FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
MENGENAL KEPITING HUENIA SPP.
(CRUSTACEA: DECAPODA:
MAJIDAE)
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Bila diperhatikan dan direnungkan dengan teliti mengenai keanekaragaman jenis
biota laut di perairan Indonesia, sudab sepantasnyalah kita mengucapkan rasa syukur
yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas karunia dan ciptaanNY
A yang sangat beranekaragam. Keberadaan biota laut atau hewan, dan tumbuhan taut
di alam (laut) sudah berkelompok-kelompok sesuai dengan ciri-ciri hidupnya dan
dengan mudah dapat dipisahkan secara kasat mata, seperti contohnya: kelompok
ikan, karang, moluska, ckhinodermata, alga, larnun dan juga kelompok crustacea.
Keberadaan populasi crustacea yang sangat beranekaragam di alam, sebaiknya
diiringi dengan upaya peningkatan pengetahuan tentang kelompok hewan terse but.
Salah satunya adalah kepiting Huenia spp. dari suku Majidae (kepiting laba-Iaba).
Hal yang perlu diketahui lebih dahulu secara umum tenlang
kepiting tersebut adalah perilaku (kamuflase), karakteristik, biosistematik maupun
kehidupan di alam, yang semuanya tersebut dijabarkan
dalam tulisan ini.
KEUNIKAN TUBUH KEPITING MAJIDAE
Majidae adalah suku dari kelompok kepiting laba-laba (spider crabs) yang banyak
ditemukan di perairan tropik dan sub-tropik. Kepiting ini disebut sebagai kepiting
laba-laba (spider crabs), karena memiliki tubuh yang mirip dengan laba-laba dan
berkaki panjang. Keunikan dari jenis kepiting ini adalah dapat melak:ukan kamulfasc
di alamo lIal ini dilakukannya saat dirinya merasa terancarn oleh predator, dan
digunakan sebagai alat untuk keselamatan dirinya (Sakai, 1976a; 1976b).
Salahsatukepiting yang termasuk dalam Suku Majidae adalah kepiting Huenia
heraldica, H. nagaii dan H. toyoshioae yang dikenal juga dengan sebutan kepiting
kepala panah (Arrowhead). Kepiting
I)Peneliti Biodiversitas dan Konservasi Ekosistem Laut, Pusat Penelitian
Oseanografi-LIPI, Jakarta. 9
ini mempunyai variasi yang sangat besar, tetapi hanya sebagian yang disebabkan
oleh dimorfisme seksual. Kepiting ini berukuran kecil dengan panjang tubuh sekitar
11,15 - 15,5 rom, hidup melekat pada alga Halimeda. Penyama- ran tubuhnya sangat
baik, sehiogga menyerupai inangnya tidak hanya dengan pola warna hijau dan putih,
tetapi juga dengan bentuk tubuh yang meniru bentuk pisau dan alga Halimeda.
Kepiting ini dapat menghilang menyerupai inangnya (alga Halimeda), pada saat
bahaya mengancam dirinya dan membuat biota tersebut hampir tidak terlihat oleh
predator (Ertel, 2008).
BENfUK KARAPASDAN MORFOLOGI KEPlTINGHUENlA SPP.
Kepiting Huenis spp. suku Majidae memiliki karapas sedikit lebih panjang dari lebar,
bila dibandingkan dengan kepiting-kepiting Brachyura lainnya. Permukaan dorsal
sangat rata, terbagi menjadi tiga bagian subequal, dua
protogastric dan satu subregional mesogastric yang terlihat secara jelas. Tepi bagian
lateral (margin lateral) karapas dilengkapi dengan dua bagian yang menonjol yaitu
lobus tipis di bagian anterior, dan lobus yang jelas seperti sayap
melengkung ke atas dengan ujung yang tajam (Gambar 1) (Takeda & Marumura,
2010). Tepi bagian posterior karapas memiJiki jarak. yang sama Jebamya dengan
bagian orbit (mata) kiri dan kanan, dengan ujung lateral yang bulat. Tepi supraorbital,
tidak dibatasi antara anterior lobus dengan karapas. Preorbital memiliki gigi yang
tajam miring ke depan. Chelipeds subequal, berkembang dengan baik, bagian tepi
merus tajam, tulang pergelangan tangan dan telapak tangan; merus bersegi tiga,
dengan tepi tidak teratur. Tepi bagian atas terdapat basal, median dan bagian distal
berbentuk. tuberkel.
Tepi distal merus terdapat dua gigi tubular di dalam dan luar bagian. Jan pada sapit
tidak bergerak (unmoveable finger), bergigi,
memenuhi sepanjang bagian distal, sedangkan jan sapit bergerak (moveable finger)
terdapat celah di antara kedua jari (Takeda & Marumura, 2010). Kelompok kepiting
inimemiliki bentuk kaki tajam dan tipis, tepi anterior merus, carpus dan propodus
tajam; merus berbentuksegi tiga. Setiap propodus dilengkapi dengan gigi median
yang tumpul ke arah tepi distal anterior; tepi posterior masing-rnasing propodus
terdapat
setae yang berbentuk subchelate; dactylus
Gambar 1.Huenia nagaii sp. Nov., bolotype male (WMNH-Na-CrQ328; cb 12.3
clI4.5mm), dorsal (A) and ventral (B) views (Takeda & Marumura, 2010).
10
Julukan "kepiting masking" adalah tepat untuk suJru Majidae yang merupakan suku
terbesar yang tersebar eliIaut luas, dan memiliki sekitar 800 spesies elilaut (Ertel,
2008; De Grave, 2(09). Kelompok kepiting ini melepaskan larva planktonik ke dalam
perairan terbuka dan dapat ditemukan eli seluruh dunia, kecuali di dekat Antartika
(Wicksten, 1993). Sebagian besar jenis kepiting maj id memakan alga (yang juga
sebagai sumber dekorasi utama), bergerak lambat dan at au sebagai invertebrata
sessile. Kepiting tersebut tergolong hewan omnivora, beberapa aktif mendekorasi dID
mereka sendiri, namun banyak kepitingjenis lain yang juga mentolerir organisme lain
menetap di karapas mereka (Mastro, 1981). Kepiting ini menggunakan masking
sebagai takti.k defensif karena mereka bergerak lambat, tidak mengubur diri,
memiliki setae di karapas dan kaki (Sal lam et al., 2007).
Umumnya, kepiting kecil yang berulcuran 2.5-3.5 em lebih sering berkamulfase
daripada kepiting besar yang berukuran lebih dari 15 em, karena ukuran kecil sangat
reman terhadap predasi dari ikan dan hewan-bewan besar lainnya, sehingga mereka
biasanya mendandani (mendekorasi), menutupi karapas- nya dengan potongan alga
atau baban-baban aktif lainnya (Bedini, 2002). Kepiting laba-laba besar lebih dapat
beradaptasi dengao lingkungan dan tidak menutupi karapasnya sarna
sekali. Apalagi bagi kepiting yang bidup di kedalaman tertentu atau di atas pasir
sudah tidak lagi menggunakan baban pelindung, mungkin karena sulitnya mencari
baban pelindung diri.
Perilaku masking pada kepiting dilakukan deogan cara menutupi tubuh mereka
deogan alga untuk kamuflase, sekaligus sebagai sarana menyimpan makanan untuk
konsumsi dikemudian hari. Oleh karena itu, mereka akan mendapatkan keuntungan
dari masking dengan
jenis alga yang merekasuk:ai (Cruz-Rivera, 2001). lnteraksi antara makan dan
perilaku dekorasi, dapat menjaeli dua kali lipat menguntungkan, terutama untuk
kepentingan kepiting. Karena
bahan masker terus tumbub (Woods & Mclay, 1994a), masker dapat berfungsi
sebagai sumber
makanan terbarukan, sebingga kepiting tidak perlu pengeluaran energi dan
mengurangi risiko predasi dengan cara memiliki pasokan makanan sendiri (Kilar &
Lou, 1986).
BIOSlSfEMATIK
Ng et al. (2008), mengklasifikasikan kepiting Huenia sebagai berikut:
Filum : Arthropoda Kelas : Crustasea Subkelas :Malacostraca
12
Ordo Subordo Suku Genus
Jenis
: Decapoda : Majoidea : Majidae
: Huenia
: H. australis Griffin & Tranter, 1986 H. bifurcata Streets, 1870
H. brevifrons Ward, 1941 H.grandidierii A Milne Edwards, 1865 H. halei Griffin &
Tranter, 1986
H. heraldica (De Haan, 1837)
H. keelingensis Griffin & Tranter, 1986 H.pacifica Miers, 1879
Kemudian Griffin & Tranter (1986) merevisi genus Huenia, Suku Majidae dan
membedakannya menjaeli tujub spesies. Tujuh spesies tersebut yang tercantum pada
Ng et al. (2008) antara lain: Huenia australis Griffin & Tranter, 1986
(SouthemAustralia); H. bifurcata Streets, 1870 (East Australia); H. brevifrons Ward,
1941 (Indo-Pasifik Barat dari Jepang ke kepulauan Maldive dan Laccadive di Laut
India); H. grandidierli A Milne Edwards, 1865 (Afrika Timur); H. halei Griffin &
Tranter, 1986 (Southern Australia); H. heraldica (De Haan, 1837) (Pasifik Barat dari
Jepang ke Australia); H. keelingensis Griffin & Tranter, 1986 (Kepulauan Cocos
Keeling di Samudera Hindia bagian timur);danH.pacifica Miers, 1879(pasifikBarat
dari Kepulauan Sulu elitimur lautAustralia, dan Pulau Salas y G6mez off Chili di
tenggara
Pasifik). Di perairan Jepang, kepiting Genus Huenia hanya memiliki dua jenis yaitu:
H. heraldica (De Haan.1837)(Sakai, 1938; 1976) dan H. brevifrons Ward, 1941
(Sakai, 1976; Takeda et 01., 1976). Barulah setelah abad ke 20- an, Takeda &
Marumura (2010) menemukan dua spesies baru yaitu Huenia nagaii sp. Nov dan H.
toyoshioae sp. Nov, serta catatan baru yaitu
H. pacifica Miers, 1879 (Gambar 3) yang te1ah dicatat daJam Carcinological fauna
Jepang, sehingga menambah koleksi bagi jenis kepiting Huenia dunia Takeda &
Marumura (20 I0). Menurut Holthuis (1962) dan Griffin (1974), kepiting Huenia
heraldica memiliki nama sinonim (nama yang sebelumnya) yaitu H.
proteus (De Haan, 1837).
Gambar 3. Huenia pacifica Miers, jantan yang tercatat dalarn Carcinoiogical fauna
Jepang (Takeda & Marumura, 2010).
Garnbar 4. Huenia pacifica Miers, dari pulau Tikus, Kepulauan Seribu (Foto pribadi
Pratiwi, 2010).
