Anda di halaman 1dari 8

PENGENALAN

PHYLUM ECHINODERMATA

6.1 Pengertian Filum Echinodermata


Echinodermata adalah hewan invertebrata dengan duri di permukaan kulitnya. Asteroidea
(bintang laut), Ophiuroidea (bintang mengular), Echinoidea (bulu babi), Holothuroidea (timun laut),
dan Crinoidea adalah lima kelas echinodermata. Hewan Echinodermata biasanya hidup di terumbu
karang, pasir, padang lamun, bahkan di zona tubir. Mereka memiliki tubuh yang kasar karena
kerangka berduri mereka yang menutupinya. (Nurfani et al., 2019).
Salah satu ciri khas hewan tripoblastik yang menarik adalah adanya rangka dalam
(endoskeleton) yang berduri dan dapat menembus kulit. "Echinodermata" berasal dari kata Yunani
"echino", yang berarti landak, dan "derma", yang berarti kulit. Akibatnya, tidak mengherankan jika
hewan-hewan ini disebut sebagai "kelompok landak laut". Kemampuan mereka untuk meregenerasi
atau memperbaharui bagian tubuh yang rusak atau hilang adalah keunggulan lain dari
echinodermata. Selain itu, bentuk tubuh mereka sangat menarik karena sebagian besar memiliki
simetri radial, terutama simetri radial pentameral, yang berarti jika diiris melintang, tubuh mereka
dapat dibagi menjadi lima bagian yang sama. Echinodermata menjadi subjek yang menarik bagi
ilmuwan biologi dan penggemar alam untuk dipelajari dan dipahami lebih lanjut karena karakteristik
unik mereka. (Suryanti, 2019).
Echinodermata adalah hewan yang sangat penting dalam ekosistem laut dan berfungsi
sebagai bagian dari rantai makanan, pemakan sampah organik, dan hewan kecil lainnya. Oleh karena
itu, echinodermata berfungsi sebagai pembersih lingkungan laut, terutama di sekitar pantai. Selain itu,
echinodermata dapat digunakan sebagai parameter atau bioindikator kualitas di perairan laut
(ekosistem laut). (Jalaluddin & Ardeslan, 2017).

