Anda di halaman 1dari 11

At-Turats Vol. 12 No.

2 (2018) 80 – 90

At-Turats
Jurnal Pemikiran Pendidikan Islam

journal homepage: http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/atturats

KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


BERBASIS MULTIKULTURAL

Ubabuddin

Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas


Jl. Raya Sejangkung No. 126 Komplek Perguruan Tinggi Sebayan-Sambas
Kalimantan Barat

E-mail: ubabuddin@gmail.com

ABSTRACT
Indonesia is a country rich in diversity. The diversity of religion, ethnicity, language, culture, and custom makes
the country of Indonesia as a country different from other countries. This diversity must be accepted,
acknowledged, and respected. This shows that the people of Indonesia is a multicultural society. To realize and
support multiculturalism in Indonesia requires a sense of tolerance, mutual respect and mutual respect. The
attitude of mutual respect and respect can be nurtured through multicultural education.

Keywords: Concept, Multicultural Education.

PENDAHULUAN Nurcholis Madjid mengungkapkan


Negara Indonesia dikenal sebagai bahwa pluralitas dan multikultural
masyarakat yang majemuk, yang telah adalah sebuah aturan Tuhan (Sunna-
dihuni oleh beragam perbedaan. Hal ini tullah) yang tidak dapat diingkari dan
dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, barang siapa yang mencoba mengingkari
agama maupun geografis yang begitu hukum kemaje-mukan budaya, maka
beragam dan luas. Populasi akan timbul fenomena pergolakan yang
penduduknya berjumlah lebih dari 250 tidak berkesudahan2.
juta jiwa, terdiri berbagai suku atau etnis Dalam konteks negara Indonesia yang
dan bahasa yang berbeda. Selain itu plural, multikultur, multietnis, dan multi
mereka juga menganut agama dan religious, isu pendidikan agama menjadi
kepercayaan yang beragam seperti krusial karena jika dibiarkan akan
Islam, Kristen Protestan, Katholik, menjadi potensi yang memecah belah
Hindu, Budha, Konghucu, serta berbagai persatuan nasional. Tentu saja akan
macam aliran kepercayaan1.
2 Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban,
1 Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural, Cross Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam
cultural understanding untuk demokrasi dan dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina, 1995), hlm.
keadilan (Yogyakarta: Pilar Media, 2005), hlm.4 56.

80
At-Turats Vol. 12 No.2 (2018) 80 – 90

At-Turats
Jurnal Pemikiran Pendidikan Islam

journal homepage: http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/atturats

merugikan bagi perkembangan proses kontribusi dalam usaha


demokrasi dalam kegidupan berbangsa mentransformasikan nilai dan karakter
dan bernegara. Pembentukan masyarakat budaya lokal yang berwawasan
multikultural harus diupayakan secara nasionalisme.4
sistematis, progmatis, integrated, dan
berkesinam-bungan. Salah satu langkah PENGERTIAN
strategis dalam hal ini adalah melalui MULTIKULTURALISME
pendidikan multikultural yang dise- Kemajemukan dan keanekaragaman
lenggarakan seluruh lembaga pendidi- dalam kehidupan merupakan sebuah
kan, baik formal ataupun non-formal, keniscayaan. Dua istilah ini disejajarkan
dan informal dalam masyarakat luas. dengan istilah multikultur (budaya yang
Pendidikan multikultural dapat beragam). Secara etimologis,
digunakan baik pada tingkat deskriptif multikultural berasal dari kata multi,
dan normatif, yang menggambarkan isu- yang artinya banyak/beragam dan
isu dan masalah-masalah pendidi-kan kultural, yang berarti budaya. Keragama
berkaitan dengan masyarakat budaya, itulah arti dari multikultural.5
multikultural. Lebih jauh, ia juga Dengan demikian, setiap individu
mencakup pengertian tentang merasa dihargai sekaligus merasa
pertimbangan terhadap kebijakan- bertanggung jawab untuk hidup bersama
kebijakan dan strategi-strategi bagi komunitasnya. Pengingkaran suatu
pendidikan peserta didik di dalam masyarakat terhadap kebutuhan untuk
masyarakat multikultural. diakui merupakan akar dari segala
Pendidikan multikultural memberi- ketimpangan dalam berbagai bidang
kan secercah harapan dalam mengatasi kehidupan. Keragaman budaya
berbagai gejolak masyarakat yang terjadi mengindikasikan bahwa terdapat
akhir-akhir ini mengingat pendidikan berbagai macam budaya yang memiliki
multikultural adalah pendi-dikan yang ciri khas tersendiri, yang saling berbeda
senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai, dan dapat dibedakan satu sama lain.
keyakinan, heterogenitas, pluralitas dan Ideologi mengenai multikultural disebut
keragaman, apapun aspek dalam dengan multikulturalisme. Multikul-
masyarakat.3 Penanaman nilai-nilai turalisme adalah pandangan dunia yang
multikultur tersebut harus ditanamkan kemudia diterjemahkan dalam berbagai
pada setiap jenjang pendidikan dan harus kebijakan kebudayaan yang menekankan
melibatkan berbagai tatanan masyarakat penerimaan terhadap realitas keagamaan,
dalam membentuk karakter anak didik
khususnya dalam memahami dan saling 4 Muh. Jaelani Al Pansori, dkk. Pendidikan
menghormati antara berbagai suku, Multikultural Dalam Buku Sekolah Eletronik (BSE)
agama, budaya, sehingga menjadi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk siswa SMP
Di Kota Surakarta. Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Pasca UNS, edisi 1. Tahun. 2013. hal. 109.
3 5
Sitti Mania. Implementasi Pendidikan Multikultural Bambang Rustanto. Masyarakat Multikultur di
dalam Pembelajaran. Jurnal Lentera Pendidikan. Indonesia. (Bandung: Remaja Rosda Karya. 2015).
edisi 13. Tahun. 2010. hal. 83. Hal. 39

81
At-Turats Vol. 12 No.2 (2018) 80 – 90

At-Turats
Jurnal Pemikiran Pendidikan Islam

journal homepage: http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/atturats

pluralitas, dan multikultur yang terdapat bahwa sebuah negara atau masyarakat
dalam kehidupan masyarakat. Indonesia adalah beragam dan majemuk.
sendiri mengenalkan slogan Bhineka Sebaliknya, negara tidak hanya
Tunggal Ika untuk menunjukkan mengembangkan kebudayaan nasional
keragaman suku, agama, dan ras di tunggal. Lebih jauh, komitmen untuk
Indonesia.6 mengakui keragaman sebagai salah satu
Sejalan dengan pandangan di atas ciri dan karakter utama masyarakat dan
Atmaja mengatakan, multikulturalisme negara/bangsa tidaklah berarti relativ-
meliputi sebuah pemahaman, isme kultural, ketercerabutan, destruksi
penghargaan, dan penilaian atas budaya sosial, atau konflik berkepanjangan.
seseorang dan sebuah penghormatan dan Sebab pada saat yang sama juga terdapat
keingintahuan tentang budaya etnis simbol-simbol, nilai-nilai, struktur-
orang lain. Ia meliputi sebuah penialaian struktur, dan lembaga dalam kehidupan
terhadap kebudayaan-kebudayaan orang bersama.
lain, bukan arti dalam menyetujui Menurut Faizal Ismail dalam Kasinyo
seluruh aspek dari kebudayan- Harto, upaya memelihara kesatuan
kebudayaan tersebut, melainkan bangsa menuntut perhatian dan
mencoba melihat bagaimana kebudayaan kepedulian dari segenap komponen
tertentu dapat mengekspresikan nilai bangsa. Hal ini sangat terasa ketika
bagi anggota-anggotanya sendiri.7 terjadi konflik horizontal yang bernuansa
Dari uraian di atas, bahwa masyarakat etnik dan keagamaan.8
multikultur adalah suatu masyarakat Dengan demikian, mengembangkan
yang terdiri dari berbagai elemen, baik kompetensi kebudayaan merupakan satu
itu suku, ras, agama, pendidikan, hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
ekonomi, politik, bahasa, dan lain-lain Kompetensi ini bertujuan untuk
yang hidup dalam suatu kelompok mengembangkan pemahaman lintas
masyarakat yang memiliki satu budaya, membiasakan budaya saling
pemerintahan, akan tetapi dalam menghormati antar suku, agama,
masyarakat itu terdapat segmen-segmen maupun adat yang berbeda.
yang tidak bisa disatukan.
TUJUAN PAI BERBASIS
SIKAP TERHADAP REALITAS MULTIKULTURALISME
MULTIKULTURALISME Berdasarkan uraian yang telah
disampaikan oleh para pakar tentang
Multikulturalisme secara sederhana
pengertian pendidikan multikultural,
dapat dipahami sebagai pengakuan,
dapat dirumuskan beberapa tujuan
diusulkannya pendidikan berbasis
6 Ismail dan Abd. Mukti. Pendidikan Islam multikultural Menurut Haqqul Yaqin
Demokratisasi dan Masyarakat Madani.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2000). Hal. 127.
7 8
Kasinyo Harto. Model Pengembangan Pendidikan Kasinyo Harto. Model Pengembangan Pendidikan
Agama Islam Berbasis Multikultural. (Jakarta: Raja Agama Islam Berbasis Multikultural. (Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 2014). Hal. 17. Grafindo Persada. 2014). Hal. 21