KElllDUPANDIALAM
Habitat dari kepiting majidae sangat luas, antara lain di daerah terumbu karang,
lamun, alga dan beberapa habitat di perairan dangkal lainnya. Sebaran dari kepiting
tersebut juga sangat Juas, yakni mulai dari perairan Indo Pasifik
bagian barat yaituAfrika Selatan,Afrika bagian timur, Jepang, Australia, Pasifik,
Hawaii, dan perairan Indonesia (Griffin. 1974). Kepiting majidae khususnya yang
melakukan masking di tubuhnya untuk berkamulfase adalah sangat
13
unik dalam hal menyimpan makanan. Jenis kepiting yang hanya menggunakan
masking sebagai "penyimpan makanan" akan menyembunyikan diri di siang hari,
apabila terdapat predator di sekitar lingJrungannya (Mastro, 1981). Kilar & Lou
(1986) melakukan percobaan mengenai preferensi makanan dan kamuflase dekorator
dari kepiting Microphrys bicornutus pada fringing reef Karibia, Percobaan tersebut
menunjukkan bahwa kepiting ini lebih memilih untuk tidak memakan bahan yang
melekat pada dirinya sebagai kamuflase, ketika terdapat makananlain yang tersedia
eli habitatnya. Namun demikian, ketika makanan di lingkungannya tidak ada, maka
dengan mudah kepiting tersebut akan mengkonsumsi masking atau topengnya. Alga
atau tumbuhan yang melekat pada karapas berfungsi sebagai makanan cadangan
altematif bagijenis ini(K.ilar& Lou, 1986).
Mastro (1981) menunjukkan hal yang berbeda pada penelitiannya, kepiting majid
Pugettia productd menggunakan masker atau topengnya sebagai makanan utamanya.
Kepiting tersebut memakan alga dari topengnya sendiri ketika terisolasi dari makanan
dan akan mencari lagi alga sebagai kamuflase dirinya. Oleh karena itu, perilaku
dekorasi bagijenis tersebut harus selalu memiliki hubungan antara habitat dengan
makanan. Makanan dan preferensi masking juga diteliti pada kepiting majidlnachus
phalangium. Meskipun dekorasi digunakan sebagai "penyimpan makanan" dalam
jangka pendek, tetapi kepiting tersebut mengeksploitasi sifat gizi dan kimia dari jenis
alga yang berbeda. Kepiting jenis Inachus phalangium lebih memilih makanan, dan
preferensi topeng yang dipisahkan (Rorandelli et al., 2007). Kepiting lebih suka
makan alga merah dan hijau, sementara lebih memilih untuk masking atau bertopeng
dari alga coklat, Kepiting inijuga erat berasosiasi dengan anemon, dimana mereka
juga mendapat perlindungan (RorandeUi et al., 2(07).
Variasi musiman
Faktor lain yang dapat mempengaruhi
preferensi masking adalah alga yang memiliki variasi musiman pada jenis yang
tersedia eli alam. Berdasarkan pengamatan Ertel (2008), terhadap tiga jenis alga yang
paling sering digunakan oleh kepiting, tampaknya tidak terlalu bervariasi dalam
kelimpahan, tergantung pada musim atau waktu dalam setahun. Alga dari Genus
Halopteris, Plocamium dan Euptilota ditemukan tumbuh terdampar di pantai
sepanjang tahun. Sedangkan Ulva, tampaknya
bervariasimusiman.KelimpahanUlvalebihbesar selama bulan-bulan musim panas,
daripada eli musim dingin, sehingga Viva bukanlah jenis yang disukai, Kepiting tidak
tergantung dengan VIva, karena keberadaannya tergantung pada
musim dan tidak berlimpah, sehingga menghambat kepiting untuk penggunaanya eli
alam(Mastro,1981).
Kepiting dapat menghapus atau mengganti bahan masker yang pertama di
karapasnya, apabila sebagian tubuhnya telah terlihat atau sebagian telah dikonsumsi
sebagai makanannya, karena hal yang paling penting bagi kepiting majid adalah
menutup terus tubuhnya (Woods & McLay, 1994b). Alga jenis Halopteris dan
Halimeda akan menutup rata (merata) di tubuh kepiting, selain berfungsi sebagai
makanan yang disukai juga sebagai
pelindung dirinya. Meskipun alga tersebut menutup eli seluruh tubuh, namun
diharapkan bahwa masking dapat berfungsi sebagai penyimpanan makanan, dan
harus disukai sehingga dapat ditempatkan di bagian depan karapas, hal ini
dimaksudkan agar masker sebagai konsumsi dapat dengan mudah dimakan atau
dihapuskan (Woods & McLay,
1994b). Secara jelas, bahwa perilaku yang diperlihatkan oleh kepiting jenis
Notomithrax ursus yang menempatkan alga Plocamium eli bagian depan karapas
kepiting, dapat menjadi preferensi makanan (Ertel, 2008). Plocamium adalah jenis
alga yangjauh lebih melimpah eli
14
habitat daripada genus Euptilota, tetapi masih memiliki preferensi yang signifikan
untuk digunakan sebagai masker. Ini mungkin disebabkan sebagai pilihan makanan
yang disukai, tetapi karena ketersediaannya terbatas membuatnya tampak kurang
disukai sebagai bahan masking dalam masker alami.
Pertahanan Kimia
Meskipun tidak ada bukti yang jelas
terhadap perilaku kepiting Notomithrax ursus, bahwa masking mempunyai tujuan
sekunder, yaitu sebagai sistem pertahanan bagi hewan predator, tetapi pemanfaatan
alga di alam oleh kepiting tersebut dapat membantu menghalangi predator yang akan
mernangsa kepiting. Selain itu, karena diketahui bahwa alga mengandung zat kimia
yang sangat berbahaya, dan tidak disukai oleh predator karnivora maupun omnivora
(Ertel, 2008). Ada beberapa jenis alga Plocamium lain di Selandia Bam yang
berbahaya bagi ikan dan predator lain, antara lain adalah Plocamium hamatum dari
perairan Queensland, Australia (Dumont et al., 1991), dan P. cartilagineum dari
perairan Chili (Argandona
et al., 2000). Stachowicz & Hay (1999) menyebutkan bahwa masking kepiting
Libinia dubia yang menggunakan alga coklat jenis Dictyota menstrualis mengandung
zat racun yang tidak disukai, sehingga sangat sedikit yang dimanfaatkan sebagai
sumber makanan bagi kepiting majid. Ikan yang bersifat omnivora sebagai predator
menghindari makan jenis Dictyota, karena memiliki racun yang kuat.
CARAPENGAMBD.AN KEPITINGHUENJA SPP.DIALAM
Carapengambilan kepiting Huenia spp. di alam sangat sederhana dan tidak perIu
menggunakan alat-alat khusus, yaitu banya dengan menggunakan tangan. Apabila
kita berada di perairan yang banyak ditumbuhi alga, maka perhatikan baik-baik,
pilihlah alga yang
biasa ditumpangi oleh kepiting majid, contohnya jenis Halimeda, ambil alga tersebut
letakan pada sebuah nampan, amati dan teliti setiap batang alga, karena kepiting ini
pandai menyamar, sehingga mirip menyerupai alga yang ditempelinya. Oleh karena
itu, apabila sudah ditemukan kepiting Huenia, pisahkan dan masukkan dalam kantong
plastik atau botol, dan beri air laut secukupnya. Usahakan dalam satu botol hanya
terdiri dari dua atau tiga individu saja, hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu padat,
Setelah sampai di laboratorium, sampel kemudian
dibersihkan dengan air tawar yang mengalir secara perlahan, cuci dan sikat karapas
menggunakan sikat gigi yang berukuran kecil (ukuran kanak-kanak), agar semua
lumpur dan kotoran yang melekat ditubuhnya (karapas) bersih, sehingga karapas
terlihat berwarna hijau aslinya. Baru kemudian dilakukan preservasi dengan bahan
pengawet alkohol 70%.
Penyimpanan sampel atau spesimen dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu basah
dan kering. Pengawetan basah adalah dengan menggunakan bahan pengawet alkohol,
sedangkan pengawetan kering, tanpa menggunakan bahan pengawet alkohol, tetapi
hanya dibiarkan menggering, yakni dengan cara dijemur hingga kering dan tidak
mengandung air. Kemudian baru dimasukan ke dalam kotak spesimen yang telah
diberikan kamper, hal ini dimaksudkan agar sampel tidak dimakan kum ataungengat
(Thompsonetal.,1966).Spesimen
Huenia pacifica dan Huenia nagaii sp. Nov yang digunakan untuk penelitian oleb
Takeda & Marurnura (2010) telah diawetkan di Wakayama Prefectural Museum of
Natural History, Wakayama (WMNH) dan National Museum of Nature and Science,
Tokyo (NSMT). Semua spesimen koleksi disertai dengan nama dan ukuran. Uk.uran
spesimen ditunjukkan dalam milimeter (mm) untuk total panjang tububnya (TL) dan
panjang karapas (CL).
