Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KELOMPOK

Mata Kuliah: Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja Lanjut


Dosen : Prof. dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc., Ph.D.

PERUBAHAN BIODIVERSITAS GENETIK, SPESIES, DAN EKOSISTEM

KELOMPOK 1

ANDI ALIFAH AULYA SULTAN K012222001


RISTA RENATYA ISMAIL K012231013
DEVY OKTAVIANTI K012231015
RABIYATUL ASGAR K012231016
IRMA PAYUK K012231019
ASMAUL HUSNA K012231038

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Fakta Masalah
Ekosistem merupakan organisme yang ada selalu berinteraksi secara
timbal balik dengan lingkungannya. Interaksi timbal balik ini membentuk suatu
sistem yang kemudian kita kenal sebagai sistem ekologi atau ekosistem.
Dengan kata lain ekosistem merupakan suatu satuan fungsional dasar yang
menyangkut proses interaksi organisme hidup dengan lingkungannya.
Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan biotik (makhluk hidup)
maupun abiotik (non makhluk hidup). Sebagai suatu sistem,di dalam suatu
ekosistem selalu dijumpai proses interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya, antara lain dapat berupa adanya aliran energi,rantai makanan,
siklus biogeokimiawi, perkembangan, dan pengendalian (Suyud Warno Utomo,
Sutriyono, Reza Rizal, 2022).
Kesehatan ekosistem didefinisikan sebagai kapasitas untuk
mempertahankan organisasi biologis dan social, disatu sisi, dan kemampuan
untuk mencapai tujuan manusia yang wajar dan berkelanjutan di sisi lain. Artinya
Kesehatan ekosistem merupakan tentang bagaimana mempertahankan
komunitas manusia, peluang ekonomi, dan kesehatan manusia dan hewan,
seperti halnya mempertahankan fungsi biologis ekosistem. Kesehatan ekosistem
terkait dengan integritas dan keberlanjutan. Ekosistem yang sehat adalah
ekosistem yang mempertahankan struktur dan fungsi system dengan adanya
tekanan. Salah satu jenis ekosistem yang menjadi bagian penting dalam
kehidupan manusia adalah ekosistem tanah (Hasanuddin Ishak,2022).
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah istilah yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Keanekaragaman hayati merupakan
istilah yang menggambakan keanekaragaman kehidupan pada tingkat yang
berbeda : gen, spesies, dan ekosistem. Keanekaragaman gen mengacu pada
variasi gen dalam spesies yang mencakup populasi yang berbeda dari spesies
yang sama atau variasi genetic dalam suatu populasi. Keanekaragaman
spesies mengacu pada berbagai organisme hidup di bumi. Keanekaragaman
ekosistem mengacu pada variabilitas habitat dan komunitas biotik termasuk
berbagai proses ekologi dalam ekosistem (Cahya Prayogo, Novi Arfarita, 2023).
Salah satu bentuk perubahan ekosistem tanah adalah perubahan
ekosistem tanah pada lahan pertanian. Penggunaan pestisida pada lahan
pertanian dapat berdampak buruk pada kerusakan lahan pertanian,
berkurangnya kesuburan tanah, dan mematikan fauna tanah. Perubahan yang
terjadi pada ekosistem juga dapat berdampak buruk bagi keberlangsungan
hidup organisme-organisme di ekosistem tanah yang biasa disebut dengan
ketidakseimbangan ekosistem. Perubahan ekosistem tanah dapat dipengaruhi
oleh biodiversitas atau keanekaragaman mikroorganisme di dalam tanah.
