Ibnu Ashadi¹, Wina Ardila¹, Muhammad Miftahurohman1, Maskur Holil1, Dewi Kurnia2, dan
Rizky Rahmadi1*
¹Program Studi Produksi Tanaman Pangan, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan, Politeknik Negeri
Lampung, Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
2
Program Studi Produksi dan Manajemen Industri Perkebunan, Jurusan Budidaya Tanaman
Perkebunan, Politeknik Negeri Lampung, Indonesia
*Penulis Korespondensi: rizky.rahmadi@polinela.ac.id
ABSTRAK
Salah satu aspek yang mempengaruhi turunnya hasil produksi jagung adalah keberadaan
gulma. Dibutuhkan upaya untuk menekan kehilangan hasil melalui penerapan metode
pengendalian gulma yang tepat. Langkah awal dalam menentukan metode pengendalian
gulma yakni melalui identifikasi dominansi dan keragaman gulma. Tujuan dari penelitian
ini untuk mengetahui dominansi dan keragaman gulma pada 3 sistem tanam jagung dengan
jarak tanam konvensional, jajar legowo 1:2 dan 1:3. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan
di lahan jagung Politeknik Negeri Lampung, Provinsi Lampung pada bulan November
hingga Desember 2022. Metode penelitian menggunakan kuadran ukuran 0,5 x 0,5 m yang
di letakan pada 10 plot setiap lahan secara acak. Untuk menentukan nilai dominansi gulma
menggunakan nilai Summed Dominance Ratio (SDR), sedangkan keragaman gulma
menggunakan nilai indeks Shanon – Wiener (H’). Dari hasil penelitian terdapat 9 spesies
gulma pada lahan konvensional, 8 spesies gulma pada lahan jajar legowo 1:2, dan 5 spesies
gulma pada lahan jajar legowo 1:3. Gulma daun lebar spesies Ageratum conyzoides L
mendominasi lahan jagung konvensional dan jajar legowo 1:2, sedangkan pada lahan
jagung jajar legowo 1:3 spesies gulma Asystasia gangetica mendominasi. Hasil identifikasi
keragaman gulma pada ketiga lahan jagung masuk dalam kategori indeks keragaman
sedang, dimana pada lahan jagung konvensional indeks keragaman gulmanya sebesar 2,12,
pada lahan jagung jajar legowo 1:2 mencapai 1,94, dan pada lahan jagung jajar legowo 1:3
sebesar 1,3.
ABSTRACT
One aspect that influences the decline in corn yield is the presence of weeds. Efforts are
needed to reduce yield loss through the application of appropriate weed control methods.
The first step in determining weed control methods is through identification of weed
dominance and diversity. The purpose of this study was to determine the dominance and
diversity of weeds in 3 corn planting systems with conventional, jajar legowo 1:2 and 1:3
spacing. This research activity was carried out in the corn field of Lampung State
Polytechnic, Lampung Province from November to December 2022. The research method
used a quadrant size of 0.5 x 0.5 m which was placed on 10 plots of each land randomly.
To determine the dominance value of weeds using the Summed Dominance Ratio (SDR)
value, while the diversity of weeds using the Shanon - Wiener index value (H'). The results
showed that there were 9 weed species in conventional field, 8 weed species in 1:2 legowo
field, and 5 weed species in 1:3 legowo field. Broadleaf weed species Ageratum conyzoides
L dominated the conventional and jajar legowo 1:2 maize fields, while in the jajar legowo
1:3 maize field the weed species Asystasia gangetica dominated. The results of weed
2
diversity identification in the three maize fields fall into the category of moderate diversity
index, where in conventional maize fields the weed diversity index was 2.12, in 1:2 jajar
legowo maize fields it reached 1.94, and in 1:3 jajar legowo maize fields it was 1.3.
Pendahuluan
Gulma merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman yang dapat
mempengaruhi rendahnya produktivitas tanaman jagung. Menurut Widaryanto et
al. (2021), penurunan produktivitas tersebut bergantung pada jenis gulma, tingkat
kepadatan, senyawa aleopati yang dikeluarkan, dan waktu kompetisi gulma.
