sedang berlaku sebagai wakil
daerah Barat. serta pihak Kristen
maupun menginterpretasika Protestan, (5) Ibu
pusat, serta B. Metodologi n kondisi- kondisi Uum sebagai wakil
kalangan Penelitian yang ada dan dari pihak Kristen
politikus, Penelitian ini sedang Katholik yang juga
dan dilaksanakan di berlangsung. merupakan
masyarakat Kelurahan Teknik biarawati pada
kebanyaka Cigugur, pengumpulan data Gereja Katholik,
n. Kecamatan penelitian ini dan (6) informan
Cigugur, adalah dengan kunci, yaitu Pak
3. Rumusan Kabupaten metode observasi, Didik dan Ibu Uti
Masalah Kuningan, wawancara, dan sebagai tuan rumah
Permasalahany Provinsi Jawa studi dokumen. pada saat peneliti
angdiangkatdalamp Barat. Cigugur Adapun yang menginap.
enelitian ini adalah: merupakan daerah diwawancarai Pada intinya
“Bagaimanakah yang memiliki dalam penelitian metode
kebersamaan dapat iklim sejuk karena ini adalah tokoh dokumenter adalah
terjalin di tengah berada di kaki dari masing- mencari data
perbedaan yang Gunung Ciremai, masing agama, mengenai hal-hal
terjadi pada memiliki yaitu: (1) Pangeran yang berupa
masyarakat kebudayaan yang Djatikusumah catatan, transkrip,
Cigugur, khas dibanding sebagai wakil buku, surat kabar,
Kabupaten daerah lainnya. pihak Agama majalah, prasasti,
Kuningan, Provinsi Masyarakat Djawa Sunda notulen rapat,
Jawa Barat?” Cigugur memiliki (ADS) yang leger, agenda, dan
keberagaman sekaligus
dalam beragama, sebagainya.6 melakukan sintesis,
5 Wawancara dengan namun tidak Analisis data menyusun ke dalam
Pangeran Djatikusumah, 8
September 2013 di Paseban Tri
mengalami dilakukan dengan pola, memilih mana
Panca Tunggal, Cigugur, perpecahan dalam mengorganisasikan yang penting dan yang
Kabupaten Kuningan, Jawa
Barat. kehidupan data, akan dipelajari, dan
bermasyarakat. menjabarkannya ke membuat kesimpulan
Penelitian ini dalam unit-unit, yang dapat
Syaripulloh: Kebersamaan dalam Perbedaan 69

diceriterakan teknik yang 661 meter di atas 661 meter di atas


kepada orang lain. menggambarkan dan permukaan laut, permukaan laut,
Dengan menginterpretasikan terletak pada menjadikan
melaksanakan arti data-data yang koordinat kawasan Cigugur
wawancara telah terkumpul 108027’15” BT beriklim sejuk
mendalam dan dengan memberikan dan 5058’8” LS, dengan suhu rata-
observasi, peneliti perhatian dan luas wilayahnya rata 180-280 celcius
memperoleh data merekam sebanyak adalah 300,15 dengan curah
primer. Data primer mungkin aspek situasi hektar. Wilayah hujan rata-rata
ini tidak dalam yang diteliti pada saat ini merupakan 2000-2500
bentuk angka-angka itu, sehingga wilayah transisi mm/tahun. Musim
yang dapat diproses memperoleh antara kota dan penghujan jatuh
dalam metode gambaran secara desa serta antara bulan
kuantitatif. Jenis umum dan berkembang November hingga
data yang diperoleh menyeluruh tentang menuju kawasan Mei dengan curah
dari penelitian ini keadaan sebenarnya. perkotaan. hujan tertinggi
adalah data Tujuan deskriptif Bentang jatuh pada bulan
kualitatif yang tidak kualitatif adalah alam Kelurahan Desember hingga
berbentuk angka- untuk membuat Cigugur secara Maret.
angka. Sehingga deskripsi, gambaran singkat sebagai Jumlah
penjabarannya atau lukisan secara beirkut. Sebelah penduduk
dalam bentuk sistematis, faktual dan utara merupakan kelurahan Cigugur
catatan lapangan akurat mengenai dataran rendah berdasarkan data
(field notes). fakta-fakta, sifat-sifat dan sebagian yang dimiliki oleh
Dari rumusan serta hubungan antar kecil berbukit Kelurahan
di atas, dapat fenomena yang yang berfungsi Cigugur per 31
diambil garis besar diselidiki. sebagai lahan Desember 2012
bahwa analisis data persawahan dan adalah sebagai
pertama-tama C. Hasil Penelitian
tanaman pangan. berikut:
dimaksudkan untuk dan Pembahasan
Sebelah timur a. Berdasarkan
mengorganisasikan 1. Latar Penelitian
merupakan Jenis Kelamin
data. Data yang Kelurahan Jumlah Kepala
dataran rendah
telah terkumpul dan Cigugur, Kecamatan Keluarga (KK)
berupa
terdiri dari catatan Cigugur, Kabupaten sebanyak
persawahan dan
lapangan, komentar Kuningan, merupakan 2.413 KK.
sebagian berupa
peneliti, gambar, salah satu kelurahan Berdasarkan jenis
perbukitan.
foto, dokumen yang lokasinya tidak kelamin, tercatat
Sebelah selatan
berupa laporan, jauh dari ibukota jumlah penduduk
merupakan
biografi, dan Kabupaten Kuningan, laki-laki di
dataran rendah
sebagainya. Setelah tepatnya sekitar 3,5 Kelurahan
persawahan.
data terkumpul dari km arah Barat dari Cigugur lebih
Sebelah barat
lapangan, maka pusat pemerintahan banyak dari
merupakan
peneliti akan Kabupaten Kuningan. jumlah penduduk
dataran tinggi
mengolah dan Lokasinya berada di wanita
dan perbukitan
menganalisis data kaki Gunung Ciremai sebagaimana
yang
tersebut dengan sisi Timur dengan tertera pada Tabel
difungsikan
menggunakan ketinggian sekitar 1 berikut ini.
sebagai lahan
analisis secara 6 Arikunto, Suharsini,
peternakan dan T
Prosedur Penelitian, Yogyakarta:
deskriptif-kualitatif. a
Bumi Aksara, 2002, h.206. perkebunan.
Analisis- deskriptif b
Keberadaan e
kualitatif nya yang berada
merupakan suatu l
pada ketinggian
70 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei
2014

t Kelurahan Cigugur Tabel 5


1 No. Jenis Kelamin yang telah
1. Laki-laki Jumlah
Jumlah 2. Perempuan menyadari Sarana
Penduduk Jumlah pentingnya keagamaan
kelurahan pendidikan hingga di
Cigugur, b. Berdasarkan tingkat SLTA. Data kelurahan
Kecamatan Kelompok Usia kependudukan Cigugur
Cigugur, Berdasarkan Kelurahan Cigugur No. Sarana Keagamaan
Kabupaten kelompok usia, 1. Masjid
berdasarkan tingkat 2. Langgar/Mushala
Kuningan, penduduk pendidikan adalah 3. Majelis Ta’lim
P Cigugur sebagai berikut: 4. TPA
r 5. Pondok Pesantren
terbanyak berada T 6. Gereja
o pada usia a
v produktif, yaitu b
i Sarana
usia 16 s/d 44 e
n keagamaan di atas
tahun. Adapun l
s 4 berdiri di tengah
i angka kelahiran kawasan
Data penduduk
bayi cukup tinggi. pemukiman
Cigugur
J Keseluruhan data penduduk.
Jumlah berdasarkan
No. Berdasarkan
a penduduk Penduduk
Pendidikan Berbagai pemeluk
tingkat
1. Lulusan Kelurahan 1.752 orang
w SD/Sederajat agama dapat
2. Lulusan
a SLTP/Sederajat 773 orang pendidikan
Cigugur menjalankan
3. Lulusan SLTA/Sederajat 2.764 orang
berdasarkan 543 orang
4. Lulusan Akademi/Universitas ibadah dengan
B
5. Buta Aksara (karenakelompok
Lanjut - usia
Usia) a damai. Suara azan
adalah sebagai dari mikrofon
r berikut:
a masjid maupun
mushalla tetap
Tabel 2 Cigugur. terdengar di
Persebaran Sebagaimana Tabel wilayah Cigugur.
Jumlah sarana
penduduk 3 berikut ini: keagamaan di Begitu pula suara
Cigugur Tabel 3
Kelurahan Cigugur lonceng gereja
berdasarkan Persebaran
berdasarkan data tetap terdengar saat
usia penduduk
No. Kelompok Usia Kelurahan Cigugur kebaktian akan
Cigugur
1. Usia 0 s/d 3 tahun pada akhir tahun dilaksanakan.
2. Usia 4 s/d 6 tahun berdasarkan
3. Usia 7 s/d 12 tahun 2012, adalah Sarana
agama
4. Usia 13 s/d 18 tahun No. Berdasarkan Agama sebagai berikut: keagamaan
5. Usia 16 s/d 44 tahun 1. Islam lainnnya bagi
6. Usia 45 tahun ke 2. Protestan
atas 3. Katholik pemeluk agama
4. Hindu Islam adalah
5. Budha pondok pesantren.
c. Berdasarkan 6. Kepercayaan (ADS)
Agama Sebagai pondok
Berbeda pesantren modern
d. Berdasarkan
dengan daerah satu-satunya di
Pendidikan
lainnya di Jawa Kelurahan
Berdasarkan
Barat, kelurahan Cigugur, Ponpes
pendidikan,
Cigugur memiliki al-Ihya berdiri
penduduk
keberagaman sejak tahun 1988.
Kelurahan Cigugur
dalam segi agama, Ponpes al-Ihya
tidak ada yang
dengan agama didirikan oleh
mengalami buta
Islam yang beberapa tokoh
aksara. Banyak
dominan dianut agama Islam dan
penduduk
oleh masyarakat masyarakat di
Syaripulloh: Kebersamaan dalam Perbedaan 71

Kelurahan pemeluk agama


Cigugur. Pondok Kristen Protestan
pesantren ini di Cigugur adalah
bernaung di Gereja Kristen
bawah Yayasan al- Pasundan. Berdiri
Ihya Kuningan sejak tahun 1965,
(awalnya: Yayasan bersamaan dengan
Islamic Centre al- dibubarkannya
Ihya Kuningan) Agama Djawa
yang berdiri pada Sunda (ADS) di
tahun 1985. Kuningan. Para
Pelajar atau
santri yang
bersekolah di
Pondok Pesantren
Al-Ihya bukan
hanya berasal dari
Kelurahan
Cigugur. Santri
tersebut berasal
dari berbagai
daerah di Pulau
Jawa, termasuk
dari DKI Jakarta.
Ponpes al-Ihya
berafiliasi dengan
MAN Cigugur,
sebuah lembaga
pendidikan
menengah atas
Islam yang
letaknya
berdekatan dengan
Pondok Pesantren
al-Ihya. Selain
Pondok Pesantren
al-Ihya dan MAN
Cigugur, terdapat
pula Perguruan
Tinggi Islam satu-
satunya di
kawasan Cigugur,
yang bernama
Perguruan Tinggi
Islam al-Ihya.
Tidak jauh dari
perguruan tinggi
tersebut juga
terdapat MTsN
Model Cigugur.
Sarana
keagamaan bagi
70 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei
2014

penganut Agama Djawa Sunda (ADS) Gotong royong dan kerja sama
tersebut di antaranya pindah keyakinan 7 Wawancara dengan Yayan Heryanto, S.Si (seorang Pendeta Kristen
Protestan) pada tanggal 15 September 2013 di Gereja Kristen Pasundan (GKP)
menjadi anggota jemaat Gereja Kristen Cigugur, Kuningan Jawa Barat.
8 Artikel Cagar Budaya Nasional Gedung Paseban Tri Panca Tunggal.
Pasundan (GKP) Cirebon. Gereja Kristen
Pasundan (GKP) Cirebon menjadi Gereja
jemaat Cigugur- Kuningan pada saat ini.
Bahasa yang digunakan dalam setiap
kebaktian adalah Bahasa Indonesia diselingi
dengan Bahasa Sunda pada Minggu ke-
empat.7
Sarana ibadah bagi penganut agama
Kristen Katolik adalah sebuah gereja yang
bernama Gereja Kristus Raja-Paroki
Cigugur. Gereja ini terletak persis di depan
Rumah Sakit Sekar Kamulyan.
Perkembangan penganut Kristen Katholik
yang menjadi jemaat Gereja Kristus Raja-
Paroki tidak terlepas dari peristiwa
pelarangan ADS pada tahun 1964. Pangeran
Tedjabuana Alibasa (Keturunan Pangeran
Madrais) beserta keluarga menyatakan diri
sebagai penganut agama Kristen Katholik.
Setelah peristiwa itu, terjadi perpindahan
masal penganut Agama Djawa Sunda (ADS)
menjadi Katolik. Mulai saat itulah kegiatan
gereja Katolik Kristus Raja-Paroki mulai
berkembang.
Terdapat satu bangunan di kawasan
Cigugur yang menjadi pusat Agama Djawa
Sunda (ADS). Gedung ini bernama Paseban
Tri Panca Tunggal yang telah diakui sebagai
Cagar Budaya Nasional pada tanggal 14
Desember 1976. Sebagai sebuah Cagar
Budaya Nasional, Paseban Tri Panca Tunggal
juga sering disebut sebagai keraton yang
berada di Cigugur. Nama Paseban sendiri
adalah tempat berkumpul dan bersyukur
dalam melaksanakan ketunggalan selaku
umat Gusti Hyang Widi Wasa. Kata tri
bermakna tiga unsur, yaitu sir, rasa, dan
pikir. Sedangkan panca atau lima bermakna
lima unsur panca indra dalam menerima
keagungan Tuhan Yang Maha Tunggal
(Esa).8

2. Kebersamaan di Tengah Masyarakat


Masyarakat Cigugur merupakan
masyarakat yang multi agama namun
kehidupan mereka berjalan secara harmonis
dan tidak ada konflik. Kedamaian dan
kebersamaan begitu terasa mewarnai
kehidupan mereka yang beragam keyakinan.
Syaripulloh: Kebersamaan dalam Perbedaan 71

tetap terjalin dalam keseharian tanpa memiliki ikatan darah yang sama”.
melihat perbedaan yang terjadi di antara Berkenaan dengan toleransi antarumat
mereka. Kesemuanya itu didasarkan atas beragama di Cigugur, Edri menjelaskan
dasar persamaan hak sebagai warga dan bahwa “Penghargaan warga nonmuslim
rasa saling menghormati serta saling terhadap warga muslim yang sedang
menghargai atas setiap perbedaan. berpuasa, di antara mereka tidak melakukan
Berkenaan dengan kegiatan makan minum sembarangan. Ketika
kehidupan ada yang melanggar, mereka akan ditegur
kemasyarakatan di Cigugur, Didi (warga oleh temannya sendiri dan menghentikan
Cigugur penganut kepercayaan Agama aktivitas tersebut. Para pedagang
Djawa Sunda (ADS) mengungkapkan di depan sekolah perlu
bahwa “dalam berbagai kegiatan sosial mereka (di depan dikesampingkan
kemasyarakatan masyarakat Cigugur komplek Yayasan perbedaan agama
selalu bekerja sama dan tidak al-Ihya terdapat dan kepercayaan.
membedakan latar belakang agama dan sekolah Katolik Kebersamaan di
kepercayaan mereka. Pada saat Yos Sudarso) saat tengah
peringatan hari besar keagamaan apa pun bulan Ramadhan perbedaan yang
semua anggota keluarga akan saling akan disuruh masuk terjadi pada
membantu walau mereka berlainan ke dalam masyarakat Cigugur
agama dan kepercayaan. Pada saat Idul lingkungan sekolah menurut Yayan
Fitri atau Idul Adha, kami semua tujuannya pasti agar (pendeta) “kuncinya
berkumpul di tengah keluarga yang anak-anak sekolah adalah dihargainya
beragama Islam dan ikut serta dalam tidak makan dan wilayah adat.
membantu persiapan serta ikut minum Masing-masing
merayakannya. Hal yang sama juga sembarangan. agama memiliki
terjadi pada saat Natal, semua anggota Ketika lebaran, pemimpin yang
keluarga akan kumpul dan membantu mereka datang menjadi tokoh kunci
persiapan perayaan Natal serta ikut berkunjung dan perdamaian. Tokoh
merayakannya. Demikian pula ketika mengucapkan masing-masing
Seren Taun yang merupakan perayaan selamat Idul Fitri agama ini yang
bagi warga penganut Agama Djawa kepada masyarakat menjadikan budaya
Sunda (ADS), semua warga Cigugur Muslim”. Hal setempat tetap
terlibat dalam semua tahapan perayaan senada juga lestari”. Hal senada
Seren Taun”. disampaikan oleh juga diungkapkan
Hal senada diungkap oleh Yayan Yayan (pendeta) oleh Edri (pengurus
Heryanto dan Didi (warga Yayasan al-Ihya)
(34 tahun, seorang pendeta) yang masyarakat yang
menjelaskan bahwa “kerjasama dan Cigugur) yang mengemukakan
gotong royong terjalin di tempat ini mengungkapkan besarnya pengaruh
walau mereka berbeda keyakinan. Bagi bahwa penghargaan tokoh adat dan
mereka agama atau kepercayaan tidak dan penghormatan tokoh agama dalam
menjadi penghalang untuk bekerja sama, atas kepercayaan upaya
karena bagi mereka semua agama adalah orang lain yang mempertahankan
sama, yaitu mengajarkan akan kebaikan. berbeda merupakan kebersamaan di
Keterlibatan pemeluk Kristen Protestan inti dari tengah masyarakat
dalam acara Seren Taun adalah sebagai kebersamaan yang Cigugur yang
bagian dari warga Cigugur”. Hal senada terjalin di tengah agama dan
diungkapkan oleh Edri (Pengurus masyarakat kepercayaannya
Yayasan al-Ihya), yang mengatakan kerja Cigugur. Dalam beragam”.
sama antarsesama warga dalam menjalani Berkenaan
merayakan peringatan hari besar kehidupan sosial dengan perbedaan
keagamaan terjadi karena mereka kemasyarakatan di tengah
72 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei
2014

masyarakat diizinkan dan Pada berpoligami.


Cigugur, mengedepankan masyarakat Karena poligami
Pangeran penghayatan Cigugur dianggap sebagai
Djatikusumah terhadap Tuhan kebersamaan tidak hal yang haram
(Pemangku Adat Yang Maha Esa. hanya ketika hukumnya”.
Cigugur) hidup, ketika sudah Beliau juga
mengungkapkan meninggal pun menjelaskan,
bahwa “kesadaran dimakamkan pada bahwa dirinya
beragama lokasi yang sama memiliki delapan
berdasarkan bersatu dengan orang anak dan
prinsip yang lain walau mereka memiliki
ketuhanan, berbeda keyakinan yang
kemanusiaan, dan keyakinan”. berbeda (Katolik,
kebangsaan. Keadaan yang unik Islam, Protestan
Umat beragama ini terlihat pada dan Sunda Wiwitan
harus sadar salah satu lokasi atau ADS). Selaku
menjadi manusia pemakaman yang pemangku adat di
yang berbangsa. sudah ada sejak Cigugur, beliau
Kesadaran ratusan tahun. Di menganut
manusia lokasi pemakaman kepercayaan Sunda
berangkat dari ini terlihat Wiwitan atau
insaniyah dan berbagai simbol ADS/Anak
wathoniyah. agama menjadi tertuanya yang
Semua agama penanda perempuan
berada pada keberagaman beragama Kristen
kesadaran itu. tersebut. Simbol dan bahkan
Kesadaran ilahi tersebut juga menjadi Pendeta
bersumber dari menjadi penanda Bethel di Cirebon.
kesadaran pribadi. agama yang dianut Anak keduanya
Manusia harus masing-masing yang lebih dikenal
benar- benar makam. dengan sebutan
menghayati Berkenaan Rama Anom
kepercayaan dengan pernikahan merupakan calon
terhadap Tuhan. terutama yang penerus beliau
Manusia berbeda dalam memimpin
sebenarnya dekat keyakinan, adat di Cigugur
dengan Tuhan, Pangeran menganut
tapi kebanyakan Djatikusumah kepercayaan Sunda
tidak mengetahui menjelaskan Wiwitan.
posisinya. Di “Ketika Sedangkan anak-
masa penjajahan, melaksanakan anak yang lainnya
Orde Lama, dan pernikahan dapat ada yang Islam,
Orde Baru, Kyai disesuaikan Katolik, dan Sunda
Madrais sebagai dengan agama Wiwitan”. Beliau
tokoh aliran ini yang dianut. Jika melanjutkan,
dianggap sebagai ada perbedaan, bahwa “pada
ajaran terlarang. datanya dapat masyarakat Sunda
Tetapi pada masa disesuaikan. Orang yang ada penganut
pemerintahan K. yang telah Sunda Wiwitan,
H. Abdurrahman berkeluarga tidak kebersamaan di
Wahid atau Gus boleh bercerai, tengah perbedaan
Dur ajaran ini tidak boleh seperti di sini (di
Syaripulloh: Kebersamaan dalam Perbedaan 73

Cigugur, pen) keyakinan yang biasanya digeser ke mengulang


juga terjadi terjadi di sore atau malam keterlambatan pada
seperti di Susuru, keluarga kami hari. Hal ini acara adat”.
Panawangan tidak menjadikan dikarenakan bagi Kondisi berbeda
Ciamis, di Garut, kami terpecah. mereka keterlibatan tampak pada
dan di Banten Kebersamaan dalam kegiatan pesantren, menurut
karena pada tetap dijalin. Seren Taun Edri (pengurus
dasarnya Ketika Seren merupakan bentuk Yayasan al-Ihya)
manusia haruslah Taun semua dari Ibadah”. “Pada acara Seren
welas asih, keluarga Keberadaan Taun, kami secara
undak usuk, tata berkumpul di tokoh agama kelembagaan tidak
karma, wiwaha sini, bahkan dalam berbagai terlibat dan
yudha raga kakak yang kegiatan yang melibatkan diri karena
(perang terhadap pendeta melibatkan dalam Islam hal ini
raga) dengan seringkali masyarakat dapat dikategorikan
budi bahasa dan membawa merupakan hal yang sebagai syirik. Kepada
budi daya yang jamaahnya penting karena para santri dan siswa
dimilikinya”. berkunjung ke merupakan simbol yang sebagian besar
Menurut Ratu sini”. keagamaan dan pendatang dari luar
Dewi Kanti Penghormatan menggambarkan Cigugur kami
(putri bungsu terhadap kebersamaan di menjelaskan tentang
Pangeran pemeluk tengah kegiatan tersebut agar
Djatikusumah), agama keberagaman. Yayan
“perbedaan (pendeta)
lain dirasakan oleh (warga Cigugur dan menjelaskan, “Jika
peneliti, walaupun Penganut ADS) ada tokoh agama
tuan rumah, mengemukakan atau adat belum
keluarga Pak Didi bahwa kegiatan hadir, acara tidak
adalah penganut Seren Taun akan dimulai.
kepercayaan merupakan kegiatan Sebagai contoh,
Sunda Wiwitan adat yang suatu hari dirinya
atau ADS, namun melibatkan warga berada di Cirebon
mereka menerima masyarakat Cigugur untuk mengurusi
peneliti dengan dari semua kalangan urusan gereja, pada
tangan terbuka dan tanpa membedakan waktu yang sama
memberi latar belakang terdapat acara di
kesempatan yang agama mereka. Cigugur dan
luas kepada Berkenaan dengan mengharapkan
peneliti untuk hal tersebut, Yayan kehadirannya.
melaksanakan (pendeta) Walau sudah
perintah agama. mengungkapkan memberitahukan
Berkenaan bahwa “ketika bahwa akan
dengan digelar rangkaian terlambat hadir dan
kebersamaan acara Seren Taun mempersilahkan
dalam perayaan yang kebetulan acara dimulai,
Seren Taun yang bersamaan dengan namun kehadirannya
dilaksanakan kegiatan kebaktian, tetap ditunggu dan
setiap bulan maka gereja akan acara tidak dimulai
Rayagung dalam merubah jam sebelum dirinya
penanggalan kebaktian datang. Peristiwa ini
Jawa atau bulan disesuaikan dengan membuat malu, dan
Dzulhijah, Didi acara Seren Taun, berusaha untuk tidak
74 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei
2014

mereka Kampung Naga layaknya di Sedangkan


memahami di Kabupaten gereja Katholik khotbah dan puji-
budaya Tasikmalaya, (3) di kota, namun pujian dilakukan
setempat masyarakat diiringi oleh dengan
namun tidak Cikondang di perangkat menggunakan
diperkenankan Kabupaten gamelan Sunda”. bahasa Sunda dan
mengikuti Garut, dan (4) Kondisi diiringi oleh
rangkaian masyarakat yang sama juga gamelan Sunda.
acara. Secara Kampung terjadi pada Pada minggu-
khusus, Mahmud di gereja Protestan, minggu yang
yayasan juga Kabupaten menurut Yayan lainnya kegiatan
tidak pernah Bandung, Jawa (pendeta), kebaktian
diundang kalau Barat. “Sebagai bentuk dilakukan dengan
pun diundang penyesuaian diri menggunakan
biasanya 3. Penyesuaian dengan bahasa Indonesia
individu dengan lingkungan, dan doa-doa
pengurus pada Lingkungan maka kami tiap pujian juga
saat Tidak jauh minggu terakhir diiringi oleh
diselenggaraka dari Rumah tiap bulannya perangkat musik
nnya do’a Sakit Sekar melakukan modern
bersama lintas Kawaluyaan kebaktian (keyboard)”.
agama”. Cigugur, sebuah dengan gaya Ketika ditanya
Menurut rumah sakit Sunda. Jamaah mengapa
yang
pemaparan dikelola yang hadir harus demikian, Yayan
oleh
Pangeran Yayasan berpakaian adat menjelaskan
Djatikusumah Katolik, terdapat Sunda, demikian bahwa “Jika
sebagai Gereja Katholik. pula kita selaku dilakukan tiap
pemangku adat Menurut Ignas pengurus juga kebaktian dengan
di Cigugur, (pemuda berpakaian adat menggunakan
kebudayaan di Katholik aktifis Sunda. bahasa Sunda
Cigugur gereja), “Secara
dan diiringi oleh kami, saya
merupakan asli fisik bangunan
musik tradisional berpendapat bahwa
dari tanah dan peralatan
Sunda tidak dalam beberapa sisi
Sunda. Oleh atau perangkat
memungkinkan ajaran ADS/ Sunda
karena itu ritual yang
karena diperlukan Wiwitan
Cigugur dimilikinya
jumlah pemain mempunyai
memiliki tidak jauh
degung yang cukup kemiripan dengan
keterikatan berbeda dengan
banyak, sedangkan ajaran Kristen.
dengan gereja-gereja
jemaah sedikit bisa- Menurut saya,
masyarakat Katolik lainnya,
bisa semua jamaah Kristen yang masuk
adat lainnya di namun yang
jadi pemain ke Indonesia harus
tatar Sunda. membedakan
degung”. menyesuaikan diri
Masyarakat gereja ini
Secaraindividu, dengan lingkungan
adat itu adalah: dengan gereja
Yayan(pendeta) setempat harus mau
(1) urang katholik di kota
menyatakan bahwa memutuskan
Kanekes atau adalah ketika
“setelah menjadi Kristen
masyarakat ritual
mempelajari dan Pribumi bukan
Baduy di keagamaan,
mendalami Ajaran Kristen Eropa yang
kabupaten yaitu lantunan
Spritual ADS / dibawa masuk oleh
Lebak provinsi doa-doa pujian
Sunda Wiwitan dan para penjajah.
Banten, tidak diiringi
membandingkan Kondisi ini
(2) masyarakat oleh piano
dengan Kitab Suci mendorong untuk
Syaripulloh: Kebersamaan dalam Perbedaan 75