15
Mastro, E. 1981. Algal preferences for decoration by the Californian kelp crab,
Pugettia
producta (Randall) (Decapoda, Majidae). Crustaceana 41 (l): 64-70.
McLay, C.L. 1988. Brachyura and crab-like Anornura of New Zealand. Leigh
Laboratory bulletin 22.
Ng, Peter. K.L., D. Guinot and Peter. J.F. Davie. 2008. Systema Brachyurorum: Part
I. An annotated ceck list of extant brachyuran crabs of the world. Supplement 17.
National University of Singapore, Singapore: 286 hIm.
Rorandelli, R., F. Bartolini., M. Gomei and S. Cannicci. 2007. Observations in
captivity on the activity patterns and resources utilization of the spider crab Inachus
phalangium (Decapoda, Majidae). Mar BioI, 151:1111-1116.
Sallam, W.S., F.F. Madkour and M.K. Wicksten. 2007. Masking behavior of the
spider crab, Hyastenus hilgendorfi (De Man
1887) (Brachyura, Majidae) from the Suez Canal, Egypt Crustaceana 80 (2): 235-
245.
Sakai, T. 1938. Studies on the crabs of Japan. 3. Brachygnatha Oxyrbyncha. Yokendo
Co. Tokyo. 193-364p.
Sakai, T. 1976a. Crabs of Japan and The Adjacent Seas Plates. Kodarian LTD. Japan.
773.
Sakai, T. 1976b. Crabs of Japan and The Adjacent Seas Plates. Figures. Kodarian
LTD. Japan. 251.
Stachowicz, J.J. and M.E. Hay. 1999. Reducing predation through chemically
mediated camouflage: indirect effects of plant defenses on herbivores. Ecology, 80
(2): 495-509.
Takeda, M. and M. Marumura. 20 IO. Spider Crabs ofthe Genus Huenia De Haan,
1837 (Crustacea, Decapoda, Brachyura) from Japan, with Descriptions of Two New
Kinds. Bull. Natl. Mus. Nat. Sci., Ser. A, 36(2),pp. 39-48.
Takeda, M., K. Okamoto and T. Fukuda. 1976. Huenia brevifrons Ward (Decapoda,
Majidae) attached to calcareous green alga, Halimeda, from the Ryukyu Islands.
Bulletin of the National Science Museum, Tokyo,SeriesA2: 103-107.
Thompson, J.R., M.H. Thompson and S. Drummond. 1966. A method for restoring
dried crustacean specimen to taxonomically usable condition. Crustaceana, 10: 109.
Wicksten, M. K., 1980. Decorator crabs. Scientific American. 242: 116-122.
Wicksten, M. K., 1986. Carrying behavior in Brachyuran crabs. Journal of
Crustacean Biology 6 (3): 364-369.Wicksten, M. 1(.,
1993. A review and a model of decorating behavior in spider crabs (Decapoda,
Brachyura, Majidae). Crustaceana 64(3): 314-325.
Woods, C. M. C., and McLay, C. L., 1994a Masking and ingestion preferences of the
spider crab, Notomithrax ursus (Brachyura: Majidae). New Zealand Journal of
Marine and Freshwater Research. 28: 105-111.
Woods,C.M.C.,andMclay, C.L.,1994b.Use of camouflage materials as a food store by
the spider crab Notomithrax ursus (Brachyura: Majidae). New Zealand
Journal of Marine and Freshwater Research. 28: 97-104.
17