6.2 Klasifikasi Kelas Filum Echinodermata


6.2.1 Kelas Asteroidea
Salah satu makhluk yang menarik dari filum Echinodermata adalah bintang laut, yang secara ilmiah
termasuk dalam kelas Asteroidea. Bintang laut adalah salah satu simbol kehidupan laut karena
bentuk tubuhnya yang pipih dengan banyak lengan. Kelas Asteroidea memiliki keanekaragaman
spesies yang luar biasa, dengan sekitar 2.000 spesies yang telah diidentifikasi. Sebagian besar
spesies bintang laut ini terutama hidup di wilayah Timur Laut Pasifik, tetapi mereka juga ada di
banyak habitat laut di seluruh dunia. Baik sebagai mangsa maupun pemangsa, bintang laut
memainkan peran penting dalam ekosistem laut. Mereka berburu dan makan berbagai jenis plankton,
moluska, dan bahkan karang. Selain itu, bintang laut memiliki kemampuan regenerasi yang luar
biasa, yang memungkinkannya memperbaharui bagian tubuhnya. (Anwar et al., 2018).
Hewan-hewan kelas Asteroidea memiliki bentuk seperti bintang dengan lima lengan, dan
permukaan tubuh bagian dorsal atau aboral terdapat duri-duri dengan berbagai ukuran. Mulut
Asteroidea memiliki bagian sentral, dan permukaan oral dikelilingi oleh peristom dengan lima alur
ambulakral pada lengan, dengan dua atau empat deret kaki di setiap alur. Selain itu, hewan-hewan ini
memiliki otot serabut. (Purwandari, 2023).
Bintang laut biasanya hidup di ekosistem pesisir, termasuk ekosistem lamun yang kaya akan
keanekaragaman hayati. Sebagian besar organisme laut, termasuk bintang laut, memerlukan lamun
dengan padang rumput lautnya yang subur untuk mencari makan, berpijah, dan mencari perlindungan
dari predator. Pilihan habitat bintang laut dapat dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan eksternal
yang rumit. Faktor internal seperti genetik mungkin berpengaruh, tetapi faktor eksternal seperti
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga berpengaruh. Misalnya, bintang
laut mungkin memilih habitat lamun karena di sana mereka dapat menemukan banyak makanan atau
karena struktur lamun melindunginya dari predator. Habitat yang berbeda disukai oleh populasi
bintang laut karena kombinasi dari faktor-faktor ini. (Alfatmadina et al., 2019).
Bintang laut, atau asteroidea, memiliki sistem reproduksi yang beragam. Setelah melakukan
hubungan seksual, mereka melepaskan sel sperma dan sel telur ke dalam air untuk pembuahan
eksternal. Setelah itu, larva berkembang dan berubah menjadi bintang laut dewasa. Selain itu, proses
reproduksi aseksual, seperti fissiparity, sangat umum. Misalnya, bintang laut dapat membelah diri
dengan melepaskan tangannya dari pangkal pusat tubuhnya. Setelah itu, tangan-tangan ini akan
digunakan untuk tumbuh menjadi individu baru. Metode ini digunakan pada spesies seperti
Acanthaster sp., Linckia sp., dan Pentaceros sp. Dengan kemampuan reproduksi seksual dan
aseksual, bintang laut dapat memperluas populasi mereka di berbagai habitat laut. (Ini adalah
parafrase) (Suryanti, 2019).
Oleh karena itu, bintang laut di habitat intertidal biasanya ditemukan di berbagai lokasi
tersembunyi pada substrat keras. Misalnya, mereka ditemukan di bawah batu atau karang, di lubang-
lubang substrat keras yang dikenal sebagai crevices, atau bahkan di antara tegakan lamun. Ini
menunjukkan salah satu adaptasi untuk menghindari ombak atau gelombang. Bintang laut yang
ditemukan di permukaan karang biasanya berada dalam perairan yang tenang atau beberapa meter
di bawah permukaan air laut. Selain itu, pencarian bintang laut pada malam hari hanya dilakukan
dalam jangka waktu yang singkat dan hanya dilakukan di sekitar Pantai. (Gaffar et al., 2014).
6.2.2 Kelas Ophiuroidea
Selain dikenal sebagai bintang mengular, Kelas Ophiuroidea juga dikenal sebagai bintang berbulu
atau bintang bola. Stohr et al. (2012) menyatakan bahwa Kelas Ophiuroidea memiliki 16 famili dan
276 genus yang tersebar di seluruh dunia. Saat ini, sekitar 2064 spesies dari Kelas Ophiuroidea telah
diidentifikasi. Bintang mengular adalah biota pemakan detritus dan memakan sampah organik di
perairan. Selain memainkan peran penting dalam biota bentik, hewan-hewan ini memasok makanan
bagi ikan dan kepiting di zona terumbu karang intertidal. (Setiawan et al., 2019).
Hewan ini termasuk dalam kategori biota bentik (hidup di dasar) dan memiliki kebiasaan
bersembunyi. Karena bentuk tubuhnya yang bersimetri pentaradial, bintang mengular mirip dengan
bintang laut. Tubuh berbentuk cakram, dengan cangkang kapur berbentuk keping (ossicle) di
sekitarnya dan lapisan granula dan duri. Tubuh (disk) memiliki banyak organ, seperti ovarium, saluran
pencernaan, dan sistem pembuluh air. Tubuh yang berbentuk cakram ini mengalami pertumbuhan
radial lima atau lebih tangan silindris yang panjang dan sangat fleksibel. (Suryanti, 2019).
Ophiuroidea, atau yang lebih dikenal dengan bintang ular, merupakan kelompok biota laut
yang tersebar luas dan dapat ditemukan di berbagai perairan dengan rentang kedalaman yang
mencakup mulai dari permukaan hingga kedalaman mencapai 6720 meter. Biasanya, bintang ular
hidup dalam kelompok atau agregasi di dasar laut, terutama di perairan yang memiliki sedimen
berlumpur atau campuran antara lumpur dan pasir. Mereka cenderung menghindari cahaya dan lebih
suka hidup tersembunyi di dalam lingkungan mereka. Distribusi geografis utama Ophiuroidea
mencakup wilayah Indo-Pasifik, termasuk Filipina, Papua Nugini, Madagaskar, dan Samudra Hindia.
Kelas ini tersebar di berbagai perairan tropis dangkal yang memiliki substrat pasir. Bintang ular sering
kali ditemukan di tempat-tempat gelap seperti celah karang atau pantai berpasir (Mawaddah, 2021).
Ophiuroidea biasanya tidak memiliki jenis kelamin. Ophiuroides jantan memiliki lima testis,
sedangkan Ophiuroidea betina memiliki lima ovarium. Pada musim memijah, ophiuroidea jantan dan
betina melepaskan sperma dan telur ke air laut. Sel telur yang telah dibuahi akan berkembang
menjadi zigot, yang kemudian berkembang menjadi blastula, yang kemudian berkembang menjadi
gastrula. Pluteus, larva mikroskopis yang berkembang menjadi gastrula, berubah menjadi dewasa.
Jenis, lokasi geografis, dan kondisi lingkungan memengaruhi lama larva. Ophiuroidea dapat
melakukan reproduksi secara aseksual, yang berarti bahwa satu individu yang terpotong dua pada
bagian cakramnya akan tumbuh menjadi dua individu baru. Reproduksi secara aseksual ini sering
terjadi di perairan dengan pasokan makanan yang sangat sedikit.
(Mahmudi, 2016).
Organisme intertidal perlu berubah untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang
berubah-ubah. Ophiuroidea beradaptasi dengan berbagai lingkungan. Sangat mungkin bahwa
Ophuroidea akan memotong lengannya jika mereka ditangkap atau dimakan oleh predator. Banyak
Ophiuroidea beradaptasi dengan mengikuti gerakan pasang-surut air laut, sehingga mereka dapat
berada di kedalaman yang tidak terganggu oleh hempasan ombak. Mereka tidak memiliki mata, tetapi
memiliki reseptor pada epidermis tubuh mereka untuk mendeteksi Cahaya (Mahmudi, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Nurafni, N., Muhammad, S. H., & Sibua, I. (2019). Keanekaragaman Echinodermata Di Perairan
Pulau Ngele Ngele Kecil, Kabupaten Pulau Morotai. Jurnal Ilmu Kelautan Kepulauan, 2(2).

Suryanti, S. (2019). Buku Ajar Bioekologi Phylum Echinodermata.

Jalaluddin, J., & Ardeslan, A. (2017). Identifikasi Dan Klasifikasi Phylum Echinodermata Di Perairan
Laut Desa Sembilan Kecamatan Simeulue Barat Kabupaten Simeulue. Jurnal Biology Education,
6(2).

Anwar, M., Syahrir R., M., & Yasser, M. (2018). Identifikasi Dan Struktur Komunitas Bintang Laut
(Asteroidea) Di Kecamatan Bontang Kuala Perairan Gusung Segajah Kota Bontang [Identification And
Structure Of The Seastar Community (Asteroidea) In Bontang Kuala Perairan, Gusung Segajah
District Bontang City]. Jurnal Aquarine, 5(1), 1-10.

Purwandari, A. R. (2023). Pemetaan Phylum Echinodermata (Kelas Asteroidea) Di Zona Litoral Pantai
Pasir Putih Situbondo. Jernih: Journal Of Environmental Engineering And Hygiene, 1(01), 43-52.

Alfatmadina, N., Ode, L., & Yasir, M. (2019). Preferensi Habitat Bintang Laut (Asteroidea) Di Padang
Lamun Perairan Desa Langara Bajo, Konawe Kepulauan.

Suryanti, S. (2019). Buku Ajar Bioekologi Phylum Echinodermata.

Gaffar, S., Zamani, N. P., & Purwati, P. (2014). Preferensi Mikrohabitat Bintang Laut Perairan Pulau
Hari, Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 6(1), 1-15.

Setiawan, R., Ula, F. A., & Sijabat, S. F. (2019). Inventarisasi Spesies Bintang Mengular (Ophiuroidea)
Di Pantai Bilik, Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal Of Marine
Science And Technology, 12(2), 192-200.

Suryanti, S. (2019). Buku Ajar Bioekologi Phylum Echinodermata.

Mawaddah, N. F. (2021). Diversitas Asteroidea (Bintang Laut) Dan Ophiuroidea (Bintang Mengular)
Pada Kawasan Pantai Malang Selatan. Skripsi, Uin Sunan Ampel Surabaya.

Mahmudi, Z. 2016. Pola Distribusi Populasi Kelas Ophiuroidea Di Zona Intertidal Pantai Bama Taman
Nasional Baluran. Skripsi. Universitas Jember
Lampiran

6.1 Pengertian Filum Echinodermata

Paragraf 1

Paragaraf 2

Paragraf 3

6.2 Klasifikasi Kelas Filum Echinodermata


6.2.1 Kelas Asteroidea
Paragraf 1
Paragraf 2

Paragraf 3

Paragraf 4

Paragraf 5
6.2.2 Kelas Ophiuroidea
Paragraf 1

Paragraf 2

Paragraf 3

Paragraf 4
Paragraf 5

Anda mungkin juga menyukai