Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Avertebrata berasal dari bahasa latin (A = tanpa, vertebrae = tulang belakang).

Avertebrata air dapat di definisikan sebagai hewan hewan bertulang belakang, yang

sebagian atau seluruh daur hidupnya hidup didalam air. ( Sri Subekti,dkk., 2011 ).

Habitat hidup avertebrata air tersebar dari ekosistem air laut, ekosistem payau, air

tawar dan bahkan pada ekosistem ekstrim seperti danau garam. Invertebrate

mencakup 95% dar seluruh jenis hewan. Diantara kelompok invertebrate juga

terdapat perbedaan-perbedaan.

Invertebrata atau Avertebrata adalah sebuah istilah yang diungkapkan oleh

Chevalier de Lamarck untuk menunjuk hewan yang tidak memiliki tulang belakang

serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan

kelompok hewan bertulang punggung belakang. Dan sistem pencernaan, pernapasan,

dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Invertebrata

mencakup semua hewan kecuali hewan vertebrata (pisces, reptil, amfibia, burung,

dan mammalia.

Lamarck membagi invertebrata ke dalam dua kelompok yaitu Insecta

(serangga) dan Vermes (cacing). Tapi sekarang, invertebrata diklasifikasikan ke

dalam lebih dari 30 sub-fila mulai dari organisme yang simpel seperti porifera dan

1
cacing pipih hingga organisme yang lebih kompleks seperti mollusca, echinodermata,

dan arthropoda.

Ekosistem perairan, baik perairan sungai, danau, maupun perairan pesisir dan

laut merupakan suatu himpunan integral dari komponen abiotik (fisik dan kimia) dan

biotik (organisme hidup) yang berhubungan satu sama lain dan saling berinteraksi

membentuk suatu struktur fungsional. Perubahan pada salah satu komponen tersebut

tentu akan mempengaruhi keseluruhan sistem kehidupan yang ada di dalamnya

(Fachrul, 2007).

Morfologi di zona tepi pantai meliputi tebing berbatu, pantai pasir dan tanah

basah (wetlands). Kondisi morfologi dan karakteristik lain dari suatu perairan

mempengaruhi keanekaragaman biota laut yang ada di dalamnya. Biota laut yang

berada pada daerah tepi pantai ini dapat beradaptasi dalam kondisi lingkungan yang

cukup ekstrim dimana beberapa parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, kadar

oksigen, dan habitat dapat berubah secara signifikan (Pribadi et al., 2009). Beberapa

biota laut sangat peka terhadap perubahan lingkungan se-hingga seringkali digunakan

sebagai indikator kualitas suatu perairan. Salah satu kelompok biota laut tersebut

adalah makroinvertebrata. Makroinvertebrata pada umumnya sangat peka terhadap

perubahan lingkungan perairan yang ditempatinya, karena itulah makroinvertebrata

sering dijadikan sebagai indikator ekologi dari suatu ekosistem perairan. Jumlah

spesies, keanekara-gaman dan beberapa kelompok fungsional pada ko-munitas

makroinvertebrata dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan kualitas suatu

perairan. (Sinaga, 2009).

2
1.2 Tujuan

Tujuan praktikum lapangan avertebrata air ini untuk mengetahui habitat

hewan hewan avertebrata air secara langsung dan mengetahui klasifikasi hewan

avertebrata yang telah di temukan.

1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum lapangan avertebrata air ini yaitu kita akan

mengetahui secara langsung habitat hewan hewan avertebrata air dan mengetahui

klasifikasi hewan avertebrata yang telah di temukan dipesisir pantai.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Filum Echinodermata

Echinodermata berasal dari kata Yunani, echinos artinya duri dan derma

artinya kulit. Jadi Echinodermata dapat diartikan sebagai hewan berkulit duri. Hal ini

disebabkan bulu babi mempunyai duri-duri panjang seperti landak. Hewan yang

termaksud dalam filum echinodermata antara lain bintang laut, bulu babi dan

taripang. Umumnya berukuran besar, yang terkecil berdiameter 1 cm. Echinodermata

merupakan satu-satunya phylum hewan yang semua spesiesnya hidup di laut Di alam

banyak terdapat hewan-hewan yang tergolong hewan Phylum Echinodermata maka

diadakanlah praktikum mengenai Phylum Echinodermata (Pratiwi, 2000).

Ciri umum filum echinodermta adalah (Kusnandi, 2010) :

1. Simetri bilateral pada saat larva dan dewasanya simetri radial. Alat gerak berupa

kaki ambulakral.

2. Tidak bersegmen, seluruh tubuh tertutup rangka kapur dan berduri serta pentamer.

3. Alat pencernaan berkembang sempurna dari mulut sampai anus kecuali kelas

Ophiuroidea yang tidak memiliki anus

4. Ekskresi menggunakan sel-sel amoeboid

5. Alat pernapasan berupa dermal branchiata, kaki tabung atau tentakel, kaki insang

6. Sistem syaraf berpusat di cincin syaraf , dihubungkan dengan tali-tali syaraf radial

7. Hermaprodit pada kelas Holothuroidea, berkelamin terpisah (berumah dua)

4
Echinodermata tidak mempunyai kepala; tubuh tersusun dalam sumbu oral-

aboral. Tubuh tertutup epidermis tipis yang menyelubungi rangka mesodermal.

Rangka di dalam dan terdiri atas ossicle atau pelat-pelat kapur yang dapat digerakkan

atau tidak dapat digerakkan. Bentuk dan letak osscile tiap jenis adalah khas. Rongga

tubuh luas dan dilapisi peritoneum bercilia dalam perkembangannya sebagian rongga

tubuh menjadi system pembuluh air, suatu organ yang tidak terdapat pada avetebrata

lain (Maskoeri, 1992).

Echinodermata merupakan hewan-hewan laut yang kulitnya berduri dan

berbintik. Hewan ini terbagi dalam 5 kelas yaitu Holothuridae (teripang). Kelas kedua

yaitu Asteroidea (bintang laut. Kelas ketiga yaitu Echinoidea (bulu babi. Kelas ke

empat yaitu Ophiuroidea (bintang ular) dan kelas ke lima yaitu Crynoidea (lili laut)

(Aslan.dkk, 2009).

2.1.1 Klasifikasi Echinodermata

 Kelas Asteroidea

Asteroidea adalah anggota dari Echinodermata yang paling terkenal karena

bentuknya yang seperti bintang. Asteroidean disebut pula oleh masyarakat awam

sebagai bintang laut. Seluruh tubuhnya terbungkus duri yang sifatnya tumpul dan

pendek. Duri pada kulit asteroidea berasal dari endoskeleton yang sifatnya keras.

Asteroidean memiliki sebuah cakram pada pusat atau poros tubuhnya yang berbentuk

seperti bintang. Contoh dari hewan Asteroidea adalah bintang laut (Asterias forbesi).

Asteroidea memiliki memiliki tubuh berbentuk cakram bintan lima dengan

sebuah disk sebagai pusatnya. Sisi taajam dari kelima sudut ini bisa jga digunakan

5
sebagai senjata oleh asteroidean. Di antara anggota Echinodermata yang lain,

asteroidean adalah yang paling kaya akan spesies. Ada sekitar 1800 spesies dari

asteroidean yang tersebar di perairan di seluruh penjuru samudera. Ia bisa berada di

perairan dangkal maupun perairan dalam.

Asteroidea, yaitu Echinodermata yang berlengan lima (bintang laut) tubuhnya

berbentuk bintang dengan 5 lengan, permukaaan tubuh pada bagian dorsal atau aboral

terdapat duri-duri (Mukayat, 1989).

Struktur anatomi Asteroidea (Ramadzan, 2013) :

a. Mulut (permukaan oral/ventral)

b. Lambung, Kelenjar pencernaan dan Anus (permukaan basal/dorsal)

c. Central disk, Saluran ambulakral, Gonad dan Cincin saraf

d. Insang, Duri dan pediselaria

e. Derma branchial dan Madreporit

 Kelas Echinoidea

Echinoidea memiliki tubuh bundar seperti bola. Namun pada beberapa

anggota ditemukan bentuk tubuh yang pipih. Seperti anggota Echinodermata yang

lain, tubuh echinoidea juga diselimuti oleh duri yang cenderung tajam sifatnya dan

panjang. Echinoidea tampai endut bulat dan tanpa lengan. Contoh dari hewan

echinoidea yang berbentuk bulat, yaitu landak laut (Arbacia punctulata) dan bulu

babi (Diadema saxatile).

Sama halnya dengan Echinoidea yang berbentuk bulat, Echinoidea yang

tubuhnya pipih juga tidak memiliki lengan, contohnya Sand dollar (dolar pasir).

6
Echinodermata jenis ini memiliki rangka yang pipih dan panjang. Struktur skeleton

atau rangka pada echnoidea terdiri atas zat kapur yang sifatnya keras dan kuat.

Anggota dari echinoiea ini biasa hidup bebas di perairan, seperti di pantai, sumur, dan

sungai. Namun beberapa juga tinggal di lingkungan air yang tak banyak, seperti di

lumpur, tanah liat, dan di balik karang di pantai. Hewan-hewan yang termasuk kelas

ini berbentuk bundar tak berlengan, tetapi memilki duri yang dapat digerakkan.

Contoh Echonoidea:Diadema antillarum, Strongylocentrotus (berbentuk bola),

Spatangus (berbentuk oval), Echinarachnius (berbentuk seperti uang logam) yang

sering disebut dolarpasir.

Echinoidea berbentuk bola atau pipih, tanpa lengan. Echinoidea yang

berbentuk bola misalnya bulu babi (Diadema saxatile) dan landak laut (Arabcia

punctulata). Hidup pada batuan atau lumpur di tepi pantai atau dasar perairan

(Maskoeri, 1992).

Kelas Echinoidea, landak laut yang berbentuk bulat , tidak berlengan, tapi

memiliki duri. Vicera tersimpan dalam cangkok yang berbentuk bola. Anus terdapat

pada permukaan aboral, mulut terletak pada bagian oral yang dikelilingi oleh 5 buah

gigi yang kuat dan tajam (Mukayat, 1989).

Echinoidea memilki alat pencernaan khas, yaitu tembolok kompleks yang

disebut lentera aristoteles. Fungsi dari tembolok tersebut adalah untuk menggiling

makanannya yang berupa ganggang atau sisa-sisa organism (Aslan.dkk, 2009).

Ciri umumnya (Kusnandi, 2010) : Bentuk seperti landak, bentuk cakram atau

globular rangka dari keeping-keping kapur, berduri,tidak memiliki celah ambulakral,

7
tidak mempunyai tangan-tangan. Contoh : Arbacia punktulata, Diadema sp,

Echinarachnius sp, Strongylocentrolus sp, Colobocentrotus sp dan Heterocentrotus

sp.

 Kelas Ophioderma

Ophio memiliki arti ular. Ophiuroidea berarti adalah anggota Echinodermata

yang berbentuk seperti ular. Memang sepintas tampak seperti asteroidean, namun

sudutnya tidak tajam dan melengkng. Ophiuroidea memiliki struktur engan yang

pipih, fleksibel, dan lebih elastis.

Ophiuroidea juga memiliki daya regenerasi yang cukup tinggi. Apabila salah

satu lengan terputus, ia bisa tumbuh lagi dan tetap hidup. Anggota Echinodermata ini

hidup pada perairan dangkal maupun pada perairan dalam. Ia memangsa bangsa

udang dari arthropoda, yang setingkat lebih primitive darinya. Mereka biasa aktif

bergerak di malam hari menggunakan lenan-lengannya yang panjang.

Hewan ini jenis tubuhnya memiliki 5 lengan yang panjang-panjang. Kelima

tangan ini juga bisa digerak-gerakkan sehingga menyerupai ular. Oleh karena itu

hewan jenis ini sering disebut bintang ular laut (ophiuroidea brevispinum) Mulut dan

madreporitnya terdapat di permukaan oral (Maskoeri, 1992).

Bintang mengular memiliki cakram tengah yang jelas terlihat dari tangannya

panjang sehingga memudahkannya bergerak. Kaki tabung (kaki ambulakral) tidak

memiliki alat isap dan bintang mengular bergerak dengan mencambukkan lengannya.

Hidup di perairan dangkal dan dalam, bersembunyi di bawah batuan atau rumput laut,

mengubur diri di pasir, aktif di malam hari (Mukayat, 1989).

8
Bentuknya seperti bintang ular, tidak memiliki celah ambulakral, pentamer

berlengan panjang dan ramping serta mudah digerakan. Contoh: Ophiutrix sp,

Ophiura sp dan Ophiuderma sp (Rusyana, 2011).

 Kelas Crinoidea

Crinoidea disebut juga lili laut. Mengapa disebut lili laut? Karena sekilas

crinoidea memiliki bentuk tubuh yang sangat mirip dengan tumbuhan, yaitu

tumbuhan lili. Seperti asteroidean, crinoidea juga memiliki lengan berjunlah lima atau

pula kelipatannya.dari lengan akan keluar cabang kecil yang disebut sebagai pinula.

Contoh spesies dari hewan Holothuroidea adalah Metacrinus rotundus.

Hewan Crinoidea tubuhnya mempunyai lima tangan yang bercabang-cabang.

Bentuk tubuh Crinoidea dapat menyerupai bunga lili, bunga bakung, atau bulu

burung. Crinoidea hidup di dasar laut. Ia hidup dengan menempel dan bukannya

dengan berenang bebas di perairan. Bentuknya yang indah inilah yang

memungkinkannya untuk membentuk sebuah struktur taman laut di dasar laut. Saat

ini, crinoidea lebih sering ditemukan dalam kondisi sudah menjadi fosil.

Kelas Echinoidea, landak laut yang berbentuk bulat , tidak berlengan, tapi

memiliki duri-duriyang dapat digerakkan. Vicera atau jerohan tersimpan dalam

cangkok yang berbentuk bola. Pada cangkok terdapat duri-duri yang pada pangkalnya

terikat dengan otot sehingga duri dapat digerakkan. Beberapa jenis memiliki kelenjar

racun. Anus terdapat pada permukaan aboral, mulut terletak pada bagian oral yang

dikelilingi oleh 5 buah gigi yang kuat dan tajam (Aslan.dkk, 2009).

9
Sekilas hewan Crinoide ini mirip tumbuhan bunga. Ia memiliki tangkai dan melekat

pada bebatuan, tak beda seperti tumbuhan yang menempel di bebatuan. Ia juga

memiliki 5 lengan yang bercabang-cabang lagi mirip bunga lili. Oleh karena itu

hewan ini sering disebut lili laut (Metacrinus sp) (Maskoeri, 1992).

Ciri umumnya: mirip tumbuhan bunga. memiliki lima lengan mulut dan anus

hewan ini terdapat di permukaan oral dan tidak mempunyai madreporit. Contoh:

Metacrinus sp dan Antedon tenella (Kusnandi, 2010).

 Kelas Holoturoide

Orang awam biasa menyebut holothuroidea sebagai teripang atau mentimun

laut. Struktur tubuhnya lunak dan berduri di sekujur tubuhnya. Ia memiliki mulut dan

anus untuk menjalankan proses pencernaan, yang keduanya terletak pada ktub yang

berlawanan. Sekujur tubuh holothuroidea juga dikelilingi oleh tentakel, seperti halnya

pada ccoelenterata. Bedanya tentakel pada holothuroidea tersebar di mulut. Contoh

spesies hewan holothuroidea ini adalah Holothuria atra.

Holothuroidea ddapat hidup bebas di bagian dasar laut. Ia biasa terletak di

balik lumpur atau pasir pantai.struktur tubuhnya lembut dan fleksibel, meski tersusun

atas zat kapur seperti halnya pada ophiuroidea. ia Bergerak menggunakan ketiga

kakinya yang berpembuluh yang terletak di permukaan tubuh. Pergerakannya

menggunakan prinsip dari tekanan hidrostatis yang menyeimbangkan antara

pertukaran gas dan air antara lingkungan luar dan sistem tubuhnya. Ia juga memiliki

paru-paru air untukmembantu sistem pernapasannya. Contoh Holothuroidea adalah

teripang dan timun laut.

10
Bentuk hewan dewasa bulat panjang, oval, atau menyerupai cacing dewasa

dengan warna tubuh yang bermacam-macam. Tidak mempunyai lengan, pediselaria,

dan duri. Dinding tubuh terdiri atas otot longitudinal dan ditutup oleh kutikula

(Rusyana, 2011).

Kelas berikutnya Holothuroida, mentimun laut memiliki tubuh bulat

memanjang mengandung ossicula yang mikroskopis. Bagian anterior terdapat mulut

dan 10-30 tentakel yang dapat dijulurkan dan tertarik kembali. Kaki ambulakral

terletak pada daerah ventral yang memiliki alat hisap yang berfungsi untuk bergerak

(Mukayat, 1989).

Kulit durinya halus, tubuhnya seperti mentimun, gerakannya fleksibel, lembut

dan tidak mempunyai lengan. Mulut terletak pada ujung anterior dan anus pada ujung

abora, memiliki tentakel. Contoh: Thyone briares dan Holothuria sp (Kusnandi,

2010).

11
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat

Praktikum Avertebrata air ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 7 Maret

2019 Dari pukul 08.00-11.00 WITA di Pantai Leato, kelurahan Leato selatan,

kecamatan Dumbo raya kota gororntalo.

3.2 Alat dan bahan.

a. Alat

Tabel 1. Daftar Alat alat yang digunakan.

No Nama Alat Kegunaan

Untuk menyambungkan patok patok agar membentuk


1 Tali Rapia
persegi

2 Patok kayu (± 1 meter) Untuk menjadi pembatas tempat praktikum

3 Meteran Untuk mengukur panjang

4 Alat tulis menulis Untuk mencatat hasil pengamatan

5 Kamera Untuk mengambil dokumentasi

6 Termometer Untuk mengukur suhu air

7 Indikator PH Untuk menentukan PH air

8 Sesidisk Untuk mengukur kedalaman

9 Botol sedang Untuk mengukur arus

12
b. Bahan

Berbagai macam hewan avertebrata air yang ditemui dilokasi praktikum.

3.3 Prosedur kerja.

a. Memasang patok dengan menancapkan didasar pantai kemudian diikat dengan

tali rapia sehingga berbentuk persegi dengan ukuran 10 x 10 meter.

b. Mencari organisme avertebrata perairan dilokasi praktek.

c. Melakukan identifikasi organisme perairan (avertebrata air) yang ditemui.

d. Kemudian mengukur parameter kualitas air (Suhu, PH, Arus, Kecerahan,

Kedalaman, dan substrat) didalam transek.

e. Setelah itu mencatat hasil pengamatan.

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai

berikut :

4.1.1 Hasil pengamatan organisme Avertebrata air.

Tebel 2. Hasil pengamatan organisme

No Jenis Organisme Jumlah Gambar

1 Echinometra mathaei 5

2 Pearsonothuria graeffei 1

14
3 Linckia laevigata 1

4.1.2 Hasil pengukuran parameter kualitas air.

Berdasarkan pengukuran parameter kualitas air yang dilakukan diperoleh hasil

sebagai berikut :

 Suhu awal yaitu 33 oC

Suhu akhir yaitu menjadi 30 oC

 Kedalaman yaitu 28 cm

 Untuk PH air yaitu 5

 Kecerahan 100%

 Substrat perairan lokasi penelitian yaitu berbatu sedikit berpasir,dan banyak

lamun.

 Arus.

Waktu 2 menit 03 detik = 123 sekon (t)

Panjang tali 5 meter (S)


𝑆 5
Penyelesaian : 𝑉 = 𝑡 = 123 = 0,04065 𝑚⁄𝑠

15
4.2 Pembahasan

4.2.1 Echinometra mathaei

 Klasifikasi ilmiah :

Kingdom : Animalia

Filum : Echinodermata

Class : Echinoidea

Ordo : Camarodonta

Family : Echinometridae

Genus : Echinometra

Spesies : E. mathaei

 Deskripsi

Echinometra mathaei merupakan landak laut yang hanya dijumpai di celah-

celah bebatuan atau karang mati.Echinometra mathaei bentuknya hampir mirip

dengan Diadema setosum, tetapi lebih bulat dan berwarna coklat, duri-duri pada

tubuhnya relatif tidak beracun dan cenderung tumpul (tidak tajam) dengan ukuran 3

16
cm umumnya hidup di pinggir-pinggir pantai yang berupa batu-batu karang. Tidak

agresif dan bisa berdiam diri pada suatu tempat dalam jangka waktu yang lama.

Umumnya hidup bergerombol.

Siklus hidup dari bulu babi diawali dengan terjadinya pembuahan yang terjadi

diluar tubuh. Induk jantan membuahi telur-telur dari induk betina. Telur bulu babi

dibungkus dengan semacam gelatinous yang biasa disebut dengan jelly coat (Guidice,

1986). Setelah itu terbentuklah embrio, dimana embrio ini akan membelah dengan

frekuensi yang sangat tinggi. Setelah mencapai tahap embrio terus masuk fase morula

dan embrio muda disebut blastula. Selama 10 jam setelah terbuahi sejak fase blastula,

maka embrio tersebut mulai aktif berenang. Setelah itu muncullah anakan bulu babi

,bulu babi sudah dapat dikatakan telah menjadi anakan bila sudah terdapat tentakel-

tentakel, duri-duri dan pediselaria.Semakin bertambahnya waktu, anakan bulu babi

menjadi dewasa. Bulu babi dewasa telah memiliki organ tubuh yang lengkap mulai

dari tubuh bagian dalam sampai pada organ tubuh bagian luar semuanya telah tampak

dengan jelas.

4.2.2 Pearsonothuria graeffei

17
 Klasifikasi ilmiah :

Kingdom : Animalia

Filum : Echinodermata

Class : Holothuroidea

Orde : Holothuriida

Family : Holothuriidae

Genus : Pearsonothuria

Spesies : P. graeffei

 Deskripsi

Pearsonothuria graeffei adalah mentimun laut berdinding tipis yang

berdiameter sekitar 30 sentimeter (12 in). Mulutnya, di salah satu ujungnya,

dikelilingi oleh cincin hingga 24 tentakel berbentuk daun, dengan dayung dengan

tangkai hitam yang berwarna hitam di sisi atas dan putih di bawahnya. Anus berada

di ujung tubuh yang lain dan ada beberapa baris kaki tabung sepanjang bagian

bawah. Warna orang dewasa coklat pucat dan putih, dengan bintik-bintik hitam dan

tonjolan kecil seperti duri.

Sebaliknya, yang dewasa berwarna cerah, menjadi putih dan biru atau hitam,

dengan beberapa proyeksi besar, kuning, seperti duri. Warna ini membuat mereka

sangat mirip siput laut ,Phyllidia varicosa , warna-warna cerah yang

memperingatkan predator toksisitasnya .Penampilan teripang remaja mulai berubah

ketika mereka tumbuh lebih besar dari siput dan mimikri tidak lagi efektif.

18
4.2.3 Linckia laevigata

 Klasifikasi ilmiah :

Kingdom : Animalia

Filum : Echinodermata

Class : Asteroidea

Ordo : Valvatida

Family : Ophidiasteridae

Genus : Linckia

Spesies : L.laevigata

 Deskripsi

Linckia laevigata (kadang-kadang disebut "Linckia biru" atau Blue Star)

adalah jenis bintang laut di perairan dangkal tropis Indo-Pasifik. Morph warna yang

paling umum ditemukan adalah murni, gelap atau terang biru, meskipun orang dapat

menemukan aqua, variasi ungu atau oranye di seberang lautan. Bintang laut dapat

tumbuh sampai 30 cm diameter, dengan tips bulat pada setiap lengan - beberapa

19
individu mungkin beruang bintik terang atau gelap pada setiap lengan panjang. Hal

ini teguh dalam tekstur, dan memiliki lengan, sedikit tubular memanjang umum untuk

Ophidiasteridae sebagian besar lainnya, dan biasanya memiliki pendek, kaki tabung

kuning. Sebuah penghuni terumbu karang dan padang lamun, spesies ini relatif umum

dan jarang ditemukan di kepadatan seluruh rentang. Mereka hidup subtidally, atau

kadang-kadang intertidally, maka (pasir) halus atau substrat keras.

Genus Linckia dikenal makhluk dengan kekuatan regeneratif yang luar biasa,

mampu bertahan autotomy terhadap pemangsa dan untuk bereproduksi secara

aseksual: lain tropis, merah muda atau kemerahan berbintik-bintik dengan spesies

putih dan kuning dikenal sebagai multifora Linckia untuk menghasilkan 'komet' atau

lengan terpisah dari ibu individu, yang akan tumbuh empat, Rintisan bertopik kecil

senjata siap untuk pertumbuhan hingga jatuh tempo. laevigata L. ada pengecualian

untuk ini - banyak orang yang diamati di alam yang hilang tangan atau kadang-

kadang, dalam bentuk komet. The Linckia belang-belang (L. multifora) reproduksi

aseksual telah diamati di penangkaran.

20
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan identifikasi sampel Echinodermata dapat disimpulkan

sebagai berikut :

Echinodermata merupakan hewan-hewan laut yang kulitnya berduri dan berbintik.

Hewan ini terbagi dalam 5 kelas yaitu Holothuridae (teripang). Kelas kedua yaitu

Asteroidea (bintang laut. Kelas ketiga yaitu Echinoidea (bulu babi. Kelas ke empat

yaitu Ophiuroidea (bintang ular) dan kelas ke lima yaitu Crynoidea (lili laut). Dan

untuk hasil yang diamati memiliki karakteristik yang berbeda beda dari kelasnya

masing masing.

5.2 Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan laporan ini

tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini

dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik

dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk

perbaikan ke depannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Jasin, Maskuri. 1984. Sistematika Hewan Vertebrata dan Avertebrata. Surabaya :


Sinar Wijaya Surabaya.
Kastawi, Yusuf. dkk. 2005.Zoologi Avertebrata. Malang : Universitas Negeri
Malang Press.
Alexander, H. (2011). Kelimpahan dan Keragaman Megabentos di Perairan Teluk
Ambon. Jurnal Oseanologi dan Limnologi. 37(2): 277-294.
Pribadi, R., Retno, H., & Chrisna, A.S. (2009). Komposisi Jenis dan Distribusi
Gastropoda di Kawa-san Hutan Mangrove Segara Anakan Cilacap. Ilmu
Kelautan, 14(2), 102-111.
Sinaga, T. (2009). Keanekaragaman Makro zoobentos sebagai Indikator Kualitas
Perairan Danau Toba Balige Kabupaten Toba Samosir. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Subekti, A. dkk (2011). Enskiklopedia Jawa Barat Jilid I. Jakarta: PT Lentera Abadi.
Fachrul, M.F. (2007). Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.

22
LAMPIRAN

23

Anda mungkin juga menyukai