Senyawa aleopati yang dikeluarkan oleh gulma dapat menjadi inang bagi patogen
dan hama serta menghambat pertumbuhan tanaman (Sumiahadi, 2022). Sehingga
penting dilakukan pengendalian gulma agar tidak terjadi kompetisi dalam
memanfaatkan sumber daya lingkungan seperti air, unsur hara, CO², dan ruang
tumbuh (Umiyati et al., 2019).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Benu (2022), kerugian yang
ditimbulkan akibat keberadaan gulma pada lahan budidaya jagung mencapai 5-26%
sehingga mengurangi kualitas dan kuantitas produksi tanaman serta menjadi inang
hama dan penyakit. Terdapat beberapa metode pengendalian gulma yang dapat
dilakukan antara lain : preventif (pencegahan), fisik, biologis, kultur teknis,
kimiawi, dan secara terpadu (Widaryanto et al., 2021). Metode pengendalian gulma
harus memperhatikan jenis gulma yang hidup dalam periode, habitat, dan kondisi
yang merugikan pertumbuhan dan produksi tanaman budidaya.
Menurut Imaniasita et al. (2020), keragaman gulma dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keragaman gulma antara
lain: unsur hara, cahaya, cara budidaya, kesuburan tanah, dan kerapatan tanaman.
Tingkat keragaman gulma antara daerah satu dengan daerah lainnya berbeda sesuai
dengan faktor yang mempengaruhinya (Setiawan et al., 2022). Maka dari itu, perlu
dilakukan pengendalian gulma yang tepat untuk menekan kehilangan hasil
produksi.
Pertumbuhan dan produksi tanaman dipengaruhi oleh penerapan sistem jarak tanam
(Nai & Fowo, 2019). Sejalan dengan hal tersebut, Sari et al. (2022)menyatakan
bahwa produktivitas tanaman jagung dipengaruhi oleh perbedaan sistem tanam dan
varietas yang ditanam. Sistem tanam pada budidaya jagung terbagi menjadi dua
yakni sistem tanam konvensional dan sistem tanam jajar legowo. Sistem tanam
konvensional masih banyak digunakan oleh petani dikarenakan sulitnya petani
dalam menerima sistem baru, rendahnya tingkat pendidikan petani, dan kurangnya
informasi mengenai teknologi terbaharukan (Purbata et al., 2020). Disisi lain,
sistem tanam jajar legowo muncul sebagai terobosan baru. Dimana sistem tanam
ini bertujuan untuk memadatkan tanaman dalam satu barisan melalui sistem
berseling antar 2 baris tanaman dan satu baris kosong. Keunggulan dari sistem
tanam ini diantaranya ialah mampu meningkatkan populasi tanaman hingga 30%,
sirkulasi udara lebih optimal, mudah dalam melakukan perawatan tanaman, serta
meningkatkan hasil panen hingga 7-15% (Oktavia & Suminarti, 2019).
Perlu dilakukan identifikasi keragaman jenis dan dominansi gulma sebagai langkah
awal dalam menentukan keberhasilan pengendalian gulma. Salah satu cara
identifikasi gulma yakni dengan analisis vegetasi gulma, dimana analisis ini
4
bertujuan untuk mengetahui spesies gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam
penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup (Yuliana & Ami, 2020).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keragaman dan dominansi gulma
pada tiga sistem budidaya jagung, yakni konvensional, jajar legowo 1.2 dan jajar
legowo 1.3. Populasi gulma yang bersifat dominan akan digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan metode pengendalian gulma yang
tepat.
Metode
Penelitian ini dilakukan pada periode bulan November hingga Desember 2022 di
lahan praktikum jagung Politeknik Negeri Lampung (Polinela) Provinsi Lampung,
yang dilanjutkan di Laboratorium Tanaman 1 Polinela. Kuadran besi dengan ukuran
0,5 x 0,5 m, timbangan digital, amplop kertas, oven, dan kantong plastik merupakan
alat-alat yang digunakan pada penelitian ini. Sedangkan untuk bahan penelitian
menggunakan gulma.
Kuadran besi dengan ukuran 0,5 x 0,5 m di letakkan secara acak pada masing-
masing lahan dengan jumlah 10 plot per lahan. Selama periode penelitian tidak ada
metode pengendalian yang digunakan pada ketiga lahan dengan tujuan untuk
melihat keragaman dan dominansi gulma yang tumbuh diketiga lahan tersebut.
Tanaman jagung mulai diamati pada umur 9 minggu (± 63 hari). Dilakukan
pencatatan jenis gulma dan pencabutan, guna mengukur dominansi gulma pada tiap
plot pengamatan. Gulma yang telah dicabut akan dikeringkan menggunakan oven
selama 48 jam dengan suhu 80°C untuk nantinya ditimbang bobot keringnya. Untuk
melihat dominansi gulma pada tiap lahan tanam, gulma yang telah ditimbang bobot
keringnya selanjutnya dianalisis menggunakan metode Summed Dominance Ratio
(SDR).
