Judul Jurnal Kelimpahan Plankton di Perairan Danau Toba, Kelurahan
Haranggaol, Kabupaten Simalungun
Nama Jurnal Jurnal Warta Penulis Uswatul Hasan Tahun 2017 Volume 53 Reviewer Yunelsa Simbolon NIM 200302067 Latar Belakang Organisme yang dapat dijadikan indikator biologi pada perairan tercemar adalah organisme yang dapat memberikan respon terhadap sedikit-banyaknya bahan pencemar dan dapat meningkatkan populasi organisme tersebut. Ekosistem kawasan danau Toba meliputi seluruh wilayah daerah tangkapan air danau Toba dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Asahan. Daerah tangkapan air danau Toba (pulau Samosir maupun daratan Sumatera yang mengelilingi danau), telah banyak mengalami perubahan. Perubahan tersebut mencakup luas hutan dan keragaman vegetasi penutupan lahan yang terjadi baik oleh bencana alam maupun akibat kegiatan pertanian (bercocok tanam dan peternakan) oleh penduduk, perluasan pemukiman penduduk yang populasinya bertambah dari tahun ke tahun. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan plankton di perairan danau toba kelurahan Haranggaoal, kecamatan Haranggaol Horison, kabupaten Simalungun, dan untuk megetahui pengaruh faktor fisik dan kimia terhadap kehidupan biota air di danau Toba Metode Penelitian Metoda yang digunakan adalah metoda “Purposive sampling” dengan 3 stasiun sampel secara geografis antara lain : Stasiun 1 : Muara sungai, Stasiun 2 : Daerah Keramba dan Stasiun 3 : Daerah tanpa aktivitas manusia. Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan menggunakan plankton net dan lamnott. Sampel air diambil pada masing-masing stasiun dengan menggunakan ember sebanyak 25 L. Sampel air yang diperoleh disaring plankton net yang dilengkapi dengan botol penampung (bucket) dilakukan 5 kali ulangan pada setiap stasiun. Sampel air yang tersisa di dalam bucket dipindahkan dalam botol film yang ditetesi dengan larutan lugol 10% sebanyak 3 tetes. Pengambilan sampel plankton ini dilakukan pada malam dan siang hari. Selanjutnya sampel air kemudian dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi dengan buku Edmondson (1963) dan dihitung indeks keanekaragaman dan indeks keseragamannya. Hasil dan Pembahasan Pada lokasi pengamatan plankton malam ditemukan plankton sebanyak 2 kelas, 2 famili dan, 2 genus. Genus yang paling dominan adalah genus Skeletonema. Hal ini mungkin karena kondisi lingkungan yang sesuai dengan kelangsungan hidupnya, terutama pada suhu perairan sekitar 26˚C. Suhu optimum untuk kehidupan fitoplankton adalah 25-30°C. Akan tetapi pada suhu 32,1˚ masih merupakan kisaran yang memungkinkan untuk tetap hidup. Berdasarkan Nilai K (Kelimpahan), KR (Kelimpahan Relatif), dan FK (Frekuensi Kehadiran) plankton malam diperoleh genus yang paling banyak ditemukan ditemukan di lokasi pengamatan yaitu Skeletonema dengan kelimpahan sebesar 5755.10 ind/L, kelimpahan relatif 97,92% dan frekuensi kehadiran 100%. Hal ini mungkin karena suhu perairan Danau Toba yaitu 30˚C sesuai dengan pertumbuhan Skeletonema. Nilai indeks keanekaragaman (H’) plankton malam sebesar 0,1 dan untuk nilai indeks keseragaman (E) plankton malam sebesar 0.14. Berdasarkan rumus H’ menyatakan bahwa jika 0<H’<2,302 makakeanekaragaman rendah. Jadi pada lokasi pengamatan Indeks Keanekaragaman organismenya masih dikatakan rendah. Begitu juga untuk nilai Indeks Keseragaman (E), dimana jika nilainya 0-1 penyebaran organisme merata dan keseragaman tinggi. Dan nilai Indeks Keseragaman (E)<1 maka penyebaran organisme rendah dan keseragaman tidak merata. Berdasarkan Nilai K (Kelimpahan), KR (Kelimpahan Relatif), dan FK (Frekuensi Kehadiran) Plankton Permukaan yang didapatkan pada masing-masing stasiun diperoleh genus yang paling banyak ditemukan untuk plankton permukaan di ketiga lokasi pengamatan yaitu Skeletonema, Gonatozygon, dan Diatoma. Hal ini mungkin karena suhu yang sebesar 26˚C sesuai untuk pertumbuhannya. Skeletonema merupakan diatome yang bersifat eurythermal, yang mampu tumbuh pada kisaran suhu 30-300 C. untuk pertumbuhan optimal, alga ini membutuhkan kisaran suhu antara 22-27˚C Banyaknya Skeletonema yang ada di perairan ini mungkin karena pH di daerah ini yang masih normal yaitu berkisar 7,3-8 sesuai untuk pertumbuhannya. Derajat keasaman atau pH merupakan nilai yang menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam air. Nilai pH suatu perairan dapat mencerminkan keseimbangan antar asam dan basa dalam perairan tersebut. Nilai keasaman (pH) masih tergolong normal yaitu sekitar 7-8. Nilai indeks keanekaragaman (H’) untuk plankton permukaan adalah pada stasiun 1 sebesar 1,19, stasiun 2 sebesar 1,11, dan stasiun 3 sebesar 1,55. Untuk nilai indeks keseragaman (E) untuk plankton permukaan adalah pada stasiun 1 sebesar 0,74, stasiun 2 sebesar 0,69, dan stasiun 3 sebesar 0,96. Nilai H’ tertinggi terdapat pada lokasi 3 yaitu dengan nilai 1,55. Untuk nilai E tertinggi terdapat pada lokasi 3 yaitu dengan nilai 0,96. Dimana di daerah ini Indeks Keanekaragaman yang tinggi sangat dipengaruhi oleh faktor jumlah spesies, jumlah individu dan penyebaran individu masing-masing spesies. Tetapi berdasarkan rumus H’ menyatakan bahwa jika 0< H’<2,302 maka keanekaragaman rendah. Kesimpulan Dapat diketahui keanekaragaman plankton yang diperoleh pada perairan Danau Toba meliputi: Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Crysophyeae, Chyanophyceae, Xantophyceae, Branchiopodae, Maxiliopoda Crustaceae. Keanekaragaman benthos yang diperoleh pada perairan Danau Toba meliputi Annelida, Crustaceae, Dragonflies, Gastropoda, Insecta, dan Turbellaria. Kelimpahan plankton malam diperoleh genus yang paling banyak ditemukan ditemukan di lokasi pengamatan yaitu Skeletonema dengan kelimpahan sebesar 5755.10 ind/L, kelimpahan relatif 97,92% dan frekuensi kehadiran 100%. Kelebihan Jurnal Kelebihan dari jurnal ini adalah dibagi duanya pemaparan mengenai hasil penelitian antara plankton malam dan juga plankton permukaan Kekurangan Jurnal Kekurangan dari jurnal ini adalah penggunaan font yang kurang tepat karena menyulitkan pembaca saat membaca ditambah dengan pemberian logo pada background jurnal, dan pada bagian metode tidak diberikannya space antar tiap sub bab yang membuat jurnal terlihat kurang rapi