82
At-Turats Vol. 12 No.2 (2018) 80 – 90

At-Turats
Jurnal Pemikiran Pendidikan Islam

journal homepage: http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/atturats

(2009) Pendidikan multikultural berfungsi sebagai perantara agar


mempunyai tujuan sebagai berikut:9 tujuan akhirnya tercapai dengan
a) Menanamkan kesadaran akan baik. Pada dasarnya tujuan awal
keragaman (Plurality), kesetaraan pendidikan multikultural yaitu
(equality), kemanusiaan (humanity), membangun wacana pendidikan,
keadilan (justice), dan nilai-nilai pengambil kebijakan dalam dunia
demokrasi (demokrtions values) yang pendidikan. Sedangkan tujuan akhir
dibutuhkan oleh setiap individu pendidikan multikultural adalah
maupun kelompok masyarakat. peserta didik tidak hanya mampu
Peserta didik diharapkan mampu memahami dan menguasai materi
menerima setiap perbedaan yang ada. pelajaran yang dipelajarinya akan
Sehingga peserta didik dapat tetapi diharapkan juga bahwa
menjunjung tinggi hak-hak kema- peserta didik akan mempunyai
nusiaan. karakter yang kuat untuk selalu
b) Membangun paradigma keberagaman bersikap demokratis, pluralis dan
Inklusif. Paradigma keberagaman humanis. Karena tiga hal tersebut
yang inklusif berarti lebih memen- adalah ruh pendidikan multikultur.11
tingkan dan menerapkan nilai-nilai
agama daripada hanya melihat dan NILAI-NILAI
mengagungkan simbol-simbol keaga- MULTIKULTURALISME
maan. Paradigma pemahaman keaga- Istilah nilai keberagaman merupakan
maan aktif sosial berarti agama tidak istilah yang tidak mudah untuk diberikan
hanya menjadi alat pemenuhan batasan secara pasti. Ini disebabkan
kebutuhan rohani secara pribadi saja. karena nilai merupakan sebuah realitas
Akan tetapi yang terpenting adalah yang abstrak. Secara etimologi nilai
membangun kebersamaan dan soli- keberagaman berasal dari dua kata
daritas bagi seluruh manusia melalui yakni: nilai dan keberagaman. Menurut
aksi-aksi sosial nyata yang dapat Rokech dan Bank bahwasanya nilai
meningkatkan kesejahteraan umat merupakan suatu tipe kepercayaan yang
manusia.10 berada pada suatu lingkup sistem
Tujuan pendidikan kepercayaan di mana seseorang
multikultural sebagai mana bertindak atau menghindari suatu
diungkapkan oleh Zakiyuddin ada tindakan, atau mengenai sesuatu yang
dua: yakni tujuan awal dan akhir. dianggap pantas atau tidak pantas.12
Tujuan awal merupakan tujuan
sementara karena tujuan ini hanya 11Zakiyuddin Baidhawi, Pendidikan Agama
Berwawasan Multikultural, (Jakarta: Erlangga,
9 Haqqul Yaqin, Agama dan Kekerasan dalam 2005), hlm. 109.
12 Madyo Eko Susilo, Hasil Penelitian Kualitatif
Transisi Demokrasi di Indonesia. (Yogyakarta:
Elsaq Press, 2009), hal. 10 Sekolah Unggul Berbasis Nilai (Studi Multi Kasus
10 M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural: Cross- di SMAN 1, SMA Regia Pacis, SMA Al Islam 01
Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Surakarta), Sukoharjo: Univet Bantara Press, 2003),
Keadilan. (Yogyakarta: Pilar Media, 2005), hal. 31. hlm. 22.