Keanekaragaman hayati tanah teridiri atas mikroorganisme (bakteri dan
cendawan); mikrofauna (protozoa dan nematoda), mesofauna (mikroarthropoda
dan enchytraeids), dan makrofauna kaki seribu dan cacing tanah. Jenis-jenis
biodiversity terdiri atas biodiversitas genetik, biodversitas spesies dan
biodiversitas ekosistem. Biodiversitas genetik adalah suatu tingkatan
biodiversitas yang merujuk pada total variasi genetic dalam semua spesies yang
mendiami beberapa aatau seluruh permukaan bumi. Masalah yang sering terjadi
pada biodiversitas genetik adalah rendahnya kualitas keanekaragaman genetic
sehingga beberapa mikroorganisme tanah sering tereliminasi oleh alam yang
berdampak buruk pada tanah.
Salah satu bentuk perubahan ekosistem tanah yaitu keanekaragaman
struktur nematoda tanah di daerah yang berbeda. Ketinggian, suhu,
kelembaban, pH tanah, dan nutrisi tanah berpengaruh terhadap perubahan
ekosistem tanah. Kesuburan tanah juga dipengaruhi oleh ketersediaan hara,
rendahnya ketersediaan hara mencerminkan rendahnya kesuburan tanah
sehingga keberadaan makrofauna tanah sebagai perombak bahan organik
sangat menentukan ketersediaan hara dalam menyuburkan tanah. Keberadaan
dan aktivitas makrofauna tanah dapat meningkatkan aerasi, infiltrasi air,
agregasi tanah, serta mendistribusikan bahan organik tanah.
Oleh karena itu, makalah ini disusun untuk melihat perubahan ekosistem
tanah biodiversitas genetik, biodiversitas spesies dan biodiversitas ekosistem
pada tanah melalui telaah beberapa referensi terpercaya sehingga mampu
menjelaaskan hal-hal tersebut secara detail.
B. Rumusan Masalah
1. Apa faktor penyebab perubahan biodiversitas genetik, spesies, dan
ekosistem?
2. Apa solusi untuk mencegah perubahan biodiversitas genetik, spesies, dan
ekosistem?
C. Tujuan
1. Untuk mengetehui faktor penyebab perubahan biodiversitas genetik,
spesies, dan ekosistem.
2. Untuk mengetahui solusi untuk mencegah perubahan biodiversitas genetik,
spesies, dan ekosistem.
BAB II
Pembahasan
A. Tabel Rekap
EKOSISTEM BIODIVERSITAS
1. IRMA PAYUK (K0122310019) 1. RABIYATUL ASGAR (K012231016) /
Perbedaan gradien ketinggian Spesies
menyebabkan pergeseran populasi
nematoda generik. Di antara patch tanah, Pola tanam dengan beberapa varietas padi
keanekaragaman nematoda tertinggi sawah tidak memiliki pengaruh secara langsung
diamati di tanah hutan dan paling sedikit di terhadap keanekaragaman serangga herbivora
tanah alpine; namun, nematoda namun terdapat perbedaan jumlah populasi
bakterivora mendominasi semua petak serangga herbivora pada setiap varietas.
tanah. Suhu dan kelembaban berpengaruh Serangga herbivora yang diperoleh pada
nyata terhadap keanekaragaman Varietas Inpari 16 terdapat 5 ordo, 22 famili dan
nematoda, tingkat trofik nematoda tertinggi 29 morfospesies dengan total 225 individu, pada
diamati di atas suhu 21 C, dan Varietas Ciherang terdapat 6 ordo, 18 famili dan
kelembaban 30%. Kelimpahan nematoda 22 morfospesies dengan total 381 individu, serta
menurun dari pH tanah basa menjadi pada Varietas IR 64 terdapat 5 ordo, 21 famili
asam. Unsur hara tanah seperti, nitrogen dan 27 morfospesies dengan total 2063 individu.
(N) dan fosfor (P) telah menunjukkan efek
yang merugikan pada kekayaan nematoda
di setiap lokasi, di mana keanekaragaman
nematoda dan kekayaan genera lebih
tinggi pada N dan P tanah yang melimpah
tetapi menurun pada unsur hara tanah
yang rendah. Indeks ekologi seperti indeks
keanekaragaman (DI), Indeks Shannon-
Wiener (H’), indeks pengayaan (EI), dan
nilai Indeks kematangan (MI) menunjukkan
bahwa tanah hutan lebih disukai untuk
nematoda dan status kesehatan tanah
yang tinggi daripada patch tanah lainnya.
2. DEVY OKTAVIANTI (K012231015) / Spesies
Pada perkebunan karet ditemukan sebanyak 20
spesies dan tergolong dalam 14 famili. Spesies-
spesies tersebut yaitu dari famili Formicidae
sebanyak 6 spesies yaitu semut hitam, semut
api impor merah, semut kuning, semut firaun,
semut rang-rang, semut terbang. Dari famili
Lycosidae sebanyak 2 spesies yaitu laba-laba
kantung kuning dan laba-laba serigala,
sedangkan famili Agelenidae sebanyak 1
spesies yaitu laba-laba rumput, famili dari
Gryllidae sebanyak 1 spesies yaitu jangkrik.
Famili Curculionidae sebanyak 1 spesies yaitu
kumbang penggerek buah, famili Lumbricidae
sebanyak 1 spesies yaitu cacing tanah, famili
Noctuidae sebanyak 1 spesies yaitu ulat tanah.
Famili Lithobiidae sebanyak 1 spesies yaitu
kelabang, famili Ectobiidae sebanyak 1 spesies
yaitu kecoa jerman, famili Helicidae sebanyak 1
spesies yaitu siput. Famili Oniscidae sebanyak 1
spesies yaitu kutu kayu, famili Dolichopodidae
sebanyak 1 spesies yaitu lalat kaki panjang,
famili Cerambycidae sebanyak 1 spesies yaitu
kumbang hitam, famili Rhinotermitidae
sebanyak 1 spesies yaitu rayap. Makrofauna
tanah dengan spesies yang mendominasi yaitu
semut api (Solenopsis invicta) dengan indeks
nilai penting (INP) tertinggi yaitu 47,51%,
sedangkan indeks keanekaragaman spesies
makrofauna tanah di perkebunan karet
tergolong dalam kategori sedang dengan nilai
1,967.
3. ANDI ALIFAH AULYA SULTAN
(K012221001) / Genetik
Komunitas jamur di zona akar adalah aktif
secara geokimia dan asam organik yang
disekresikan oleh akar tanaman dalam kondisi
oligotrofik dan nutrisi keterbatasan secara
signifikan mempengaruhi pelapukan tanah.
Rata-rata tertinggi dari genus yang
diklasifikasikan adalah jamur yang secara
bersamaan melakukan patotrofik, saprotrofik,
dan simbiotrofik fungsi. Boletales, Agaricales,
Cantharellales dan Archaeorhizomycetales
adalah ordo yang paling melimpah, tetapi dalam
satu sampel kami juga menemukan proporsi
ordo Mortierellales yang sangat tinggi. Urutan
Boletales dan famili Boletaceae secara
signifikan diperkaya dalam sampel retakan
batuan, sedangkan jumlah tertinggi secara
diferensial taksa berlimpah diamati dalam
sampel referensi. Substrat yang paling sering
digunakan oleh jamur adalah: asam glisil-
Lglutamat, L-ornitin, L-fenilalanin, L-prolin, asam
D-galakturonat, asam fumarat, asam D-
sakharik, asam suksinat dan N-asetil-D-
glukosamin.Tiga isolat bakteri yang berhasil
diisolasi dan telah diidentifikasi sebagai Bacillus
stearothermophilus, Bacillus badius, dan
Bacillus alvei dengan hasil persentase akurasi
koefisien kesamaan sebesar 70%, 70%, dan
60%. Ketiga isolat bakteri indigenous yang telah
teridentifikasi ini dapat digunakan sebagai agen
bioremediasi pada tanah pertanian yang
tercemar pestisida profenofos dan
klorantraniliprol.
4. ASMAUL HUSNA (K012231038) / Spesies
Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis) sebagai
salah satu bentuk alih fungsi lahan yang dapat
mengalami degradasi sifat fisik, kimia dan
biologi tanah. Hal ini berdampak terhadap
keberadaan fauna tanah. Ditemukan 85 individu
mesofaunatanah (Collembola). Collembola
yang didapatkan pada dua lahan dan jumlah
serasah yang berbeda di perkebunan karet di
Desa kemuja Bangka. Family mesofauna
tanah yang ditemukan terdiri dari family
Onychiuridae, Paronellidae, Sminthuridae dan
Entomobrydae. Collembola yang banyak
ditemukan pada lahan perkebunan karet
adalah famili Entomobryidae. Lahan banyak
serasah sangat banyak ditemukan famili
Entomobryidae karena pada lahan tersebut
terdapat bahan organik yang tinggi. famili
Entomobrydae banyak ditemukan pada
daerah lembab yang banyak serasah dan
sedikit pada daerah kering. Nilai koefisien
korelasi hubungan kemerataan
keanekaragaman Shannon-Wienner dengan
kandunganC-Organik tanah bersifat
negatif,yaitu -1. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin rendah kemerataanmesofauna tanah,
maka akan semakin menurun kandungan C-
Organik dalam tanah. Sebaliknya, jika
kemerataan mesofauna tanah tinggi, maka
kandunganC-Organik tanah juga akan
meningkat.
5. RISTA RENATYA ISMAIL (K012231013) /
Spesies
Keanekaragaman makrofauna tanah di bawah
naungan tanaman porang di Hutan Sekunder
Senaru Lombok Utara yaitu parameter yang
diamati adalah indeks keanekaragaman (H`).
Ditemukan 2 filum dari makrofauna tanah yang
terdiri dari 4 kelas dengan 9 ordo dan 11 famili.
Filum Arthropoda sebagian besar dalam kelas
Insecta, yang terdiri dari 6 ordo, dan 8 famili,
sedangkan filum Mollusca yang terdiri dari 1
kelas, 1 ordo, dan 1 famili. Kelimpahan fauna
tanah (makrofauna tanah) dalam suatu
ekosistem sangat bergantung pada kondisi
lingkungan tempat organisme tersebut hidup
dan berkembang. Indeks keanekaragaman
makrofauna tanah yang ditentukan di lokasi
penelitian berkisar antara 0,05 hingga 0,44
termasuk dalam kategori rendah berdasarkan
nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
yaitu H’ < 1 rendah, H’ 1-3 sedang, dan H’ >3
tinggi, dari tiga lokasi penelitian yaitu tanaman
porang berumur 3 tahun, tanaman porang
berumur 2 tahun dan tidak ada tanaman porang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur
tanaman porang tidak mempengaruhi
keberadaan makrofauna tanah, tetapi
keberadaan makrofauna tanah dapat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.
B. Kesimpulan Ekosistem
Berdasarkan tabel diatas mengenai perubahan ekosistem tanah dan
biodiversitas genetik spesies, ekosistem di tanah, dapat disimpulkan bahwa
lingkungan ekosistem seimbang atau stabil dapat dilihat dari Ketinggian, suhu,
kelembaban, pH tanah, dan nutrisi tanah yang sangat berpengaruh terhadap
perubahan ekosistem tanah dan keanekaragaman spesies didalamnya.
Kesuburan tanah juga dipengaruhi oleh ketersediaan hara, rendahnya
ketersediaan hara mencerminkan rendahnya kesuburan tanah sehingga
keberadaan makrofauna tanah sebagai perombak bahan organik sangat
menentukan ketersediaan hara dalam menyuburkan tanah.
Salah satu makrofauna yang memiliki peran penting dalam tanah adalah
jenis nematoda. Dari jurnal yang didapat, dijelaskan terkait kelimpahan
nematoda berdasarkan ekologi tanah dan letak geografisnya. Kelimpahan dan
keragaman nematoda turun ketika bergerak dari ketinggian rendah ke tinggi.
Nematoda bakteriovora ditemukan lebih melimpah daripada kelompok trofik
lainnya. Keanekaragaman nematoda ditemukan paling tinggi pada 1000-1500
mdpl seperti nematoda bakterivora di ketinggian 1000 mdpl hingga tertingga
pada 1500 mdpldan keanekaragaman kelompok nematoda lain seperti predator,
parasite tanaman, omnivore dan fungivore. Sementara pada suhu rendah,
kelimpahan dan keanekaragaman nematoda lebih rendah, tetapi pada
perpindahan dari kadar air rendah ke kadar air tinggi, populasi dan
keanekaragaman nematoda meningkat. Dalam hal kimia tanah, kandungan pH,
N, dan P tanah merupakan faktor yang merugikan bagi populasi nematoda di
semua petak lanskap. Kelimpahan dan keragaman nematoda meningkat saat
berpindah dari pH asam ke pH basa dan kandungan N dan P yang melimpah di
tanah. Tanah hutan dan kebun apel sangat terdiversifikasi dengan nematoda,
sedangkan tanah alpine dengan jumlah yang lebih sedikit. Di semua petak
lanskap, nematoda bakterivora mendominasi di setiap kondisi ekologis. Indeks
keanekaragaman dan komunitas menunjukkan bahwa tanah hutan memiliki
efisiensi yang besar dalam mengadopsi nematoda dan memiliki struktur
komunitas dan hubungan jaring-jaring makanan yang tinggi, sedangkan tanah
sawah sangat terganggu dan efisiensinya rendah.
Selain itu jurnal lain melakukan pemetaan terkait kelimpahan mikrobioma
tanah untuk tiga ekosistem yaitu sabana (padang rumput-subtropis), boreal
(Hutan salju-Iklim sejuk) , dan tundra (Wilayah kutub utara yang dingin). Dari
jurnal ini didapatkan adanya perbedaan mikroorganisme di masing-masing
ekosistem yang sangat berpengaruh terhadap keadaan ekosistem sekitar dan
laju pertumbuhan tanaman. Dimana Anggota keluarga Acidobacteria yang belum
dipelajari, sejauh ini ditunjukkan sebagai AKIW659 terdapat di wilayah tundra,
famili Psedomonadaceae melimpah di wilayah boreal, dan untuk wilayah sabana
(Iklim mediterania) famili Micromonosporaceae memiliki kelimpahan relatif tinggi.
Famili Pseudomonadaceae muncul dengan kelimpahan relatif tinggi di semua
sampel boreal. Di hutan boreal dimana ekosistem yang vegetasinya hanya terdiri
atas satu spesies pohon (cemara). Adanya lignin yang merupakan komponen
karbohidrat struktural penting dari kandungan serat daun dan serasah di hutan
boreal. Dengan kelimpahan relatif Pseudomonadaceae yang tinggi maka
kandungan klorofil dari spesies pohon yang sehingga proses fotosintesis lebih
mudah disbanding wilayah tundra yang tidak adanya Pseudomonadaceae
dikarenakan iklim yang mainstream sehingga kandungan lignin dan selulosa di
suhu sangat dingin menghasilkan dekomposisi serasah lebih lambat. Tingkat
hara makro tanah yang rendah, terutama nitrogen dan fosfor semakin
mengurangi laju dekomposisi serasah sehingga menghambat laju pertumbuhan
pohon.
Untuk ekosistem sabana ditemukan famili Micromonosporaceae yang
tinggi. Famili ini mampu bertahan dan berkoloni di tempat yang lebih kering.
Micromonosporaceae dapat menahan suhu tinggi. Famili ini telah diisolasi di
padang rumput semi kering dan diduga memiliki peran penting dalam degradasi
selulosa. Micromonosporaceae bermanfaat untuk peningkatan kandungan
nitrogen kanopi dan penyerapan klorofil yang memiliki fungsi dalam
pertumbuhan tanaman (termasuk fiksasi nitrogen). Kemampuan
Micromonosporaceae untuk mensintesis pigmen dan untuk perlindungan UV.
