Anda di halaman 1dari 4

WAWASAN NUSANTARA DALAM MEMECAHKAN KONFLIK KEBUDAYAAN NASIONAL

DEVRITA AYU PUTRI DESTIAWAN


IIK STRADA INDONESIA (S1 FARMASI)
devritaayu1@gmail.com

ABSTRAK

Konflik antar budaya di Indonesia saat ini masih menjadi problematika yang belum terselesaikan.
Indonesia sebagai negara kepulauan melahirkan keragaman ras, suku, dan budaya yang melandasi
konsep kebudayaan nasional. Potensi akan konflik kebudayaan tidak dapat kita hindari. Pada
dasarnya keterkaitan antara Geopolitik Indonesia, wawasan nusantara, dan kebudayaan nasional
sangat erat, akan tetapi masyarakat Indonesia masih belum menyadari hal tersebut. Melalui studi
literatur kita mempelajari kembali konsep dasar kewarganegaraan sehingga di dalam kehidupan
nyata dapat kita implementasikan sebagai solusi dari adanya fenomena konflik antar budaya di
Indonesia. Konflik antar budaya yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh banyak hal seiring
perubahan zaman, namun apabila kita cermati maka faktor utama dari konflik budaya tersebut
adalah rendahnya kesadaran masyarakat sebagai bagian dari kesatuan Bangsa Indonesia untuk
mewujudkan cita-cita dan mempertahankan keutuhan Negara Indonesia. Dari hasil studi literatur
dapat disimpulkan bahwa suatu bangsa dalam menyelengarakan kehidupannya tidak terlepas dari
pengaruh lingkungannya, yang didasarkan atas hubungan yang saling berkaitan antara filosofi
bangsa, idiologi, aspirasi, dan cita-cita yang dihadapkan pada kondisi sosial masyarakat, budaya dan
tradisi, keadaan alam dan wilayah serta pengalaman sejarah.

Kata Kunci: geopolitik indonesia, wawasan nusantara, konflik, kebudayaan nasional

1. Latar Belakang
Indonesia menganut paham negara kehidupannya, memerlukan suatu
kepulauan berdasarkan Archipelago konsepsi berupa Wawasan Nasional yang
Concept yaitu laut sebagai penghubung dimaksudkan untuk menjamin
daratan sehingga wilayah negara menjadi kelangsungan hidup, keutuhan wilayah
satu kesatuan yang utuh sebagai Tanah serta jati diri. Sebagai sebuah negara
Air dan ini disebut negara kepulauan dengan multi budaya, maka Indonesia
(Pasaribu,2015). Ditinjau dari fenomena memiliki potensi yang besar untuk terjadi
geografi Indonesia maka hal tersebut konflik antar budaya dalam masyarakat.
mengakibatkan kondisi masyarakat Konflik yang terjadi dalam kehidupan
dengan multi budaya. Dalam kehidupan Bangsa Indonesia sebagaimana yang
berbangsa dan bernegara terlihat pada waktu belakangan ini di
keanekaragaman (pendapat, sejumlah daerah dapat digolongkan
kepercayaan, hubungan, dsb) sebagai konflik yang mempunyai potensi
memerlukan suatu perekat agar bangsa mengancam dan membahayakan
yang bersangkutan dapat bersatu guna keutuhan hidup berbangsa dan
memelihara keutuhan negaranya. Upaya bernegara. Konflik antar daerah, suku,
pemerintah dan rakyat menyelenggarakan agama, serta kelompok yang sekarang
sering terjadi hanya akan memecah belah diwujudkan melalui penataran ideologi,
semangat persatuan dan kesatuan bangsa yaitu penataran Pedoman Penghayatan
Indonesia. dan Pengamalan Pancasila (P-4).
Pancasila menjadi sumber dari semua nilai
dan aturan (norma) dan ditempatkan
pada kedudukan tolak ukur tunggal bagi
nilai dan norma yang berlaku dan boleh
dipedomi, sebagai arah dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara (Bangun,1991).
MPR-RI melalui amandemen kedua UUD
2. Kasus/Masalah 1945, telah mengamanatkan dalam Pasal
Kondisi geografis Indonesia memaksa 18B ayat (2) bahwa: “Negara mengakui
masyarakatnya untuk tinggal menetap di dan menghormati kesatuan-kesatuan
daerah yang terpisah-pisah satu sama lain masyarakat hukum adat beserta hak-hak
dan tersebar di berbagai titik. Mereka tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
kemudian membentuk sebuah kelompok sesuai dengan perkembangan masyarakat
sosial yang didasari atas kesamaan dan prinsip Negara Kesatuan Republik
lingkungan geografis dan hubungan Indonesia, yang diatur dalam undang-
timbal-balik secara intens. Masing-masing undang”. Berdasarkan peraturan tersebut
kelompok sosial memiliki ciri yang dapat kita ketahui bahwa undang-undang
berbeda dikarenakan pola pikir, perilaku mengakui perbedaan suku bangsa yang
dan penyesuaian diri yang berbeda antara besar di antara penduduk Indonesia dan
satu kelompok sosial dengan kelompok menjamin persamaan status bagi semua
sosial yang lainnya. Hal tersebut sukubangsa yang ada tanpa melihat
menghasilkan sebuah identitas yang besarnya penduduk masing-masing suku
disepakati bersama dan dilestarikan di bangsa. Semua suku bangsa memiliki hak
dalam sebuah kelompok sosial, sehingga yang sama untuk mengembangkann
tercipta suatu kebudayaan. Perbenturan kebudayaan dan bahasa mereka masing-
budaya yang terjadi antar kelompok sosial masing, membentuk pusat-pusat
itu lah yang disebut sebagai konflik kebudayaan mereka sendiri, museum, dan
kebudayaan. lain-lain, namun bahasa yang digunakan
dalam pendidikan resmi adalah bahasa
Indonesia.

