Anda di halaman 1dari 39

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kingdom Animalia

Kingdom Animalia atau biasa disebut hewan merupakan organisme eukariotik


(organisme dengan sel kompleks) yang multiseluler. Ciri Utama Kingdom Animalia yaitu
berupa makhluk hidup multiseluler (Memiliki banyak sel, bersifat heterotrof (tidak dapat
membuat makannanya sendiri, memerlukan oksigen untuk metabolisme , memiliki sel-sel
otot untuk penggerak dan selsaraf rangsang, khluk Hidup Multiseluler (Memiliki banyak sel).
Reproduksi umumnya seksual, namun beberapa phyllum juga menggunakan reproduksi
aseksual, bentuk dewasanya selalu diploid (2n) (Brotowijoyo, 1994).

Kingdom Animalia terdiri dari kelompok invertebrate yaitu kelompok hewan yang
tidak mempunyai tulang belakang dan kelompok vertebrata yang memiliki tulang belakang.
Kelompok Invertebrata terbagi atas beberapa filum yaitu Porifera, Coelenterata,
Plathyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda dan Echinodermata.
Vertebrata merupakan kelompok hewan yang memiliki vertebrae (tulang belakang)
memanjang pada bagian dorsal (punggung) kepala hingga ekor. Vertebrata terbagi atas
beberapa kelas yaitu, Pisces, Amphibi, Reptilia, Aves, dan Mamalia (Brotowijoyo, 1994).

2.2 Hewan Invertebrata

Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta memiliki
struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan
bertulang punggung belakang, juga sistem pencernaan, pernafasan dan peredaran darah lebih
sederhana dibandingkan hewan invertebrata, dimensi tubuhnya kecil, sistem saraf dibawah
saluran pencernaan, hidup bebas, herbivora, carnicora, parasit predator, dan ada yang bersifat
sebagai plankton, neton, benthos diperairan. Hewan ini mulai dari bersel satu (protozoa)
sampai bersel banyak (metazoa). Hewan Invertebrata digolongkan menjadi beberapa
Phyllum, yaitu porifera, coelenterata, platyhelmintes, nemathelmintes, annelida, anthropoda,
molusca dan echinodermata (Alvyanto, 2010).

2.2.1 Filum Porifera

Porifera merupakan hewan air dan hidup di laut bentuk tubuh seperti tumbuhan yang
melekat pada suatu dasar laut, jadi porifera dapat berpindah tempat dengan bebas, tubuh
porifera seperti tabung yang memiliki banyak pori (lubang kecil pada sisinya dan
mempunyai rongga di bagian dalam) porifera dapat berkembang biak dengan cara
generatif dan vegetative (Radiopoetra, 1996).

2.2.2 Filum Coelenterata

Cnidaria atau Coelenterata mempunyai dua lapisan sel, simetri radial dan rongga
gastrovaskular (coelenteron). Coelenterata berasal dari bahasa Yunani, yaitu coelenteron
yang artinya rongga. Jadi, Coelenterata adalah hewan invertebrata yang memiliki rongga
tubuh. Rongga tersebut digunakan sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler) . Namun
filum Coelenterara lebih dikenal dengan nama Cnidaria. Kata Cnidaria berasal dari
bahasa Yunani, cnido yang berarti penyengat karena sesuai dengan cirinya yang
memiliki sel penyengat. Sel penyengat tersebut terletak pada tentakel yang terdapat di
sekitar mulutnya (Radiopoetra, 1996).

2.2.3 Filum Platyhelmintes

Filum Platyhelminthes (Yunani Platy:pipih dan Helmins:cacing) meliputi kelompok


yang mula-mula dimasukkan ke dalam hewan-hewan seperti cacing di dalam satu filum
yang dinamakan Vermes, kini merupakan filum terpisah. Kelompok ini dikenal dengan
sebutan cacing pipih karena bentuknya yang pipih karena bentuknya yang pipih bagian
atas dan bagian bawahnya. Kelompok hewan ini tidak memiliki ruas atau dengan kata
lain adalah aselomata dan triplobalastik, simetri bilateral, tidak mempunyai anus
maupun rongga tubuh atau selom (ceolom) dan biasanya hemaprodit. Umumnya
mulutnya terletak di bagian bawah dan ditengah dari tubuhnya, jadi tidak di ujung tubuh
seperti kebanyakan hewan lainnya. Kelompok hewan ini ada yang hidup parasit pada
hewan laut dan darat seperti Trematoda (fluke) dan Cestoda (cacing pita) sedangkan
anggota lainnya hidup bebas di dalam air tawar dan di laut (Juwana, 2007)

2.2.4 Filum Nemathelmintes

Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema=benang, helminthes=cacing) disebut


sebagai cacing gilig karan tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang.
Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh, Nemathelminthes
sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati. Oleh karena memiliki
rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata. Ciri tubuh
Nemathelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh. Ukuran tubuh
Nemathelminthes umunya mikroskopis, meskipun ada yang panjang nya sampai 1 meter.
Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan. Tubuh berbentuk bulat
panjang atau seperti benang dengan ujung-ujung yang meruncing (George, 2009).

2.2.5 Filum Annelida

Annelida dalam bahasa latin, annulus= cincin, atau cacing gelang adalah kelompok
cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan pltyhelminthes dan nematyhelminthes,
annelida merupakan hewan triploblastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati atau
hewan selomata. Namun annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling
sederhana. Filum annelida terdiri dari cacing berbuku-buku seperti cacing tanah.
Perkembangan buku-buku badan ini memungkinkan adanya pembentukan fungsi yang
berbeda dalam ruas badan (segmentasi) yang berbeda. Annelida memiliki coelom yang
besar untuk mengakomodasi organ dalam yang lebih kompleks. Terdapat sekitar 12,000
jenis di laut, air tawar, dan daratan, terbagi menjadi tiga kelas (Alvyanto, 2010).

2.2.6 Filum Anthropoda

Arthropoda berasal dari bahasa yunani yaitu arthros, sendi dan podos, kaki. Oleh karena
ciri utama hewan yang termasuk dalam filum ini adalah kaki yang tersusun atas ruas-
ruas. Jumlah spesies anggota filum ini terbanyak bila dibasingkan dengan filum lainnya
yaitu lebih dari 800,000 spesies. Habitat hewan anggota filum ini pada umumnya adalah
air dan di darat. Sifat hidup arthropoda bervariasi, ada yang hidup bebas, tetapi ada juga
yang bersifat parasit pada organisme lain. ancestor arthropoda kemungkinan seperti
annelida yang memiliki dinding tubuh berotot dan tubuh tidak terbagi menjadi daerah
tertentu. Ukuran dan jumlah segmen setiap pembagian tubuh tersebut berbeda di dalam
kelompok dan berhubungan erat dengan lingkungan dan aktivitas setiap spesies
(Mukayat, 1990).

2.2.7 Filum Molusca

Fillum mollusca merupakan salah satu anggota hewan invertebrata. Anggota fillum
ini antara lain adalah remis, tiram, cumi-cumi, ottopus dan siput. Berdasarkan
kelimpahan spesiesnya mollusca memiliki kelimpahan spesies terbesar disamping
arthopoda. Ciri umum yang dimiliki mollusca adalah tubuhnya bersimetris bilateral,
tidak bersegmen kecuali monoplacopora, memiliki kepala yang jelas dengan organ
reseptor kepala yang bersifat khusus. Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat
kaki berotot yang secara umum digunakan untuk bergerak, dinding tubuh sebelah dorsal
meluas menjadi satu pasang atausepasang lipatan yaitu mantel atau pallium. Fungsi
mantel adalah mensekresikan cangkang dan melengkapi rongga mantel yang didalamnya
berisi insang (Suwignyo, 2005).