83
At-Turats Vol. 12 No.2 (2018) 80 – 90

At-Turats
Jurnal Pemikiran Pendidikan Islam

journal homepage: http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/atturats

Secara teoritik pendidikan penyelesaian-penyelesaian yang


multikultural didefinisikan sebagai memperkokoh perdamaian, persau-
kebijakan sosial yang didasarkan pada daraan, dan solidaritas antara pribadi dan
prinsip-prinsip pemeliharaan budaya dan masyarakat. Ketiga, pendidikan
saling memiliki rasa hormat antar hendaknya meningkatkan kemampuan
kelompok-kelompok budaya dalam menyelesaikan konflik secara damai
masyarakat. Sedang menurut Sonia tanpa kekerasan. Karena itu, pendidikan
Nieto,13 pendidikan multikultural adalah hendaknya juga meningkatkan
proses pendidikan komprehensif dan pengembangan kedamaian dalam pikiran
mendasar bagi peserta didik, yang peserta didik sehingga dengan demikian
menentang bentuk-bentuk rasisme dan mereka mampu membangun secara lebih
diskriminasi dengan menerima kokoh kualitas toleransi, kesabaran,
pluralitas. Baik etnik, ras, agama, kemauan, untuk berbagi dan
bahasa, ekonomi, gender dan lain memelihara.” 15

sebagainya. Senada dengan Ainurrafiq Dari rekomendasi tersebut, didapati


Dawam.14 pendidikan multikultural beberapa nilai multikultural dalam
merupakan proses pengembangan pendidikan, yaitu:
seluruh potensi manusia yang 1. Toleransi, Kedamaian, dan Persatuan
menghargai pluralitas dan heterogenitas Secara harfiah, toleransi berarti
sebagai konsekwensi keragaman budaya, sikap menghargai atau membolehkan
etnis, suku dan aliran (agama). pendirian (pendapat, pandangan,
UNESCO pada bulan Oktober kepercayaan dan sebagainya).16
1994 di Jenewa telah merekomendasikan Seorang dinyatakan bersikap toleran
bahwa dalam pendidikan multikultural jika dapat menghargai, membolehkan
setidaknya harus memuat beberapa dan menerima keberagaman dan
pesan. Rekomendasi tersebut perbedaan yang ada pada orang lain
diantaranya: “Pertama, pendidikan baik individu maupun kelompok.
hendaknya mengembangkan Tumbuhnya sikap toleransi dalam
kemampuan untuk mengakui dan setiap individu maupun kelompok
menerima nilai-nilai yang ada dalam dapat mengandung dialog untuk
kebhinekaan pribadi, jenis kelamin, saling mengkomunikasikan dan
masyarakat, dan budaya serta menjelaskan perbedaan serta ada
mengembangkan kemampuan untuk saling pengakuan.
berkomunikasi, berbagi dan bekerjasama Menurut Sukiman, bahwa toleransi
dengan yang lain. Kedua, pendidikan yang berasal dari kata “toleran” itu
hendaknya meneguhkan jati diri dan
mendorong konvergensi gagasan dan 15 Salmiwati, Urgensi Pendidikan Islam dalam
Pengembangan Nilai-nilai Multikultural, Jurnal Al-
Ta’lim: Vol 20, No. 1, 2003.
13 16 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
Sonia Nieto, Language, Culture and Teaching,
Mahwa NJ: Lawrence Earlbaum, 2002. Hal 29 Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen
14 Ainurrafiq Dawam, Emoh Sekolah, Yogyakarta: Pendidikan dan Kebudayaan, dan P.N. Balai
Inspeal Ahimsa Karya Press, 2003. Hal 99 Pustaka, 1990), hal.955.

84
At-Turats Vol. 12 No.2 (2018) 80 – 90

At-Turats
Jurnal Pemikiran Pendidikan Islam

journal homepage: http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/atturats

sendiri berarti bersifat atau bersikap pertama kali memasuki kota Madinah
menenggang (menghargai, Nabi Muhammad Saw membuat
membiarkan, membolehkan), perjanjian tertulis yang populer
pendirian (pendapat, pandangan, dengan sebutan piagam madinah.
kepercayaan, kebiasaan, dan seba- Piagam ini menetapkan seluruh
gainya) yang berbeda dan atau yang penduduk Madinah memperoleh
bertentangan dengan pendiriannya. status yang sama atau persamaan
Toleransi perlu difahami dan di dalam kehidupan. Nilai kesetaraan,
praktikkan karena dengan toleransi dan keadilan terkandung dalam
salah satunya dapat menghargai, Piagam Madinah pada pasal 16 dan
menerima keanekaragaman yang 46 berikut:
berada di Indonesia, budaya, bahasa, “Dan bahwa orang Yahudi yang
suku, agama dan ras adalah sebuah mengikuti kami akan memperoleh
kekayaan dan keindahan bangsa.17 hak perlindungan dan hak persamaan
2. Keadilan dan kesetaraan tanpa ada penganiayaan dan tidak ada
Istilah keadilan berasal dari bahasa orang yang membantu musuh
Arab “adil” yang berarti tidak berat mereka” (pasal 16). “Dan bahwa
sebelah, tidak memihak, berpihak Yahudi al-Aus sekutu mereka dan diri
kepada yang benar, sepatutnya, tidak (jiwa) mereka memperoleh hak
sewenang-wenang. Pengertian seperti apa yang terdapat bagi pemilik
keadilan adalah semua hal yang shahifat ini serta memperoleh
berkenan dengan sikap dan tindakan perlakuan yang baik dari pemilik
dalam hubungan antar manusia, shahifat ini” (pasal 46).19
keadilan berisi sebuah tuntutan agar 3. Tolong menolong dan gotong royong
orang memperlakukan sesamanya Dalam beberapa studi disebutkan
sesuai dengan hak dan kewajiban. bahwa nilai-nilai kemanusiaaan,
Perlakuan tersebut tidak pandang kebersamaan, tolong-menolong, dan
bulu atau pilih kasih; melainkan kedamaian merupakan nilai-nilai
semua orang diperlakukan sama universal yang dibutuhkan oleh setiap
sesuai dengan hak dan kewajibannya. orang dalam masyarakat majemuk.
Doktrin Islam tentang nilai Sebagai manusia bermartabat,
kesetaraan, dan keadilan telah Nimrod Aloni (1999: 13)
dipraktikkan oleh Rasulullah saw menyebutkan adanya tiga prinsip
dalam menata keragaman di dalam kemanusiaan, yaitu: (1)
masyarakat Madinah.18 Pada saat otonomi, rasional, dan penghargaan
untuk semua orang; (2) kesetaraan,
17 Sukiman, Seri Pendidikan Orang Tua kesalingan, dan kebersamaan; serta
Menumbuhkan Sikap Toleransi Pada Anak, ( (3) komitmen untuk membantu semua
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
2016), 4-5.
18 Alwi Shihab, Nilai-nilai Pluralisme dalam Islam: 19 Alwi Shihab, Nilai-nilai Pluralisme dalam Islam:
Bingkai Gagasan yang Berserak, Sebuah Pengantar. Bingkai Gagasan yang Berserak, Sebuah Pengantar.
(Bandung: Nuansa, 2005), hlm. 15-21 (Bandung: Nuansa, 2005), hlm. 150, 152

85
At-Turats Vol. 12 No.2 (2018) 80 – 90

At-Turats
Jurnal Pemikiran Pendidikan Islam

journal homepage: http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/atturats

orang dalam pengembangan masyarakat.di dalam mosaic tercakup


potensinya.20 seluruh kebudayaan dari beberapa
4. Nilai Demokrasi masyarakat lebih kecil yang membentuk
Seorang ternama dari Athena terwujudnya masyarakat yang lebih
yang juga negarawan21, besar.22 Sementara bagi Lawrence A.
mendefinisikan demokrasi dalam Blum, penerimaan, pengakuan, dan
beberapa kriteria: (1) pemerintah oleh penghargaan terhadap keragaman meru-
rakyat yang penuh dan langsung; (2) pakan sikap sosial yang diperlukan
kesamaan di depan hukum; (3) untuk membangun hubungan sosial yang
pluralisme, yaitu penghargaan atas harmonis dalam masyarakat majemuk.23
sebuah bakat, minat, keinginan, dan Dalam konteks kehidupan sosial
pandangan; serta (4) penghargaan saat ini, kita berhadapan dengan isu
terhadap suatu pemisahan dan keadilan, pluralisme, humanisme, hak
wilayah pribadi untuk menemui dan asasi manusia, dan demokrasi. Ayat-ayat
mengekspresikan kepribadian yang relevan terhadap isu atau kejadian
individual. tersebut adalah ayat-ayat yang
Kemudian, seiring berjalannya diturunkan di Mekkah. Karena ayat
waktu, penggunaan istilah demokrasi ini inilah yang relevan dengan persoalan-
pun terus berkembang di masyarakat. persoalan kemanusiaan secara universal,
Meskipun demikian, demokrasi tetap sementara ayat-ayat madaniyah bersifat
mensyaratkan adanya keterlibatan rakyat parsial dan tidak berlaku secara umum
dalam pengambilan keputusan, adanya dan universal.24
kebebasan dan kemerdekaan yang Apabila nilai-nilai multikultural
diberikan atau dipertahankan dan diatas dibawa ke ranah pendidikan, maka
dimiliki oleh warga negara, adanya mengandung pengertian adanya
sistem perwakilan yang efektif, dan pandangan hidup yang mengutarakan
akhirnya adanya sistem pemilihan yang persamaan hak dan kewajiban serta
menjamin dihotmatinya prinsip perlakuan yang sama di dalam
ketentuan mayoritas. berlangsungnya proses belajar-mengajar
Sikap menerima, mengakui dan antara pendidik dan peserta didik, serta
menghargai keragaman ini diperlukan keterlibatan lembaga pendidikan.
dalam kehidupan sosial di masyarakat
majemuk. Karena dalam pandangannya, 22 Donna M. Gollnick, Multicultural Education in a
penerimaan, pengakuan dan Pluralistic Society. London: The CV Mosby
penghargaan terhadap keragaman Company, 1983, hlm. 23.
23 Lawrence A. Blum. Anti Rasisme, Multikulturalisme
laksana mosaic dalam suatu dan Komunitas Antar Ras: Nilai yang Bersifat
Mendidik bagi Seluruh Masyarakat Multikultural
dalam Lary Ma, Etika Terapan: Sebuah Pendekatan
20 Nimrod Aloni, Beyond Bystanders, Educational Multikultural, Terj. Sinta Carolina dkk, Yogyakarta:
Leadership for a Humane Culture in a Globalizing Tiara Wacana, 2001, hlm. 19.
24
Reality. Tel Aviv: Sense Publishers, 1991. Hlm. 13. Moeslim Abdurrahman, ISLAM PRIBUMI
21 Donald Kagan. 1998. Pericles of Athens and The Mendialogkan Agama Membaca Realitas, (Jakarta:
Birth of Democracy. New York: United States Erlangga, 2003), 2-3.

86
At-Turats Vol. 12 No.2 (2018) 80 – 90

At-Turats
Jurnal Pemikiran Pendidikan Islam

journal homepage: http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/atturats

Selanjutnya diperlukan indikator yang Dengan demikian, pembelajaran


selain bertujuan untuk pedoman multikultural adalah proses pendidikan
pengimplementasian nilai-nilai yang dapat membimbing, membentuk,
multikultural, juga bisa dijadikan acuan dan mengkondisikan siswa agar
untuk menilai apakah pendidikan yang memiliki mental atau karakteristik
telah dilaksanakan itu sudah memuat terbiasa hidup di tengah-tengah
nilai-nilai multikultural di atas atau perbedaan yang sangat kompleks, baik
belum. perbedaan ideologi, perbedaan sosial,
perbedaan ekonomi, maupun perbedaan
MODEL PEMBELAJARAN PAI agama.
BERBASIS MULTIKULTURAL- Kegiatan belajar mengajar bukan
ISME ditujukan agar peserta didik menguasai
Model pembelajaran adalah sebanyak mungkin materi ilmu atau
kerangka konseptual yang melukiskan nilai, melainkan cara setiap peserta didik
prosedur yang sistematis dalam mengalami sendiri proses berilmu serta
mengorganisasikan pengalaman belajar hidup di ruang kelas dan lingkungan
untuk mencapai tujuan pembelajaran sekolah. Pendidikan multikultural
tertentu, dan memiliki fungsi sebagai membantu siswa mengerti, menerima,
pedoman bagi para perancang dan menghargai orang dari suku,
pembelajaran dan para pengajar dalam budaya, agama, dan nilai berbeda. Oleh
merencanakan dan melaksanakan sebab itu, anak didik perlu diajak
aktifitas belajar mengajar. melihat nilai budaya lain sehingga
Model pembelajaran yang mengerti secara dalam dan dapat
berkaitan dengan kebangsaan yang saat menghargainya. Modelnya bukan
ini diterapkan masih kurang memadai dengan menyembunyikan budaya lain
sebagai sarana pendidikan untuk atau menyeragamkan sebagai budaya
menghargai setiap suku, agama, budaya, nasional sehingga budaya lokal hilang.
bahasa, yang berbeda. Pada Adapun dasar-dasar pembelajaran
kenyataannya masih sering terjadi multikultural adalah:
konflik yang menunjukkan pemahaman a. Unsur Kebudayaan
tentang toleransi sangat kurang. Pembelajaran tidak terlepas dari
Pembelajaran multikultur pada dasarnya unsur kebudayaan karena;
merupakan program pendidikan bangsa 1) Kebudayaan merupakan suatu
agar komunitas multikultural dapat keseluruhan yang kompleks
berpartisipasi dalam mewujudkan 2) Kebudayaan merupakan prestasi
kehidupan demokrasi yang ideal bagi manusia yang materiel
bangsanya.25 3) Kebudayaan dapat berbentuk fisik
4) Kebudayaan dapat berbentuk
perilaku
25James A Bank, 1993. An Introduction to 5) Kebudayaan merupakan realitas
Multicultural Education. Boston: Allyn and Bacon. yang objektif
Hlm. 63

87
At-Turats Vol. 12 No.2 (2018) 80 – 90

At-Turats
Jurnal Pemikiran Pendidikan Islam

journal homepage: http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/atturats

6) Kebudayaan tidak terwujud dalam bangsa menghadapi benturan konflik


kehidupan manusia yang terasing. sosial.
Harapannya adalah, dengan
b. Keanekaragaman Budaya yang Ada implementasi pendidikan Islam yang
di Masyarakat berwawasan multikultural akan
Keanekaragaman budaya yang membantu peserta didik dalam
ada di masyarakat harus dijadikan memahami, mengerti, menerima dan
dasar pengayaan dalam pembelajaran menghargai orang lain yang berbeda
sehingga guru harus menciptakan suku, budaya, agama, nilai dan
belajar untuk hidup bersama dalam kepribadiannya. Melalui penanaman
damai dan harmoni sesuai dengan semangat multikulturalisme disekolah,
salah satu pilar belajar dan UNESCO, lembaga pendidikan akan menjadi
yaitu learning to live together perantara pelatihan dan penyadaran bagi
. generasi penerus untuk dapat menerima
c. Peran Guru dalam Menerapkan Nilai- perbedaan, keberagaman ras, budaya,
nilai Inti Kebudayaan keyakinan, agama, etnis diantara sesama
Peran guru dalam menerapkan nilai- secara damai.
nilai sebagai inti kebudayaan adalah: Agar proses ini berjalan sesuai
1) menjadi model harapan maka seyogyanya semua pihak
2) menciptakan masyarakat bermoral mau menerima jika pendidikan
3) mempraktikkan disiplin moral multikultural disosialisasikan melalui
4) menciptakan situasi demokrasi lembaga pendidikan khususnya
5) mewujudkan nilai-nilai melalui pendidikan yang berorientasi pada
kurikulum agama Islam, serta jika mungkin
6) menciptakan budaya kerjasama ditetapkan sebagai bagian dari
7) menumbuhkan kesadaran karya kurikulum pendidikan diberbagai
8) mengembangkan refleksi moral jenjang baik diinstansi pendidikan
9) mengajarkan resolusi konflik.26 pemerintah ataupun swasta. Apalagi
paradigma pendidikan multikultural
PENUTUP secara implisit juga menjadi salah satu
Pendidikan multikultural merupa- concern dari pasal 4 UU NO.20 Tahun
kan proses penanaman nilai-nilai dan 2003 tentang Sistem Pendidikan
cara hidup harmonis, tulus, dan toleran Nasional. Menurut pasal itu, dijelaskan
terhadap keragaman budaya yang hidup bahwa pendidikan diselenggarakan
di tengah-tengah masyarakat plural. secara demokratis, tidak diskriminatif
Dengan pendidikan multisultural dengan menjunjung tinggi HAM, nilai
diharapkan adanya kelenturan mental keagamaanm nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.

26 Yaya Suryana dan A. Rusdiana, 2015. Pendidikan


Multikultural, Suatu Upaya Penguatan Jati Diri
Bangsa. Bandung: Pustaka Setia. Hlm. 285.

88
At-Turats Vol. 12 No.2 (2018) 80 – 90

At-Turats
Jurnal Pemikiran Pendidikan Islam

journal homepage: http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/atturats

DAFTAR PUSTAKA
Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural, Ismail dan Abd. Mukti. Pendidikan
Cross cultural understanding Islam Demokratisasi dan
untuk demokrasi dan Masyarakat Madani. (Yogyakarta:
keadilan (Yogyakarta: Pilar Pustaka Pelajar. 2000).
Media, 2005),
Ainurrafiq Dawam, Emoh Sekolah,
James A Bank, 1993. An Introduction to
Yogyakarta: Inspeal Ahimsa Karya
Multicultural Education. Boston:
Press, 2003.
Allyn and Bacon.
Alwi Shihab, Nilai-nilai Pluralisme
Kasinyo Harto. Model Pengembangan
dalam Islam: Bingkai Gagasan
Pendidikan Agama Islam Berbasis
yang Berserak, Sebuah Pengantar.
Multikultural. (Jakarta: Raja
(Bandung: Nuansa, 2005).
Grafindo Persada. 2014).
Alwi Shihab, Nilai-nilai Pluralisme
Lawrence A. Blum. Anti Rasisme,
dalam Islam: Bingkai Gagasan
Multikulturalisme dan Komunitas
yang Berserak, Sebuah Pengantar.
Antar Ras: Nilai yang Bersifat
(Bandung: Nuansa, 2005).
Mendidik bagi Seluruh
Bambang Rustanto. Masyarakat Masyarakat Multikultural dalam
Multikultur di Indonesia. Lary Ma, Etika Terapan: Sebuah
(Bandung: Remaja Rosda Karya. Pendekatan Multikultural, Terj.
2015). Sinta Carolina dkk, Yogyakarta:
Departemen Pendidikan dan Tiara Wacana, 2001.
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Madyo Eko Susilo, Hasil Penelitian
Indonesia (Jakarta: Departemen Kualitatif Sekolah Unggul
Pendidikan dan Kebudayaan, dan Berbasis Nilai (Studi Multi Kasus
P.N. Balai Pustaka, 1990), hal.955. di SMAN 1, SMA Regia Pacis,
Donald Kagan. 1998. Pericles of Athens SMA Al Islam 01 Surakarta),
and The Birth of Democracy. New Sukoharjo: Univet Bantara Press,
York: United States 2003).

Donna M. Gollnick, Multicultural Moeslim Abdurrahman, ISLAM


Education in a Pluralistic Society. PRIBUMI Mendialogkan Agama
London: The CV Mosby Membaca Realitas, (Jakarta:
Company, 1983. Erlangga, 2003).

Haqqul Yaqin, Agama dan Kekerasan Muh. Jaelani Al Pansori, dkk.


dalam Transisi Demokrasi di Pendidikan Multikultural Dalam
Indonesia. (Yogyakarta: Elsaq Buku Sekolah Eletronik (BSE)
Press, 2009). Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Untuk siswa SMP Di Kota
89
At-Turats Vol. 12 No.2 (2018) 80 – 90

At-Turats
Jurnal Pemikiran Pendidikan Islam

journal homepage: http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/atturats

Surakarta. Jurnal Pendidikan


Bahasa dan Sastra Pasca UNS,
edisi 1. Tahun. 2013.
Nimrod Aloni, Beyond Bystanders,
Educational Leadership for a
Humane Culture in a Globalizing
Reality. Tel Aviv: Sense
Publishers, 1991.
Nurcholish Madjid, Islam Agama
Peradaban, Membangun Makna
dan Relevansi Doktrin Islam
dalam Sejarah, (Jakarta:
Paramadina, 1995).
Sonia Nieto, Language, Culture and
Teaching, Mahwa NJ: Lawrence
Earlbaum, 2002.
Salmiwati, Urgensi Pendidikan Islam
dalam Pengembangan Nilai-nilai
Multikultural, Jurnal Al-Ta’lim:
Vol 20, No. 1, 2003.
Sitti Mania. Implementasi Pendidikan
Multikultural dalam
Pembelajaran. Jurnal Lentera
Pendidikan. edisi 13. Tahun. 2010.
Sukiman, Seri Pendidikan Orang Tua
Menumbuhkan Sikap Toleransi
Pada Anak, (Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan,
2016).
Yaya Suryana dan A. Rusdiana, 2015.
Pendidikan Multikultural, Suatu
Upaya Penguatan Jati Diri.
Zakiyuddin Baidhawi, Pendidikan
Agama Berwawasan Multikultural,
(Jakarta: Erlangga, 2005).

90

Anda mungkin juga menyukai