3. Tinjauan Pustaka 4. Pembahasan


Kebudayaan nasional itu merupakan Berbeda dengan konsep politik dunia yang
“puncak-puncak dari kebudayaan daerah” dikemukakan oleh beberapa ahli di dunia,
sebagaimana apa yang dikatakan oleh Ki Indonesia memiliki konsep geopilitik
Hahar Dewantara. Politik Kebudayaan sendiri yang dicetuskan oleh Ir. Soekarno.
Nasioanl tidak hanya menyatakan dirinya Para pendiri negara Republik Indonesia
dalam Kongres Kebudayaan tahun 1991, sepakat bahwa wilayah Indonesia
namun Kebudayaan Nasional secara tidak merdeka hanyalah wilayah bekas jajahan
langsung “disebarluaskan” dan Belanda atau Hindia Belanda. Oleh karena
itu, Indonesia tidak ada keinginan untuk yang bersangkutan. Artinya setiap
memperluas wilayah. Ilmu geopolitik generasi yang lahir dari suatu masyarakat
mempelajari fenomena geografi dari akan mewarisi norma-norma budaya dari
aspek politik. Indonesia memiliki kondisi generasi sebelumnya. Warisan budaya
geografis yang sangat kompleks, yaitu diterima secara emosional dan bersifat
berupa negara kepulauan. Sehingga mengikat ke dalam (Cohesiveness)
penduduknya tersebar di berbagai titik sehingga menjadi sangat sensitif. Berdasar
mendiami pulau-pulau yang dipisahkan ciri dan sifat kebudayaan serta kondisi dan
oleh perairan Indonesia. Ilmu geopolitik konstelasi geografi, masyarakat Indonesia
mempelajari fenomena geografi tersebut sangat heterogen dan unik sehingga
dari sudut pandang politik. Di dalam ilmu mengandung potensi konflik yang sangat
politik, syarat sebuah bangsa adalah besar, terlebih kesadaran nasional
segerombolan manusia yang mau bersatu, masyarakat yang relative rendah sejalan
yang merasa dirinya bersatu. Maka dengan terbatasnya masyarakat terdidik.
Indonesia membutuhkan suatu perekat Besarnya potensi konflik antar golongan
untuk mewujudkan persatuan di antara di masyarakat yang setiap saat akan
masyarakatnya demi kelangsungan hidup membuka peluang terjadinya disintegrasi
bangsa. Perekat tersebut diwujudkan bangsa. Oleh karena itu, dalam
dalam bentuk konsep cara pandang menghadapi konflik budaya kita
bangsa terhadap rakyat, bangsa, dan membutuhkan kesamaan persepsi atau
wilayah Negara Kesatuan Republik kesatuan cara pandang diantara segenap
Indonesia yang meliputi darat, laut, dan masyarakat tentang eksistensi budaya
udara di atasnya sebagai kesatuan politik, yang sangat beragam, namun memiliki
ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan semangat untuk membina kehidupan
keamanan. Hal itu tertuang dalam bersama secara harmonis.
konsep Wawasan Nusantara.
Pembentukan konsep Wawasan
Nusantara dilatarbelakangi oleh
pemikiran berdasarkan empat aspek,
yaitu: (1) Falsafah pancasila, (2) Aspek
kewilayahan, (3) Aspek sosial budaya, dan
(4) Aspek kesejarahan. Apabila ditinjau
dari aspek sosial budaya, maka Indonesia 5. Kesimpulan
merupakan negara dengan multi budaya, Wawasan Nusantara tidak hanya sebuah
hal ini disebabkan oleh faktor geografis konsep tentang cara pandang terhadap
dan sejarah, namun keanekaragaman bangsanya sendiri, namun juga
budaya tersebut menjadi bagian dari satu menyadarkan rakyat bahwa
kesatuan budaya, yaitu kebudayaan keanekaaragaman budaya di antara
nasional yang mengacu pada nilai-nilai masyarakat Indonesia berada di dalam
luhur budaya Indonesia dalam rumusan satu kebudayaan yang mengikat di dalam
Pancasila. Pancasila menjadi tolak ukur sebuah negara yang memiliki arah yang
utama dalam pelaksanaan Kebudayaan sama yaitu mewujudkan persatuan dan
Nasional, sehingga dalam mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana termaktub
persatuan keanekaragaman budaya yang dalam UUD 1945. Secara geografis
ada di Indonesia distakuan melalui prinsip menyebabkan penduduk Indonesia
Bhineka Tunggal Ika. Sesuai dengan terpisah dan berkembang menyesuaikan
sifatnya, kebudayaan merupakan warisan lingkungannya membentuk sebuah
yang bersifat memaksa bagi masyarakat kelompok sosial yang memiliki ciri khas
masing-masing, namun hal itu bukan Dwi Sulisworo, T. W. (2012). Program
berarti suatu kelompok sosial yang Studi Kewarganegaraan Hibah Non
memiliki kebudayaan tadi bertujuan untuk Konvensional. Yogyakarta: Universitas
bersaing dan menguasai budaya lain Ahmad Dahlan.
sehingga menimbulkan konflik antar
budaya. Rendahnya pemahaman dasar Harahap, S. (2018). Konflik Etnis dan
sebagai warga negara Indonesia Agama di Indonesia. Jurnal Ilmiah
menyebabkan etnosentrisme yang dapat Sosiologi Agama, No. 2, Vol. 1.
mengancam integrasi bangsa. Oleh karena
itu perlu untuk kita kembali mempelajari Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar
Wawasan Nusantara. Perlu adanya metodologi penelitian. Literasi Media
pendidikan moral, pengembangan Publishing.
wawasan, ketrampilan serta penanaman
rasa nasionalisme pada generasi muda, DESTIAWAN, D. A. P. (2021). PANCASILA
karena merekalah tulang punggung SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA & HAK ASASI
negara di masa yang akan datang. Salah MANUSIA DALAM MENJAGA KEUTUHAN
satunya melalui penanaman nilai-nilai NKRI.
kepribadian bangsa Indonesia yang
tercermin dalam Pancasila dan semboyan
bangsa kita “Bhineka Tunggal Eka”
kepada mereka sehingga mereka kelak
ketika mereka menjadi pemimpin, bukan
hanya sebagai Ulil Amri atau Umara
tetapi juga bersifat Khadimul Ummah
(pelayan umat) dalam segala bidang aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara
tanpa melihat kaya miskin, pejabat atau
rakyat, suku, ras, agama atau hal yang lain
karena semua adalah sama dan tetap
satu yaitu untuk Indonesia (Najicha,2017).

6. Daftar Pustaka
Bangun, P. (1991). Kongres Kebudayaan
1991: Kebudayaan daerah dan
Kebudayaan Nasional (Abstraksi). Jakarta:
Direktorat Jenderal Kebudayaan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai