Anda di halaman 1dari 10

Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z

MODERASI BERAGAMA DALAM UPAYA INTERNALISASI NILAI


TOLERANSI PADA GENERASI Z
Siti Maizul Habibah*, R.R Nanik Setyowati, Fatmawati
Prodi PPKn Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
Lidah Kulon, Surabaya
Email: sitihabibah@unesa.ac.id, naniksetyowati@unesa.ac.id, fatmawati@unesa.ac.id

Abstract

Indonesia in its development as a nation, with all the uniqueness inherent in the multicultural
Indonesian nation gets its ideological and philosophical umbrella from Pancasila. Generation Z
as citizens who have a strategic position, because their intellectual capacity has a very large
role. For this reason, efforts are needed to build the moral values of the younger generation in
the form of building a tolerant attitude, respecting diversity, developing respect for other social
groups, and respecting the recognition of group diversity. This study aims to describe religious
moderation as an effort to internalize the tolerance value of Generation Z in Surabaya. This
study uses a qualitative descriptive approach, data collection techniques with interviews and
data analysis techniques are data presentation, data reduction and conclusion drawing. The
results show that a person's moderation attitude creates the value of religious tolerance in the
surrounding environment, as evidenced by the knowledge he builds regarding good tolerance
and attitude and application of actions based on awareness of tolerance in their respective
environments.

Keywords: Religious Moderation; Internalisation; Tolerance.

Abstrak

Indonesia dalam perkembangannya sebagai bangsa, dengan semua keunikan yang melekat dalam
bangsa Indonesia yang multikultural mendapatkan payung ideologis dan filosofisnya dari
Pancasila. Generasi Z sebagai warga negara yang memiliki posisi strategis, karena kapasitas
intelektualnya mempunyai peran yang sangat besar. Untuk itu, perlu upaya membangun nilai-
nilai moral generasi muda dalam bentuk membangun sikap toleran, menghormati keberagaman,
mengembangkan rasa hormat terhadap kelompok sosial lainnya, dan membentuk pengakuan
terhadap keberagaman kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan moderasi
beragama sebagai upaya internalisasi nilai toleransi generasi Z di Surabaya. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data
dengan wawancara dan teknik analisis data adalah penyajian data, reduksi data dan penarikan
kesimpulan. Hasilnya menunjukkan sikap moderasi seseorang menciptakan nilai toleransi
beragama di lingkungan sekitarnya, yang dibuktikan dengan dibangunnya pengetahuan terkait
toleransi yang baik lalu membentuk sikap dan penerapan tindakan atas dasar kesadaran toleransi
di lingkungan masing-masing.

Kata Kunci: Moderasi Beragama; Internalisasi; Toleransi.

126
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z

A. Pendahuluan pandangan hidup bangsa, Pancasila adalah


sumber nilai-nilai dan moral bagi bangsa
Secara sosiologis, bangsa Indonesia
Indonesia, sehingga fungsi dan perannya
memiliki tingkat pluralisme yang tinggi, baik
adalah menjadi sumber dari semua sumber
dari segi etnis/etnis, agama dan kepercayaan,
hukum (sumber tatanan hukum) dari semua
dan budaya. Kondisi ini menjadikan bangsa
undang-undang yang ada di Indonesia.
Indonesia sebagai bangsa multikultural yang
Pancasila sebagai ideologi negara akan
unik dibandingkan dengan bangsa lain di
menyatukan semua langkah sekaligus
dunia. Kondisi multikultural bangsa
menjadi visi bangsa Indonesia dalam
Indonesia tidak disebabkan oleh kedatangan
mengarungi kehidupan sekarang dan di masa
berbagai arus pengungsi dan imigran dari
depan.
negara lain. Kondisi multikultural berasal
Dalam perjalanan sebagai bangsa,
dari perjalanan dan realitas sejarah Indonesia
bangsa Indonesia seakan telah melupakan
yang disebabkan oleh posisi geografis
Pancasila sebagai dasar filsafat, cara hidup,
Indonesia dalam lintas peradaban dunia dan
dan ideologi negara, yaitu setelah
dalam kapasitasnya sebagai kepulauan
berakhirnya rezim Orde Baru, dan
(archipelago).
dimulainya era reformasi pada tahun 1998
Dalam pengalaman teoritis dan praktis
hingga pemilihan umum pada tahun 2009.
kehidupan sebagai bangsa, kondisi berpola
Ideologi fundamentalisme dan radikalisme,
masyarakat multikultural ambigu. Di satu
terutama di bidang agama, menyebabkan
sisi, kondisi multikultural akan memberikan
berbagai konflik dan kekerasan sosial di
kekayaan dalam pengalaman hidup karena
masyarakat. Pada saat yang sama, dirasakan
berbagai perbedaan,baik etnis, agama dan
bahwa nilai-nilai gotong royong, toleransi,
kepercayaan, atau budaya, akan memberikan
dan kebersamaan di masyarakat memudar.
pengalaman terbaik (best practices). Namun
Bahkan, nilai-nilai inilah yang mendukung
di sisi lain, kondisi bangsa yang bersifat
integrasi masyarakat Indonesia yang
multikultural memberikan peluang besar
multikultural. Memudarnya semangat
konflik horizontal. Berbagai konflik
kebersamaan di masyarakat di satu sisi dan
horizontal yang melanda sebagian wilayah
penguatan fundamentalisme dan radikalisme
Indonesia sebelum dan pada awal 2000-an
akan mengancam kesetaraan posisi antar
menjadi bukti potensi konflik horizontal
manusia. Hanya dengan mengembangkan
yang dibendung oleh masyarakat
pemahaman tentang kesetaraan posisi antara
multikultural. Begitu kuatnya konflik
berbagai kelompok dalam masyarakat
horizontal yang terjadi sehingga Sutherland
integrasi nasional dapat dipertahankan dan
(2000) menyatakan bahwa bangsa Indonesia
dipertahankan.
berpotensi menjadi masyarakat yang
Konsep kesetaraan antara manusia
terpecah belah (masyarakat yang terpecah
dalam pandangan Parekh (1997) yang
belah).
berangkat dari perspektif multikultural,
Dalam perkembangannya sebagai
"manusia secara alami sama tetapi tidak
bangsa, semua keunikan yang melekat dalam
sama secara budaya". Dari perspektif itu,
bangsa Indonesia yang multikultural
dapat diartikan bahwa secara alami manusia
mendapatkan payung ideologis dan
memiliki hak asasi manusia. Dalam
filosofisnya dari Pancasila. Bagi bangsa
posisinya sebagai warga negara, terdapat
Indonesia, Pancasila adalah dasar dari
jaminan hukum bahwa setiap warga negara
falsafah negara, pandangan hidup serta
dalam pelaksanaan hak dan kewajibannya
ideologi bangsa. Sebagai dasar falsafah
dilindungi oleh konstitusi di bidang pribadi,
negara, Pancasila adalah pedoman sekaligus
sosial budaya, ekonomi, dan hukum.
panutan bagi bangsa Indonesia dalam
Namun, secara budaya masyarakat
menjalani kehidupan berbangsa dan
tidak memiliki kesetaraan, karena berkaitan
bernegara. Dalam posisinya sebagai

127
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z

dengan kompetensi dan kapasitas di bidang bersatu akan mengarah pada Balkanisasi dan
politik, ekonomi, dan kekuasaan penghancurannegarabangsa. (Banks, James
(kekuasaan). Kondisi ini menyebabkan A., 2008)
stratifikasi dalam kehidupan sosial. Berdasarkan uraian di atas, masalah
Misalnya, dari perspektif ekonomi, ada utama yang dihadapi oleh negara-negara
kelompok pemilik modal dan pekerja, di bangsa di dunia saat ini adalah bagaimana
bidang politik ada kelompok penguasa dan mengenali dan melegitimasi perbedaan dan
mereka yang dikendalikan, dan secara sosial membangun identitas nasional yang
dalam pengelompokan ada stratifikasi atau mengakomodasi berbagai suara,
kelas sosial. Secara umum, kelas sosial pengalaman, harapan dari berbagai
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu elit, kelompok yang membentuk negarabangsa.
kelas menengah dan akar rumput. Transformasi nilai-nilai multikultural
Ontologis konsep kesetaraan terletak kepada seluruh warga bangsa dilakukan
pada pandangan multikultural. Dengan dengan berbagai cara, salah satunya melalui
demikian konsep kesetaraan berisi dua hal, pendidikan formal. Di tingkat universitas, ini
yaitu: pertama, kebebasan dan kesempatan dilakukan melalui jalur kurikuler dan non-
untuk menjadi berbeda, dan kedua, perlakuan kurikuler. Jalur kurikuler dilakukan melalui
yang sama untuk kelompokyang berbeda. kuliah dengan mata pelajaran umum dan
Kebebasan untuk menjadi berbeda bidang studi. Dalam kursus bidang umum,
berarti kebebasan dan kesempatan untuk secara eksplisit dibebankan pada kursus
menjadi kelompok di luar budaya dominan Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
(mainstream), yaitu pilihan untuk menjadi Kewarganegaraan. Sedangkan untuk mata
kelompok marjinal (non-mainstream). Aspek pelajaran di bidang studi, mereka lebih
perlakuan yang sama terkait dengan politik inklusif, yaitu nilai-nilai yang diambil dari
pengakuan bagi berbagai kelompok budaya, setiap mata pelajaran yang terkait dengan
baik yang merupakan budaya dominan, nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan
maupun yang bersifat pinggiran, sehingga pandangan kehidupan bangsa. Upaya
dalam konsep kesetaraan terdapat ekstrakurikuler dilakukan melalui berbagai
penghargaan dan politik pengakuan. Lois kegiatan lapangan, praktis, disesuaikan
Gosset Jr menyatakan bahwa: tidak ada dengan bakat dan minat siswa, dan
toleransi tanpa rasa hormat, dan tidak ada melengkapi kegiatan kurikuler.
penghargaan tanpa pengakuan, dan akhirnya Internalisasi dimensi moderasi
tidak ada pengakuan tanpa pengetahuan. Jadi beragama dalam standar kompetensi
jika membalikkan urutan, yang pertama kemandirian peserta didik yaitu: dengan
adalah pengetahuan yang akan mengarah menjadikan moderasi beragama sebagai
pada pengakuan, pengakuan akan mengarah aspek perkembangan landasan hidup
pada apresiasi, dan penghargaan akan moderasi beragama; 1) Mengkaji lebih
mengarah pada toleransi. dalam tentang makna Komitmen
Sementara itu Banks (2008) Kebangsaan; Toleransi; Anti- kekerasan; dan
menyatakan bahwa tantangan mendasar bagi Akomodatif terhadap kebudayaan lokal; 2)
masyarakat adalah karakter multikultural Menghayati nilai-nilai Komitmen
menyeimbangkan antara persatuan dan Kebangsaan; Toleransi; Anti-kekerasan; dan
kesatuan (unity) dan sekaligus menjaga Akomodatif terhadap kebudayaan lokal; 3)
kebhinekaan (keberagaman). Dia Ikhlas melaksanakan Komitmen
menambahkan bahwa menjaga persatuan dan Kebangsaan; Toleransi; Anti-kekerasan; dan
integritas tanpa disertai dengan upaya untuk Akomodatif terhadap kebudayaan lokal
mempertahankan keragaman akan mengarah Kata. (Rifqi, 2021)
pada hegemoni dan penindasan. Di sisi lain, Kondisi masyarakat surabaya sebagai
menjaga kebhinekaan tanpa niat untuk ibu kota Jawa Timur memiliki karakteristik