2.2.8 Filum Ecinodermata

Echinodermata berasal dari bahasa latin echi yang berarti berduri dan derma yang berarti
kulit. Anggota dari filum ditemukan di hampir semua kedalaman laut. Echinodermata
adalah filum hewan terbesar yang tidak memiliki anggota yang hidup di air tawar atau
darat. Hewan-hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk tubuhnya kebanyakan memiliki
simetri radial, khususnya simetri radial pentameral (terbagi lima). Sedangkan pada
bagian larvanya mempunyai tubuh yang simeteri bilateral, yaitu bagian tubuh yang satu
berdampingan dengan bagian tubuh yang lain, dan jika ditarik garis dari depan ke
belakang terlihat bagian tubuh sama antara kiri dan kanan. Larva Echinodermata
merupakan hewan mikroskopis, transparan, bersilia, dan umumnya berenang bebas di
laut. Echinodermata mempunyai kulit keras yang tersusun dari zat kapur dengan lima
lengan berbentuk seperti jari, dan organ-organ tubuh yang berjumlah/kelipatan lima.
Pada umumnya hewan ini bertubuh kasar karena terdapat tonjolan kerangka dan duri di
tubuhnya. Bentuk tubuh Echinodermata umumnya seperti bintang, bulat, pipih, bulat
memanjang, dan seperti tumbuhan. Echinodermata tidak mempunyai otak dan memiliki
Ambulakral yang berfungsi dalam mengatur pergerakan (Suwignyo, 2005).

2.3 Hewan Vertebrata

Vertebrata adalah subfilum dari Chordata, mencakup semua hewan yang memiliki
tulang belakang. Tulang-tulang yang menyusun tulang belakang disebut vertebra. Vertebrata
adalah subfilum terbesar dari Chordata. Ke dalam vertebrata dapat dimasukkan semua jenis
ikan (kecuali remang, belut jeung, “lintah laut”, atau hagfish), katak, reptil, burung, serta
hewan menyusui. Kecuali jenis-jenis ikan, vertebrata diketahui memiliki dua pasang tungkai
(Campbell, 2004).

2.3.1 Pisces

Pisces disebut hewan poikiloterm karena suhu tubuh tidak tetap (berdarah dingin),
yaitu terpengaruh suhu disekelilingnya. Ikan bernafas dengan insang (operculum) dan
dibantu oleh kulit, tubuh ditutupi oleh sisik dan memiliki gurat sisi untuk menentukan
arah dan posisi berenang. Pada ikan jantung terdiri atas satu serambi dan satu bilik, dan
tubuh terdiri atas kepala dan badan. Ikan berenang dengan bantuan sirip. Jumlah sirip
pada berbagi jenis ikan berbeda-beda (Campbell, 2004).
2.3.2 Amphibi

Ampibia merupakan salah satu kelas dari sub-fitum vertebrata. Ampibia berasal
dari bahasa yunani, yaitu amphi yang berarti rangkap dan bios yang berarti hidup.
Amphibia merupakan kelompok hewan yang mempunyai fase kehidupan di air dan di
darat. Amphibia terdiri dari empat ordo yaitu ordo uredela, ordo apoda, ordo anura, dan
ordo proanura. Tapi sekarang ini ordo proanura sudah dinyatakan punah. Pada amphibi,
memiliki dua alat pernapasan yaitu dengan menggunakan paru-paru pada saat berada di
daratan dan dengan menggunakan kulitnya pada keadaan basah (pada saat berada dalam
air). Kulit katak bersifat permiabel terhadap air dan gas, serta kaya akan persediaan
pembuluh darah. Adanya dua alat pernapasan ini disebabkan karena faktor lingkungan
hidupnya (Campbell, 2004).

2.3.3 Aves

Kelas Aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan memiliki
bulu dan sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota gerak belakang
beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut sudah termodifikasi menjadi
paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari empat ruang, rahang bawah tidak
mempunyai gigi karena gigi-giginya telah menghilang yang digantikan oleh paruh ringan
dari zat tanduk dan berkembang biak dengan bertelur. Kelas ini dimanfaatkan oleh
manusia sebagai sumber makanan, hewan ternak, hobi dalam peliharaan. Dalam bidang
industri bulunya dapat dimanfaatkan contohnya baju, hiasan dinding, dan lainnya
(Mukayat, 1990).

2.3.4 Mamalia

Mamalia merupakan kelompok tertinggi derajatnya dalam dunia hewan. Hampir


semua tubuh tertutup dengan kulit yang berambut banyak atau sedikit dan berdarah panas
(homoiotherm). Sebutan mamalia berdasarkan adanya kelenjar mamae pada hewan
betina untuk menyusui anaknya yang masih muda. Mamalia hidup diberbagai habitat
mulai dari kutub hingga ekuator, dari dasar laut sampai hutan lebat dan gurun pasir.
Banyak yang hidup secara nocturnal dan banyak juga hidup secara diurnal. Spesies
tertentu sebagai hewan buas yang diburu, spesies lainnya jinak. Beberapa pemakan
daging dan buah-buahan, dan beberapa sebagai sumber penyakit (Mukayat, 1990).
BAB III

METODE KERJA

.3.1 Waktu dan Tempat

Kuliah kerja lapangan (KKL) biodiversitas hewan kali ini dilaksanakan pada hari
sabtu-minggu tanggal 20-21 oktober 2018, dari pukul 14:00-17:00 (Sabtu) dan pukul
06:00-10:00 (Minggu). Bertempat di Pantai Kondang Merak Malang Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada kuliah kerja lapangan kali ini adalah :

1. Lembar pengamatan 8 buah

2. Ember, Baskom, dan sejenisnya 1 buah

3. Nampan plastik 1 buah

4. Serok 1 buah

5. Plastik secukupnya

6. Kertas label secukupnya

7. Kaca pembesar 1 buah

8. Jaring 1 buah

9. Kamera 1 buah

!0.Aplikasi: GPS essential, burungnesia 2.0 1 buah

11.Buku Pegangan 3 buah

12.Toples Kaca secukupnya

13.Alat tulis 1 set

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang dgunakan pada kulah kerja lapangan pengamatan


keanekaragaman hewan kali ini adalah.

1. Spidol permanen 1 buah

2. Kertas label secukupnya

3. Kertas manila secukupnya


3.3 Cara kerja

. Cara kerjanya yaitu dengan menggunakan metode VES (Visual Encountering


Survey), yaitu mengamati secara langsung dan mencatat jumlah individu, komposisi, dan
kepadatan kelompok. Data jumlah individu didapat dari menghitung individu semua
kelompok-kelompok dibedakan dengan mengidentifikasi jumlah, struktur, dan ciri fisik
serta lokasi penemuan menggunakan GPS. Setelah individu diambil, individu di
masukkan dalam plastik atau toples untuk dilakukan identifikasi di laboratorium.
Identifikasi dilakukan dengan meletakkan speses di atas nampan dan ditempelkan kertas
label untuk menandai spesies tersebut. Kemudian spesies di ukur menggunakan
penggaris, dan difoto dengan kamera resolusi tinggi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hewan Akuatik

4.1 Echinus sp
4.1.1 Hasil Pengamatan
Gambar pengamatan Gambar literatur

(Hala, 2007).

4.1.2 Pembahasan
Klasifikasi menurut Hanlon(1996) , adalah ...
Kingdom : Animalia
Phylum :Echinodermata
Class : Echinoidea
Ordo : Echinoida
Family : Echinodae
Genus : Echinus
Spesies : Echinus sp.

Berdasarkan hasil pengamatan, Echinus sp memiliki bentuk Tubuh berbentuk bundar, tidak
berlengan. Tubuh dilengkapi duri yang panjang, umumnya berwarna putih. Bagian ora
terdapat mulut yang dikelilingi oleh lapisan peristoma, gigi dan 10 buccal podia pada
peristoma. Bagian aboral terdapat periprok yaitu keping yang berada di tengah-tengah di
mana akan terdapat: anus, keping madreporit dan genital plate. Terdapat daerah ambulakral
yang berwarna cerah dan dilengkapi duri serta daerah interambulakral yang berwarna hitam.
Menurut Karmana(1987), Echinus sp termasuk dalam phyllum Echinodermata kelas
Echinoidea , Echinoidea adalah hewan avertebrata yang sering disebut juga landak laut.
Echinoidea berasal dari kata Yunani yaitu echinos (landak) dan eiodes (bentuk). Yang
memiliki ciri umum memiliki banyak pediselaria di seluruh permukaan tubuh, berupa duri-
duri seperti batang yang panjang, Tubuhnya berbentuk globuler dan bulat (oval), Tidak
memiliki lengan, Memiliki duri-duri tubuh yang panjang. Duri ini digerakkan oleh otot dan
berfungsi untuk berjalan.

4.2 Ophiocomina sp
4.2.1 Hasil Pengamatan
Gambar pengamatan Gambar literatur

(Hala, 2007).

4.2.3 Pembahasan
Klasifikasi Ophiocomina sp menurut Hanlon(1996), adalah...
Kingdom: Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Ophiuroidea
Ordo : Ophiurida
Family : Ophiocomidae
Genus : Ophiocomina
Spesies : Ophiocomina sp.
Berdasarkan hasil pengamatan , Ophiocomina sp. Merupakan bintang rapuh besar
dengan lima lengan sempit hingga panjang 125 mm dan cakram pusat yang cukup berbeda
hingga 25 mm lebar. Diameter 25 cm dalam beberapa kasus. Warna umum hitam atau
berbagai warna coklat, tetapi spesimen berwarna pucat kadang-kadang terjadi. Permukaan
atas dari disk ditutupi dengan butiran halus yang mengaburkan lempengan yang menutupi
permukaan. Diameter cakram kira-kira seperlima dari panjang lengan. Menutut Karmana
(1987), Ophiocomina sp termasuk dalam kelas Ophiuroidea yang biasa dikenal dengan
sebutan ular laut. Ophiocomina dapat bertahan hidup di perairan dengan kadar salinitas yang
rendah. Khususnya ditemukan pada perairan laut Atlantik timur, Laut Selatan dan perairan
Mediterania. Biasanya ditemukan pada kedalaman 100 meter dibawah permukaan laut atau
lebih dalam lagi. Dalam habitatnya, sering ditemukan bersama jenis bintang ular laut lain
yaitu dari jenis Ophiothrix fragilis.

4.3 Rhizoprionodon sp
4.3.1 Hasil Pengamatan
Gambar pengamatan Gambar literatur

(Hala, 2007).
4.3.2 Pembahasan
Klasifikasi menurut Hanlon(1996), adalah
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Chondrichthyes
Ordo : Carcharhiniiformes
Famili : Carchahinidae
Genus : Rhizoprionodon
Spesies : Rhizoprionodon sp.

Berdasarkan hasil pengamatan, Rhizoprionodon sp merupakan ikan Cucut adalah


sekelompok ikan dengan kerangka tulang muda yang lengkap dan tubuh yang ramping.
Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang (kadang-kadang enam atau tujuh,
tergantung pada spesiesnya) di samping, atau dimulai sedikit di belakang, kepalanya. Cucut
mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka dari
kerusakan, dari parasit, dan untuk menambah dinamika air. Mereka mempunyai beberapa
deret gigi yang dapat digantikan. Menurut Rohmimotarto(2005), Dibandingkan dengan jenis
perikanan lainnya, perikanan cucut di Indonesia termasuk yang paling sedikit informasinya.
Beberapa pakar mengestimasi potensi cucut mako (Isurus paucus) sekitar 16.202 ton/tahun
dengan tingkat pemanfaatan sekitar 52,6 %. Sedangkan jenis cucut lainnya belum diketahui
statusnya. Jenis ikan cucut hasil penelitian Balai Riset Perikanan Laut tahun 1999-2000 di
Samudera Hindia teridentifikasi sebanyak 43 spesies.

4.4 Chiton sp.

4.1.1 Hasil Pengamatan


Gambar Pengamatan Gambar Literatur (Kamal, 2009)

4.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi Chiton sp. menurut Radiopoetro (1996) adalah sebagai berikut:

Kingdom: Animalia

Filum: Mollusca

Kelas: Amphineura

Ordo: Polyplacophora

Famili: Chitondae

Genus: Chiton

Spesies: Chiton sp.

4.1.3 Pembahasan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di pantai Kondang Merak, dapat diketahui


bahwa Chiton sp. banyak ditemukan menempel di batu-batuan bentuknya oval, bertekstur
kasar untuk bagian atasnya seperti cangkang yang tumpang tindih yang berjumlah 8
keping dan berwarna coklat hampir menyerupai warna batu yang ditempelinya. Bagian
dorsalnya keras seperti cangkok yang tumpang tindih, sedangkan bagian ventralnya yang
tengah lunak, sehingga tubuhnya seperti dilindungi oleh 8 keping cangkang tersebut. Chiton
sp. ini ketika akan diambil, semakit lengket dan erat menempelnya pada bebatuan sehingga
sulit untuk mengambilnya. Menurut Radiopoetra (1996) bahwa Chiton sp. termasuk dalam
kelas Polyplacophora. Chiton sp. memiliki struktur yang sesuai dengan kebiasaan melekat
pada batu karang dan cangkang mirip hewan lainnya. Apabila disentuh, akan melekat erat
pada batu karang. Hewan ini merayap perlahan-lahan pada dasar laut di batu-batuan yang
lunak. Sendi-sendi yang dimilikinya dapat dibengkokkan sehingga tubuhnya dapat dibulatkan
seperti bola. Pengamatan yang dilakukan sama dengan literatur yakni Chiton sp. berstruktur
hampir sama dengan batu yang dilekatinya atau ditempelinya dan apabila disentuh akan
melekat erat pada batu karang.

Menurut Kamal (2009) dijelaskan bahwa bentuk tubuh Chiton sp. oval, pipih
dorsoventral dan pada dorsal tubuhnya dilindungi oleh delapan keping cangkang yang
tersusun tumpang tindih seperti genting. Cangkang Chiton sp. hanya terdiri dari dua lapisan
yaitu:

1. Lapisan terluar disebut tegmentum. Tersusun atas konsiolin dan CaCO .

2. Lapisan terdalam yang disebut antikulamentum yang bersifat kalkareus.

Pada bagian ventro- anterior tubuh terdapat kepala berukuran kecil yang tidak begitu nyata,
tidak memiliki mata dan tentakel. Mantel tebal, di posterior kepala terdapat kaki berotot yang
pipih dan luas untuk memudahkan melekat pada suatu substrat.

Hewan ini tidak memiliki karakteristik yang jelas yaitu adanya delapan keping
cangkang yang tersusun tumpang tindih. Tetapi setiap keeping cangkang ditutup oleh
jaringan mantel dan luas sempitnya penutupan tersebut berbeda antara satu spesies dengan
spesies lainnya. Daerah di sekeliling mantel disebut gelang. Permukaan gelang ditutup oleh
kutikula tipis dengan permukaannya yang kemungkinan bersifat halus, bersisisk atau spikula
yang terbuat dari zat kapur.

Menurut Radiopoetro (1996) bahwa kaki Chiton sp. terletak di permukaan ventral
tubuh dan berfungsi untuk melekat juga untuk bergerak. Gerak merayap pada spesies ini
sangat lambat karena disebabkan oleh gerakan bergelombang otot kaki seperti gerakan yang
dimiliki oleh bekicot. Bagian yang digunakan untuk melekat pada substrat adalah kaki dan
gelang. Pada dasarnya kaki digunakan untuk melekat namun apabila ia diganggu, maka
gelang yang berperan juga untuk melekat.habitatnya di bawah laut. Habitat di bawah batu
karang. Aktifitasnya dengan menggunakan sebagian dilakukan pada malam hari.

Menurut Kamal (2009) bahwa alat respirasi pada Chiton sp. adalah insang bipectinate
(ktenidia) yang terletak di dalam lekuk mantel yaitu ruang yang terbentuk, terlihat jumlah
insang antara 6-8 pasang yang tersusun dalam suatu garis pada kedua sisi tubuhnya. Untuk
sistem reproduksinya menurut Kamal (2009) bahwa terdiri atas sebuah gonade yang terdapat
di anterior rongga pericardium di bawah keping cangkang bagian pertengahan. Chiton sp.
bersifat diocious. Telur atau sebuar atau sperma dilepaskan dari gonade ke dalam air
(lingkungan sekitar) melalui gonofer. Chiton sp. ini tidak melakukan kopilasi. Hewan jantan
melepaskan sperma yang selanjutnya diikutkan aliran air untuk responsnya. Fertilisasi terjadi
di lingkungan eksternal atau di dalam rongga mantel. Telur yang telah dibuahi berkembang
menjadi trochophore dan tidak memiliki fase larva fiiliger.

Berdasarkan pembahasan diatas bahwa Chiton sp. Merupakan hewan invertebrata dari filum
Molusca karena tubuhnya lunak dan juga memiliki cangkang. Habitatnya di laut, di daerah
pantai.

4.5 Caenobita sp.

4.2.1 Hasil Pengamatan

Gambar Pengamaatan Gambar Literatur (Kamal, 2009)

4.2.2 Klasifikasi

Klasifikasi Caenobita sp. menurut Radiopoetro (1996) adalah sebagai berikut:

Kingdom: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Cruatacea

Subkelas: Malacostraca

Ordo: Decapooda

Family: Ceonobitidae

Genus: Ceonobita

Spesies: Ceonobita sp.

4.2.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa, Ceonobita sp., sekilas spesies
ini tampak seperti mollusca yang berasal dari kelas gastropoda. Hal ini terlihat dari adanya
cangkang yang menyelubungi tubuh Ceonobita sp. sangat mirip dengan cangkang yang
dimiliki oleh gastropoda pada umumnya, khususnya yang sama-sama tinggal di
daerah marine water (perairan laut). Ciri dominan yang menunjukkan bahwa spesies ini
tergolong dalam filum Arthropoda adalah adanya bagian tubuh (kaki) yang bersegmen-
segmen. Bagian tubuh terbagi menjadi tiga bagian yakni kepala (cephal), dada (thorax), dan
perut (abdomen) (Rusnyana, 2013). Terkadang bagian kepala dan dada langsung bergabung
menjadi satu bagian yang hanya dipisahkan oleh sekat (septum) sederhana dan dinamai
dengan cepalothorax.

Pengamatan pada bagian-bagian tubuh Ceonobita sp. menunjukkan bahwa organisme


ini memiliki perut (abdomen) yang cukup lunak dan lentur. Menurut Kastawi (2005),
permukaan tubuh crustacea dilindungi oleh kutikula yang tersusun atas zat kitin yang
ditambah dengan garam-garam mineral dan bersifat sangat keras. Eksoskeleton menutupi
seluruh permukaan tubuh kecuali pada tempat perhubungan yang menjadi tipis dan lunak
agar mampu bergerak. Mungkin itulah sebabnya spesies ini membutuhkan alat pelindung
khusus untuk melindungi tubuhnya terutama bagian perut yang lunak dan lentur berupa
cangkang. Jika pada gastropoda, cangkang terus tumbuh bersama perkembangan gastropoda
tersebut selama hidupnya, maka pada Ceonobita sp. cangkang yang dimiliki tidak bisa
mengikuti perkembangan tubuhnya, oleh karena itu ketika cangkang yang digunakan sudah
tidak muat oleh ukuran tubuhnya, spesies ini akan mencari cangkang baru yang muat dengan
ukuran tubuhnya. Hal ini juga dapat menjadi pembeda antara gastropoda dengan Ceonobita
sp. bahwa hanya Ceonobita sp. yang mampu meninggalkan cangkangnya (cangkang bukan
bagian utama tubuh), sedangkan gastropoda tidak akan mampu meninggalkan cangkangnya
karena cangkang yang dimiliki merupakan bagian utama tubuh yang saling melekat dan
pembentukannya berasal dari cairan yang disekresi dari dalam tubuhnya yang lunak.

Menurut Kamal (2009), Coenobita sp. merupakan jenis kepiting yang hidup di
pasir asli Australia dan Pantai Timur Afrika ke selatan barat Pasifik. C. rugosus memiliki
empat kaki untuk berjalan, penjepit kecil, penjepit besar dan antena. Coenobita sp. terancam
mampu membuat suara 'berkicau' dengan penjepit besar yang bergesekan dengan cangkang
sebagai alat pelindung. Coenobita sp. dalam warna tergantung pada asupan nutrisi dan warna-
warna yang umum meliputi hijau, coklat, hitam, putih, pink dan biru telah diamati.
Panjangnya dapat mencapai 15 milimeter (0,59 inci) dan mata berpasir dalam warna dan
mungkin memiliki garis coklat di bawahnya. Bawah sepasang antena adalah cahaya berwarna
oranye. Cakar besar mereka memiliki 7 tonjolan di bagian atas dan biasanya ada rambut di
bagian dalam kedua cakar. Lalu sepasang kaki berjalan, pada kedua segmen. Perut pendek
dan gemuk. Coenobita sp. akan mengkonsumsi tanaman, ikan mati, buah, dan sisa-sisa
lainnya.

4.6 Holothuria sp.

4.3.1 Hasil Pengamatan

Gambar Pengamatan Gambar Literatur (Kamal, 2009)

4.3.2 Klasifikasi

Klasifikasi Holothuira sp. menurut Radiopoetro (1996) adalah sebagai berikut:

Kingdom: Animalia

Filum : Echinodermata

Sub filum: Echinozoa

Kelas: Holothuroidea

Sub kelas: Apidochirotacea

Ordo: Aspidochirotida

Famili: Holothuridae

Genus: Holothuria

Spesies: Holothuria sp.

4.3.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa, Holothuria sp. termasuk ke


dalam Filum Echinodermata dari Kelas Holothuroidea. Tubuh hewan ini lunak, panjang
silindris, memiliki warna dan corak yang beragam, memiliki tentakel pada bagian mulut atau
oral, kaki tabung, dan beberapa jenis dapat mengeluarkan cairan yang lengket seperti getah
karet untuk melindungi diri. Teripang merupakan salah satu anggota dari filum
Echinodermata, yaitu kelompok hewan invertebrata yang berkulit duri. Namun tidak semua
teripang mempunyai duri pada kulitnya. Duri-duri pada teripang sebenarnya adalah skelet
atau rangka dari kapur tersusun dari kapur yang terdapat dalam kulitnya

Teripang adalah istilah yang diberikan untuk hewan invertebrata timun laut
(Holothuroidea) yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di lingkungan laut diseluruh dunia,
mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra
Pasifik Barat Teripang adalah hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir,
lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Holothuria sp. merupakan komponen
penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai
tingkat struktur pakan (trophic levels). Holothuria sp. berperan penting sebagai pemakan
deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder) (Kastawi, 1996).

Holothuria sp. dalam ekosistem laut termasuk dalam katagori benthos yang
mendiami dasar perairan pantai dan dapat digunakan sebagai indikator untuk menunjukan
keadaan lingkungan dimana komunitas tersebut berada. Holothuria sp. adalah salah satu
anggota hewan berkulit duri (Echinodermata). Tubuh Holothuria sp. lunak, berdaging dan
bentuknya silindris memanjang seperti buah ketimun, itulah sebabnya hewan ini dinamakan
ketimun laut. Gerakannya sangat lambat sehingga hampir seluruh hidupnya berada di dasar
laut. Warnanya pun bermacam – macam mulai dari hitam, abu – abu, kecoklat – coklatan,
kemerah – merahan, kekuning – kuningan, sampai putih Holothuria sp. umumnya berbentuk
bulat panjang atau selindris sekitar 10-30 cm. Mulutnya dikelilingi oleh tentakel-tentakel atau
lengan peraba yang kadang-kadang bercabang-cabang, mulut terdapat pada salah satu
ujungnya dan dubur pada ujung lainnya. Tubuhnya berotot, tipis dan tebal, lembek atau licin
serta kulitnya dapat kasar atau berbintil bintil (Kamal, 2009).

Berdasarkan kedudukan mulut dan anus, tubuh Holothuria sp. dibagi menjadi dua
yaitu anterior dan posterior. Sekeliling mulut terdapat 10-30 tantakel yang dapat dijulurkan
dan ditarik kembali karena adanya kontraksi otot refraktor tantakel dan refraktor mulut
(Fechter, 1974). Tantakel ini berguna untuk mengambil makanan, yaitu detritus dan plankton
yang berada di sekitarnya. Tubuh Holothuria sp. yang bulat memanjang dengan garis oral
sebagai sumbu yang menghubungkan anterior dan posterior, sepintas tidak diduga bahwa
kelompok ini termasuk filum binatang berkulit duri karena penampakannya tidak demikian,
duri-duri terisebut merupakan butir-butir kapur mikroskopik yang terletak tersebar di dalam
lapisan dermis (Rusnyana, 2013).

Berdasarkan habitatnya, Holothuria sp. ditemukan hampir di seluruh perairan pantai


mulai dari daerah pasang surut yang dangkal sampai perairan yang dalam. Habitat spesies
Holothuria sp. yaitu paparan terumbu karang, tempat berpasir, tempat berbatu dan pasir
lumpur. Menurut Kastawi (1996) Holothuria sp. dapat dijumpai pada dasar perairan yang
berpasir, sedikit berlumpur atau pada pecahan karang bercampur lumpur laut di perairan
dangkal. Holothuria sp. yang banyak dijumpai di daerah pasang surut hingga laut dalam lebih
menyukai hidup pada habitat-habitat tertentu. Beberapa kelompok teripang hidup di daerah
berbatu yang dapat digunakan untuk bersembunyi, sedangkan teripang lain hidup pada
rumput atau lamun dan ada juga yang membuat lubang dan lumpur atau pasir. Holothuria sp.
pada umumnya berada pada tempat yang airnya tenang, Holothuria sp. tidak tahan terhadap
suatu kondisi yang sedikit ekstrim. Ada beberapa jenis tertentu jika mengalami gangguan,
mereka akan mengeluarkan isi perutnya yang mempunyai daya lekat tinggi ((Radiopoetro,
1996).

Holothuria sp. tersebar di seluruh lautan di berbagai belahan dunia. Di daerah tropis
terdapat jenis-jenis teripang komersial meliputi marga Actinopyga, Bohadschia, Holothuria,
Stichopus dan Thelenota dari suku Holothuriidae dan Stichopodidae yang masuk dalam ordo
Aspidochirotida. Holothuria sp. dari ordo tersebut juga banyak menghuni daerah litoral di
perairan Indonesia. Daerah penyebaran teripang di Indonesia cukup luas terutama di daerah
terumbu karang, perairan yang berdasar pasir, berbatu karang dan pasir bercampur lumpur
yaitu antara lain di Bangka dan sekitarnya, Kepulauan Kangean, Sulawesi (Selatan,
Tenggara, Tengah dan Utara), Maluku (Tengah, Utara dan Tenggara), Nusa Tenggara Barat
terutama Sumbawa (Teluk Saleh, Waworada dan Sape), Nusa Tenggara Timur (Flores,
Sumba dan Timur) (Kastawi, 1996).

4.1 Periopthalmus Sp.


1. Ikan Tembakul (Periopthalmus Sp.)
a. Deskripsi
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut Periopthalmus monodon merupakan ikan yang
memiliki bagian tubuh seperti sepasang kaki yang digunakan untuk berjalan bahkan
melompat-lompat di atas lumpur. Kaki tersebut adalah sejenis sirip atau pina pectoralis yang
terdapat pada jenis-jenis ikan pada umumnya. Akan tetapi sirip ini memiliki otot yang kuat.
Menurut Prayoga (2016), Ikan Periopthalmus monodon hanya dijumpai di pantai-pantai
beriklim tropis dan subtropis di wilayah Indo-Pasifik sampai ke pantai Atlantik Benua Afrika.
Ikan ini termasuk ikan yang paling tahan terhadap kerusakan lingkungan hidup dan dapat
tetap hidup dalam kondisi yang “memprihatinkan” sekalipun. Hidup di wilayah pasang
surut Periopthalmus monodondapat menggali lubang di lumpur yang lunak untuk sarangnya.
Lubang ini bisa sangat dalam dan bercabang-cabang, berisi air dan sedikit udara di ruang-
ruang tertentu. Ketika air pasang naik, gelodok umumnya bersembunyi dilubang-lubang ini
untuk menghindari ikan-ikan pemangsa yang berdatangan. Hal ini diperkuat lagi dengan
pernyataan dari Enot (2015), yang menyatakan bahwasanya Periopthalmus memiliki karakter
utama dengan 1 baris gigi pada rahang bawah serta terdapat kelopak mata (lower eyelid) yang
berada pada bagian dorsal tubuh. Genus ini mendiami seluruh habitat mangrove dan pesisir
pantai.
Periopthalmus monodon memiliki kepala sub-silindris bersisik, matanya berdekatan,
menonjol atau timbul di atas cephal seperti mata yang dimiliki oleh Bufo sp, dan sirip
punggung pertama memiliki 5 jari-jari. Sirip perut bersatu, rahang atas mempunyai 4-6 gigi
taring. Bentuk badan seperti ikan pada umumnya, yaitu bentuk steamline yang
memungkinkan ikan dapat bergerak dengan mudah di perairan. Selain digunakan untuk
berenang, bentuk tubuh steamline ini memudahkan ikan tembakul (Periopthalmus monodon)
untuk dapat keluar masuk pada daerah delta. Karena bentuk tubuh steamine ini seperti
torpedo yang dapat dengan mudah untuk melewati ataupun melawan arus. Begitupun juga
untuk menerobos daerah delta, yaitu daerah yang terdiri dari lumpur dan air. Panjang tubuh
bervariasi mulai dari beberapa sentimeter hingga mendekati 30 cm. Bentuk papila ikan jantan
memanjang dan membulat di bagian ujung. Sedangkan pada ikan betina, bagian ujungnya
terbelah.

Gambar (Periopthalmus monodon)


b. Habitat
Ikan tembakul (Periopthalmus monodon) merupakan ikan yang berhabitat pada
daerah pantai, sesuai dengan pengamatan yang telah dilakukan di pantai kondang merak ini.
Sesuai dengan pendapat Prayoga (2016), yang menyatakan Ikan tembakul (Periopthalmus
monodon) ini berhabitat pada tepi pantai dekat dengan hutan mangrove dan memilik nama
lain ikan belacak atau ikan belodog. Di Indonesia sendiri, ikan tembakul pertama kali
ditemukan oleh Harden Berg pada tahun 1935 di Sumatra dan Kalimantan. Jenis yang telah
ditemukan saat itu adalah Periopthalmus sp yang telah tersebar luas disepanjang pantai jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku. Saat ini telah teridentifikasi sebanyak
35 spesies ikan tembakul yang terbagi menjadi tiga kelompok besar,
yaitu Boleophthalmus, Periophthalmus dan Periophthalmodon. Beberapa spesies contohnya
adalah Pseudapocryptes elongatus, Periophthalmus gracilis, Periophthalmus
novemradiatus, Periophthalmus barbarus, Periophthalmus
argentilineatus dan Periophthalmodon schlosseri. Ikan tembakul (Periopthalmus monodon)
dapat bertahan di daratan dan dapat dikatakan juga bahwa ikan tembakul (Periopthalmus
monodon) hampir 90% menghabiskan waktunya di darat atau lumpur. Keunikan lain dari
ikan tembakul (Periopthalmus monodon) adalah ikan ini memiliki bagian tubuh seperti
sepasang kaki yang digunakan untuk berjalan bahkan melompat-lompat di atas lumpur. Kaki
tersebut adalah sejenis sirip atau pina pectoralis yang terdapat pada jenis-jenis ikan pada
umumnya. Akan tetapi sirip ini memiliki otot yang kuat. Sehingga sirip tersebut dapat
ditekuk dan berfungsi juga sebagai lengan untuk merayap, merangkak serta melompat di atas
permukaan lumpur.

c.Klasifikasi
Menurut Clayton (1993) dan Murdy (1986), klasifikasi ikan tembakul
atau Periopthalmus monodona adalah sebagai berikut:

Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Gobiidae
Subfamili: Oxudercinae
Genus: Periothalamus
Spesies: Periopthalmus monodon

4.2 Diadema Sp.


2. Bulu Babi (Diadema Sp.)
a. Deskripsi
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut Diadema setosum merupakan salah satu jenis
bulu babi yang penyebarannya di seluruh zona terumbu karang antara lain pada zona pasir.
Hal ini sesuai dengan pendapat Akerina (2015), yang menyatakan bahwa Bulu babi
merupakan salah satu jenis biota perairan yang berasal dari filum echinodermata. Penyebaran
bulu babi terlihat hampir di seluruh zona perairan. Hal tersebut juga diperkuat dengan
pendapat Suryanti (2014), bahwa Bulu babi merupakan organisme echinodermata yang
bersifat omnivore yang memangsa makroalga dan beberapa jenis koloni karang. Secara
morfologi, bulu babi (Echinoidea) terbagi dalam dua kelompok yaitu bulu babi beraturan
(regular sea urchin) dan bulu babi tidak beraturan (irregular sea urchin). Bentuk tubuh bulu
babi regularia adalah simetri pentaradial hampir berbentuk bola sedangkan bulu babi
iregularia memperlihatkan bentuk simetri bilateral yang bervariasi. Tubuh bulu babi
berbentuk bulat atau pipih bundar, tidak bertangan, mempunyai duri-duri panjang yang dapat
digerakkan. Semua organ pada bulu babi umumnya terletak di dalam tempurung (test
sceleton) yang terdiri atas 10 keping pelat ganda, biasanya bersambungan dengan erat, yaitu
pelat ambulakra, disamping itu terdapat pelat ambulakra yang berlubang-lubang tempat
keluarnya kaki tabung.
Gambar (Diadema setosum)

b. Habitat
Bulu babi (Diadema setosum) merupakan jenis spesies yang berhabitat pada daerah
pantai, sesuai dengan pengamatan yang telah dilakukan di pantai kondang merak ini. Menurut
Pendapat Akerina (2015), Diadema setosum merupakan salah satu jenis bulu babi yang
penyebarannya di seluruh zona terumbu karang antara lain pada zona pasir, zona
pertumbuhan alga, zona lamun sampai daerah tubir. Ada 950 spesies bulu babi yang tersebar
di seluruh dunia. Penyebaran bulu babi di perairan Indonesia, Malaysia, Filipina, dan wilayah
Australia Utara sekitar 316 jenis, sedangkan di perairan Indonesia sendiri sekitar 84 jenis
yang berasal dari 48 marga dan 21 suku. Populasi spesies lebih banyak ditemukan pada
daerah karang yang kondisinya telah rusak. Spesies ini hidupnya mengelompok dengan
tujuan untuk mempertahankan diri dari ancaman musuh. Satu kelompok terdiri dari 20-40
individu, dan bisa mencapai ratusan individu dimana kelompok tersebut dapat berpindah-
pindah. Bulu babi secara umum merupakan hewan nokturnal yang aktif pada malam hari,
sepanjang siang mereka bersembunyi di celah-celah karang dan keluar pada malam hari
untuk mencari makan. Secara umum bulu babi memakan alga coklat, alga hijau dan lamun
sebagai makanan utamanya sedangkan D. setosum, karena hidupnya di bawah batas surut
terendah maka sumber makanannya berasal dari berbagai jenis alga serta partikel
organik/detritus.

c. Klasifikasi
Barnes (1987), mengklasifikasikan bulu babi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Echinoidea
Ordo : Temnopleuroida, Diademotoida, Euchinoida
Family : Toxopneustidae, Diadematidae
Genus : Diadema, Salmacis, Tripneustes, Echinometra.

4.3 Coenobita Sp
3 Kelomang (Coenobita Sp.)
a. Deskripsi
Kelomang merupakan hewan yang termasuk ke dalam phylum Arthropoda kelas
Crustacea (udang-udangan), dan bangsanya adalah decapoda yang berarti hewan berkaki
sepuluh dan termasuk ke dalam sub ordo Anomura. Hewan ini adalah transisi antara
macrurans dan brachyurans, dalam hal abdomen lebih besar dari pada kelompok
brachyurans, tetapi di samping itu sering kali melengkung. Kaki kelima tereduksi dalam hal
ukuran dan posisi dari kaki-kaki yang lainnya. kelomang merupakan hewan yang memiliki
tubuh lunak pada bagian abdomennya. Untuk itu kelomang biasanya mencari cangkang
keong (Gastropoda) kosong yang terdampar di pantai, kemudian memakainya untuk
perlindungan. Menurut Maulana (2015), Kelomang akan berganti cangkang seiring dengan
perkembangan tubuhnya. Dia mencari cangkang baru untuk menggantikan cangkang lamanya
di pesisir pantai sekitar mangrove. Dia akan melepaskan cangkang lamanya dan berjalan
mundur sambil menyembunyikan karapasnya yang lunak.Di alam, dia akan menggunakan
apa saja untuk mengganti cangkangnya, bila dirasakan sudah sempit. Jika tidak segera
menemukan cangkang, dia bisa memakai cangkang apa saja seperti bohlam lampu bekas.

Gambar (Coenobita Sp)

b. Habitat
Pasaribu (2018), menjelaskan bahwa kelomang tergolong ke dalam kelompok
Krustase yang memiliki habitat di daerah pesisir pantai meliputi wilayah berlumpur, berpasir,
berbatu, dan ekosistem mangrove. Salah satu habitat kelomang adalah ekosistem mangrove.
Mangrove merupakan tipe ekosistem khas yang dapat ditemui di sepanjang pantai atau muara
sungai karena kemampuannya untuk menyesuaikan diri dari terpaan ombak kuat dengan
tingkat salinitas tinggi dan tanah yang senantiasa digenangi air.

c. Klasifikasi
Klasifikasi dari kumang secara lengkap berdasarkan Mc Laughlin (2003) dan Mc Laguhlin et
al. (2007), adalah sebagai berikut:
Filum: Arthropoda
Kelas: Crustacea
Subkelas: Malacostraca
Infraordo: Anomura
Ordo: Decapoda
Familia: Coenobitidae
Genus: Birgus / Coenobita
Species: Coenobita Sp

4.2 Hewan Terrestrial


4.1 Belalang kayu (Valanga sp)

4.1.1 Hasil

Gambar Literatur

4.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi dari Valanga sp yaitu:

Kingdom: Animalia

Phyllum: Artthropoda
Class: Insecta

Order: Orthoptera

Family: Acrididae

Genus: Valanga

Species: Valanga sp

4.1.3 Pembahasan

Hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa Valanga sp memiliki bagan
tubuh yaitu kepala, mulut, hidung, badan, ekor, sayap dan tungkai-tungkai femur. Selain itu
juga memiliki sepasang antena terdapat pada salah satu ruas kepala di atas mulut. Pada
belalang kayu lebih mendominasi warna coklat untuk seluruh tubuhnya, untuk tungkainya
memiliki warna hitam dan abu-abu. Biasanya tungkai tersebut berguna untuk membantu
belalang untuk meloncat. Belalang kayu sering dijumpai di pohon-pohon dan juga di kayu.

Menurut Pratiwi (2012) bahwa Belalang dari subordo Caelifera dalam Ordo
Orthoptera. Serangga ini memiliki antenna yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya
dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa belalang biasanya
dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau karena
kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang
cocok untuk melompat. Untuk belalang kayu (Valanga nigricornis) dan belalang daun
(Sexava coricea) ditemukan hinggap pada batang tanaman jati, akan tetapi jenis hama ini
tidak mengganggu pada batang tanaman jati melainkan menyerang pada daun muda tanaman
jati yang tumbuh pada buku batang jati dibagian bawah batang dengan gejala serangan yaitu
menggerogoti pinggiran daun dengan luka bergerigi, tidak beraturan dan berwarna hitam.
Menurut Prakoso (2017) belalang dapat ditemukan hampir di semua ekosistem terestrial.
Sebagian besar spesies belalang berada di ekosistem hutan Mereka makan hampir setiap
tanaman yang liar ataupun yang dibudidayakan.

4.2 Lepidoptera sp
4.2.1 Hasil

Gambar Literatur
4.2.2 Klasifikasi

Klasifikasi dari Lepidoptera sp yaitu:

Kingdom: Animalia

Pyllum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Lepidoptera

4.2.3 Pembahasan

Hasil Praktikum diketahui bahwa ordo Lepidoptera memiliki berbagai macam family,
karena ordo tersebut juga termasuk ordo yang memiliki jenis spesies yang banyak. Ordo
Lepidoptera merupakan salah satu hewan yang melakukan metamorfosis sempurna, yang
mana tahan awalnya yaitu menjadi ulat, kemudian kepompong dan terakhir kupu-kupu.
Maksud dari metamorphosis sempurna yaitu setiap tahapan tidak sama dalam segi bentuk dan
morfologinya. Lepidoptera biasanya lebih banyak hinggap di bunga karena dibunga tersebut
kupu-kupu menghisap madu pada bunga. Selain itu juga membantu penyerbuka terhadap
bunga tersebut. ordo Lepidoptera memiliki bentuk dan warna yang bermacam-macam, untuk
bentuknya ada yang kecil da nada juga yang besar dan untuk warnanya kebanyakan
berwarna-warni dan indah dilihat oleh mata.
Menurut Dahelmi (2012) bahwa kupu-kupu merupakan salah satu spesies serangga
yang termasuk kedalam filum Arthropoda, divisio Entopterygota, kelas Insecta dan ordo
Lepidoptera, kebanyakan tubuh dan tungkainya ditutupi oleh sisik-sisik (lepidos = sisik; ptera
= sayap). Sisik pada sayap tersusun seperti genting, memberi corak warna yang khas bentuk
tubuh dan aktifitasnya, ordo Lepidoptera dikelompokkan menjadi dua sub ordo, yaitu
Rhopalocera (butterflies) yang aktif pada siang hari dan Heterocera (moth) yang aktif di
malam hari. Kupu-kupu memiliki jumlah yang paling banyak diantara ordo lainnya yang
penyebarannya tersebar dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 1500-
1800 m diatas permukaan laut.