Nilai Indeks Shannon & Weaver (1971) (H’) digunakan untuk menganalisis
keragaman gulma sebagai berikut:
5
n
ni ni
H ′ = − ∑ ( ) (ln )
N N
n=1
Keterangan:
H’ = Indeks keragaman Shannon – Wiener
ni = Jumlah nilai penting dari masing–masing spesies
N = Jumlah nilai penting dari suatu spesies
ln = Logaritma natural
Kriteria nilai indeks keragaman Shannon – Wiener(H’):
H’ < 1 : menunjukkan keragaman rendah
1 < H’ ≤ 3 : menunjukkan keragaman sedang
H’ > 3 : menunjukkan keragaman tinggi
Berdasarkan data diatas terdapat dua spesies gulma yang mendominasi yakni A.
conyzoides dan A. gangetica, kedua gulma tersebut termasuk ke dalam gulma daun
lebar Susanti et al. (2021). Umumnya gulma daun lebar termasuk tanaman
Dicotyledoneae dan Pteridophyta dengan ciri tulang daun berbentuk jala dan
memiliki daun lebar untuk berkomepetisi mendapatkan cahaya matahari dengan
tanaman (Perianto et al., 2019). Menurut Rusdi et al. (2019), gulma daun lebar
termasuk ke dalam golongan gulma semusim dengan biji yang mampu dormansi
lama didalam tanah dan memiliki kapasitas biji yang banyak. Selain itu, gulma yang
berkembang biak dengan biji memiliki daya adaptasi yang tinggi sekalipun pada
lingkungan yang tidak menguntungkan.
Tabel 2. Identifikasi dominansi gulma pada lahan jagung jajar legowo 1:2
Jenis Nama DM D SDR
Famili FM FN NP
Gulma Lokal (g) N (%)
Ageratum 10,0 0,3 8,0 0,1 0,4
Asteraceae Babadotan 24,40
conyzoides 6 0 0 9 9
Asystasia Rumput 0,2 7,0 0,1 0,4
Acanthaceae 7,75 19,79
gangetica Israel 3 0 7 0
Amaranthus Bayam 0,1 4,0 0,1 0,2
Amaranthaceae 3,38 9,76
spinosus Duri 0 0 0 0
Physalis 0,0 3,0 0,0 0,1
Solanaceae Ciplukan 2,61 7,43
longifolia 8 0 7 5
Imperata Alang- 0,1 7,0 0,1 0,3
Poaceae 5,62 16,64
cylindrica Alang 7 0 7 3
Cynodon Rumput 0,0 4,0 0,1 0,1
Poaceae 1,17 6,49
dactylon Grinting 3 0 0 3
Paspalum Rumput 0,0 6,0 0,1 0,2
Poaceae 2,78 11,25
conjugatum Kerbau 8 0 4 3
Cyperus Teki 0,0 3,0 0,0 0,0
Cyperaceae 0,44 4,22
kyllingia Badot 1 0 7 8
33,8 42,
Total 2 100
1 00
Tabel 3. Identifikasi dominansi gulma pada lahan jagung jajar legowo 1:3
Jenis Nama DM SDR
Famili DN FM FN NP
Gulma Lokal (g) (%)
Ageratum 0,2 0,4
Asteraceae Babadotan 2,36 0,26 4,00 22,94
conyzoides 0 6
Asystasia Rumput 0,2 0,5
Acanthaceae 2,33 0,26 5,00 25,27
gangetica Israel 5 1
Imperata 0,2 0,4
Poaceae Alang-Alang 2,16 0,24 5,00 24,34
cylindrica 5 9
Cynodon Rumput 0,1 0,2
Poaceae 1,06 0,12 3,00 13,31
dactylon Grinting 5 7
Cyperus Teki 0,1 0,2
Cyperaceae 1,21 0,13 3,00 14,13
rotundus Ladang 5 8
20,0
Total 9,12 2 100
0
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat 9
spesies gulma pada lahan jagung konvensional, 8 spesies gulma pada lahan jagung
jajar legowo 1:2, dan 5 spesies pada lahan jajar legowo 1:3. Spesies gulma A.
conyzoides mendominasi lahan jagung konvensional dan jajar legowo 1:2,
sedangkan spesies gulma A. gangetica mendominasi pada lahan jagung jajar
legowo 1:3 dimana kedua spesies gulma tersebut termasuk kedalam jenis gulma
daun lebar. Hasil identifikasi nilai keragaman gulma pada ketiga lahan jagung
masuk dalam kategori indeks keragaman sedang, dimana pada lahan jagung
konvensional sebesar 2,12, 1,94 pada lahan jagung jajar legowo 1:2, dan pada lahan
jagung jajar legowo 1:3 sebesar 1,3.
Kontribusi Penulis
9
Daftar Pustaka