128
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z

multikultur khususnya di Kota Surabaya. keragaman dan persatuan harus menjadi


Penelitian yang dilakukan oleh soedarso dkk tujuan penting negara-negara demokratis dan
menggunakan sample 5 lokasi kampung di untuk pengajaran dan pembelajaran
Surabaya yang mewakili seluruh wilayah masyarakat demokratis. Persatuan harus
baik pusat, selatan, timur,utara dan barat menjadi tujuan penting ketika negara-bangsa
yakni kampung Plampitan, Ketintang, menanggapi keragaman dalam populasi
Medokan Ayu, Kenjeran dan Manukan Lor. mereka. Mereka dapat melindungi hak-hak
menunjukan bahwa kondisi kampung- minoritas dan memungkinkan berbagai
kampung di Surabaya selama ini telah hidup kelompok untuk berpartisipasi hanya ketika
secara multikultural; antar warga tidak lagi mereka disatukan oleh seperangkatnilai-nilai
membedakan secara diskriminatif persoalan demokrasi seperti keadilan dan kesetaraan.
etnis, agama dan tingkat kesejahteraan sosial Ini menunjukkan bahwa setiap orang
di antara sesama warganya, dapat hidup dapat saling menghormati terlepas dari
rukun dan berdampingan satu sama perbedaan latar belakang mereka, baik secara
lain.(Soedarso et al., 2013) fisik maupun psikologis. Hal ini karena
Untuk itu, sudah saatnya upaya sebenarnya setiap manusia hidup
membangun nilai-nilai moral generasi muda berdampingan dan harus mampu saling
dalam bentuk membangun sikap toleran, menghormati satu sama lain. Toleransi
menghormati keberagaman, beragama adalah toleransi yang mengandung
mengembangkan rasa hormat terhadap kepercayaan pada manusia yang terkait
kelompok sosial lainnya, dan membentuk dengan iman dan Tuhan yang mereka
pengakuan terhadap keberagaman kelompok. percayai. Seseorang diberi kebebasan untuk
Bagaimana kesadaran toleransi beragama percaya dan memeluk agama pilihannya dan
Pemuda milenial Surabaya memiliki untuk menghormati pelaksanaan ajaran yang
dinamika keberagaman dia patuhi. Setiap manusia memiliki hak
Suparlan melihat multikulturalisme penuh untuk memilih, merangkul dan
sebagai ideologi yang mengagungkan percaya sesuai dengan hati nuraninya. Tidak
perbedaan budaya atau keyakinan yang ada yang bisa memaksakan kehendaknya.
mengakui dan mendorong terwujudnya Untuk itu, toleransi beragama sangat penting
pluralisme budaya sebagai modus kehidupan untuk menciptakan kerukunan umat
publik. Model multikulturalisme yang beragama.
menekankan pengakuan kesetaraan Dalam menjalankan kehidupan dalam
perbedaan berbeda atau bahkan bertentangan pembangunan negara yang menggabungkan
dengan model "multikulturalisme" yang nilai-nilai toleransi, sangat penting untuk
menekankan kesatuan budaya yang ada menerapkannya di berbagai bidang
sebagai unit keseragaman. Dalam model kehidupan. Baik dalam melaksanakan
monokulturalisme, budaya dominan kegiatan politik, pendidikan, ekonomi, sosial
melakukan kebijakan asimilasi atau isolasi dan budaya. Jika toleransi ditinggalkan dan
dan bahkan genosida terhadap kelompok tindakan intoleransi akan terjadi, akan ada
etnis yang diklasifikasikan sebagai minoritas. perpecahan antara sesama manusia.
Salah satu tantangan bagi demokrasi
negara-bangsa yang beragam (seperti B. Metode Penelitian
Indonesia) adalah untuk memberikan
Penelitian ini menggunakan
kesempatan bagi kelompok yang berbeda
pendekatan kualitatif dengan desain
untuk mempertahankan aspek budaya
deskriptif kualitatif, dengan pertimbangan
masyarakat mereka sambil membangun
mengungkapkan masalah secara alami tanpa
bangsa di mana kelompok-kelompok ini
intervensi dari para peneliti. Kegiatan
secara struktural termasuk dan yang mereka
penelitian ini dilakukan di wilayah Surabaya.
berikan kesetiaan mereka. Keseimbangan
Pemilihan lokasi ini didasarkan pada

129
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z

pertimbangan bahwa kota yang menerima kesadaran toleransi beragama bagi generasi
tingkat toleransi terbaik dalam laporan Setara muda Z di Surabaya.
Institute. Subyek dalam penelitian ini adalah Moderasi dalam kerukunan beragama
mahasiswa yang kehidupannya dilingkungan haruslah dilakukan, karena dengan demikian
agama yang heterogen. Subyek dipilih akan terciptalah kerukunan umat antar agama
berdasarkan pertimbangan sampling atau keyakinan. Untuk mengelola situasi
purposive. Jumlah subjek dalam penelitian keagamaan di Indonesia yang sangat
ini akan menentukan kecukupan data yang beragam, kita membutuhkan visi dan solusi
diperoleh. yang dapat menciptakan kerukunan dan
Sumber data yang digunakan penulis kedamaian dalam menjalankan kehidupan
dalam penelitian ini adalah jenis data primer keagamaan, yakni dengan mengedepankan
dan data sekunder, di mana data primer moderasi beragama, menghormati
adalah data yang dikumpulkan langsung oleh keragaman, serta tidak terjebak pada
peneliti dari sumber pertama. Data utama Intoleransi, ekstremisme dan Radikalisme.
dalam penelitian ini adalah temuan lapangan (Abror, 2020)
yang berasal dari wawancara dengan Pengetahuan tentang toleransi
informan di lapangan. Data sekunder adalah beragama telah dibangun dengan baik dalam
data yang diperoleh secara tidak langsung pengetahuan maupun sikap. Pengetahuan
dalam bentuk dokumen, yang juga dapat tentang toleransi, pentingnya toleransi, dan
dikatakan sebagai data tambahan yang tujuan toleransi dalam dinamika keragaman
digunakan sebagai referensi dan elaborasi telah dibangun dengan baik, menurut
data primer. Data sekunder berupa buku, Reynaldi yang berusia 16 tahun.
jurnal penelitian, dokumen penelitian, "... Definisi toleransi itu sendiri adalah
informasi dari media massa dan sebagainya, saling menghormati satu sama lain dalam
mengenai toleransi untuk memperkuat data berbagai aspek, misalnya dalam aspek
primer. Penulis juga menggunakan dokumen etnis, agama, kelas, ras, dan lain-lain.
penelitian dalam bentuk jurnal dan media Toleransi sering dapat ditemukan di
massa mengenai kesadaran toleransi lingkungan sekitar di mana mayoritas
beragama. Teknik analisis data yang orang memiliki pikiran terbuka dan tidak
digunakan dalam penelitian ini adalah suka ikut campur dalam urusan orang
kualitatif deskriptif, menggunakan model lain. Di sekitar saya, toleransi dapat
Mills dan Huberman sebagai berikut. Mereka ditemukan, misalnya, jika ada tetangga
adalah presentasi data, pengurangan data dan Muslim yang ingin menyiapkan tempat /
kesimpulan. lokasi untuk shalat tarawih di aula RW,
tetangga non-Muslim bekerja sama untuk
C. Hasil dan Pembahasan membantu menyiapkan tempat yang dapat
digunakan sebagai tempat shalat. Shalat
1. Moderasi Beragama sebagai Upaya
Tarawih dimulai dari membersihkan
Internalisasi Toleransi Bagi
gedung balai RW, menyiapkan karpet
Generasi Z di Surabaya
besar, dan lain-lain agar terciptanya
Kesadaran toleransi beragama, toleransi antarumat beragama dapat
khususnya bagi generasi muda Z, dapat dilaksanakan (dalam konteks tidak ikut
diidentifikasi dengan dibangunnya beribadah tetapi membantu dengan cara
pengetahuan yang dibangun di atas toleransi lain atau dalam hal ini, membantu
dan juga penerapan nilai-nilai toleransi yang memfasilitasi). Dan sebaliknya, jika
dijunjung tinggi ketika berinteraksi satu tetangga non-Muslim saya membutuhkan
sama lain untuk saling menghormati bantuan, mayoritas orang di sekitar saya
antarumat beragama sebagai bentuk saling membantu terlepas dari agama

130
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z

mereka. (Reynaldi, 16 tahun) (Sumber memiliki kesadaran toleransi beragama


Data Primer: Rabu, 22 September 2021) akhirnya mampu mempraktikkan kesadaran
Reynaldi yang berusia 16 tahun tidak batinnya untuk saling membantu tanpa
hanya memiliki pengetahuan kontekstual memandang latar belakang agama di
tentang toleransi, Ruth Gabrielala yang lingkungan sekitar. Selain itu, kurangnya
berusia 16 tahun juga menyampaikan arti kesadaran toleransi beragama terhadap
toleransi sesuai dengan pemahamannya, Pande Made Yonata yang berusia 16 tahun
yaitu: juga menyebabkan terwujudnya bahwa
"... Menurut pendapat saya, toleransi lelucon berdasarkan agama tidak dapat
adalah sikap hormat yang harus kita diterima begitu saja karena mampu
terapkan dalam kehidupan sosial, dan menciptakan gesekan antarumat beragama
biasanya toleransi adalah antara orang- sehingga Ruth Gabriella 16 tahun dan Pande
orang beragama, antara kelompok etnis, Made Yonata 16 tahun sepakat bahwa
dll., Bu. Saya pikir itu sangat penting, Bu, kerukunan penting bagi umat beragama
karena toleransi ini, kami menghormati untuk membangun dinamika kebhinekaan
atau menghormati perbedaan, Bu, jadi agama melalui kesadaran toleransi antar
penting bagi saya bahwa tidak ada yang umat beragama.
merasa diremehkan, atau merasa tidak Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dihargai, atau tersinggung, Bu ... " (Ruth dilakukan litiloli terkait moderasi beragama
Gabriella, 16) (Sumber Data Primer: dikota ambon bahwa penguatan moderasi
Rabu, 22 September 2021) beragama dipengaruhi juga oleh faktor
Pemahaman yang sama juga pendukung seperti kordinasi, kepemimpinan
disampaikan oleh milenial berusia 16 tahun dan birokrasi serta dukungan masyarakat.
Pande Made Yonata terkait pengetahuan Kemudian faktor penghambat yakni
toleransi, yaitu: kurangnya pengetahuan tentang moderasi
"... Toleransi beragama adalah sikap beragama dan kurangnya anggaran kegiatan.
menghormati dan menghormati agama (Litiloly, 2020)
lain. S, secara efektif, sangat penting Moderasi dapat diukur dalam empat
karena di Indonesia tidak hanya agama, indikator diantaranya toleransi, anti
tetapi sekarang banyak orang yang kekerasan, komitmen kebangsaan, serta
menghina setiap agama bahkan menghina pemahaman dan perilaku beragama yang
Tuhan tetapi mengatakan lelucon saja. akomodatif terhadap budaya lokal atau
(Pande Made) Yonata, 16 Tahun) konteks Indonesia yang multi-kultural dan
(Sumber Data Primer: Rabu, 22 multi-agama. Untuk itu, keempat indikator
September 2021) tersebut harus selalu dijaga dan
Ketika dianalisis tentang kesadaran dilaksanakan oleh seluruh elemen
toleransi lintas agama di antara generasi Z di masyarakat sebagai upaya menciptakan
Surabaya melalui berbagai kegiatan kerukunan berbangsa dan bernegara yang
moderasi beragama dalam upaya berkelanjutan.
membangun pengetahuan yang dibangun,
Reynaldi adalah seorang Muslim, Ruth 2. Implementasi kesadaran Toleransi
Gabriella adalah seorang Kristen, dan Pande generasi Z dalam Kehidupan Antar
Made Yonata, seorang Hindu, memiliki Umat Beragama di Surabaya
pengetahuan yang baik tentang toleransi,
Kesadaran toleransi beragama bagi
pentingnya toleransi dan tujuan. Toleransi
generasi muda milenial di Surabaya juga
sehingga dapat dikatakan bahwa ketiganya
harus selaras dengan penerapan nilai-nilai
telah menginternalisasi toleransi beragama
prioritas dalam berinteraksi dengan sesama
pada generasi Z di Surabaya. Reynaldi yang
dengan harapan mampu menciptakan
sudah 16 tahun menjadi muslim yang
dinamika keragaman agama yang harmonis.

131
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z

Penerapan prinsip dalam berinteraksi juga memiliki kebebasan untuk memeluk


merupakan bentuk penghormatan terhadap agama yang saya yakini. 16 tahun)
keyakinan orang lain di sekitarnya, sehingga (Sumber Data Primer: Rabu, 22
menurut Reynaldi, usia 16 tahun, yang September 2021)
penting dari kesadaran toleransi adalah Selain Ruth 16, Pande Made
penerapan nilai-nilai: Yonata,16, juga menegaskan adanya hak
"... Nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi bersama yang harus ditegakkan dalam
dalam bersosialisasi adalah yang pertama, interaksi antarumat beragama, yaitu:
yaitu toleransi itu sendiri karena dengan "... Toleransi, Bu, karena hak-hak mereka,
toleransi, orang akan saling membantu mereka harus memiliki kebebasan untuk
dan tidak ada yang saling membenci yang melaksanakan tugas mereka seperti
dapat menyebabkan perpecahan dan jika ibadah dan acara keagamaan lainnya.
semakin parah, korban yang jatuh akan Saya ingin berinteraksi secara normal
menjadi ancaman nyata, misalnya, tanpa memperhatikan agama lain yang
pecahnya negara Yugoslavia karena berbeda dan itu penting karena jika tidak
bentrokan antar etnis sehingga banyak ada kedamaian, akan ada banyak
warga sipil yang terbunuh, Kedua, itu perselisihan dan interaksinya tidak
adalah simpati di mana hati kita akan berguna. Jika kesadaran toleransi masih
terdorong untuk berbuat baik dan minim, orang akan merasa bahwa agama
membantu orang lain. Mereka yang mereka adalah tingkat tertinggi. Tentu
berada dalam kesulitan dalam bentuk apa saja, sekarang jika kita menyadari bahwa
pun sehingga hubungan kita antara semua agama adalah sama maka hidup
masyarakat lain lebih kuat dan akan damai dan tidak ada yang akan
ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dapat saling memandang. Tentu saja. Dengan
diatasi. Ketiga, solidaritas, di mana setiap menghormati dan menghormati agama
lapisan masyarakat bersinergi satu sama lain, saya menyadari bahwa saya
lain untuk mengutamakan kepentingan menghormati orang-orang dari agama lain
bersama dan jika ada masalah, dan tidak melakukan diskriminasi. Lagi
masalahnya akan cepat diselesaikan pula, kita tidak akan rugi jika kita saling
dengan solidaritas. (Reynaldi, 16 tahun) mentolerir ... "(Pande Made Yonata, 16
(Sumber Data Primer: Rabu, 22 tahun) (Sumber Data Primer: Rabu, 22
September 2021) September) 2021)
Tidak hanya itu, nilai toleransi Ruth Toleransi beragama bukanlah untuk
Gabriella tetapi juga menjelaskan pentingnya saling melebur dalam keyakinan. Tidak juga
nilai persatuan dalam interaksi antaragama untuk saling bertukar keyakinan dengan
sebagai bentuk kesadaran toleransi antar kelompok agama yang berbeda-beda.
agama, yaitu: Toleransi di sini adalah dalam pengertian
"... Prinsip saya adalah Bu, kita harus mu’amalah (interaksi sosial), sehingga
menghormati setiap perbedaan dalam adanya batas-batas bersama yang boleh dan
aspek apa pun, Bu, seperti agama, etnis, tak boleh dilanggar. Inilah esensi moderasi
perbedaan ras, warna kulit, rambut, dan dalam bingkai toleransi di mana masing-
sebagainya. Nilainya, menurut saya, Bu, masing pihak diharapkan bisa
adalah nilai Persatuan, Bu, karena jika mengendalikan diri dan menyediakan ruang
kita ingin bersatu, Bu, terlepas dari apa untuk saling menghormati keunikannya
pun, pasti apa yang kita rencanakan masing-masing tanpa merasa terancam
bersama atau apa yang ingin kita lakukan keyakinan maupun hak-haknya (Abror,
bersama harus dicapai, Bu, dan itu juga 2020).
telah diatur oleh UUD 1945, Pasal 28E 1- Jika analisis dalam penerapan nilai-
3, karena saya sendiri merasa bahwa saya nilai ditegakkan dalam interaksi sebagai

132
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z

bentuk kesadaran toleransi beragama, kemungkinan besar akan dihindari karena


Reynaldi 16 tahun sebagai seorang Muslim, toleransi dan membayangkan jika
Ruth Gabriella 16 tahun sebagai seorang mayoritas penduduk Indonesia memiliki
Kristen, dan Pande Made Yonata 16 tahun tingkat toleransi yang tinggi. Toleransi
sebagai umat Hindu setuju bahwa kesadaran rendah misalnya kelompok teroris di Poso
toleransi beragama juga hari ini. Diimbangi yang berpikir bahwa agama mereka
dengan penerapan nilai-nilai yang dijunjung adalah yang terbaik dari semuanya dan
tinggi dalam interaksi, ketiganya sepakat karena tingkat toleransi mereka yang
untuk menjalin hubungan antaragama, nilai rendah, siapa pun yang tidak setuju
toleransi merupakan nilai utama karena jika dengan mereka dapat dengan mudah
nilai toleransi terus dijunjung tinggi dalam dibunuh tanpa belas kasihan. Jika ini
berinteraksi, maka akan menciptakan terjadi dalam skala nasional, perang
dinamika kebhinekaan agama yang harmonis saudara dapat terjadi dan tidak dapat
di masyarakat. Lingkungan sekitar dihindari, dan terakhir, saya pikir
Kesadaran toleransi beragama bagi memiliki toleransi bersama itu mudah dan
generasi muda milenial tidak hanya dapat sama sekali tidak sulit diterapkan dan
dilakukan dengan pengetahuan bawaan, kondisi di sekitar masyarakat kita akan
tetapi juga harus diimbangi dengan lebih dingin jika rakyat Indonesia
keterampilan untuk pembiasaan toleransi menyadari hal ini daripada saling
beragama di lingkungan sekitar. Artinya menghujat yang menurut saya sulit karena
kesadaran ini tidak hanya dapat sebatas membutuhkan waktu dan energi dan
pemahaman, tetapi juga harus dilakukan bahkan kemudian itu berdampak negatif
secara nyata di lingkungan sekitar terkait pada pihak-pihak yang terlibat. "
kesadaran toleransi beragama. (Reynaldi, 16 tahun) (Sumber Data
Keterampilan untuk pembiasaan Primer: Rabu, 22 September 2021)
toleransi beragama oleh pemuda milenial di Lebih lanjut, hal yang sama juga
Surabaya juga telah terbentuk dengan baik disampaikan oleh Pande Made Yonata yang
dalam upaya mewujudkan dinamika berusia 16 tahun bahwa:
keberagaman, misalnya Reynaldi yang "... Hampir semua teman saya adalah
berusia 16 tahun yang memiliki keterampilan Muslim mereka masih ingin berteman
habituasi di lingkungannya sebagai berikut: dengan saya, itu berarti mereka tidak
"... Menurut pendapat saya, saya sudah membedakan teman-teman dari agama
memiliki kesadaran akan toleransi dan yang berbeda, dari teman-teman saya
bahkan dapat menerapkannya di adalah Muslim tetapi saya masih
lingkungan saya. Mengapa begitu? menghormati agama mereka dan mereka
Karena saya memiliki beberapa pendapat, menghormati agama saya, pertama-tama
pertama, saya pikir toleransi harus harus menghormatinya, biasanya ketika
ditegakkan tanpa pandang bulu terhadap ada acara keagamaan mengatakan, bahkan
siapa pun, karena dengan sikap ini, tidak saya juga pertemuan yang sah, sikap saya
ada individu yang akan merasa jika tetangga tidak mengganggu kegiatan
terpinggirkan atau bahkan memiliki keagamaan saya seperti bermain musik
dendam terhadap satu sama lain. Kedua, keras atau berteriak berteriak atau juga
toleransi memainkan peran penting dalam bermain basket dll kegiatan yang dapat
skala nasional, jika orang saling mengganggu jika tidak dilakukan ...
membantu tanpa memandang "(Pande Made Yonata, 16 tahun) (Sumber
agama/etnis/ras, hubungan kita sebagai Data Primer: Rabu, 22 September 2021)
warga negara Indonesia akan semakin Ketika dianalisis wawancara antara
dekat dan perpecahan dalam Negara Reynaldi yang berusia 16 tahun sebagai
Kesatuan Republik Indonesia seorang Muslim di Pande menjadikan

133
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z

Yonata sebagai komunitas Hindu, keduanya juga Pande Yonata. Made Yonata, yang
memiliki kemampuan untuk membiasakan berusia 16 tahun sebagai seorang Hindu,
diri dengan toleransi beragama di lingkungan menghormati umat beragama lainnya
sekitarnya. Reynaldi yang berusia 16 tahun dengan, misalnya, berpartisipasi dalam
mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari- menghormati hari-hari keagamaan di
hari, ia menganut nilai toleransi dalam lingkungan sekitarnya, seperti berpartisipasi
interaksi karena Reynaldi sudah memiliki dalam kegiatan halal bihalal di lingkungan
kesadaran yang baik akan pentingnya sekitarnya. Kesadaran toleransi beragama ini
toleransi. Hal yang sama disampaikan oleh akhirnya membuat Reynaldi yang berusia 21
Pande Made Yonatayang yang berusia 16 tahun, Ruth Gabriella berusia 16 tahun, dan
tahun, yang dirinya berinteraksi dengan Pande Made Yonata yang berusia 16 tahun
teman-teman muslim yang berbeda dengan memiliki keterampilan untuk membiasakan
dirinya, Pande Made Yonata menjunjung toleransi beragama demi mewujudkan
tinggi toleransi dalam membangun hubungan dinamika keberagaman agama di lingkungan
persahabatan sehingga antara keduanya telah masing-masing.
terjadi implementasi toleransi melalui Kesadaran toleransi yang berkembang
kesadaran akan pentingnya toleransi dengan baik inilah yang akhirnya membuat
beragama. Kesadaran toleransi ini, yang Reynaldi pada usia 16 tahun dan Pande
diimbangi dengan keterampilan toleransi Made Yonata pada usia 16 tahun untuk
beragama di lingkungannya, inilah yang masing-masing memiliki keterampilan
akhirnya menyebabkan Reynaldi, 16 dan habituasi toleransi beragama. Keduanya
Pande Made Yonata, 16, sebagai milenial di tidak hanya memiliki pengetahuan yang
Surabaya, memiliki kesadaran akan berkembang dengan baik secara kontekstual
pentingnya toleransi beragama dalam tetapi juga mampu mengimplementasikan
mewujudkan keberagaman agama yang pengetahuan itu di lingkungan sekitar
harmonis di lingkungan masing-masing. sehingga pola kesadaran yang muncul di
Kesadaran toleransi beragama di pemuda milenial Surabaya merupakan pola
Surabaya pemuda milenial telah berkembang kesadaran yang dinamis-kreatif.
dengan baik dimana dalam pengembangan Pola kesadaran yang dinamis adalah
pengetahuan yang dibangun, Reynaldi 16 bahwa seseorang mencapai kesadaran diri
tahun, Ruth Gabriella 16 tahun, dan Pande kreatif yang mampu melihat kebenaran
Made Yonata 16 tahun memiliki secara objektif tanpa terganggu oleh
pengetahuan yang baik tentang makna perasaan dan keinginan subjektifnya. Tahap
toleransi beragama, pentingnya toleransi ini dapat diperoleh antara lain melalui
beragama, dan tujuan toleransi beragama. kegiatan keagamaan, ilmiah atau lainnya di
Ketiganya setuju bahwa toleransi ini luar kegiatan rutin. Kesadaran ini juga
didefinisikan secara singkat dengan dimiliki oleh Reynaldi yang berusia 16
menghormati perbedaan yang ada, terutama tahun, Ruth Gabriella yang berusia 16 tahun,
dalam perbedaan agama. Reynaldi, yang dan Pande Made Yonata yang berusia 16
berusia 16 tahun sebagai seorang Muslim di tahun yang sebagai akibat dari kesadaran
lingkungan itu telah memegang nilai toleransi beragama ketiganya sebagai
toleransi sebagai prioritas dalam berinteraksi pemuda milenial akhirnya mampu
dengan orang-orang religius di mewujudkan keragaman agama di
lingkungannya, hal yang sama berlaku untuk lingkungan masing-masing
Ruth Gabriella yang berusia 16 tahun dan
Pande Yonata yang berusia 16 tahun, Ruth D. Simpulan dan Saran
Gabriella sebagai seorang Kristen yang sadar
Sikap moderasi seseorang
dan menjunjung tinggi penerapan nilai-nilai
menciptakan nilai toleransi beragama di
toleransi kepada sesama orang percaya dan
lingkungan sekitarnya, yang dibuktikan

134
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z

dengan dibangunnya pengetahuan terkait Abror, M. (2020). Moderasi beragama


toleransi yang baik lalu membentuk sikap dalam Bingkai Toleransi. RUSYDIAH:
dan penerapan tindakan atas dasar kesadaran Jurnal Pemikiran Islam, 1(2).
toleransi di lingkungan masing-masing https://doi.org/10.35961/rsd.v1i2.174
Internalisasi toleransi beragama di
lingkungan sekitar, dibuktikan dengan Banks, James A. (2008). Diversity, Group
identity, and Citizenship education in
dibangunnya pengetahuan terkait toleransi
yang baik dan penerapan kesadaran toleransi a Global Age. Educational
di lingkungan masing-masing. Sehingga Researcher, 37(3), 129–139.
tidak hanya memiliki kesadaran akan Litiloly, A. (2020). Implementasi Kebijakan
toleransi beragama tetapi juga memiliki Penguatan Moderasi Beragama Di
keterampilan untuk membiasakan toleransi Lingkungan Kementerian Agama Kota
beragama di lingkungan sekitar sehingga Ambon. Jurnal 12 Waiheru, 6(1).
dapat membentuk pola kesadaran yang
dinamis-kreatif. Kesadaran toleransi Rifqi, M. (2021). Internalisasi Moderasi
beragama terhadap generasi Z di Surabaya Beragama dalam Standar Kompetensi
dalam mewujudkan keberagaman agama Kemandirian Peserta Didik. Jurnal
yang harmonis diperoleh melalui Moderasi Ilimiah Al-Muttaqin, Vo.6(1).
beragama. Soedarso, S., Nurif, M., Sutikno, S., &
Windiani, W. (2013). Dinamika
DAFTAR PUSTAKA Multikultural Masyarakat Kota
Surabaya. Jurnal Sosial Humaniora,
Audry Osler, "Pendidikan Kewarganegaraan 6(1).
dan laporan Ajegbo: membayangkan https://doi.org/10.12962/j24433527.v6
kembali sebuah negara kosmopolitan," i1.611
London Rev. Educ. , vol. 6, no. 1, pp.
11–25, 2008.

135
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135

Anda mungkin juga menyukai