tidak memiliki dimakan dan oleh proses yang membentuk


perasaan paling mana yang tidak. demokratisasi masyarakat begitu
benar sendiri. Selain itu kami adalah pluralitas berbeda satu sama
Ajaran- ajaran juga menjelaskan masyarakat yang lain.9
lokal perlu kepada santri- sangat kental. Berpuluh tahun
dihargai agar santri kami akan Sebagai sebuah lewat Indonesia
dapat diterima perbedaan yang negara majemuk telah diguncang
oleh masyarakat terjadi di tengah yang terdiri dari oleh berbagai
mayoritas dan masyarakat ratusan suku kekerasan
tidak terjadi Cigugur, bangsa dan etnoreligius.
pergesekan di tujuannya agar berbagai Berbagai peristiwa
tengah mereka kepercayaan, terkait hal tersebut
masyarakat”. mengetahui dan Indonesia menjadi terjadi antara tahun
Berkenaan dapat negera yang 1996 hingga 2001.
proses menyesuaikan diri memiliki peluang Sebagai negara
penyesuaian diri dengan konflik yang besar. yang mayoritas
dengan lingkungan Konflik tersebut beragama muslim,
lingkungan, Edri setempat”. berasal dari corak
(Pengurus Selanjutnya, Edri sentimen keberagamaan dan
Yayasan Al-Ihya) menjelaskan keagamaan atau toleransi sering
mengungkapkan bahwa “posisi sifat caufinisme tidak ditemukan
bahwa “pada kami dalam yang berlebihan. pada beberapa
dasarnya kami kegiatan Seren Hefner wilayah justru yang
berupaya untuk Taun secara mengutip dihuni kebanyakan
baik kepada siapa kelembagaan pendapat non-muslim. Di
pun, bekerja sama tidak Samuel situ isu sara
dan saling berpartisipasi, P. Huntington, merebak dan tak
menolong. Hal ini namun kami bahwa integrasi ayal korban jiwa
tampak pada menghormati nasional pun berjatuhan
berbagai kegiatan kegiatan tersebut membutuhkan dengan maksud
atau acara yang sebagai kegiatan penggantian penunjukan jati diri
dilakukan atau acara adat”. sejumlah besar suatu agama
masyarakat. Pada otoritas politik maupun etnis untuk
saat orang muslim 4. Kebersamaan tradisional, agama, tetap eksis dalam
mempunyai hajat, dalam keluarga, dan etnis. kehidupan
maka semua Perbedaan Mengutip pendapat bermasyarakat.
warga berkumpul Robert W. Furnivall, Hefner Berdasarkan
namun mereka Hefner menjelaskan uraian tersebut,
yang berasal dari menyatakan bahwa masyarakat masyarakat
luar muslim akan bahwa pada majemuk adalah Cigugur
mengelompokkan awalnya banyak masyarakat yang merupakan
diri dan tidak ilmuwan yang terdiri dari dua masyarakat yang
mengikuti ritual yakin bahwa atau lebih elemen multi agama,
keagamaan, sistem demokrasi atau tatanan sosial namun mereka
demikian pula tak dapat yang hidup tetap dapat bersatu
sebaliknya saat berkembang di berdampingan dan bekerja sama
orang non muslim negara plural. tanpa pembauran dalam membangun
yang mempunyai Beberapa masalah dalam satu unit daerahnya.
hajat maka orang- yang dihadapi politik. Furnivall Perbedaan
orang muslim percaya bahwa keyakinan tidak
akan diberi tahu etnis dan agama menjadi kendala
mana yang boleh merupakan bagian dalam menjalani
76 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei
2014

kehidupan kebersamaan kemasyarakatan. dalam Arkamudin,


sehari-hari. Apa yang dijalin Hukum solidaritas merupakan
yang bukan didasarkan pertemanan, prinsip bentuk kekuatan
disampaikan atas kesamaan solidaritas, saling persatuan internal
oleh Didi (warga keyakinan, bantu, saling suatu kelompok,
Cigugur dan namun lebih pada merasakan, dan kekuatan internal
penganut ajaran kesamaan sebagainya, tersebut berupa suatu
Sunda pandangan dan hal inilah kepatuhan bersama
Wiwitan/ADS), keturunan yang yang didasari oleh
Yayan (pendeta (kekerabatan). menjadi inti ikatan tali
di Gereja Kristen Kondisi ini dari hubungan persaudaraan dan
Protestan sesuai dengan kekeluargaan. ikatan daerah.12 Proses
Cigugur), Edri apa yang Semangat penyesuaian diri
(pengurus disampaikan oleh kekeluargaan adalah dengan lingkungan
Yayasan l-Ihya), Suparlan semangat nilai dilakukan para
serta Pangeran Hefner,
9 Robert W. hubungan sosial pendatang di mana
Djatikusumah Introduction:Multiculturalism antara sesama pun, termasuk di
and Citizenship in Malaysia,
(pemangku adat Singapore, and Indonesia anggota keluarga, Cigugur. Pendatang
dalam The Politic of
di Cigugur) Multiculturalism: Pluralism
semangat berupaya
menunjukkan and Citizenship in Malaysia, persaudaraan, menyesuaikan diri
Singapore, and Indonesia,
2001, h. 4. solidaritas agar dapat diterima
yang memperkuat atau antara oleh kelompok
memperlemah sesama mayoritas.
mengungkapkan kerabat, semangat
bahwa kekuatan sosial dari 10 Parsudi Suparlan,
“Menuju Masyarakat Indonesia yang
kesukubangsaan, kolektivisme, dan Multikultural”. Antropologi Indonesia
kesukubangsaan semangat 69 tahun, 2002.
mempunyai sedangkan di sisi 11 Soerjono Soekanto,
lain kesukubangsaan komunalisme. Sikap Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta:
efektivitas saling menghargai
Rajawali Press, 2006. h. 71.

kekuatan sosial dapat tunduk dan 12 Arkanudin, Hubungan

berada di bawah terhadap Sosial dalam Masyarakat dalam http://


dalam batas-batas kebudayaan yang
prof-arkan.blogspot.com/
2012/04/hubungan-sosial-dalam-
sesama anggota bayang-bayang masyarakat.html. [Tersedia: 22-11-
kekuatan keyakinan didukung oleh 2012]
suku bangsa, masyarakat lain, di
sedangkan keagamaan.
Pada kasus mana masing-
keyakinan masing mengakui
keagamaan masyarakat Cigugur
tampak bahwa kelemahan-
mempunyai kelemahannya,
jangkauan ikatan
darah atau kelebihan-
solidaritas sosial kelebihannya, akan
hanya dalam salah kekeluargaan
mempunyai mendekatkan
satu segmen masyarakat-
masyarakat suku jangkauan
solidaritas yang masyarakat yang
bangsa, dalam menjadi pendukung
sesuatu tinggi dibanding
keyakinan kebudayaan-
masyarakat suku kebudayaan
bangsa, atau di keagamaan.
Hal ini tersebut.11 Kondisi
luar batas-batas ini akan
sesuatu tampak dari
diabaikannya mendorong
masyarakat suku munculnya
bangsa.10 Karena perbedaan
keyakinan solidaritas
itu, di satu sisi, dalam
keyakinan keagamaan dalam
menjalani kelompok.
keagamaan dapat Menurut Garna
kehidupan sosial
Syaripulloh: Kebersamaan dalam Perbedaan 77

Kondisi ini diungkapkan bahwa besar yang secara


dikarenakan oleh Yayan untuk sosiologis relevan
Dominasi (pendeta) yang memahami untuk
budaya menyesuaikan proses menggambarkan
dominan di jadwal kebaktian penyesuaian diri etnik di tengah
tengah jika bentrok yang dilakukan situasi yang multi-
masyarakat dengan kegiatan oleh kelompok etnis, yaitu: (1)
menjadikan Seren Taun. masyarakat komponen rasio
para pendatang Demikian pula kependudukan dan
berupaya yang dilakukan minoritas tidak sekedar fakta
menyesuaikan oleh kelompok dengan terdapatnya
diri dengan masyarakat lingkungan keberagaman
kebudayaan Katolik di budaya setempat etnik, (2) keajegan
setempat. Cigugur yang yang mayoritas budaya lokal dan
Tujuan ikut terlibat aktif dilakukan cara anggota
penyesuaian dalam rangkaian melalui proses kelompok lain
diri tersebut, kegiatan Seren yang menurut berhubungan serta
adalah agar Taun. Kondisi Bruner: “Saya berartikulasi
keberadaan yang hampir harus dengannya, dan
mereka yang serupa juga menyesuaikan (3) pemusatan
minoritas terjadi pada diri sesuai kekuatan dan
dapat diterima lembaga dengan apa yang penyebarannya
oleh keagamaan mereka diantara
lingkungan Islam, walau inginkan”.14 penduduk yang
budaya secara Proses berasal dari etnik
mayoritas, kelembagaan penyesuaian diri
13 Parsudi
karena tidak terlibat dan masyarakat pada Suparlan, “Menuju Masyarakat
Indonesia yang Multikultural”.
Komunitas dan melibatkan diri kelompok Antropologi Indonesia 69 tahun,

masyarakat dalam kegiatan kebudayaan 2002.


14 E.M. Bruner, The
setempat yang Seren Taun, dominan Expression of Ethnicity in
Indonesia, dalam Cohen, A.
mayoritas dan namun secara didasarkan pada Urban Ethnicity. London:

dominan pribadi tokohnya tiga komponen Tavistock Publications, 1974,


h.255.

menekankan selalu lainnya yang menjalani


penggunaaan menghadiri beragam.15 kehidupan adalah
prinsip “di undangan pada Melihat fakta hal yang utama.
mana bumi kegiatan Seren yang terjadi dalam Proses ini jelas tidak
dipijak langit Taun. Selain itu, kehidupan mudah, karena
dijunjung” keterlibatan bermasyarakat di mereka harus
sebagai acuan secara individu kawasan Cigugur, mengesampingkan
yang harus dalam berbagai tampak bahwa ego masing-masing
dijadikan kegiatan di konformitas terjadi dan menganggap
pedoman oleh tengah di tengah diri paling benar.
para masyarakat masyarakat. Menganggap ajaran
pendatang.13 menjadi bukti Mereka tidak yang diyakininya
Proses bagaimana memandang sebagai sesuatu
penyesuaian proses perbedaan yang paling benar
diri tampak penyesuaian diri keyakinan sebagai dan harus
pada kegiatan terjadi di tengah suatu masalah yang dipaksakan kepada
yang dilakukan masyarakat. dapat memecah orang lain. Semua
gereja Uraian belah, karena bagi proses yang terjadi
Protestan, tersebut mereka di tangah
seperti menunjukkan
kebersamaan dalam masyarakat Cigugur
78 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei
2014
17 Ritzer dan Goodman,
dilembagakan di Maintenance Teori Sosiologi hidupnya. Keadaan
tengah (mempertahankan Modern, Jakarta:
Prenada, ini berlanjut pada
masyarakat, pola).17 Semua 2011.
tingkat mikro yaitu
walaupun sifatnya proses AGIL dalam sistem
tidak formal. Hal tersebut terjadi keluarga, dapat
ini sesuai dengan pada masyarakat terjadi perbedaan
apa yang Cigugur, agama. Seperti pak
disampaikan oleh bagaimana Didi yang
Parsons bahwa mereka mempunyai
“Sepanjang... beradaptasi anggota keluarga
konformitas dengan beragam
terhadap standar lingkungan agamanya. Pak
orientasi nilai budaya yang ada, Didi sendiri
memenuhi kedua bagaimana merupakan
kriteria tersebut, mereka berupaya penghayat terhadap
artinya dari titik mencapai tujuan Tuhan Yang Maha
pandang siapa bersama, Esa memiliki
saja yang bagaimana seorang kakak
bertindak pada mereka yang beragama
sistem tersebut, mengintegrasikan Islam dan dua adik
yaitu bentuk diri serta yang beragama
pemenuhan bagaimana Katholik.
kebutuhannya mereka Keberagaman ini
sendiri dan mempertahankan tidak hanya terjadi
optimis terhadap pola yang ada dan dalam lingkungan
reaksi orang lain menyebarluaskann masyarakat
yang bertindak ya di tengah kebanyakan,
tersebut, maka masyarakat serta keluarga pemangku
standar tersebut mewariskannya adat di Cigugur
dapat dikatakan kepada generasi bahkan memiliki
melembaga”.16 penerus. keturunan yang
Sistem sosial Kemajemukan beragama berbeda.
yang terjadi di keagamaan di
tengah Ada yang
antara masyarakat beragama Islam,
masyarakat Cigugur dianggap
Cigugur Kristen Katholik,
sebagai hukum Kristen Protestan,
memenuhi Tuhan
persyaratan dan penghayat
(sunnatullâh), terhadap Tuhan
fungsional sehingga agama
menurut Parsons Yang Maha Esa
atau kepercayaan atau ADS atau
yang disingkat kepada Tuhan
menjadi A-G-I-L, Sunda Wiwitan.
tidak boleh Menghadapi
yaitu Adaptation dipaksakan
(adaptasi atau realitas
kepada siapapun. kemajemukan
menyesuaikan Semua orang
diri), Goal agama dan sikap
berhak memilih umat terhadap
Attainment apa yang menjadi
(pencapaian agamanya,
pegangan Komaruddin
tujuan),
Integration 15 Ibid. Hidayat
16 Johnson, Teori
(integrasi), dan Sosiologi: Klasik dan Modern membedakan
terj. R.M.Z. Lawang dari
Latent Pattern Sociological Theory, 1990, h.
tipologi sikap
124. berkeagamaan
Syaripulloh: Kebersamaan dalam Perbedaan 79

Agama Dalam Dialog Bebas Hidayah, 1998, h. 119.


menjadi lima. misionaris atau Konflik, Bandung: Pustaka
Pertama, sikap dakwah tidak
sara yang menjadi sistem kepribadian,
ekslusifisme yang relevan.
penyulut api institusionalisasi
melahirkan Keempat,
perpecahan tak menunjuk pada sistem
pandangan ekletivisme
pernah terlihat. sosial. Jika komitmen
bahwa ajaran adalah suatu
Masyarakat hidup nilai yang
yang paling sikap
dengan sikap diinternalisasi
benar hanyalah keberagaman
toleransi yang individu secara
agama yang yang berusaha
mengesampingkan konsisten
dipeluknya. mencocok untuk
kepentingan pribadi menghasilkan
Agama lain sesat dirinya sehingga
dan golongan. tindakan yang
dan harus dikikis format akhir dari
Masyarakat saling memenuhi harapan
ataupemeluknya sebuah agama
menghargai satu orang lain dan mereka
dikonvensi, menjadi
sama lain. Puncak memberikan
baikagamamaup semacam mosaik
dari kebersamaan ini persetujuan, maka
un pemeluknya yang bersifat
adalah perdamaian. nilai seperti itu dan
terkutuk dalam eklektik. Kelima,
Perdamaian yang tindakan yang
pandangan universalisme
terjadi merupakan diakibatkannya itu
Tuhan. Kedua, yang
hasil dari pola melembaga.
sikap beranggapan
adaptasi masyarakat Parsons
inklusifisme yang bahwa dasar
dalam mengidentifikasi
berpandangan agama adalah
menyesuaikan diri empat struktur
bahwa di luar satu dan sama.18
dengan kebudayaan. institusional yang
agama yang Masyarakat
Masyarakat selalu perlu ada pada
dipeluknya juga Cigugur
bersikap conform kelompok masyarakat.
terdapat menganggap
sehingga perilaku Pertama, struktur
kebenaran bahwa setiap
menyimpang dan kekerabatan, yakni
meskipun tidak agama bermuara
tindakan kriminal struktur yang
seutuhnya atau pada Tuhan yang
menjadi sangat berhubungan dengan
tidak sesempurna sama.
rendah. pengaturan ungkapan
agama yang Perdamaian di
Konsep seksual, pemeliharaan,
dianutnya. Di antara mereka
internalisasi dan dan pendidikan
sini masih tidak tercipta jika
institusionalisasi generasi muda.
didapatkan masyarakat
sangat penting Kedua, struktur
toleransi teologis menganut sikap
karena hanya prestasi instrumental
dan iman. eksklusif dan
internalisasi nilai- dan stratifikasi, yakni
Ketiga, saling
nilai yang struktur yang
pluralisme yang mengkafirkan
melembaga maka menyalurkan
cenderung lebih antaranggota
integrasi perilaku semangat pendorong
moderat lagi, masyarakat.
Berbeda motivasional murni individu dalam
berpandangan
dengan daerah terjadi pada struktur memenuhi tugas yang
bahwa secara
lainnya di sosial, sehingga perlu untuk
teologis, Indonesia, lapisan motivasi mempertahankan
pluralisme keberagaman yang “lebih dalam” kesejahteraan seluruh
agama dalam masyarakat menjadi berguna masyarakat sesuai
dipandang Cigugur tidak bagi pemenuhan dengan nilai yang
sebagai suatu pernah harapan peran. dianut bersama.
realitas yang menimbulkan Berkaitan dengan Strategi pokok untuk
masing-masing konflik yang hal tersebut, menjamin motivasi
berdiri sejajar berarti. Isu internalisasi ini, adalah pemberian
sehingga
18 Andito, Atas penghargaan kepada
semangat Nama Agama, Wacana menunjuk pada
80 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei
2014

orang sesuai kerangka arti sejumlah dengan konsep


dengan simbolis yang mekanisme penyeimbangan
sumbangannya. bersifat umum pengendalian ulang
Ketiga, yang karenanya sosial dapat (requilibrating)
teritorialitas, sistem nilai digunakan untuk karena masyarakat
kekuatan, dan masyarakat mendorong ke adalah sistem
integrasi dalam memperoleh arah sosial yang sangat
sistem kekuasaan. makna akhir penyesuaian. penting.
Semua masyarakat Kedua, sistem Kultur adalah
atau mutlak.
harus memiliki sosial harus kekuatanutama
Artinya, yang mengikat
bentuk organisasi kepercayaan mampu
teritorial. menghargai sistem tindakan.
dasar serta Kultur menengahi
Tujuannya untuk sentimen secara perbedaan,
mengontrol bahkan interaksi
khas dibentuk antaraktor,
konflik internal oleh warisan penyimpangan
dan untuk 19 tertentu yang menginteraksikan
agama. kepribadian, dan
berhubungan Sistem berskala kecil.
dengan Ketiga, sistem menyatukan
sosial terdiri dari sistem sosial.
masyarakat sejumlah aktor- sosial harus
lainnya atau memberikan Aspek-aspek
aktor individual sistem kultural
masyarakat yang saling berbagai peluang
memiliki bentuk untuk berperan tersedia bagi
berinteraksi sistem sistem
organisasi politik. dalam situasi yang
Keempat, agama memungkinkan sosial dan sistem
yang sekurang- personalitas, tetapi
dan integrasi kurangnya berbagai macam
nilai. Bahwa kepribadian tidak menjadi
memiliki aspek bagian dari sistem
masalah lingkungan atau dapat
pembatasan nilai mengungkapkan itu. Personalitas
fisik, aktor-aktor diartikan sebagai
dan komitmen yang memiliki diri mereka
kuat terhadap nilai sendiri tanpa sistem orientasi
motivasi dalam dan motivasi
sangat erat arti mempunyai mengancam
hubungannya integrasi tindakan aktor
kecenderungan individual yang
dengan institusi untuk sistem.21
agama. Secara Sosialisasi dan terorganisir.
mengoptimalkan Disposisi
tradisional, agama kepuasan, yang kontrol sosial
memberi adalah alat untuk kebutuhan berasal
hubunganya dari dorongan hati
dengan situasi mempertahanka
n keseimbangan yang dibentuk
mereka lingkungan sosial.
didefinisikan sistem sosial.
Perlu sebuah Citra aktor
dan dimediasi menjadi sangat
dalam term akomodasi
bentuk-bentuk pasif karna dia
sistem simbol dikendalikan
bersama yang individualitas
dorongan hati atau
terstruktur sistem kultural.
dan
secara kultural.20
penyimpangan,
Keteraturan 19 D.P. Johnson,
bentuk yang Teori Sosiologi: Klasik dan
sosial menurut Modern terj. R.M.Z. Lawang
lebih ekstrim
Parsons akan dari Sociological Theory,
dari Jakarta: Gramedia, 1990, h.126.
terbentuk jika 20 Ritzer dan
penyimpangan Goodman, Teori Sosiologi
memenuhi Modern, Jakarta: Prenada, 2011,
harus ditangani Hal. 124.
beberapa tahap. 21 Ibid h. 126.
Pertama,
Syaripulloh: Kebersamaan dalam Perbedaan 81

D. Penutup Masyarakat membahu dan keagamaan dalam


1. Kesimpulan Cigugur bekerja sama dalam menjalani
Masyarakat merupakan mensukseskan kehidupan sosial
Indonesia yang masyarakat yang acara. Tanpa kemasyarakatan.
Bhinneka multi agama memandang Hukum
Tunggal Ika tidak namun kehidupan perbedaan pertemanan,
sekedar mereka seolah agama, prinsip solidaritas,
keanekaragaman tidak ada konflik. masyarakat saling bantu,
suku bangsa dan Kedamaian dan larut dengan saling merasakan,
kebudayaannya, kebersamaan perayaan pesta dan sebagainya,
melainkan begitu terasa panen yang telah hal inilah yang
keanekaragaman mewarnai dilaksanakan menjadi inti dari
kebudayaan yang kehidupan mereka berpuluh tahun hubungan
ada dalam yang beragam lalu. kekeluargaan.
masyarakat keyakinan. Bentuk Semangat
Indonesia. Gotong royong kebersamaan yang kekeluargaan
Sebagai negara dan kerja sama lainnya adalah adalah semangat
yang memiliki tetap terjalin masyarakat dengan nilai hubungan
corak kebudayaan dalam keseharian suka rela menolong sosial antara
beragam, konflik tanpa melihat tetangganya yang sesama anggota
horizontal dan perbedaan yang sedang mengadakan keluarga, semangat
vertikal seringkali terjadi di antara hajat tertentu. persaudaraan,
terjadi pada mereka. Semua itu solidaritas antara
masyarakat. Isu Kesemuanya itu dilakukan tanpa sesama kerabat,
SARA seringkali didasarkan atas pamrih demi semangat
menyulut konflik dasar persamaan menegakkan rasa kolektivisme, dan
dan api hak sebagai warga persaudaraan semangat
perpecahan dan rasa saling mereka sesama komunalisme.
hingga menghormati serta masyarakat Cigugur Sikap saling
pertumpahan saling menghargai meski mereka menghargai
darah. Padahal atas setiap saling berbeda terhadap
kemajemukan perbedaan. keyakinan. Pada kebudayaan yang
keagamaan di Masyarakat kasus masyarakat didukung oleh
antara umat Cigugur tampak masyarakat lain, di
manusia tidak membentukpola bahwa ikatan mana masing-
terelakkan lagi, toleransi darah masing mengakui
bahkan antarumatberagam atau kelemahan-
kemajemukan ini ayangsangatkuat. kelemahannya,
telah merupakan Masyarakat lebih kekeluargaan kelebihan-
hukum Tuhan mempunyai kelebihannya, akan
(sunnatullâh), mengedepankan jangkauan mendekatkan
sehingga agama unsur solidaritas yang masyarakat-
atau kepercayaan tinggi dibanding masyarakat yang
kepada Tuhan persaudaraan keyakinan menjadi pendukung
tidak boleh dibandingkan keagamaan. kebudayaan-
dipaksakan kepentingan Hal ini kebudayaan
kepada siapapun. pribadinya tampak dari tersebut.
Semua orang sebagai pemeluk diabaikannya Melihat fakta
berhak untuk agama. Dalam perbedaan yang terjadi dalam
memilih apa yang perayaan Seren keyakinan kehidupan
menjadi pegangan Taun misalnya,
bermasyarakat di
hidupnya. masyarakat bahu
kawasan Cigugur,
82 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei
2014

tampak bahwa merupakan minir b. Sebagai


konformitas simbol terjadinya salah satu
terjadi di tengah keagamaan dan konflik. wilayah
masyarakat. menggambarkan swasta di
Mereka tidak kebersamaan di provinsi informasi
memandang tengah Jawa Barat, seperti peta
perbedaan keberagaman. khususnya dan akses
keyakinan wilayah transportasi
sebagai suatu 2. Implikasi Kabupaten yang
masalah yang Penelitian ini Kuningan memadai.
dapat memecah diharapkan dapat yang b. Harus ada
belah, karena memberikan tentunya dukungan dari
bagi mereka implikasi bagi memiliki pemerintah
kebersamaan berbagai pihak, daya tarik daerah
dalam menjalani khususnya tersendiri. setempat
kehidupan penentu Ke depan untuk
adalah hal yang kebijakan. bisa saja membuatkan
utama. Masing- Implikasi wilayah buku sejarah
masing pemeluk tersebut adalah tersebut bisa resmi
agama sebagai berikut: menjadi mengenai
menganggap a. Sebagai salah satu sejarah dan
bahwa adat- pembelaja “Wilayah kondisi
istiadat lebih ran bagi Wisata masyarakat
utama masyaraka Kesatuan Cigugur,
t, terutama yang
dibandingkan dalam
umumny berkaitan
prinsip Keragaman”
a dengan
keagamaan yang .
masyarak Agama Djawa
mengikat. Tokoh
at Sunda (ADS)
masing-masing
Indonesi 3. Saran sebagai
agama menjadi
a, yang Berdasarkan panduan
pemersatu
juga kesimpulan dan “Wisata
dengan
sekaligus implikasi di atas, Budaya”
membaur
bisa maka saran dari wilayah
bersama tokoh
dijadikan peneliti kepada Cigugur,
adat yang di
wilayah Pemerintah Daerah Kabupaten
Cigugur,
perconto Cigugur Kabupaten Kuningan,
Pangeran
han bagi Kuningan Provinsi Provinsi Jawa
Djatikusumah.
wilayah Jawa Barat adalah Barat.
Tokoh masing-
lainnya sebagai berikut:
masing agama
di a. Harus ada Daftar Pustaka
ini menjadikan dukungan
Indonesi
budaya setempat dari
a yang Adiwikarta, S.
tetap lestari. pemerintah
multi Sosiologi
Keberadaan daerah
etnis, Pendidikan: Isu
tokoh agama setempat,
budaya, dan Hipotesis
dalam berbagai terutama
suku tentang
kegiatan yang untuk
bangsa, Hubungan
melibatkan mempermud
dan Pendidikan
masyarakat ah berbagai
agama, dengan
merupakan hal akses, baik
serta Masyarakat.
yang penting berupa
mengeli Jakarta:
karena akses
Syaripulloh: Kebersamaan dalam Perbedaan 83

PPLPTK Jakarta: Press. n


Dirjen Dikti, Yayasan Abad 2001. Pendekatan
Depdikbud. Demokrasi. Johnson, D.P. Kuantitatif,
1988. 2011. Teori Kualitatif,
Andito. Atas Bruner, E.M. Sosiologi: R&D,
Nama The Klasik dan Bandung:
Agama, Expression Modern Alfabeta.
Wacana of terj. 2006.
Agama Ethnicity R.M.Z.
Dalam in Lawang Artikel dan Makalah
Dialog Indonesia, dari Arkanudin.
Bebas dalam Sociologic Hubungan
Konflik. Cohen, A. al Theory. Sosial
Bandung: Urban Jakarta: dalam
Pustaka Ethnicity. Gramedia. Masyarakat
Hidayah. London: 1990. dalam
1998. Tavistock Koentjaraningrat
Arikunto, Publicatio . Metode- http://prof-
Suharsini. ns. 1974. metode arkan.blogs
Prosedur Bungin, Burhan. Penelitian pot.com/
Penelitian. Masyarak 2012/04/hub
Penelitian
Yogyakarta: at, Edisi ungan-
Kualitatif.
Bumi ke-III. sosial-
Jakarta:
Aksara. Jakarta: dalam-
2002. Kencana.
2009. Grafindo masyarakat.
Azra, Azyumardi. html. [ 22-
Hefner, Robert Pustaka
Toleransi 11-2012]
W. Utama.
Agama Djatikusumah.
Introducti 1997.
dalam Artikel
on: Muhajir, Noeng.
masyarakat Metode Penelitian Pemaparan
Majemuk: Multicultu
ralism and Kualitatif. Budaya
Perspektif Yogyakarta: Spiritual
Muslim Citizenshi
Rake Saresin. Paguyuban
Indonesia p in
1996. Adat
dalam Elza Malaysia,
Ritzer, George Karuhun
Peldi Taher. Singapore,
dan Urang,
Merayakan and
Goodman. Cigugur
kebebasan Indonesia
Teori Kuningan
beragama, dalam The
Sosiologi Jawa Barat.
Bunga Politic of
Modern. 1995.
Rampai 70 Multicultu
Jakarta: Djatikusumah.
Tahun ralism:
Prenada. Artikel
Djohan Pluralism
2011. berjudul
Effendi. and
Soekanto, Soerjono. “Cagar
Citizenshi Sosiologi Suatu
p in Budaya
Pengantar.
Malaysia, Nasional
Jakarta: Gedung
Singapore, Rajawali Press.
and Paseban Tri
2006.
Indonesia. Panca
Sugiyono.
Hawai: Tunggal
Metode
University (Cigugur
Penelitian
of Hawai’i Kuningan
Pendidika
84 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei
2014

Jawa
Barat)”.
1997.
Suparlan,
Parsudi.
Menuju
Masyara
kat
Indonesi
a yang
Multikul
tural.
Antropol
ogi
Indonesi
a 69
tahun.
2002.

Anda mungkin juga menyukai