4.3 Laba-Laba (Araneus sp)


4.3.1 Hasil

Gambar Literatur

4.3.2 Klasifikasi

Klasifikasi dari laba-laba yaitu:

Kingdom: Animalia

Phyllum: Arthropoda

Class: Arachnida

Order: Araneae
Family: Araneidae

Genus: Araneus

4.3.3 Pembahasan

Hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa laba-laba memiliki segmen
yang mana bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya merupakan
gabungan dari kepala dan dada (toraks). Sedangkan segmen bagian belakang
disebut abdomen (perut) atau opisthosoma antara cephalothorax dan abdomen terdapat
penghubung tipis. Selain itu memiliki empat pasang kaki, dan dapat membuat jaring sebagai
rumah dan juga sebagai jebakan musuh. Untuk mulut berbentuk seperti alat penghisap.

Menurut Kurniawan (2014) bahwa Laba-laba termasuk dalam filum Arthropoda, kelas
Arachnida, dan ordo Araneae. Berdasarkan pola hidupnya, laba-laba terbagi menjadi laba-
laba pembuat jaring dan labalaba pemburu (tidak membuat jaring).Tubuh labalaba hanya
terbagi dalam dua bagian yaitu prosoma (cephalothorax) dan opisthosoma (abdomen) yang
terhubung oleh pedicel. Karakter taksonomi yang umum untuk mengidentifikasi laba-laba
yaitu bentuk epigynum, spineret, abdomen, warna karapas, dan ukuran tubuh. laba-laba dapat
berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dengan bergerak aktif seperti berjalan, melompat
atau secara tidak aktif yakni terbawa angin atau agen lainnya. Menurut Aswad (2014) bahwa
Laba-laba ditemukan hampir di seluruh permukaan bumi dari daerah kutub hingga daerah
padang pasir yang kering. Laba-laba terutama berlimpah di tempat yang banyak vegetasi.
Sampai saat ini sekitar 37.000 spesies laba-laba telah diberi nama, diyakini jumlah itu baru
seperempat dari jumlah laba-laba yang ada di dunia.
4.4 Klarap (Draco sp)

4.4.1Hasil pengamatan

Gambar Pengamatan Gambar Literatur


(Djuhanda, 1982)

4.4.2 Klasifikasi

Berikut ini adalah klasifikasi Draco sp. (klarap) menurut Djuhanda (1982) adalah
sebagai berikut.

Kingdom: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Reptilia

Ordo: Squamata

Famili: Agamidae

Genus: Draco

Spesies: Draco sp.

4.4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, ditemukan hewan sejenis kadal
yang menempel pada batang pohon. Setelah diidentifikasi diketahui bahwa hewan tersebut
termasuk ke dalam Family Agamaidae dan Genus Draco dengan nama spesies Draco sp.
Morfologi Draco sp. sama seperti kadal pada umumnya, akan tetapi ukurannnya yang lebih
kecil dan ramping. Memiliki warna yang serupa dengan batang pohon tempatnya melekat.
Memiliki ciri khusus, yaitu terdapat bagian tubuh yang melebar seperti sayapuntuk membantu
Draco sp ketika terbang. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Djuhanda (1982) menyatakan
bahwa Draco sp memiliki panjang tubuh sekitar 9 cm atau 90mm dengan ekor yang sedikit
lebih panjang. Warna tubuh daru spesies inin adalah abu-abu kehitaman atau cokelat gelap
dengan garis-garis dan pola yang berfungsi dalam melakukan kamuflase terhadap predator.
Menurut Manthey (1997) Draco sp memiliki ukuran tubuh kecil dan panjangnya sekitar 20
cm. Sayap rusuknya sebenarnya merupakan perpanjangan tulang-tulang rusuknya. Diantara
tulang-tulang itu terdapat kulit yang pipih. Tulang rusuk dan kulit itu bisa dibentangkan dan
dilipat lagi, seperti sayap, dengan sayapnya Draco sp bisa terbang sejauh sekitar 9 meter.
Penyebaran Regionalnya yaitu di Thailand selatan, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.

4.5 Burung Walet (Collocalia)

4.5.1. Hasil Pengamatan

Gambar Pengamatan Gambar Literatur


4.5.2 Klasiifikasi

Klasifikasi Collocalia sp. (burung walet) menurut Cronquist (1981) adalah sebagai berikut.

Kingdom: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Apodiformes

Famili: Apodidae

Genus: Collocalia

Spesies: Collocalia sp

4.5.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa burung walet
relatif berukuran kecil, berwarna hitam, sayapnya meruncing dan membentuk seperi bulan
sabit dan paruh yang runcing. Hal ini sesuai dengan penjelasan Kimball (1999) bahwa spesies
iniberukuran sedang sekitar 12 cm, tubuh bagian atas berwarna cokelat kehitam-hitaman
dengan tungging abu-abu pucat, tubuh bagian bawar berwarna cokelat, sayap berbentuk bulan
sabit memanjang dan runcing, memiliki ekor yang menggarpu dan kuku tajam. Kedua jenis
kelamin pada burung ini sulit dibedakan, memiliki bobot tubuh 8,7-14,8 gram dan bentang
sayap 110-118 mm. Habitat burung ini yaitu langit-langit gua untuk menempelkan sarang
sebagai tempat istirahat atau tidur dan berkembang biak.

4.6 (Formicidae)

4.6.1 Hasil pengamatan

Gambar Pengamatan Gambar Literatur

(Borror, 1992)

4.6.2 Klasifikasi

Berikut ini adalah klasifikasi sp 7 yang termasuk dalam family Formicidae menurut
Borror (1992) adalah sebagai berikut:

Kingdom: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insekta

Ordo: Hymenoptera

Famili: Formicidae l

4.6.3 Pembahasan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diketahui morfologi dari Sp 7 sebagai


berikut yaitu bagian tubuh dibagi menjadi tiga yaitu cepal, torak, dan abdomen, kemudian
memiliki 3 pasang kaki, memiliki sepasang antena pada cepal, tungkai dibagi menjadi femur,
tibia, dan tarsus, badan dan tungkai tampak beruas-ruas, dan abdomen berbentuk segitiga dan
lancip diujung. Hal ini sesuai dengan Suin (1997) bahwa famili Formicidae memiliki ciri-ciri
ruas pertama abdomen berbentuk seperti segitiga cembung, antena 13 ruas atau kurang dan
sangat menyiku, ruas pertama panjang, susunan vena normal dan tidak atau agak mereduksi.
Tidak memiliki sayap karena sudah mengalami proses reduksi. Tidak berambut banyak dan
habitatnya hamper ditemukan di semua tempat, dibangkai, pertanaman, rongga atau celah-
celah di dalam bangunan atau tanah. Di dalam ekosistem serangga ini berperan sebagai
predator terhadap serangga lain.

4.7 ( Famili Blattidae)

4.7.1 Hasil Pengamatan

Gambar Pengamatan Gambar Literatur

(Borror, 1992)

4.7.2 Klasiifikasi

Berikut ini klasifikasi Sp 8 yang termasuk ke dalam family Blattidae menurut Borror
(1992):

Kingdom: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insekta

Ordo: Blattaria

Famili: Blattidae
4.7.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan pada Sp 8 diketahui ciri morfologinya sebagai berikut


tubuh terbagi menjadi cepalthorak dan abdomen, tubuh berwarna kuning kecoklatan
mengkilat dengan ukuran 2 mm tersusun atas segmen. Kepala bulat kecoklatan, terdapat
sepasang antena, kaki 3 pasang berukuran 3 mm berwarna kuning bening. Menurut siwi
(1991) bahwa family Blattidae tersebar di berbagai tempat di rumah, kebun, pertanian atau
ditempat-tempat yang kotor. Aktif pada malam hari bersembunyi di tempat yang gelap.
Beberapa jenis bertindaak sebagai hama bahan makanan yang disimpan dirumah-rumah
seperti pada gula dan beras, atau hidup di kebun atau pertanian, dan memakan bahan organic
yang telah mati.