Sehingga dapat disimpulkan bawah ketinggian, suhu, kelembaban, pH tanah,
dan nutrisi tanah berpengaruh terhadap perubahan ekosistem tanah dan pola
keanekaragaman hayati mikrobioma tanah yang sangat berpengaruh terhadap
kesuburan tanah. Cara terbaik untuk menyelamatkan spesies adalah
menyelamatkan ekosistemnya, ekosistem akan dipertahankan saat orang
menyadari bahwa keanekaragaman hayati dapat memberikan apa diinginkan
masyarakat (Ishak, 2019).
C. Kesimpulan Biodiversitas Genetik dan Spesies
Berdasarkan tabel diatas pada kolom 2 mengenai Biodiversitas Spesies dan
Genetik dapat disimpulkan:
1. Biodiversitas Spesies
Jenis biodiversitas tingkatan paling dasar adalah bodiversitas spesies atau
keanekaragaman spesies. Biodiversitas spesies yang membuat satu spesies
makhluk hidup berbeda dengan spesies lainnya, spesies dalam tanah akan
mempengaruhi kondisi dalam tanah sesuai dengan hasil penelitian yang
menjelaskan bahwa indeks keanekaragaman makrofauna tanah pada kelapa
sawit berumur 2 tahun sebesar 0.835, 8 tahun sebesar 0.907, dan kelapa sawit
yang berumur 12 tahun sebesar 0.922, yang menunjukkan spesies dalam tanah
perkebunan kelapa sawit terbilang rendah yang artinya tanah dalam perkebunan
kelapa sawit tergolong tidak subur hal ini di sebabkan karena pergeseran fungsi
hutan menjadi lahan perkebunan dan penggunaan pestisida secara terus
menerus yang menyebabkan tingkat keanekaragaman makrofauna tanah
berkurang
Selain itu penelitian lain menjelaskan perubahan komunitas mikroba tanah di
sub alfine seri suksesi hutan dimana Kelimpahan relatif dari filum bakteri
dominan (Acidobacteria, Firmicutes dan Actinobacteria) dan taksa jamur
(Mortierellomycota, Rozellomycota dan filum clade GS01) sangat bervariasi
dengan suksesi hutan. Proteobacteria dan Acidobacteria mendominasi bakteri
tanah komunitas dan Ascomycota dan Basidiomycota mendominasi komunitas
jamur tanah. ph secara signifikan mempengaruhi komposisi dari komunitas
dalam tanah yang menyebabkan beberapa spesies yang harusnya bertahan
dalam tanah tersebut, membuat beberapa spesies mengalami pergeseran
dominasi dari spesies bakerti, dan membuat beberapa bakteri tersebut punah
dari komposisi komunitas
2. Biodiveristas genetik
Setiap individu terdiri dari susunan genetic yang berbeda-beda tidak sama
persis satu sama lain, bahkan dalam satu spesies sekalipun. Adapun gen-gen
juga dapat bervolusi dan menambah keberagaman genetik. Seperti yang
dikatakan dalam teori evolusi, evolusi gen melahirkan perbedaan genetik yang
kemudian membentuk spesies-spesies baru makhluk hidup yang dapat
mempengaruhi kondisi dalam tanah sesuai dengan hasil penelitianya yang
menunjukkan bahwa komunitas jamur di zona akar adalah aktif secara geokimia
dan asam organik yang disekresikan oleh akar tanaman dalam kondisi oligotrofik
dan nutrisi keterbatasan secara signifikan mempengaruhi pelapukan tanah dan
dari jurnal yang didapatkan rata-rata jumlah genus terklarifikasi tertinggi adalah
jamur yang secara bersamaan berfungsi sebagai patotrof, saprotrof dan
simbiotrof.
Selaian itu penelitian lain yang menjelaskan bagaimana peran beberapa
mikroorganisme genetik dalam kelangsungan hidup beberapa ekosistem dalam
tanah, khususnya di tanah yang sudah tercemar bahan kimia seperti pestisida.
Dari jurnal didapatkan mikroorganisme meskipun sudah terpapar insektisida
profenofos dan klorantraniliprol yaitu bakteri dengan kode A adalah spesies B.
Strearothemophilus, bakteri kode B adalah spesies B. Badius dan bakteri
berkode C adalah Spesies B. alvei. Ketiga bakteri yang telah teridentifikasi
tergolong dalam Genus yang sama, yakni Bacilus. Lingkungan habitat bakteri
yang ekstrim karena adanya cemaran pestisida mengharuskan bakteri
beradaptasi dan mampu bertahan karena terdapat zat maupun senyawa yang
dapat membantu siklus hidupnya dalam siklus rantai makanan. Bakteri tersebut
mampu mendegradasi pestisida dan menghasilkan enzim tertentu yang dapat
mengubah senyawanya menjadi substansi yang tidak berbahaya, sehingga
dapat digunakan menjadi nutrisi utama dan sumber energy dalam metabolisme
bakteri. Sehingga hal ini yang dapat menyebabkan bakteri mampu beradaptasi
meskipun di lingkungan yang terdapat cemaran pestisida, karena bakteri dapat
memanfaatkan pestisida untuk pertumbuhannya. Keanekaragaman gen yang
beradaptasi dan berkembang meskipun habitatnya tercemar juga akan sangat
bermanfaat untuk kesuburan tanah. Hal ini juga secara tidak langsung memiliki
dampak positif bagi sektor pertanian, karena bakteri mampu untuk menurunkan
konsentrasi pestisida yang ada pada tanah melalui proses degradasi, sehingga
tidak lagi merusak lingkungan.
D. Solusi
Tanah adalah salah satu bagian terpenting dari suatu ekosistem, yang
berkontribusi besar terhadap keberadaan makanan, air dan energi, bahkan saat
ini tanah memainkan peranan penting dalam memerangi dampak perubahan
iklim yang terus menjadi isu dunia yang belum terselesaikan. Kesehatan tanah
dan kualitas tanah telah berkembang sebagai konsep yang penting. Kesehatan
tanah yang optimal membutuhkan keseimbangan ekosistem antara fungsi tanah
untuk tetap produktif. Hal itu sangat dipengaruhi oleh cara pengelolaan tanah,
letak geografis, suhu, kelembaban dan pH tanah. Kesehatan tanah berfokus
pada kehidupan mikroorganisme yang saling berinteraksi sehingga
menghasilkan keanekaragaman hayati, struktur rantai makanan, fungsi
ekosistem dan hubungan timbal balik organisme tanah dengan tumbuhan
menjadi satu kesatuan.
Keberadaan mikroorganisme dalam tanah sangat diperlukan untuk
menjaga kesuburan tanah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga
kondisi tanah ideal adalah dengan mempehatikan indikator dari
keanekaragaman hayati yang terdiri atas biodiversitas genetic, biodiversitas
spesies, dan biodiversitas ekosistem. Untuk menjaga biodiversitas genetic, yaitu
dengan tidak berlebihan menggunakan bahan kimia pada tanah. Untuk menjaga
biodiversitas spesies tanah dapat dilakukan dengan tetap menjaga habitat
makrofauna tanah, yaitu dengan memperhatikan kelembaban tanah, pH tanah,
nutrisi tanah (nitrogen dan fosfor), dan suhu. Adapun untuk tetap menjaga
biodiversitas ekosistem tanah dapat dilakukan perbaikan seperti penggunaan
bahann-bahan organik seperti pupuk kompos untuk meningkatkan kesuburan
tanah.
Pengolahan tanah minimum juga dapat dilakukan untuk menjaga struktur
tanah. Rotasi tanaman dan pemberaan lahan (recovery) seperti yang dilakukan
sejak zaman nenek moyang kita juga dapat memperbaiki kondisi tanah setelah
pengolahan pada masa tanam. Cara terbaik untuk menyelamatkan spesies
adalah dengan melestarikan populasi genetis dalam ekosistem yang dapat
mendukungnya. Menyimpan ekosistem memerlukan pelestarian habitat dan
cukup organisme bagi populasi agar dapat berlangsung secara genetis (Ishak,
2019; 38). Apabila populasi dan biodiversitas organisme tanah terjaga, akan
tercipta struktur dan kesuburan tanah yang baik. Hal ini juga secara tidak
langsung memiliki dampak positif bagi sektor pertanian dikarenakan media
tanam yang baik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keanekaragaman hayati dapat dipertahankan dengan menjaga
keanekaragaman genetik, keanekaragaman spesies dan keanekaragaman
ekosistem karena untuk menyelamatkan spesies adalah menyelamatkan
ekosistemnya dengan cara menghindari penggunaan peptisida secara terus
menerus/berlebihan serta memperhatikan suhu, ph dan kelembaban pada
tanah.
B. Saran
Adapun saran dari makalah ini adalah dalam memanfaatkan tanah sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, maka sangat diperlukan
untuk selalu menjaga keseimbangan ekosistem tanah baik sebelum proses
pengolahan tanah maupun setelah pengolahan tanah. Sangat baik bagi mereka
yang memanfaatkan tanah untuk mengetahui jenis tanah dan biodiversitas tanah
agar pengguna dapat memanfaatkan tanah dengan tepat sesuai dengan
kebutuhan tanah dan kebutuhan pengguna. Salah satu yang perlu diperhatikan
adalah menjaga makrofauna yang ada di dalam tanah dengan memperhatikan
biodiversitas genetic, spesies, dan ekosistem tanah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rabiyatul Asgar: Wardha Maulidya Pratiwi dan Mahanani Tri Asri, 2022. Isolasi
dan Identifikasi Bakteri Indigenous Pendegradasi Pestisida Profenofos dan
Klorantraniliprol di Jombang Jawa Timur, LenteraBio
2. Andi Alifah Aulya Sultan: Anna Gałązka, Anna Marzec-Grządziel, Jarosław
Grządziel, Milan Varsadiya, dan Łukasz Pawlik, 2022. Fungal genetic
biodiversity and metabolic activity as an indicator of potential biological
weathering and soil formation–Case study of towards a better understanding of
Earth system dynamics. Elsevie
3. Irma Payuk: Rawhat Un Nisa, Aadil Yousuf Tantray, Nazia Kouser, Kaisar
Ahmad Allie, Shaheen Majeed Wani, Saud A. Alamri, Mohammed Nasser
Alyemeni, Leonard Wijaya, Ali Asghar Shah, 2022. Influence of ecological and
edaphic factors on biodiversity of soil nematodes, Elsevier
4. Devy Oktavianti: Riska Younear, Eny Dwi Pujawati, Ahmad Yamani, 2023.
Keanekaragaman Makrofauna Tanah Di Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis)
Di Desa Labuhan Kecamatan Batang Alai Selatan Kabupaten Hulu Sungai
Tengah , Jurnal Sylva Scienteae.
5. Rista Renatya Ismail: Lale Rima Aprilia Gumay, Lolita Endang Sosilawati,
Baharuddin, 2023. Keanekaragaman Makrofauna Tanah Di Bawah Naungan
Tanaman Porang ( Amorphophallus Muelleri Blume ) Di Hutan Sekunder Senaru
Lombok, Journal of Soil Quality and Management (JSQM).
6. Hasanuddin Ishak, 2022. Kesehatan Manusia dan Ekosistem, Gosyen
Publishing.
7. Cahyo Prayogo, Novi Arfarita, 2023. Pemulihan Biodiversitas dan Ekosistem
Lahan Bekas Tambang Pasir di DAS Bangsri Wajak.
8. Suyud Warno Utomo, Sutriyono, Reza Rizal, 2022. Pengertian, Rung Lingkup
Ekologi, dan Ekosistem.

Anda mungkin juga menyukai