Anda di halaman 1dari 17

STRATEGI PENDIDIK PONDOK PESANTREN DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI PONDOK PESANTREN MAKRIFATUL ILMI


BENGKULU SELATAN

Oleh:
Vina Kurniati
NIM. 1611210092

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, FAKULTAS TARBIYAH


DAN TADRIS, INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU, 2021

ABSTRAK

Vina Kurniati 1611210092, Februari, 2021, “Strategi Pendidik Pondok Pesantren Dalam
Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Di Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi
Bengkulu Selatan”. Skripsi : Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan
Tadris, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu. Pembimbing 1. Dr. Irwan Satria, M.Pd,
2. Rossi Delta, M.Pd.
Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan tersebut ditandai dengan
beragamnya etnis, suku, agama, budaya, dan adat istiadat yang terdapat didalamnya. Indonesia
juga secara luas dikenal sebagai sebuah Negara yang bercorak multibudaya (multikultural).
Indonesia juga merupakan salah satu negara kepulauan terbesar didunia yang sangat plural
baik ditinjau dari segi suku bangsa, ras, bahasa, adat istiadat, agama, dan lain sebagainya. Atas
dasar tersebut, Indonesia merupakan negara yang sangat rentan akan terjadinya konflik
internal yang bernuansa SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan) maka dari itu
diperlukan suatu sistem pendidikan yang dapat memberikan solusi alternatif bagi seluruh
kebutuhan dan tuntutan masyarakat Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui bagaimana strategi pondok pesantren
Makrifatul Ilmi dalam penerapan pendidikan multikultural kepada santri. (2) Mengetahui
nilai-nilai pendidikan multikultural apa saja yang terdapat di Pondok Pesantren Makrifatul
Ilmi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian lapangan yang bersifat analisis deskriptif. Penelitian ini dilakukan di
Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan yang beralamatkan di Jalan Merapi RT
007 Kelurahan Gunung Ayu Kecamatan Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Subjek
dan informan utama dalam penelitian ini adalah Pengurus, pendidik serta santri kelas XII MA.
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik
keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu.
Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan
atau verifikasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Nilai-nilai pendidikan multikultural di Pondok
Pesantren Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan yakni nilai demokrasi, nilai keadilan dan nilai
toleransi. Toleransi dimiliki santri bertujuan untuk mereka dapat menerima perbedaan yang
ada atas keanekaragaman temannya, dan gurunya. Dengan adanya toleransi maka santri akan
menerima perbedaan dan menciptakan suatu lingkungan yang rukun dan damai. Strategi yang
dilakukan oleh pengurus Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan yakni dengan
menggunakan strategi keteladanan dan pembiasaan.

Kata Kunci: Pendidik Pondok Pesantren, Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural


1
PENDAHULUAN Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika,

Indonesia merupakan bangsa yang maskipun dalam perjalanannya terjadinya isu-

majemuk. Kemajemukan tersebut isu SARA yang mengatas namakan agama,

ditandai dengan beragamnya etnis, suku, etnis dan suku meningkat dan terasa cukup

agama, budaya, dan adat istiadat yang mengganggu nilai-nilai luhur bangsa

terdapat didalamnya. Indonesia juga Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai

secara luas dikenal sebagai sebuah toleransi (tasamuh), saling menghormati,

Negara yang bercorak multibudaya tenggang rasa, nilai kebersamaan (ijtima

(multikultural) yang terdiri dari ribuan ‘iyyah) dan keadilan.2

suku bangsa yang tersebar diseluruh


Perbedaan kebudayaan yang
wilayahnya, memiliki ratusan dialek
disebutkan dikenal dengan istilah
bahasa daerah, dan bermacam-macam
multikultural. Multikultural secara sederhana
keyakinan yang dianut, serta memiliki
berarti kebudayaan yang beragam.
kompleksitas kebudayaan yang sangat
Multikultural tidak hanya menyangkut
banyak.1
masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan
Islam sebagai agama rahmatan lil
Antar golongan), melainkan keragaman yang
‘alamin disebar tidak menggunakan
lebih luas seperti kemampuan fisik maupun
“pedang”, melainkan Islam disebarkan
non-fisik, umur, status sosial, dan lain
dan disampaikan secara damai serta
sebagainya.
dikembangkan dengan damai. Hal ini
Kehidupan masyarakat yang
dapat menunjukan adanya sinergitas
multikultur perlu disadari agar muncul
antara Islam sebagai agama dunia, dengan
kesadaran pentingnya semangat
budaya lokal Indonesia yang ramah.
multikuturalisme dalam kehidupan setiap
Islam sebagai entitas agama yang bersifat
individu dan masyarakat dalam melihat dan
(rahmatan lil ‘alamin) menyatu dengan
memaknai segala perbedaan yang ada.
1
Ali Maksum, Pluralisme dan 2
Suheri dan Yeni Tri Nurrahmawati, Model
Multikulturalisme, (Yogyakarta: Aditya Media Pendidikan Multikultural di Pondok Pesantren, Jurnal
Publishing, 2012), h. 13. Pedagodik, (Vol, 05 No. 01, 2018), h. 33.
Multikulturalisme merupakan sebuah di dalam lingkungan pondok.

konsep atau ide yang menekankan Berdasarkan hasil observasi awal

adanya keanekaragaman kebudayaan yang peneliti lakukan pada tanggal 03 Maret

dalam kesederajatan atau kesetaraan. 2020 sampai dengan 10 Maret 2020, peneliti

Kesetaraan inilah yang menjadi titik menemukan beberapa masalah yaitu sebagai

tekan dari multikulturalisme. Setiap berikut: (1) Belum optimalnya silahturahmi

individu maupun masyarakat antar santri yang berbeda suku, (2) Santri

diperlakukan sama. Tidak ada lebih cenderung berkelompok dengan teman

diskriminasi dan perbedaan hak-hak. satu daerahnya, dan (3) Masih banyak santri

Oleh karena itu, penting kiranya yang menggunakan bahasa daerah dalam

dikemukakan sebuah kesadaran dalam kehidupan sehari-hari selama berada

melihat dan memaknai perbedaan dilingkungan pondok pesantren.

sebagai sesuatu yang lumrah dan Belum optimalnya silahturahmi antar

manusiawi dalam suatu kehidupan santri yang berbeda suku maksudnya adalah

bermasyarakat. belum eratnya silahtuhrahmi para santri yang

Pondok Pesantren Makrifatul berbeda bahasa, dimana para santri yang

Ilmi Kota Manna, Bengkulu Selatan memang bukan berasal dari daerah bengkulu

adalah lembaga pendidikan yang selatan itu sendiri kurang berani untuk

menanamkan nilai-nilai pendidikan memulai pembicaraan, atau berkomunikasi

multikultural kepada santrinya. Strategi secara langsung dengan santri yang berasal

yang dilakukan pengurus pondok dari daerah bengkulu selatan sendiri

pesantren dalam menanamkan nilai-nilai dikarenakan penggunaan bahasa yang kurang

pendidikan multikultural yakni melalui: mereka pahami.

Penerapan pendidikan multikultural di Santri lebih cenderung berkelompok

Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi juga bisa disebut lebih memilih teman yang

diperlukan sebagai upaya pemersatu sepaham dan mengerti bahasa mereka sendiri,

terhadap segala jenis perbedaan yang ada adalah dimana para santri yang memang
belum terbiasa dan masih merasa asing berguna untuk para santri sendiri kedepannya

saat mendengar santri lainnya berbicara supaya terbiasa menggunakan bahasa yang

bahasa daerah mereka sendiri, akan tetapi baik dan benar yaitu bahasa Indonesia.

para pengurus dan pendidik sendiri Berdasarkan kenyataan diatas,


peneliti menganggap penting untuk
menanamkan kepada para santri kepada melakukan penelitian lebih mendalam,
khususnya pada strategi pendidik pondok
untuk mudah berkomunikasi secara dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan
multikultural pada santri. Sehingga peneliti
langsung dan supaya tidak menimbulkan menyusun skripsi ini dengan memberi judul
“Strategi Pendidik Pondok Pesantren
kecurigaan lain mengenai pembicaraan, Terhadap Penanaman Nilai-nilai
Pendidikan Multikultural di Pondok
diberi solusi saat berada di lingkungan Pesantren Makrifatul Ilmi
BengkuluSelatan.
pondok pesantren harus menggunakan 3
RUMUSAN MASALAH
bahasa, yaitu bahasa Inggris, Arab,
Berdasarkan uraian latar belakang
sekurang-kurangnya menggunakan
masalah, maka peneliti merumuskan masalah
bahasa Indonesia.
yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
Masih banyak santri yang
1. Apa nilai-nilai pendidikan multikultural
menggunakan bahasa daerah dalam
yang ditanamkan di pondok pesantren
kehidupan sehari-hari selama berada di
Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan?
lingkungan pondok pesantren, juga masih
2. Bagaimana strategi pendiik pondok
sering dilakukan oleh para santri
pesantren dalam penanaman nilai-nilai
khususnya santri yang memang berasal
pendidikan multikultural kepada santri di
dari daerah itu sendiri yaitu daerah
Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan?
bengkulu selatan, disini pimpinan atau

pendidik langsung turun tangan dalam


METODE PENELITIAN
memberi arahan kepada santri agar selalu
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
menggunakan paling tidak saat
kualitatif dengan jenis penelitian lapangan
berkomunikasi atau berbicara dengan
yang bersifat analisis deskriptif. Penelitian
menggunakan bahasa Indonesia. Dimana
kualitatif merupakan suatu pendekatan
penggunaan bahasa Indonesia sangat
penelitian yang mengungkapkan situasi responden dinamakan wawancara.

sosial tertentu dengan mendeskripsikan Menurut Stewart dan Cash, wawancara

kenyataan secara benar, dibentuk oleh diartikan sebagai sebuah interaksi yang

kata-kata berdasarkan teknik didalamnya terdapat pertukaran atau

pengumpulan dan analisis data yang berbagai aturan, tanggungjawab,

relevan yang diperoleh dari situasi yang perasaan, kepercayaan, motif, dan

alamiah.1 informasi. Penelitian ini menggunakan

B. Teknik Pengumpulan Data pedoman interview yang dilakukan secara

1. Observasi tersetruktur dan tidak terstruktur.7

Observasi dalam sebuah 3. Dokumentasi

penelitian dapat diartikan sebagai Dokumentasi pada penelitian ini

pemusatan perhatian terhadap suatu adalah dokumen resmi di Pondok

objek dengan melibatkan seluruh Pesantren Makrifatul Ilmi Kota Manna

indera untuk mendapatkan data. Bengkulu Selatan. Metode ini digunakan

Observasi merupakan pengamatan untuk memperoleh data-data tentang

secara langsung di lokasi penelitian. strategi pengurus pondok pesantren

Instrumen yang digunakan dalam terhadap penanaman nilai-nilai pendidikan

observasi dapat berupa pedoman multikultural di Pondok Pesantren

pengamatan, tes, kuisoner, rekaman Makrifatul Ilmi Kota Manna Bengkulu

gambar, dan rekaman suara.4 Selatan. Setiap metode memiliki kelebihan

2. Wawancara dan kekurangan, sehingga penelitian

Suatu bentuk diaglog yang menggunakan ketiga metode yaitu

dilakukan oleh peneliti untuk wawancara, observasi partisipan, dan

memperoleh informasi dari dokumentasi agar saling melengkapi antara

satu dengan yang lainnya.


11
Djam’an Satori dan Aan Komariah,
Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta C. Teknik Analisis Data
CV, 2017), h. 25.
44
M. Rahardjo, Metode Pengumpulan data
77
penelitian kualitatif, (Jakarta: Paradigma, 2011), h. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R &
25. D, (Bandung : Alfabeta, 2010), h. 225.
Analisis data yang digunakan Bengkulu Selatan tanggal 02 Mei 2013 M

adalah metode deskriptif analitik, yaitu atau 21 Jumadil Akhir 1434 H, yang

mendeskripsikan data yang dikumpulkan terletak di Jalan Merapi RT 007 Kelurahan

berupa kata-kata, gambar, dan bukan Gunung Ayu Kecematan Kota Manna

angka. Data yang berasal daari naskah, Kabupaten Bengkulu Selatan.

wawancara, catatan lapangan, dokumen, B. Hasil Penelitian

dan sebagainya, kemudian dideskripsikan 1. Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural di

sehingga dapat memberikan kejelasan Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi

terhadap kenyataan atau realitas.1010 Bengkulu Selatan

HASIL PENELITIAN DAN Menurut Tilaar pendidikan

PEMBAHASAN mutlikultural merupakan sebuah ikhtiar

A. Deskripsi Data untuk mengurangi gesekan-gesekan atau

1. Profil Pondok Pesantren Makrifatul ketegangan-ketegangan yang diakibatkan

Ilmi Bengkulu Selatan oleh perbedaan-perbedaan dalam

Pondok Pesantren Makrifatul masyarakat. Pendidikan multikututal

Ilmi di bawah naungan Yayasan merupakan upaya mereduksi berbagai jenis

Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan prasangka sosial secara potensial hidup

bergerak di bidang pedidikan formal dalam masyarakat pluralitas. Dari uraian di

maupun non-formal yang berbasis atas terlihat bahwa definisi para ahli saling

keagamaan. Yang formal meliputi terkait yang intinya pendidikan

pendidikan dasar sampai perguruan multikultural adalah pendidikan untuk

tinggi dan yang non-formal meliputi: mengakui dan menghormati orang lain

kursus, paket belajar, majelis taklim, yang berbeda budaya, dengan memberi

dan juga melaksanakan bahan materi kesempatan berinteraksi untuk pertukaran

kitab-kitab kuning berbahasa Arab. langsung ide-ide, prinsip dan perilaku,

Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi sehingga mengurangi prasangka.

1010
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Pendidkan multikutural terdiri dari
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h.66.
dua akar kata, yakni pendidikan dan wawancara secara langsung. Seperti yang

multikultural memiliki keterkaitan diungkapkan oleh Ustad Ahmad

sebagai objek dan subjek atau “yang Bahauddin, selaku pengurus Pondok

diterangkan” dan “yang Pesantren Makrifatul Ilmi Bengkulu

menerangkan”, juga esensi dan Selatan, yang mengatakan bahwa terdapat

konsekuensi. Pendidikan adalah usaha nilai demokrasi, keadilan dan toleransi.

sadar dan terencana untuk Dimana nilai-nilai pendidikan

mewujudkan suasana belajar agar multikultural yang ada di pondok pesantren

peserta didik secara aktif makrifatul ilmi bengkulu selatan ini

mengembangkan potensi dirinya untuk menurut peneliti adalah nilai-nilai yang

memiliki kekuatan spiritual memang seharusnya ditanamkan di dalam

keagamaan, pengendalian diri, diri para santri. Dengan adanya nilai-nilai

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, yang ditanamkan tersebut lah dapat

serta keterampilan yang diperlukan membimbing para santri yang ada di

dirinya, masyarakat, bangsa, dan pondok sebagai suatu pedoman hidup yang

Negara. baik.

“Ya, kami selaku pengurus


pondok pesantren menanamkan
Dalam suatu pembelajaran nilai-nilai multikultural, demokrasi,
keadilan dan toleransi kepada para
pasti ada nilai yang ingin ditanamkan santri agar nantinya para santri
paham betul tentang nilai-nilai
lewat pembelajaran kepada peserta multikultural yang coba kami
tanamkan kepada para santri di
didik. Begitupun dalam kegiatan sini”. 3

penanaman nilai-nilai multikultural di Selaras dengan yang dikatakan oleh

Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi Kyai Abdullah Munir, Kyai KH Syaiful

Bengkulu Selatan. Untuk mengetahui Imron selaku pengurus di Pondok

nilai-nilai pendidikan Multikultural di Pesantren Makrifatul Ilmi Bengkulu

Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi


33
Wawancara dengan Kyai Drs. K.H. Abdullah
Munir, M. Pd. Selaku Pengurus Pondok Pesantren
Bengkulu Selatan, penulis melakukan Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan, tanggal 27 November
2020
Selatan membenarkan bahwa di “Menanamkan nilai-nilai
multikultural bagi santri itu sangat
pondok ini kami selaku pengurus penting, karena multikultural itu
sendiri artinya menghargai
menanamkan nilai-nilai multikultural perbedaan. Ketika santri
ditanamkan nilai-nilai multikultural
yakni nilai demokrasi, keadilan dan maka santri akan menghargai
perbedaan yang ada disekitarnya.
toleransi yang diterapkan dalam Mengingat bahwa di pondok tempat
kami ini tidak semuanya berasal
kehidupan santri. dari kota Manna saja, bahkan ada
yang dari luar kota, sudah pasti ada
“Kalau berbicara perbedaan bahasa diantara mereka,
tentang nilai-nilai berarti ada jadi salah satunya dengan
yang terkandung di dalamnya, menanamkan multikultural seperti
dimana sebagai pengurus menggunakan bahasa Indonesia
pondok pesantren sendiri saya sebagai bahasa komunikasi
selalu menginginkan para santri keseharian mereka di pondok”. 5
menjadi manusia yang selalu
berprilaku baik, memiliki Dimana nilai-nilai pendidikan
karakter di dalam diri para
santri terutama saling multikultural yang ada di pondok pesantren
menghargai satu sama lain,
tidak ada perbedaan diantara makrifatul ilmi bengkulu selatan ini menurut
mereka, oleh karena itu saya
selaku pengurus menanamkan peneliti adalah nilai-nilai yang memang
nilai multikultural berupa
demokrasi, keadilan dan seharusnya ditanamkan di dalam diri para
toleransi”.
Nilai-nilai multikultural santri. Dengan adanya nilai-nilai yang

sangatlah penting ditanamkan kepada ditanamkan tersebut lah dapat membimbing

santri, karena dengan nilai-nilai para santri yang ada di pondok sebagai suatu

multikultural bisa mempersatu pedoman hidup yang baik.

perbedaan yang terjadi di antara santri, Sejalan dengan pendapat Ustad

santri bisa saling mengahargai dan Ahmad Bahauddin, Ustad Mochamad

menyayangi satu sama lain serta bisa Luthfan Sofa mengatakan bahwa nilai-

menjunjung tinggi rasa cinta tanah air. nilai yang ditanamkan kepada para santri

Sebagaimana yang dipaparkan oleh sangatlah penting, dimana dengan

Kyai Drs. K.H. Abdulla Munir, M. Pd dan perbedaan yang ada tumbuh rasa saling

Kyai Syaiful Imron, selaku pengurus menghargai dan mau menerima satu sama

Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi 55


Wawancara dengan Ustad Ahmad Bahauddin.
A.M, M.H selaku pendidik Pondok Pesantren Makrifatul
Ilmi Bengkulu Selatan, tanggal 26 November 2020.
Bengkulu Selatan.
lain, sehingga ada keterkaitan yang melanggar. Hukuman ringan yang

dapat dirasakan oleh para santri diberikan berupa menghafal ayat Al-

dengan adanya rasa saling Qur’an yang ditentukan pengurus sambil

menghargai dan mau menerima. berdiri ditengah lapangan olahraga.

“Nilai-nilai Sedangkan untuk hukuman yang berat, itu


multikultural itu sangat penting
ditanamkan kepada santri, agar dilihat dulu pelanggaran apa yang
santri bisa menghargai
perbedaan yang terjadi di dilakukan oleh para santri. Seperti yang
antara mereka, ketika santri
bisa menghargai sebuah diungkapkan oleh Ustad Ahmad
perbedaan mereka akan
menimbulkan rasa saling Bahauddin, selaku pengurus Pondok
menyayangi satu sama lain dan
selain itu mereka juga akan Pesantren Makrifatul Ilmi Bengkulu
lebih mencintai tanah air
mereka. Mengapa demikian, Selatan, yang mengatakan bahwa terdapat
karena mereka sendiri berasal
dari daerah yang berbeda, nilai demokrasi, keadilan dan toleransi.
otomatis budaya, dan cara
bahasa mereka berbeda. Nah “Santri yang melanggar,
ketika mereka bisa menerapkan kami berikan nasehat terlebih
multikultural di hidup mereka, dahulu. Jika dinasehati santri masih
merea mensyukuri sebuah juga mengulanginya, barulah kami
perbedaan dan bahkan bisa memberikan hukuman ringan atau
saling bertukar budaya dan bahkan hukuman yang berat. Untuk
saling mengajari bahasa daerah hukuman ringan biasanya kami
mereka kepada santri yang menyuruh santri untuk berdiri di
lainnya”. 6 lapangan sambil memberikann
mereka beberapa ayat qur’an yang
Jika ada santri yang tidak harus mereka hafal. Untuk
hukuman beratnya kami melihat
menerapkan nilai multikultural di dulu pelanggaran yang dia lakukan,
kemudian baru kami memberikan
lingkungan Pondok Pesantren hukuman yang sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukan santri”.
Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan, 7

pengurus akan memberikan hukuman Selaras dengan yang dikatakan oleh

dari yang ringan hingga yang berat, Kyai Abdullah Munir, selaku pengurus di

namun sebelum itu pengurus akan Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi

menasehati terlebih dahulu santri yang Bengkulu Selatan juga membenarkan

bahwa di pondok ini kami menasehati, dan


66
Wawancara dengan Ustad Mochamad
Luthfan Sofa, S. Ag selaku pendidik Pondok 77
Wawancara dengan Kyai Drs. K.H. Abdullah Munir,
Pesantren Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan, tanggal M. Pd. Selaku Pengurus Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi
1 Desember 2020. Bengkulu Selatan, tanggal 27 November 2020
memberikan hukuman ringan hingga sangat berguna tidak hanya pada saat santri

yang berat sesuai dengan tingkat berada di lingkungan pondok pesantren,

pelanggaran yang dilakukan santri. akan tetapi juga saat para santri berada di

“Langkah yang lingkungan masyarakat. Oleh karena itu


pertama kami lakukan kami
akan menasehati terlebih para pengurus dan pendidik yang juga ikut
dahulu santri memberikan
santri peringatan. Kalau santri terlibat dalam menanamkan nilai-nilai
yang sudah diberikan nasehat
dan peringatan masih pendidikan multikultural agar mencapai
melakukan kesalahan yang
sama atau bahkan yang lebih sasarannya dan dapat masuk ke dalam diri
tinggi lagi tingkat
pelanggarannya, kami akan para santri.
memberikan hukuman yang
sesuai dengan pelanggarannya. Berdasarkan hasil wawancara di
Mulai dari hukuman kecil
berupa memberika mereka atas, maka dapat disimpulkan bahwa di
hafalan ayat baru yang mereka
belum menghafalnya sambil Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi
berdiri di tengah lapangan,
hingga hukuman berat seperti Bengkulu Selatan, pengurus pondok
santri yang melakukan
kekerasan kepada santri lain, menanamkan nilai-nilai multikultural; nilai
kami akan memanggil orang
tua atau wali dari santri demokrasi, nilai keadilan dan nilai
tersebut, yang mana bisa
berupa berupa ujung dari toleransi. Mengingat bahwa penanaman
sebuah pengeluaran santri dari
pondok atau yang sedikit lebih nilai-nilai multikultural bagi santri
ringan dari itu. Tergantung dari
tingkat pelanggarannya lagi teramatlah penting, karena di pondok
kita lihat, kategori berat yang
masih bisa di terima atau tidak pesantren tidak hanya diisi oleh santri yang
sama sekali.” 8
berasal dari sekitaran kota Manna saja,
Nilai-nilai multikultural yang
namun ada juga yang berasal dari luar kota.
ada di pondok pesantren makrifatul
Hal inilah yang membuat perlunya
ilmi bengkulu selatan yang diterapkan
menanamkan nilai-nilai multikultural di
dan ditanamkan kepada para santri
pondok pesantren untuk mencegah
adalah sebuah nilai yang mengacu
terjadinya perpecahan diantara santri
kepada nilai-nilai yang suatu saat akan
karena saling membenarkan satu sama lain
88
Wawancara dengan Ustad Mochhamad
Luthfan Sofa, S. Ag selaku pendidik Pondok
budaya mereka.
Pesantren Makrifatul ilmi Bengkulu Selatan, tanggal
1 Desember 2020
2. Strategi Pendidik Pondok Pesantren telah ditetapkan. Dihubungkan dengan

Dalam Menanamkan Nilai-Nilai belajar mengajar, strategi bisa diartikan

Pendidikan Multikultural sebagai pola-pola umum kegiatan guru

Strategi adalah suatu teknik anak didik dalam perwujudan kegiatan

berupa tindakan dalam usaha untuk belajar mengajar untuk mencapai tujuan

mencapai sasaran yang telah yang telah digariskan.9

ditetapkan. Strategi bisa diartikan “Strategi yang digunakan


kami selaku pengurus pondok
sebagai pola-pola umum kegiatan pesantren Makrifatul Ilmi ini,
strategi yang tradisional,
antara pengurus pondok pesantren dan pembiasaan dan keteladanan.
Menerapkan penggunaan bahasa
santri untuk mencapai tujuan Indonesia bagi santri juga dilakukan
di pondok pesantren sebagai bentuk
pendidikan yang sudah ditetapkan. dari multikultural. Yang terpenting
menjadikan diri kami terlebih
Begitu juga yang dilakukan oleh dahulu selaku pengurus menjadi
contoh bagi santri dalam
pengurus Pondok Pesantren Makrifatul menerapkan multikultural di
kehidupan kami”. 1212
Ilmi Bengkulu Selatan yang dalam
Strategi yang digunakan di pondok
menanamkan nilai-nilai multikultural
pesantren makrifatul ilmi bengkulu selatan
kepada santri, menggunakan strategi
merupakan suatu strategi yang akan atau
yang dirasa pengurus efesien dan
diinginkan tercapai oleh para pengurus dan
efektif untuk santri. Pengurus Pondok
para pendidik yang ada di pondok
Pesantren Makrifatul Ilmi Bengkulu
pesantren makrifatul ilmi bengkulu selatan,
Selatan, menggunakan strategi
dimana dengan adanya strategi para
keteladanan dan pembiasaan dalam
pengurus dapat memberikan nilai-nilai
menanamkan nilai-nilai moral pada
yang nantinya akan tertanam di dalam diri
santri.
para santri.
Secara umum strategi

mempunyai pengertian suatu garis- 99


Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain,
Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta,
garis besar haluan untuk bertindak 2002), h. 5.
1212
Wawancara dengan Kyai Drs. K.H. Abdullah
Munir, M. Pd. Selaku Pengurus Pondok Pesantren
dalam usaha mencapai sasaran yang
Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan, tanggal 27 November
2020
Sejalan dengan yang dikatakan setelah serangkaian kegiatan solat subuh,

oleh Kyai Abdullah Munir, selaku dimana melalui kegiatan ini santri saling

pimpinan di Pondok Pesantren berbagi pengalaman yang dapat

Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan memotivasi dan menghargai setiap

mengungkapkan bahwa strategi yang pengalaman yang dimiliki santri lain serta

di gunakan dalam penanaman niai- dapat mengambil hikmahnya.

nilai multikultural kepada santri Penanaman nilai keadilan kepada

menggunakan pembiasaan dan santri berupa peraturan yang dibuat oleh

keteladanan. pengurus pondok pesantren seperti harus

“Strategi yang menggunakan seragam yang sama dengan


digunakan itu pembiasaan dan
keteladanan, walaupun strategi santri lain, tidak menggunakan pakaian
itu sudah pasaran digunakan di
dunia pendidikan namun yang berbahan levis, pakaian yang ketat
sampai saat ini strategi itu
masih layak untuk digunakan. dan dilarang membawa barang-barang
Karena strategi itu paling
ampuh dalam menanamkan elektronik ke dalam lingkungan pondok
nilai-nilai multikultural pada
santri. Sejauh kami pesantren. Peraturan ini berlaku untuk
menggunakan strategi
pembiasaan dan keteladanan semua santri, hal ini dilakukan agar tidak
dalam menanamkan nilai-nilai
multikultural, masih efesien terjadi kecemburuan sosial di antara santri.
dan efektif bagi santri”. 1313
Sedangkan untuk penenanaman nilai
Bentuk menanamkan nilai-nilai
toleransi bisa dilakukan dengan kegiatan
multikultural; nilai demokrasi, nilai
mengadakan kegiatan hari besar agama
keadilan dan nilai toleransi yang
Islam, santri diliburkan dari kegiatan
dilakukan pengurus berwujudkan
jadwal sekolah, namun harus ikut
dalam suatu bentuk kegiatan. Seperti
berpartisipasi dalam hari besar agama
nilai demokrasi dengan melalui
Islam. Sebagaimana yang dipaparkan oleh
kegiatan sharing is caring (saling
Ustad Ahmad Bahauddin dan Ustad
berbagi) kegiatan yang dilakukan
Mochamad Luthfan Sofa selaku salah satu
1313
wawancara denga Kyi Syaiful Imron,
selaku salah satu pimpinan Pondok Pesantren
pendidik yang ada di Pondok Pesantren
Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan, tanggal 2
Desember 2020
Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan. membuatnya dan harus dipatuhi
oleh santri. Disini tidak
“Nilai keadilan yang diperbolehkan membawa
diterapkan disini berupa aturan handphone, laptop, harus
yang bertujuan menggunakan baju seragam, tidak
menyamaratakan sesama siswa, menggunakan pakaian yang ketat
hingga tidak ada perbedaan dan berbahan dasar levis. Toleransi
diantara mereka. Seperti bisa disini kami lakukan dengan selalu
dilihat, tidak ada siswa yang mengadakan acara hari besar agama
boleh menggunakan pakaian Islam dengan melibatkan para
berbahan levis, pakaian yang santri”. 1515
ketat dan masih banyak
lainnya. Nilai toleransi yang Dengan adanya nilai-nilai
diterapkan di pendok pesantren
ini berupa semua santri harus pendidikan multikultural diharapkan para
ikut berpartisipasi dalam
kegiatan hari besar agama santri yang yang beraneka ragam tersebut
Islam, seperti maulid nabi”.
14
14 dan dari suku, ras, dan bahasa yang

Kalau berbicara tentang nilai- berbeda-beda itulah dapat menjadi sesuatu

nilai yang ditanamkan di pondok yang lebih bermakna untuk para santri

pesantren makrifatul ilmi sama dengan dapat hidup rukun, damai, sejahtera, saling

halnya sekolah lain pada umumnya. menghoramati satu sama lain dan saling

Yaitu untuk memberikan arahan yang menghargai sesama. Untuk itu para santri

ingin dicapai para pendidik untuk yang rata-rata bukan berasal dari daerah

sampai pada para santri. Dimana nilai- bengkulu selatan, meskipun menggunakan

nilai yang ditanamkan sendiri mereka sendiri yaitu bahasa indonesia, para

bermakna penting dan masuk ke dalam santri yang memang berasal dari bengkulu

diri para santri. selatan sendiri juga dapat berkomunikasi

“Nilai demokrasi dengan baik dengan santri yang berasal


dengan melalui kegiatan
sharing is caring (saling dari luar daerah yaitu bahasa indonesia,
berbagi) kegiatan yang
dilakukan setelah serangkaian karena pondok sendiri memakai 3 bahasa
kegiatan solat subuh. Keadilan
yang diterapkan disini berupa yakni bahasa Arab, Inggris dan bahasa
aturan yang kami selaku
pengurus, pendidik, staf dan Indonesia.
kepala pimpinan yang
Berdasarkan hasil wawancara di
1414
Wawancara dengan Ustad Ahmad
1515
Bahauddin, A.M, M.H selaku pendidik Pondok Wawancara dengan Ustad Mochamad Luthfan
Pesantren Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan, tanggal Sofa, S. Ag selaku pendidik Pondok Pesantren Makrifatul
26 November 2020 Ilmi Bengkulu Selatan, tanggal 1 Desember 2020.
atas, maka dapat disimpulkan bahwa di demokrasi, nilai keadilan dan nilai

Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi toleransi. Nilai demokrasi adalah nilai yang

Bengkulu Selatan, pengurus pondok memberikan kebebasan terhadap santri

menanamkan nilai-nilai multikultural; dalam mengekspresikan karya atau

nilai demokrasi, nilai keadilan dan pendapat yang mereka miliki tanpa adanya

nilai toleransi. Bentuk menanamkan tekanan. Nilai keadilan adalah nilai yang

nilai-nilai multikultural; nilai memberikan hak dan hukuman yang sama

demokrasi, nilai keadilan dan nilai terhadap santri. Dan nilai toleransi adalah

toleransi yang dilakukan pengurus nilai yang menerima setiap perbedaan

berwujudkan dalam suatu bentuk antara sesama santri, ustadz, ustadzah.

kegiatan. Seperti nilai demokrasi 2. Strategi yang dilakukan oleh pengurus

dengan melalui kegiatan sharing is Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi

caring (saling berbagi), nilai keadilan Bengkulu Selatan yakni dengan

kepada santri berupa peraturan, dan menggunakan strategi keteladanan dan

nilai toleransi bisa dilakukan dengan pembiasaan. Strategi keteladanan yang

kegiatan mengadakan kegiatan hari dilakukan oleh pengurus dengan

besar agama Islam. mencotohkan diri mereka sendiri dalam

Kesimpulan kehidupan sehari-hari menjalankan nilai-

Berdasarkan penelitian strategi nilai multikultural; nilai demokrasi, nilai

pengurus pondok pesantren terhadap keadilan dan nilai toleransi. Sedangkan

penanaman nilai-nilai pendidikan untuk strategi pembiasaan, pengurus

multikultural di Pondok Pesantren menerapkan beberapa aturan seperti

Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan dapat membiasakan santri untuk menggunakan

disimpulkan sebagai berikut: bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-

1. Nilai-nilai pendidikan multikultural di hari mereka selama berkomunikasi di

Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi lingkungan pondok pesantren.

Bengkulu Selatan yakni nilai REFRENSI


Abdul Kadir, (2012). Dasar-Dasar Remaja Rosdakarya
Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group Dr. Siti Fatimah, M.Pd.,M.Hum. dan
Abdullah Aly. (2011). Pendidikan Islam Wirdanengsih,S.Sos., M.Si. (2016).
Multikultural di Pesantren. Gender dan Pendidikan
Yogjakarta: Pustaka Pelajar Multikultural. Jakarta: Kencana
Achmad Rois, Pendidikan Islam Dr. Zubaedi, M.Ag., M.Pd. (2007).
Multikultural Telaah Pemberdayaan Masyarakat Berbasis
Pemikiran Muhammad Amin Pesantren. Yogyakarta: Pustaka
Abdullah, Jurnal Pendidikan Pelajar
Islam: Volume 8, Nomor 2 Drs. H. Burhanuddin Salam. (2002). Pengantar
2013 Pedagogik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Ahamd Muthar dan Nurul Anam. (2013). Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag dan Drs.
Manifesto Modernisasi Aswan Zain. (2010). Strategi Belajar
Pendidikan Dan Pesantren Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Yogyakarta: Pustaka Belajar Drs.H. Abu Ahmadi dan Drs. Nur Uhbiyati.
Ahmad Kholil. (2011). Agama Kultural (2015). Ilmu Pendidikan. Jakarta:
Masyarakat Pinggiran. UIN Maliki Press Rineka Cipta
Ainurrofiq Dawam. (2006). Pendidikan Drs.H.M. Arifin, M.Ed. (1975). Hubungan
Multikultural. Yogjakarta: Timbal Balik Pendidikan Agama.
Penerbit Inspeal Jakarta: Penerbit Bulan Bintang
Ali Muchasan, Pendidikan Multikultural Fathi Yakan. (2002). Muslim Harapan Allah dan
di Pesantren, Inovatif, Rasul-nya. Jakarta: Cendekia Sentra
Volume 4, No 1 2018 Muslim.
Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami H.Abdul Kosim, Lc.M.M.Pd dan N.
Penelitian Kualitatif. Jakarta: Fathurrohman, S.Ag., M, Pd.I (2018).
Rineka Cipta Pendidikan Agama Islam. Bandung:
Basuki, M.Ag dan Dr. M. Miftahul Ulum, PT Remaja Rosdakarya
M.Ag, (2007) Pengantar Ilmu Hafid Rustiawan, Pendidikan Multikultural
Pendidikan Islam. Dalam Sistem Pendidikan Islam,
Yogyakarta: PENERBIT Jurnal SaintificaI slamica: Volume 2,
STAIN Po PRESS Nomor 2 2015
Choirul Mahfud. (2006). Pendidikan Hasbullah. (2013) Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.
Multikultural. Yogyakarta: Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Pustaka Pelajar Husaini Usman, Purnomo Setiady Akbar. (2003).
Departemen Agama RI. (2003). Pondok Metode Penelitian Sosial. Jakarta:
Pesantrendan Madrasah Bumi Aksara
Diniyah, Jakarta:Direktorat Ibnu Ambarudin, Pendidikan Multikultural
Jendral Kelembagaan Agama Untuk Membangun Bangsa Yang
Islam Nasionalis Religius, Jurnal Civis,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Volume 13, No 1 2016
(1988). Kamus Besar Bahasa Imam Syafe‟i, Pondok Pesantren Lembaga
Indonesia. Jakarta: Balai Pustak Pendidikan Pembentukan Karakter,
Dr. A. Suradi, M.Ag. (2018). Pendidikan Al-Tazkiyah: Jurnal Pendidikan
Islam Multikultural. Yogyakarta: Islam, Volume 8, Nomor 1 2017
Samudra Biru Khadziq. (2009). Islam dan Budaya Lokal.
Dr. M. Karman, M.Ag. (2018). Tafsir Ayat- Yogyakarta: Penerbit TERAS
Ayat Pendidikan. Bandung: PT M Dawam Raharjo. (2007). Budaya Damai
Komunitas Pesantren. Jakarta:
Pustaka LP3ES
Prof. Abdullah Nasih Ulwan. (2002).
Pendidian Anak Dalam Islam.
Jakarta: Pustaka Amani
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto ( 2016).
Manajemen Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta
Prof.H. Mohammad Daud Ali, S.H. (2013).
Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Rajawali Pers
Sekretariat Jenderal MPR RI. (2012).
Undang-Undang Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan RI. Jakarta
Sutarjo Adisusilo, J.R. (2014).
Pembelajaran Nilai Karakter.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Toto Suharto. (2006). Filsafat Pendidikan
Islam. Jogjakarta: Penerbit AR-RUZZ Media
17

Anda mungkin juga menyukai