4.8 Sp 9 (Famili Muscidae)

4.8.1 hasil Pengamatan

Gambar Pengamatan Gambar Literatur

(Borror, 1992)

4.8.2 Klasifikasi

Berikut ini adalah klasifikasi Sp 9 yang termasuk kedalam ordo Diptera menurut
Borror (1992):

Kingdom: Animalia

Filum: Arthropoda
Kelas: Insekta

Ordo: Diptera

Famili: Muscidae

4.8. 3 Pembahasan

Berdasakan pengamatan yang telah dilakukan diketahui morfologi dari Sp 9 yang


termasuk famili Muscidae adalah sebagai berikut, tubuh terbagi menjadi dua bagian yaitu
cepalthorak dan abdomen, memiliki tiga pasang tungkai memiliki sepasang sayap yang
berbentuk bulat telur dan terdapat garis pada bagian venasi sayap, kaki tampak berbuku-buku
dan terbagi menjadi femur, tibia, dan tarsus. Menurut Siwi (1991)memiliki sel pendek dan
tidak mencapai tepi sayap, sel R5 tertutup atau hamper tertutup. Bawah permukaan scutellum
biasanya tanpa rambut-rambut lurus umumnya mempunyai lebih dari satu rambut. Dapat
ditemukan di semua tempat. Famili Muscidae adalah salah satu kelompok yang besar
populasinya di savanna. Serangga ini mirip sekali dengan lalat rumah fungsi serangga ini di
dalam ekosistem adalah sebagai hama pada tanaman, dan ada yang bertindak sebagai vector
penyakit.

4.9 Macaca Sp

Pegamaan yang dilakukan terhadap keanekaragaman hewan menemulakn spesies Macaca Sp.
Pada pengamtan ini Macaca Sp yang memiliki nama lokal monyet dapat ditemukan di dekat
rumah rumah warga, hal ini kemungkinan terjadi karena stok makanan dialam mulai sedikit
hingga mereka harus turun gunung untuk mencari makanan di sekitar rumah warga monyet
dicirikan sebagai primata yang mirip dengan manusia, seiring perkembangan zaman, hewan
ini mulai terancam, khususnya beberapa spesies seperti ekor panjag, bahkan indonesia
diangap sebagai negara yang terkenal sebagai pengimpor moyet, hal ini karena nilai
ekonomis yang tinggi dari monyet (Djuantoko, 2008) Kehidupan monyet ternyata memiliki
nilai yang cukup tinggi bagi manusia,seperti antara lain memiliki nilai ekologi, aestetika,
rekreasi dan komersial. Indonesia termasuk salah satu negara pengeksport monyet terbesar di
dunia.
Monyet yan dtemukan di kondang merak adalah dari spesie Macaca Fascicularis ditandai
dengan cri ekor yang panjan, persebaran moyet ini menurut (Djuantoko, 2008) Di Indonesia,
sebaran populasi monyet [Macaca fascicularis (Raffles, 1821)] cukup luas, sejak dari
kawasan bagian barat sampai ke Nusa Tenggara Timur, termasuk di kawasan Hutan Wisata
Alam Kaliurang Daerah Istimewa Yogyakarta

Klasifikai dari hewan ini menurut (Djuantoko, 2008) adalah sebagai berikut

Filum : chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Primata

Famili : Cercopithicidae

Genus : Macaca

4.10 Laba-laba

Pengamatan yag dilakukan pada daerah terestrial daerah sekitar pantai menemukan
spesies laba laba, hewan ini memiliki tubuh kecil dan beragam, selain itu yang unik dari
binatag ini adalah rumah yang dibuanya, aqur’an bahkan menjelaskan bahwa selemah
lemahnya rumah adalah rumah laba laba, maksud dari kalimat tersebut bukanlah secara
harfiah akan tetapi lebih kearah makna, ruma laba laba dianggap lemah karena rumah
tersebut tidak bisa melindungi laba laba itu sendiri. .

Pengamatn yang dilakukan juga mengamati ciri morfologi yang nampak pada laba
laba, seperti laba laba pada umumnya, yang menjadi ciri khas dari laba laba adalah
kemampuanya membuat sarang, pada bagian tubuhnya memiliki banyak bulu, dan laba laba
juga memiliki banyak mata. Laba laba juga memiliki jenis spesies yang sangat banyak,
menurut (koneri, 2015) Hewan ini merupakan kelompok terbesar dan memiliki keanekaragaman
yang sangat tinggi dalam filum artropoda. Jumlah spesies laba-laba yang telah dideskripsikan pada
saat ini sekitar 43.678 spesies, digolongkan dalam 111 famili dan 3600 genus

Menurut lineous, laba laba memiliki klasifikasi seagai berikut

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda

Kelas : Arachnida

Famili : Araneidae

Genus : Araneus

4.11 Felis Sp.

Pengamtan yang dilakukan juga menemukan hewa pliharaan berupa kucing, hewan ini
memang diemari masyarakat untuk dijadikan sebagai hewan peliharaan karena perawatannya yang
mudah dan bersahabat dengan manusia. walaupun demikian kita harus tetap menjada kebersihan
kucing (saryoko, 2016) Diantara banyak binatang, Kucing merupakan salah satu hewan peliharaan yang
digemarin pada masyarakat sekarang ini. Namun untuk menjaga kucing peliharaan agar memiliki kesehatan yang
baik, pemelihara kucing harus lebih memperhatikan makanan dan perawatan kucing tersebut jika tidak kucing akan
mudah terserang penyakit.

Ciri morfologi yang nampak dari heawn ini adalah bulu halus yang beraneka warna yang dimiliki, namun
beberapa orang mendapat maalah dari bulu kucing ini, beberapa orang alergi terhadap bulu kucing, ditambah lagi
bulunya yang sering rontok membuat beberapa orang enggan untuk memeliharanya, selain itu gigitan kucing dapat
menyebabkan rabies, menurut (saryoko, 2016) kucing memiliki klasifikasi sebagai berikut

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Famili : Felidae

Genus : Felis
DAFTAR PUSTAKA

Mukayat, D. 1990. Zoologi Vertebrata. Jakarta. Erlangga.

Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta: Erlangga.

George, Fried, E. H & Hademos, G. J. 2009. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Juwana, Sri. 2007. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan.

Suwignyo S. 2005. Avertebrata Air Jilid I. Jakarta: Penebar Swadaya.

Alvyanto. 2010. Filum Annelida. Semarang: Sahabat Tiga.

Brotowijoyo.Djarubito Mukayat. 1994. Zoologi Dasar. Bandung: Erlangga

Campbell,N.A.,Reece dan L.G.Mitchell.2004. Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Hala, yusminah.2007. Dasar Biologi Umum II. Makasar: Allaludin Press.


Hanlon, R.T. and J.B Messenger. 1996. Cephalod Behavior. Cambridge : University Press
Cambridge
Karmana, Omar. Anwar Anik. 1987. Biologi . Bandung: Ganeca exact Bandung.
Romimohtarto, K. 2005. Ilmu Pengetahuan Biota Laut. Djambatan. Jakarta.
Kamal, Mustofa. 2009. Penuntun Praktikum Taksonomi Hewan. Inderalaya: UNSRI.

Kastawi, Yusuf. 1996. Zologi Avertebrata. Malang: UM Press.

Radiopoetra. 1996. Zoologi. Jakarta: Erlangga.

Rusyana, Adun. 2007. Zoologi Invertebrate. Bandung: CV Alfabeta.

Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Jakarta: Erlangga.

Manthey, V dan W. Grossman. 1997. Amphibius and Reptile. Sudestation. NTV Verley:
Munster.

Kimball, J,W. 1999. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga.


Borror, D.J. Triplehorn, C. A dan Johnson, N. F. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga.
Terjemah oleh Soetiyono Partosoedjono. Yogyakarta: UGM Press.

Siwi. S. S. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai