Anda di halaman 1dari 7

Ringkasan Salah Satu Subpokok Bahasan

Jati Diriku Sebagai WNI yang Setia pada Pancasila

Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Ir. Eddy Sumarno Siradj M.Sc
Laporan Tugas Mandiri Pekan 3
Disusun Oleh : Raihan Nagib
NPM : 2006574654
Jurusan : Teknik Elektro
Kelas : MPKT 10

2020/2021
Universitas Indonesia
BAB I

BANGSA INDONESIA

1.1 Pengertian Bangsa dan Suku Bangsa

Secara konseptual yang dimaksud dengan bangsa adalah sekelompok masyarakat yang
bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri, seperti
bangsa Indonesia, India, dan sebagainya. Menurut kamus istilah antropologi, yang dimaksud
dengan bangsa adalah kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan
kebudayaan dalam arti umum dan biasanya menempati wilayah tertentu di muka bumi. Suatu
bangsa terbentuk melalui suatu proses perjalanan sejarah yang berbeda satu sama lain.
Keberadaannya pun seringkali dipengaruhi oleh interaksinya dengan bangsa-bangsa lain.

Sebagai suatu bangsa, Indonesia mempunyai ciri khas. Ciri khas itu muncul karena latar
belakang sejarah pembentukannya yang berbeda dengan bangsa lain. Salah satu ciri khas bangsa
Indonesia yang menonjol adalah bahwa bangsa Indonesia dibentuk oleh kesatuan dari berbagai
suku bangsa. Suku bangsa sebagai golongan sosial adalah golongan manusia yang terikat oleh
identitas dan kesadaran akan “kesatuan kebudayaan”. Kesadaran dan identitas itu sering kali
dikuatkan pula oleh kesatuan bahasa. “Kesatuan kebudayaan” tersebut bukan ditentukan oleh
pihak luar, misalnya ahli antropologi ataupun ahli kebudayaan dengan metode analisis ilmiah,
melainkan oleh warga kebudayaan itu sendiri. Dikarenakan bangsa Indonesia dibentuk oleh
kesatuan berbagai suku bangsa, bangsa ini disebut sebagai bangsa yang majemuk.

1.2 Indonesai Bangsa yang Majemuk

Menurut Haviland (2000: 386), masyarakat majemuk adalah masyarakat yang Memiliki
keberagaman pola-pola kebudayaan (societies that have a diversity of cultural patterns).
Masyarakat yang majemuk akan melahirkan kebudayaan majemuk pula. Hal ini merupakan hasil
dari interaksi sosial dan politik dari orang-orang yang cara hidup dan cara berpikir beda dalam
suatu masyarakat (Haviland, 2000: 805).

Jumlah suku bangsa yang terdapat dalam Negara Republik Indonesia dapat dikatakan sama
jumlahnya dengan jumlah bahasa daerah yang ada (Loebis, 1979: 10—11). Kesamaan ini
merupakan suatu realita yang tidak dapat diingkari. Setelah Indonesia menyatakan
kemerdekaannya, aneka suku bangsa tersebut menjadi satu kesatuan, yaitu bangsa Indonesia.

Banyak perbedaan yang disebabkan kemajemukan bangsa Indonesia membuat tingginya


potensi konflik atau disintegrasi. Disintegrasi bangsa adalah perpecahan bangsa. Konflik terjadi
apabila terdapat cara pandang tertentu seperti sikap etnosentrisme atau primordialisme yang
diwujudkan antara lain dalam bentuk stereotip etnik pada suku bangsa lain. Konflik disintegrasi
bangsa terbagi menjadi tiga jenis, yaitu konflik yang berkaitan dengan ideologi (PKI Madiun dan
G30S PKI), konflik yang berkaitan dengan kepentingan (PRRI/Semesta, Persoalan Negara
Federal, dan BFO), konflik yang berkaitan dengan ketentaraan ( Konflik Andi Aziz, APRA, dan
RMS). Di sisi lain, terdapat integrasi bangsa dapat didorong oleh aspek-aspek seperti pengalaman
sejarah yang sama, tujuan yang sama, bahasa dan simbol-simbol yang sama sebagai identitas
kebangsaan.

