I.
masa lampau
Terlibat dalam perencanaan dan organisasi
Mampu meyakinkan kemampuan manusia
Mampu memperhitungkan keadaan
Sadar akan harga diri
Percaya pada ilmu dan teknologi
Yakin pada keadilan
3) Pendidikan, hal ini dibuktikan adanya sekolah-sekolah dari negara lain yang berada di
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Indonesia
Perdagangan
Ilmu pengetahuan dan teknologi
Olahraga
Pertahanan dan keamanan
Politik dan lain sebagainya
Obat-obatan terlarang/narkoba
Sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum sehingga
semua peraturan hukum atau ketatanegaraan yang bertentangan dengan Pancasila harus
dicabut. Perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, dalam bentuk peraturan
perundang-undangan bersifat imperatif (mengikat) bagi :
a) penyelenggara negara,
b) lembaga kenegaraan,
c) lembaga kemasyarakatan,
d) warna negara Indonesia di mana pun berada, dan
e) penduduk di seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia
Dalam tinjauan yuridis, konstitusional, Pancasila sebagai dasar negara berkedudukan
sebagai norma objektif dan norma tertinggi dalam negara.
2) Pancasila Sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa
a) Pancasila sebagai kristalisasi nilai-nilai budayabangsa dan digali dari bumi Indonesia
yang telah di bina sejak lama.
b) Pancasila memberikan corak dan ciri khas yang membedakan bangsa Indonesia dengan
bangsa lain.
c) Pancasila sebaai pandangan hidup bangsa, memiliki arti Pancasila mempersatukan dan
memberikan petunjuk dalam mencapai kebahagiaan lahir dan batin.
d) Pancasila merupakan pedoman tingkah laku bagi WNI dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Adapun cara-cara yang dilakukan untuk menyeleksi dan menyaring nilai-nilai budaya
asing yang masuk adalah sebagai berikut :
a) Meningkatkan pemahaman dan pengalaman ajaran agama.
b) Setia dan mengamalkan Pancasila.
c) Mengembangkan sifat kekeluargaan dan kegotoroyongan.
d) Menggali dan mengembangkan seni budaya dan norma yang baik dan berlaku dalam
masyarakat.
II. Berdasarkan Pandangan Ahli
Globalisasi tidak dapat dielakkan. Tetapi, globalisasi bisa dihadapi dengan strategi tertentu.
Menurut Joseph E. Stiglitz, strategi menghadapi globalisasi yang terpentig adalah mengelola
globalisasi itu. Sementara itu, Thomas L. Friedman menguraikan pandangannya tentang cara
mengahadapi globalisasi melalui analogi menarik, sebagaiman bukunya Lexus and The Olive
Tree. Lexus adalah sebuah merek mobil Jepang yang mewah, dan Olive Tree adalah nama sebuah
pohon yang tumbuh di Jarusalem. Jika Lexus adalah simbol negara maju dan Olive Tree adalah
simbol negara-negara berkembang, ia menyarankan agar Olive Tree itu harus memiliki akar yang
kokoh untuk dapat bersaing dengan Lexus. Jika Olive Tree tidak memiliki akar yang kuat, ia
tidak akan mampu menghadapi globalisasi.
Belajar dari pandangan kedua ahli tersebut, pilihan kebijakan yang sesuai bagi bangsa
Indonesia adalah berusaha mengelola globalisasi sebaik-baiknya dan memperkuat akar
kebangsaan.
A. Mengelola Globalisasi
Dalam mengelola globalisasi, salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah merumuskan
kebijakan politik luar negeri yang lebih realistis dan konstruktif. Untuk itu diperlukan
kebijakan politik dan hubungan luar negeri yang :
1) Menegaskan kembali ASEAN sebagai pilar utama politik luar negerinya. Penempatan
ASEAN pada prioritas utama perlu dinyatakan secara tegas mengingat pada masa
pemerintahan sebelumnya terkesan hubungan dan politik luar negeri kita belum fokus.
Bahkan, sempat ada keraguann dari negara-negara mitra dan juga pihak-pihak di dalam
negeri mengenai pentingnya ASEAN bagi Indonesia.
2) Memfokuskan perhatian Indonesia pada kebutuhan untuk mengembangkan interaksi dan
hubungan baik dengan Jepang, Korea Selatan, Cina dan India. Hubungan dengan negaranegara tersebut tidak hanya penting dari segi jumlah nilai perdagangan semata, tetapi
juga menyangkut kualitas komoditi yang diperdagangkan. Hubungan tersebut sekaligus
merupakan antisipasi terhadap rencana pembentukan pasar bebas Asia Timur (East Asia
Free Trade) ataupun rencana pembentukan masyarakat Asia Timur (East Asian
Community).
3) Memandang penting upaya untuk mengembangkan hubungan dengan sesama negara
berkembang melalui forum OKI, G-7, GNB. Tentu, hubungan dengan negara-negara
kawasan Eropa dan AS pun harus dimasukkan ke dalam prioritas.
Berdasarkan tiga prioritas tersebut, bangsa Indonesia perlu melakukan serangkain
diplomasi untuk menyeimbangkan posisi tawar-menawar terhadap organisasi internasional,
terutama Bank Dunia, WTO, dan IMF.
Namun, sebelum langkah itu diambil, bangsa Indonesia perlu lebih dulu mempersiapkan
diri melalui intergasi ekonomi regional. Di kawasan Asia Pasifik, ada APEC (Asia Pacific
Economic Cooperation) yang dimotori negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat dan
Kanada. Dalam skala yang lebih kecil juga ada North American Free Trade Arena
(NAFTA), ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan sebagainya.
B. Memperkuat Akar Kebangsaan
Inti dari upaya memperkuat akar kebangsaan adalah berusaha mengeksplorasi kekuatan
lokal, baik itu dari segi pemikiran maupun aksi untuk makin memberdayakan diri
(masyarakat Indonesia).
Dalam segi pemikiran, perlu terus diupayakan pengembangan pemikiran dan perumusan
kebijakan untuk menumbuh-kembangkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di tengah
5
masyarakat. Hal ini setidaknya mengacu pada temuan penelitian Benjamin White (1991),
bahwa di wilayah pedesaan ada berbagai upaya disverifikasi pencarian nafkah di luar
aktivitas pertanian, terutama di sektor jasa (warung, pasar, tambal ban, penarik becak,
pedagang eceran). Demikian pula temuan penelitian Diane Wolf (1992) menunjukkan,
bahwa sekto-sektor industri sangat tergantung pada sektor-sektor informal.
Dalam tataran aksi, salah satu caranya adalah menghidupkan kembali program Inpres
Desa Tertinggal (IDT), lembaga keuangan mikro ataupun koperasi kredit, meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM), mobilisasi daya dan dana dalam negeri, misalnya
melalui program jaminan sosial nasional, menggunakan produk dalam negeri, serta
membangun rasa solidaritas bangsa secara keseluruhan. Perlu pula dilakukan upaya-upaya
revitalisasi kawasan wisata.
Berkaitan dengan peningkatan SDM, perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan masyarakat, contoh; melalui optimalisai fungsi Balai latihan Kerja (LBK)
dalam kerja sama dengan sektor swasta, menghidupkan kelompok belajar antarwarga
masyarakat (kelompok tani, nelayan, tukang kayu, pedagang kecil), mengintensifkan kerja
para penyuluh lapangan dan sebagainya.
Dalam hal peningkatan SDM, selain peningkatan wawasan dan keterampilan, perlu pula
dilakukan pengembangan mutu kepribadian. Dalam hal ini, Limas Sutanto menawarkan
empat proses utama melalui pendidikan dan pelatihan holistik :
1. Penangkalan terhadap kekuatan-kekuatan negatif seperti kesenangan berlebih pada
hal-hal duniawi, gaya hidup konsumtif, mentalitas by-pass, dan mentalitas instan.
2. Proses keteladanan, yaitu diambilnya model-model manusia yang berhasil dalam hal
ketangguhan kepribadian.
3. Perluasan penggunaan iptek dan keterampilan yang terjadi terus menerus.
4. Peningkatan religius seseorang.
TUGAS KEWARGANEGARAAN
Menentukan Sikap Terhadap Pengaruh dan Implikasi Globalisasi
Terhadap Bangsa dan Negara Indonesia
Oleh Kelompok 3
Annisa Rizki Lestari
Arum Parastika
Ikhsan Aulia Rudy
Rafika Effendi
Tisty Rosa Madani
Venna Arliany
XII IPA 4