Abstract
Indonesia in its development as a nation, with all the uniqueness inherent in the multicultural
Indonesian nation gets its ideological and philosophical umbrella from Pancasila. Generation Z
as citizens who have a strategic position, because their intellectual capacity has a very large
role. For this reason, efforts are needed to build the moral values of the younger generation in
the form of building a tolerant attitude, respecting diversity, developing respect for other social
groups, and respecting the recognition of group diversity. This study aims to describe religious
moderation as an effort to internalize the tolerance value of Generation Z in Surabaya. This
study uses a qualitative descriptive approach, data collection techniques with interviews and
data analysis techniques are data presentation, data reduction and conclusion drawing. The
results show that a person's moderation attitude creates the value of religious tolerance in the
surrounding environment, as evidenced by the knowledge he builds regarding good tolerance
and attitude and application of actions based on awareness of tolerance in their respective
environments.
Abstrak
Indonesia dalam perkembangannya sebagai bangsa, dengan semua keunikan yang melekat dalam
bangsa Indonesia yang multikultural mendapatkan payung ideologis dan filosofisnya dari
Pancasila. Generasi Z sebagai warga negara yang memiliki posisi strategis, karena kapasitas
intelektualnya mempunyai peran yang sangat besar. Untuk itu, perlu upaya membangun nilai-
nilai moral generasi muda dalam bentuk membangun sikap toleran, menghormati keberagaman,
mengembangkan rasa hormat terhadap kelompok sosial lainnya, dan membentuk pengakuan
terhadap keberagaman kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan moderasi
beragama sebagai upaya internalisasi nilai toleransi generasi Z di Surabaya. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data
dengan wawancara dan teknik analisis data adalah penyajian data, reduksi data dan penarikan
kesimpulan. Hasilnya menunjukkan sikap moderasi seseorang menciptakan nilai toleransi
beragama di lingkungan sekitarnya, yang dibuktikan dengan dibangunnya pengetahuan terkait
toleransi yang baik lalu membentuk sikap dan penerapan tindakan atas dasar kesadaran toleransi
di lingkungan masing-masing.
126
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z
127
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z
dengan kompetensi dan kapasitas di bidang bersatu akan mengarah pada Balkanisasi dan
politik, ekonomi, dan kekuasaan penghancurannegarabangsa. (Banks, James
(kekuasaan). Kondisi ini menyebabkan A., 2008)
stratifikasi dalam kehidupan sosial. Berdasarkan uraian di atas, masalah
Misalnya, dari perspektif ekonomi, ada utama yang dihadapi oleh negara-negara
kelompok pemilik modal dan pekerja, di bangsa di dunia saat ini adalah bagaimana
bidang politik ada kelompok penguasa dan mengenali dan melegitimasi perbedaan dan
mereka yang dikendalikan, dan secara sosial membangun identitas nasional yang
dalam pengelompokan ada stratifikasi atau mengakomodasi berbagai suara,
kelas sosial. Secara umum, kelas sosial pengalaman, harapan dari berbagai
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu elit, kelompok yang membentuk negarabangsa.
kelas menengah dan akar rumput. Transformasi nilai-nilai multikultural
Ontologis konsep kesetaraan terletak kepada seluruh warga bangsa dilakukan
pada pandangan multikultural. Dengan dengan berbagai cara, salah satunya melalui
demikian konsep kesetaraan berisi dua hal, pendidikan formal. Di tingkat universitas, ini
yaitu: pertama, kebebasan dan kesempatan dilakukan melalui jalur kurikuler dan non-
untuk menjadi berbeda, dan kedua, perlakuan kurikuler. Jalur kurikuler dilakukan melalui
yang sama untuk kelompokyang berbeda. kuliah dengan mata pelajaran umum dan
Kebebasan untuk menjadi berbeda bidang studi. Dalam kursus bidang umum,
berarti kebebasan dan kesempatan untuk secara eksplisit dibebankan pada kursus
menjadi kelompok di luar budaya dominan Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
(mainstream), yaitu pilihan untuk menjadi Kewarganegaraan. Sedangkan untuk mata
kelompok marjinal (non-mainstream). Aspek pelajaran di bidang studi, mereka lebih
perlakuan yang sama terkait dengan politik inklusif, yaitu nilai-nilai yang diambil dari
pengakuan bagi berbagai kelompok budaya, setiap mata pelajaran yang terkait dengan
baik yang merupakan budaya dominan, nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan
maupun yang bersifat pinggiran, sehingga pandangan kehidupan bangsa. Upaya
dalam konsep kesetaraan terdapat ekstrakurikuler dilakukan melalui berbagai
penghargaan dan politik pengakuan. Lois kegiatan lapangan, praktis, disesuaikan
Gosset Jr menyatakan bahwa: tidak ada dengan bakat dan minat siswa, dan
toleransi tanpa rasa hormat, dan tidak ada melengkapi kegiatan kurikuler.
penghargaan tanpa pengakuan, dan akhirnya Internalisasi dimensi moderasi
tidak ada pengakuan tanpa pengetahuan. Jadi beragama dalam standar kompetensi
jika membalikkan urutan, yang pertama kemandirian peserta didik yaitu: dengan
adalah pengetahuan yang akan mengarah menjadikan moderasi beragama sebagai
pada pengakuan, pengakuan akan mengarah aspek perkembangan landasan hidup
pada apresiasi, dan penghargaan akan moderasi beragama; 1) Mengkaji lebih
mengarah pada toleransi. dalam tentang makna Komitmen
Sementara itu Banks (2008) Kebangsaan; Toleransi; Anti- kekerasan; dan
menyatakan bahwa tantangan mendasar bagi Akomodatif terhadap kebudayaan lokal; 2)
masyarakat adalah karakter multikultural Menghayati nilai-nilai Komitmen
menyeimbangkan antara persatuan dan Kebangsaan; Toleransi; Anti-kekerasan; dan
kesatuan (unity) dan sekaligus menjaga Akomodatif terhadap kebudayaan lokal; 3)
kebhinekaan (keberagaman). Dia Ikhlas melaksanakan Komitmen
menambahkan bahwa menjaga persatuan dan Kebangsaan; Toleransi; Anti-kekerasan; dan
integritas tanpa disertai dengan upaya untuk Akomodatif terhadap kebudayaan lokal
mempertahankan keragaman akan mengarah Kata. (Rifqi, 2021)
pada hegemoni dan penindasan. Di sisi lain, Kondisi masyarakat surabaya sebagai
menjaga kebhinekaan tanpa niat untuk ibu kota Jawa Timur memiliki karakteristik
128
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z
129
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z
pertimbangan bahwa kota yang menerima kesadaran toleransi beragama bagi generasi
tingkat toleransi terbaik dalam laporan Setara muda Z di Surabaya.
Institute. Subyek dalam penelitian ini adalah Moderasi dalam kerukunan beragama
mahasiswa yang kehidupannya dilingkungan haruslah dilakukan, karena dengan demikian
agama yang heterogen. Subyek dipilih akan terciptalah kerukunan umat antar agama
berdasarkan pertimbangan sampling atau keyakinan. Untuk mengelola situasi
purposive. Jumlah subjek dalam penelitian keagamaan di Indonesia yang sangat
ini akan menentukan kecukupan data yang beragam, kita membutuhkan visi dan solusi
diperoleh. yang dapat menciptakan kerukunan dan
Sumber data yang digunakan penulis kedamaian dalam menjalankan kehidupan
dalam penelitian ini adalah jenis data primer keagamaan, yakni dengan mengedepankan
dan data sekunder, di mana data primer moderasi beragama, menghormati
adalah data yang dikumpulkan langsung oleh keragaman, serta tidak terjebak pada
peneliti dari sumber pertama. Data utama Intoleransi, ekstremisme dan Radikalisme.
dalam penelitian ini adalah temuan lapangan (Abror, 2020)
yang berasal dari wawancara dengan Pengetahuan tentang toleransi
informan di lapangan. Data sekunder adalah beragama telah dibangun dengan baik dalam
data yang diperoleh secara tidak langsung pengetahuan maupun sikap. Pengetahuan
dalam bentuk dokumen, yang juga dapat tentang toleransi, pentingnya toleransi, dan
dikatakan sebagai data tambahan yang tujuan toleransi dalam dinamika keragaman
digunakan sebagai referensi dan elaborasi telah dibangun dengan baik, menurut
data primer. Data sekunder berupa buku, Reynaldi yang berusia 16 tahun.
jurnal penelitian, dokumen penelitian, "... Definisi toleransi itu sendiri adalah
informasi dari media massa dan sebagainya, saling menghormati satu sama lain dalam
mengenai toleransi untuk memperkuat data berbagai aspek, misalnya dalam aspek
primer. Penulis juga menggunakan dokumen etnis, agama, kelas, ras, dan lain-lain.
penelitian dalam bentuk jurnal dan media Toleransi sering dapat ditemukan di
massa mengenai kesadaran toleransi lingkungan sekitar di mana mayoritas
beragama. Teknik analisis data yang orang memiliki pikiran terbuka dan tidak
digunakan dalam penelitian ini adalah suka ikut campur dalam urusan orang
kualitatif deskriptif, menggunakan model lain. Di sekitar saya, toleransi dapat
Mills dan Huberman sebagai berikut. Mereka ditemukan, misalnya, jika ada tetangga
adalah presentasi data, pengurangan data dan Muslim yang ingin menyiapkan tempat /
kesimpulan. lokasi untuk shalat tarawih di aula RW,
tetangga non-Muslim bekerja sama untuk
C. Hasil dan Pembahasan membantu menyiapkan tempat yang dapat
digunakan sebagai tempat shalat. Shalat
1. Moderasi Beragama sebagai Upaya
Tarawih dimulai dari membersihkan
Internalisasi Toleransi Bagi
gedung balai RW, menyiapkan karpet
Generasi Z di Surabaya
besar, dan lain-lain agar terciptanya
Kesadaran toleransi beragama, toleransi antarumat beragama dapat
khususnya bagi generasi muda Z, dapat dilaksanakan (dalam konteks tidak ikut
diidentifikasi dengan dibangunnya beribadah tetapi membantu dengan cara
pengetahuan yang dibangun di atas toleransi lain atau dalam hal ini, membantu
dan juga penerapan nilai-nilai toleransi yang memfasilitasi). Dan sebaliknya, jika
dijunjung tinggi ketika berinteraksi satu tetangga non-Muslim saya membutuhkan
sama lain untuk saling menghormati bantuan, mayoritas orang di sekitar saya
antarumat beragama sebagai bentuk saling membantu terlepas dari agama
130
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z
131
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z
132
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z
133
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z
Yonata sebagai komunitas Hindu, keduanya juga Pande Yonata. Made Yonata, yang
memiliki kemampuan untuk membiasakan berusia 16 tahun sebagai seorang Hindu,
diri dengan toleransi beragama di lingkungan menghormati umat beragama lainnya
sekitarnya. Reynaldi yang berusia 16 tahun dengan, misalnya, berpartisipasi dalam
mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari- menghormati hari-hari keagamaan di
hari, ia menganut nilai toleransi dalam lingkungan sekitarnya, seperti berpartisipasi
interaksi karena Reynaldi sudah memiliki dalam kegiatan halal bihalal di lingkungan
kesadaran yang baik akan pentingnya sekitarnya. Kesadaran toleransi beragama ini
toleransi. Hal yang sama disampaikan oleh akhirnya membuat Reynaldi yang berusia 21
Pande Made Yonatayang yang berusia 16 tahun, Ruth Gabriella berusia 16 tahun, dan
tahun, yang dirinya berinteraksi dengan Pande Made Yonata yang berusia 16 tahun
teman-teman muslim yang berbeda dengan memiliki keterampilan untuk membiasakan
dirinya, Pande Made Yonata menjunjung toleransi beragama demi mewujudkan
tinggi toleransi dalam membangun hubungan dinamika keberagaman agama di lingkungan
persahabatan sehingga antara keduanya telah masing-masing.
terjadi implementasi toleransi melalui Kesadaran toleransi yang berkembang
kesadaran akan pentingnya toleransi dengan baik inilah yang akhirnya membuat
beragama. Kesadaran toleransi ini, yang Reynaldi pada usia 16 tahun dan Pande
diimbangi dengan keterampilan toleransi Made Yonata pada usia 16 tahun untuk
beragama di lingkungannya, inilah yang masing-masing memiliki keterampilan
akhirnya menyebabkan Reynaldi, 16 dan habituasi toleransi beragama. Keduanya
Pande Made Yonata, 16, sebagai milenial di tidak hanya memiliki pengetahuan yang
Surabaya, memiliki kesadaran akan berkembang dengan baik secara kontekstual
pentingnya toleransi beragama dalam tetapi juga mampu mengimplementasikan
mewujudkan keberagaman agama yang pengetahuan itu di lingkungan sekitar
harmonis di lingkungan masing-masing. sehingga pola kesadaran yang muncul di
Kesadaran toleransi beragama di pemuda milenial Surabaya merupakan pola
Surabaya pemuda milenial telah berkembang kesadaran yang dinamis-kreatif.
dengan baik dimana dalam pengembangan Pola kesadaran yang dinamis adalah
pengetahuan yang dibangun, Reynaldi 16 bahwa seseorang mencapai kesadaran diri
tahun, Ruth Gabriella 16 tahun, dan Pande kreatif yang mampu melihat kebenaran
Made Yonata 16 tahun memiliki secara objektif tanpa terganggu oleh
pengetahuan yang baik tentang makna perasaan dan keinginan subjektifnya. Tahap
toleransi beragama, pentingnya toleransi ini dapat diperoleh antara lain melalui
beragama, dan tujuan toleransi beragama. kegiatan keagamaan, ilmiah atau lainnya di
Ketiganya setuju bahwa toleransi ini luar kegiatan rutin. Kesadaran ini juga
didefinisikan secara singkat dengan dimiliki oleh Reynaldi yang berusia 16
menghormati perbedaan yang ada, terutama tahun, Ruth Gabriella yang berusia 16 tahun,
dalam perbedaan agama. Reynaldi, yang dan Pande Made Yonata yang berusia 16
berusia 16 tahun sebagai seorang Muslim di tahun yang sebagai akibat dari kesadaran
lingkungan itu telah memegang nilai toleransi beragama ketiganya sebagai
toleransi sebagai prioritas dalam berinteraksi pemuda milenial akhirnya mampu
dengan orang-orang religius di mewujudkan keragaman agama di
lingkungannya, hal yang sama berlaku untuk lingkungan masing-masing
Ruth Gabriella yang berusia 16 tahun dan
Pande Yonata yang berusia 16 tahun, Ruth D. Simpulan dan Saran
Gabriella sebagai seorang Kristen yang sadar
Sikap moderasi seseorang
dan menjunjung tinggi penerapan nilai-nilai
menciptakan nilai toleransi beragama di
toleransi kepada sesama orang percaya dan
lingkungan sekitarnya, yang dibuktikan
134
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135
Moderasi Beragama dalam Upaya Internalisasi Nilai Toleransi pada Generasi Z
135
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 126-135