1.3 Faktor-Faktor Pemersatu Bangsa

Untuk mengatasi potensi konflik yang muncul, perlu dikembangkan potensi integrasi
dalam masyarakat. Bangsa Indonesia memiliki semangat kebangsaaan yang kuat. Semangat ini
dapat dijadikan perekat atau pemersatu bangsa dengan dukungan, antara lain (1) latar belakang
sejarah bangsa, (2) Pancasila dan UUD 1945, (3) simbol-simbol atau lambang-lambang persatuan
189 bangsa, dan (4) kebudayaan nasional. Faktor-faktor itu saling terkait satu sama lain dan harus
dijaga untuk terus dipertahankan di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

1.3.1 Latar Belakang Sejarah Bangsa Indonesia

Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia telah melalui suatu proses sejarah yang
panjang. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia secara garis besar diawali dengan timbulnya
kesadaran rakyat untuk menjadi bangsa. Tahap awal pembentukan bangsa Indonesia dimulai
dengan tahap persebaran penduduk ke Indonesia pada masa prasejarah. Tahap berikutnya, secara
berturut-turut, ialah berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha, kerajaan-kerajaan Islam,
kedatangan Portugis, pendudukan VOC dan penjajahan Belanda, pendudukan Jepang, dan masa
kemerdekaan. Bangsa Indonesia yang terbentuk itu berusaha dengan kuat berjuang membentuk
Negara Indonesia merdeka. Setelah merdeka, seluruh rakyat Indonesia berjuang untuk mengisi
kemerdekaannya dengan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan rakyatnya (Simbolon,
1995: xviii—xix).

1.3.2 Pancasila dan UUD 1945

Persatuan suku-suku bangsa menjadi bangsa Indonesia memiliki ideologi sebagai landasan
berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Pancasila sebagai kaidah-kaidah
penuntun dalam kehidupan sosial, politik, dan hukum disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh
PPKI. UUD 1945, yang mencantumkan Pancasila dalam bagian pembukaaannya merupakan
hukum dasar yang mengatur prinsip-prinsip dan mekanisme ketatanegaraan guna menjamin
demokrasi. Oleh karena itu, Pancasila dan UUD 1945 merupakan dasar pemersatu dan pengikat
yang mampu menjamin keberlangsungan integrasi dan demokrasi.

1.3.3 Simbol dan Lambang Negara

Bangsa Indonesia memiliki beberapa lambang persatuan yang di antaranya adalah bendera
merah putih, bahasa nasional, lambang negara, dan lagu kebangsaan. Penggunaan lambang-
lambang itu diatur dalam UUD 1945, yaitu Pasal 35 (mengenai Bendera Merah Putih), Pasal 36
(mengenai Bahasa Indonesia), Pasal 36A (mengenai lambang negara Garuda Pancasila), dan Pasal
36B (mengenai lagu kebangsaan Indonesia Raya). Dalam UU No 24 Tahun 2009 diatur juga
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

1.3.4 Kebudayaan Nasional

Pluralitas bangsa Indonesia bukan hanya terletak pada keanekaan suku bangsanya,
melainkan juga keragaman agama, pelapisan sosial, dan kelompok yang melahirkan kebudayaan
yang beragam pula. Mengenai kebudayaan nasional dalam konteks Indonesia, beberapa
cendekiawan memiliki gagasan yang berbeda dan dikelompokkan menjadi dua golongan.
Golongan pertama menyatakan bahwa suatu pengembangan kebudayaan nasional Indonesia
berlandaskan pada unsur-unsur kebudayaan suku-suku bangsa di daerah. Golongan kedua
menyarankan adanya pengembangan kebudayaan nasional baru Indonesia yang lepas dari
kebudayaan suku-suku bangsa dan berorientasi ke peradaban dunia masa kini. Adapun, dari
sumber audiovisual yang didapatkan oleh penulis, kebudayaan nasional adalah gabungan dari
budaya daerah yang ada di suatu negara, hal ini dimaksudkan agar budaya daerah yang mengalami
asimilasi dan akulturasi dengan daerah lain di suatu negara akan terus tumbuh dan berkembang
menjadi kebiasaan dari negara tersebut. Secara teoritis, kebudayaan nasional memiliki dua fungsi.
Pertama, memperkuat rasa identitas nasional. Kedua, memperluas rasa solidaritas nasional warga.

1.4 Nilai Kebangsaan

1.4.1 Arti Nilai Kebangsaan

Pengertian nilai jika meminjam istilah dalam kajian Filsafat menunjukkan kata benda
abstrak yang artinya keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness) dan kata kerja yang berarti
suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian. Nilai kebangsaan dapat
diartikan sebagai suatu kesadaran dari warga negara yang dianggap penting atau berharga bahwa
dirinya merupakan bagian dari suatu negara yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang menandainya.
Setiap warga negara Indonesia membutuhkan pemahaman akan nilai kebangsaan. Pemahaman
akan nilai kebangsaan yang kuat akan menumbuhkan rasa nasionalisme dalam masyarakat. Selain
itu, akar nasionalisme Indonesia didasarkan juga pada tekad yang menekankan pada pentingnya
cita-cita bersama, di samping pengakuan sekaligus penghargaan pada perbedaan sebagai pengikat
kebangsaan.

1.4.2 Sumber Nilai Kebangsaan

Adapun Sumber Nilai Kebangsaan Indonesia dapat dilihat dari aspek sejarah dan kondisi
sosial masyarakatnya. Pada waktu sebelum Negara Indonesia terbentuk, proses sejarah
mengajarkan nilai-nilai perjuangan aneka suku bangsa karena merasa mempunyai nasib dan tujuan
yang sama. Setelah terbentuknya NKRI, Nilai Kebangsaan yang ditanamkan berasal dari UUD
1945 dengan empat sumber acuan nilai, yaitu (1) Pancasila sebagai falsafah bangsa, (2) UUD 1945,
(3) NKRI sebagai bentuk negara, dan (4) Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan kesatuan bangsa.

1.4.3 Nilai Kebangsaan dan Pembentukan Karakter

Karakter suatu bangsa bergantung pada nilai-nilai lokal yang hidup pada masyarakatnya.
Dr. Wahidin Soedirohoesodo menjadikan masalah pendidikan sebagai titik perhatian utama.
Melalui pendidikan diharapkan tumbuh subur kesadaran pentingnya berbangsa. Kesadaran itu
harus dikaitkan dengan pemahaman atas nilai-nilai kebangsaan, jati diri, dan wawasan kebangsaan
yang didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945.
Sasaran terkait dengan nilai kebangsaan, antara lain ditanamkannya prinsip-prinsip moral
yang mampu mendorong mahasiswa bersikap sesuai dengan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotoriknya. Dengan demikian, akan lahir lulusan yang mampu menjadi pendorong
terwujudnya masyarakat madani (civil society) yang tahu hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya
dalam mewujudkan kesejahteraan.
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah. N. 2007. Eksistensi Nilai-Nilai Filososfi Kebangsaan dalam Kepemimpinan Nasional.


Penerbit Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako.

Abd Mu’id Aris Shofa. 2016. Memaknai Kembali Multikulturalisme Indonesia dalam Bingkai
Pancasila. Penerbit Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.

Whitney White Manueke. 28 April 2020. Pengertian dan Karakteristik Kebudayaan Nasional.
https://www.youtube.com/watch?v=d2MZnPrRK9w. Diakses tanggal 21 Maret 2021.

Adesya (Edulab Indonesia). 3 Oktober 2018. Eduscovery : Sejarah (Disintegrasi Bangsa).


https://www.youtube.com/watch?v=5pslZD__2Ts. Diakses tanggal 21 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai