Anda di halaman 1dari 12

Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences Maret, 2020

Online version : https://agriprima.polije.ac.id Vol. 4, No. 1, Hal. 6-17


P-ISSN : 2549-2934 | E-ISSN : 2549-2942 DOI: 10.25047/agriprima.v4i1.347

Survei Hama Pada Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Kecamatan


Sembilan Koto Kabupaten Dharmasraya
Author(s): Nushasnita (1); Yaherwandi (1); Siska Efendi (1)*
(1)
Fakultas Pertanian, Universitas Andalas
* Corresponding author: siskaefendi@agr.unand.ac.id

ABSTRAK
Kelapa sawit adalah salah satu komoditas pertanian yang mempunyai peran penting Kata Kunci:
dalam subsektor perkebunan di Indonesia. Tanaman kelapa sawit dapat diserang oleh
berbagai hama dimulai dari pembibitan hingga tanaman yang telah dibudidayakan di Hama utama;
lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari hama utama pada Kelapa sawit
perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Sembilan Koto Kabupaten Dharmasraya. rakyat;
Penelitian dilaksanakan di Nagari Koto IV Nan Dibawah, Silago dan Banai selama 3
bulan yaitu dari bulan September sampai November 2018. Penelitian dilakukan Kecamatan
menggunakan metode Porposive Random Sampling di kebun kelapa sawit rakyat umur Sembilan Koto;
2-5 tahun dengan luas areal ± 1 ha. Pengambilan serangga dilakukan dengan koleksi Survei;
secara langsung. Pengamatan hama dilakukan satu kali dua minggu. Serangga yang
didapat dipisahkan berdasarkan fungsionalnnya. Serangga yang tergolong hama
diidentifikasi dilaboratorium Bioekologi Serangga Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Andalas dan Laboratorium Tanah dan Tanaman Kampus
III Unand Dharmasraya. Serangga hama yang ditemukan pada penelitian sebanyak 20
spesies, 9 famili dan 4 ordo. Hama paling banyak ditemukan adalah Bothrogonia
ferugenia. Persentase serangan tertinggi terdapat di Nagari Silago dengan kerusakan
serangan sebesar 88,33%, dan Intensitas kerusakan hama yaitu 9,60 %.

ABSTRACT
Keywords: Oil palm is one of the agricultural commodities that has an important role in the
plantation subsector in Indonesia. Oil palm plants can be attacked by a variety of pests,
Main pest; starting from nurseries to crops that cultivated in the field. This study aims to determine
Smallholder oil and study the main pests on smallholder oil palm plantations in the Sembilan Koto
palm; District, Dharmasraya Regency. The study was conducted in Nagari Koto IV Nan
Dibawah, Silago, and Banai for three months, from September to November 2018. The
Sembilan Koto study conducted using the Purposive Random Sampling method in smallholder oil palm
district; plantations aged 2-5 years with an area of ± 1 ha. Intake is carried out by direct
Survey; collection. Observation of pests done once every two weeks. Insects that obtained are
separated based on their function. Insects classified as pests identified in the Insect
Bioecology Laboratory of the Department of Pests and Plant Diseases, Faculty of
Agriculture, Andalas University and the Soil and Plant Laboratory Campus III Unand
Dharmasraya. Insect pests found in the study were 20 species, nine families and four
orders. The most common pest is the Bothrogonia ferugenia. The highest percentage of
attacks was in Nagari Silago with attack damage of 88.33%, and pest damage intensity
was 9.60%.

Publisher : Politeknik Negeri Jember 6


Author(s): Nushasnita; Yaherwandi; Siska Efendi _______________________________________________

PENDAHULUAN tersebut adalah serangan hama dan


Kelapa sawit adalah salah satu penyakit pada beberapa kecamatan sentra
komoditas pertanian yang mempunyai kelapa sawit di Kabupaten Dharmasraya.
peran penting pada subsektor perkebunan Kelapa sawit diserang berbagai hama
di Indonesia. Berdasarkan data Buku dari pembibitan hingga tanaman yang
Statistik Perkebunan Indonesia 2014-2016, dibudidayakan di lapangan. Saat di lahan,
produksi kelapa sawit Indonesia tahun hama menyerang pada fase tanaman belum
2015 tercatat sebesar 31,28 juta ton. menghasilkan (TBM) sampai tanaman
Produksi ini berasal dari 11,3 juta ha luas menghasilkan (TM). Hama kelapa sawit
areal perkebunan kelapa sawit nasional sebagian besar adalah serangga terutama
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015). dari Ordo Coleopotera, Lepidoptera,
Budidaya kelapa sawit dilakukan pada 26 Orthoptera, dan Isoptera. Dilaporkan
dari 34 provinsi di Indonesia dengan Riau (Risza, 2010), bahwa hama yang
dan Sumatera Utara sebagai sentra menyerang tanaman kelapa sawit adalah
produksi CPO terbesar di Indonesia. ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae),
Kontribusi dua provinsi tersebut masing- kumbang tanduk (Coleoptera:
masing sebesar 23,75% dan 16,24%. Scarabaeidae), ulat api (Lepidoptera:
Peringkat berikutnya berturut-turut adalah Limacodidae). Ulat api merupakan salah
Provinsi Kalimantan Tengah, Sumatera satu hama yang dominan menyerang
Selatan, Jambi dan Kalimantan Barat kelapa sawit. Berdasarkan data Direktorat
dengan kontribusi masing-masing sebesar Perlindungan Perkebunan diketahui total
10,96%; 9,76%; 6,39%; dan 6,60%. luas serangan hama pada perkebunan
Berikutnya masih terdapat beberapa kelapa sawit tahun 2014 yaitu 78,764.31
provinsi yang terus berupaya ha, dengan ulat api dan tikus tercatat
meningkatkan produksi kelapa sawit, salah sebagai hama utamanya. Serangan hama
satunya adalah Sumatera Barat. dan penyakit dapat menurunkan produksi
Produksi tanaman kelapa sawit di sampai 70%. Kerugian lain yang
Sumatera Barat dari tahun 2011 hingga ditimbulkan serangan hama adalah
2014 yakni sebesar 354,445.70 ton; bertambahnya biaya pemeliharaan dan
1,841.580 ton; 426,876 ton; dan 459,793 produksi yang harus dikeluarkan untuk
ton. Di Sumatera Barat terdapat dua memulihkan kondisi tanaman.
kabupaten penghasil kelapa sawit terbesar Kecamatan Sembilan Koto memiliki
yaitu Dharmasraya dan Pasaman Barat, penduduk dengan rata-rata bekerja sebagai
dengan total produksi tahun 2015 yaitu petani kelapa sawit. Dimana produksi
74,020,050 ton dan 1,645,142.40 ton kelapa sawit tahun 2017 yaitu sebanyak
(Badan Pusat Statistik, 2014). Luas 2.499 ton (Badan Pusat Statistik
penggunaan lahan untuk kelapa sawit di Dharmasraya, 2018). Kebun kelapa sawit
Kabupaten Dharmasraya mencapai 31,842 milik petani tidak dirawat dengan intensif.
hektar dari total luas lahan pertanian. Pada Kondisi tersebut memicu serangan hama,
tahun 2014 dilakukan penambahan lahan dan pada saat tanaman terserang hama
untuk perkebunan kelapa sawit sebesar petani tidak melakukan tindakan
612,31 ha akan tetapi upaya tersebut belum pengendalian. Hal tersebut disebabkan
mampu meningkatkan produksi kelapa rendahnya pengetahuan petani tentang
sawit. Hal tersebut dapat dilihat pada jenis hama dan cara pengendalian hama
produksi tahun 2013 yaitu sebanyak tersebut. Sebelumnya sudah dilaporkan
355,457.16 ton turun pada tahun 2014 dan Safitri, Yaherwandi, & Efendi (2020)
2015 menjadi 349,285.31 ton dan bahwa terdapat 18 spesies serangga
340,182.60. Penyebab turunnya produksi herbivora pada perkebunan kelapa sawit

Publisher : Politeknik Negeri Jember 7


Author(s): Nushasnita; Yaherwandi; Siska Efendi _______________________________________________

rakyat di Kecamatan Sitiung Kabupaten thermo-hygrometer, anemometer, dan


Dharmasraya. Untuk informasi hama luxmeter.
kelapa sawit di Kecamatan Sembilan Koto
belum ada dilaporkan. Metode Penelitian
Survei hama pada tanaman kelapa Penelitian berbentuk survei dengan
sawit akan berperan penting dalam metode Purposive Random Sampling
pengelolaan hama utama. Melalui survei untuk menentukan lokasi penelitian.
tersebut dapat diidentifikasi jenis hama Kriteria pemilihan lokasi yaitu perkebunan
yang menyerang kelapa sawit di rakyat dengan luas ± 1 ha dan umur 2 - 5
Kecamatan Sembilan Kota. Hasil survei tahun. Pada masing - masing Nagari dipilih
dapat digunakan sebagai acuan dalam dua kebun kelapa sawit. Total lahan untuk
penentuan tindakan pengendalian yang pengamatan sebanyak enam petak. Pada
akan dilakukan. Pengendalian tersebut kebun kelapa sawit ditentukan sebanyak
akan tepat sasaran jika organisme 10% tanaman sampel dari total tanaman.
penyebab dan faktor penting lainnya Penentuan tanaman sampel menggunakan
diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk metode sistematik pada garis diagonal.
mengetahui dan mempelajari hama pada Pada garis tersebut ditentukan sampel
perkebunan kelapa sawit rakyat di pertama, kemudian untuk sampel
Kabupaten Dharmasraya, khususnya selanjutnya di tentukan berdasarkan jarak,
Kecamatan Sembilan Koto. yaitu jarak antara satu dengan sampel
berikutnya 2 batang. Pengamatan serangga
METODOLOGI hama dilakukan pada tanaman tersebut
Waktu dan Tempat dengan melihat semua bagian tanaman
Pengambilan sampel serangga hama yang dapat diserang hama, mulai dari daun,
pada bulan September sampai dengan batang, bunga, dann buah. Untuk serangga
November 2018. Pengkoleksian hama yang tidak bisa dikoleksi secara
dilaksanakan di kebun kelapa sawit rakyat langsung maka digunakan jaring serangga
yang terdapat di Nagari Koto IV Nan untuk menangkap serangga tersebut. Pada
Dibawuah, Silago, dan Banai di penelitian ini hama kelapa sawit yang
Kecamatan Sembilan Koto, Kabupaten diamati hanya dari kelompok serangga.
Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat.
Serangga yang sudah dikoleksi dikoleksi Pengambilan Serangga Contoh
diidentifikasi di laboratorium Bioekologi Pengambilan serangga contoh
Serangga Jurusan Hama dan Penyakit dilakukan dengan koleksi secara langsung
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas dan penggunaan jaring serangga. Koleksi
Andalas dan Laboratorium Tanah dan dilakukan dengan menundukkan pelepah
Tanaman Kampus III Unand Dharmasraya. kelapa sawit agar memudahkan untuk
mengoleksi serangga hama yang terdapat
Bahan dan Alat didaun. Daun kelapa sawit yang diamati
Bahan yang digunakan dalam adalah pelepah ke 15, 16, dan 17 dan
penelitian ini adalah alkohol 96% dan lem penentuan nomor pelepah dengan melihat
serangga. Untuk mengoleksi dan filotaksis tanaman sampel. Masing-masing
indentifikasi serangga hama digunakan pelepah diamati untuk satu kali
beberapa alat antara lain botol koleksi, pengamatan dimulai pelepah ke 15 pada
meteran, pinset, kuas, labu semprot, sarung bulan pertama. Pelepah tersebut tidak
tangan, mikroskop binokuler, jarum dipotong atau dipatahkan karena tanaman
serangga, mikrotube, kertas label, alat tulis, masih berumur 2-5 tahun sehingga masih
mudah untuk dijangkau. Pengamatan juga

Publisher : Politeknik Negeri Jember 8


Author(s): Nushasnita; Yaherwandi; Siska Efendi _______________________________________________

dilakukan pada tumbuhan paku epifit yang


tumbuh dibatang kelapa sawit. Selain pada Penentuan Intensitas Serangan Hama
batang kelapa sawit pengamatan juga Tiap Tanaman (%), Tingkat kerusakan
dilakukan pada gulma yang terdapat pada akibat serangan hama ditentukan dengan
petak sampel yang terdapat disekitar rumus:
tanaman sampel. Pengamatan tersebut
𝑛𝑖.𝑉𝑖
dilakukan dengan menggunakan jarring I= 𝑥100%
serangga yang dilakukan pada tanaman 𝑁.𝑉
sampel dengan mengayunkan jaring di Keterangan:
udara selama ± 10 menit. Serangga I : Intensitas serangan (%)
ni : Jumlah Pelepah dengan skor ke – i
herbivora tertangkap disimpan dalam botol Vi : Nilai skor serangan
koleksi yang telah berisi alkohol 96%. N : Jumlah pelepah tanaman yang diamati
V : Skor tertinggi
Sortasi dan Identifikasi Serangga
Contoh Tinggi skor yang digunakan :
0 : Sehat
Sortasi serangga contoh dilakukan 1 : Sangat ringan ( 1-20% pelepah rusak)
dengan memisahkan serangga berdasarkan 2 : Ringan ( 21-40% Pelepah rusak)
fungsionalnya. Serangga yang dinyatakan 3 : Sedang (41- 60% Pelepah rusak)
sebagai serangga herbivora di identifikasi 4 : Berat (61-80% Pelepah rusak)
di laboratorium Bioekologi Serangga 5 : Sangat berat (81-100% Pelepah rusak)
Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Andalas HASIL DAN PEMBAHASAN
dan Laboratorium Tanah dan Tanaman Serangga Hama Pada Perkebunan
Kampus III Dharmasraya. Serangga Kelapa Sawit Rakyat
sampel diidentifikasi sampai pada tingkat Serangga hama yang ditemukan pada
spesies dengan melihat karakteristik penelitian ini sebanyak 20 spesies, 9 famili
morfologi menggunakan buku kunci dan 4 ordo. Ordo yang ditemukan yaitu
determinasi serangga (Sulthoni et al., Orthoptera, Hemiptera, Lepidoptera dan
1991) dan (Scientific & of Entomology, Coleoptera. Pada Ordo Orthoptera
1991), (Simanjuntak et al., 2011), dan dikoleksi sebanyak dua famili yaitu
hama dan penyakit kelapa sawit (Susanto Acrididae dan Tettigonidae dengan tujuh
et al., 2010). spesies. Jumlah ini lebih banyak dari pada
Ordo Hemiptera yang terdiri dari tiga
Analisi Data famili yaitu Alydidae, Cicadelidae,
Penentuan Tingkat Serangan Hama Coreoidae dengan lima spesies. Berikutnya
Tiap Lokasi (%), Penentuan tingkat pada Ordo Lepidoptera ditemukan
serangan hama dilakukan menggunakan sebanyak dua famili yaitu Lymantarianae
rumus: dan Psychidae dengan lima spesies.
Terakhir adalah Ordo Coleoptera yang
𝑛
K=𝑁 x 100% terdiri dari dua famili yakni Metaonycha
dan Crysomelidae dengan 3 spesies
Keterangan: “(Tabel 1)”.
K : Persentase kerusakan tanaman pada lokasi
pengamatan
n : Jumlah tanaman sampel yang diserang hama
N : Jumlah total tanaman sampel dalam satu
lokasi

Publisher : Politeknik Negeri Jember 9


Author(s): Nushasnita; Yaherwandi; Siska Efendi _______________________________________________

Tabel 1. Serangga Hama Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Kecamatan Sembilan Koto
Table 1. Palm Oil Plantation Insect Pest Society of Sembilan Koto District
Ordo Famili Spesies
Orthoptera Acrididae Stenocatantops splendens (Thunberg, 1815)
Tagasta marginella (Thunberg, 1815)
Dissosteira pictipennis (Bruner, 1905)
Mermiria bivitata (Serville, 1838)
Valanga nigricornis (Burm, 1838)
Dissosteria Carolina (Linnaeus, 1758)
Tettigonidae Neoconocephalus triops (Linnaeus, 1758)
Hemiptera Cicadellidae Bothrogonia ferruginea (Fabricius 1787)
Alydidae Leptorixa oratorius thumb (Thunberg, 1815)
Coreidae Physomerus grossipes (Fabicius, 1974)
Homoeocerus relates (Distant, 1908)
Piezogaster (Amyot & Serville, 1843)
Lepidoptera Lymantarianae Lymantaria dispae (Linnaeus, 1758)
Psychidae Pysche casta (Pallas, 1767)
Sterrhopterix fusca (Haworth, 1809)
Gymnelema (Hampson, 1910)
Sp 14
Coleoptera Chrysomelida Sp 8
Aulocophora similis Oliver
Meloidae Epicauta hirticornis (Haag-Rutenberg, 1880)

Orthoptera merupakan ordo yang sebagai inangnya. Pada saat pengamatan,


spesiesnya banyak berstatus sebagai hama sebagian besar lokasi penelitian tidak
pada tanaman kelapa sawit. Hal yang sama melakukan pengendalian gulma. Menurut
juga dilaporkan (Irwanda BB, 2018) (Jaganmohan et al., 2013). jumlah
dimana hama pada tanaman kelapa sawit di Orthoptera lebih berlimpah pada wilayah
pembibittan lebih banyak dari Ordo pertanian yang memiliki banyak rumput
Orthoptera. Sebelumnya dilaporkan (Fauzi dan gulma yang jarang dibersihkan.
et al., 2012) bahwa di temukan banyak Fielding & Brusven (1995) menyatakan
spesies hama dari Ordo Orthoptera pada bahwa vegetasi sangat mempengaruhi
tanaman kelapa sawit. Tingginya komposisi dan keberadaan Orthoptera
kelimpahan Orthoptera karena ordo dalam suatu ekosistem. Semakin tinggi
tersebut merupakan salah satu ordo keanekaragaman vegetasi pada suatu
terbesar dalam kelas Hexapoda. habitat maka semakin tinggi pula sumber
Dilaporkan (Borror et al., 1992) Ordo pakan bagi Orthoptera dalam suatu habitat,
Orthoptera terdiri dari 20.000 spesies. sehingga keberadaanya akan melimpah
Selain itu, sebagian besar spesies dari Ordo (Guo, Li & Gan, 2006) menambahkan
Orthoptera bersifat sebagai herbivora. bahwa perubahan keanekaragaman
Hanya sebagian kecil yang bersifat sebagai komunitas vegetasi dapat menyebabkan
predator dan detrivor. Famili tanaman yang variasi dalam pola khusus keanekaragaman
banyak digunakan sebagai tanaman inang hayati Orthoptera karena menurut
adalah fabaceae, poaceae, dan palmae. (Ingrisch, 2008). Orthoptera biasanya
Selain memakan tanaman yang mempunyai ketergantungan khusus
dibudidayakan, Ordo Orthoptera juga terhadap vegetasi dan mikroklimat.
menggunakan tanaman liar seperti gulma

Publisher : Politeknik Negeri Jember 10


Author(s): Nushasnita; Yaherwandi; Siska Efendi _______________________________________________

Spesies Orthoptera yang paling ditemukan pada Nagari tersebut sebanyak


banyak ditemukan di lahan penelitian 174 individu dengan 8 famili, 15 spesies.
adalah famili Acrididae dan Tettigonidae. Berikutnya di Nagari Banai ditemukan
Di Indonesia tercatat ± 51 spesies anggota sebanyak 161 individu dengan 9 famili dan
famili Acrididae terdaftar sebagai hama 17 spesies. Kelimpahan terendah terdapat
(Sundberg et al., 2001). Sedangkan di Nagari IV Koto Nan Dibawuah dimana
Tettigonidae adalah kelompok yang sangat dikoleksi 55 individu, 4 famili, 11 spesies
besar lebih dari 7.000 spesies dalam lebih “(Tabel 2)”.
dari 1000 genus (Tjiptono, 2014) dan
(Bina, 2006). Mereka ditemukan di semua Tabel 2. Komposisi serangga hama pada
benua kecuali Antartika. (Fakhrah, 2016) perkebunan kelapa sawit rakyat
mengatakan dalam aspek ekonomi Table 2. Composition of pest insects on
seringkali serangga Ordo Orthoptera smallholder oil palm plantations
menjadi permasalahan untuk masyarakat Lokasi Jumlah Jumlah Jumlah
misalkan Famili Acrididae dan Gryllidae Penelitian Spesies famili Individu
Koto Nan IV
yang menjadi hama tanaman budidaya dan
Dibawah 11 4 55
menyebabkan kerugian bagi manusia. Dua Silago 15 8 174
famili tersebut termasuk serangga Banai 17 9 161
herbivora yang merupakan pemakan
tumbuhan dan dapat menempati hampir Kelimpahan Serangga Hama
semua tipe habitat, baik pada daun, kanopi Berdasarkan Lokasi Penelitian.
atau tajuk pohon dan belukar. (Ullah, Kelimpahan serangga hama di
2012), bahwa belalang (Acrididae) Nagari Silago lebih tinggi dibandingkan
merupakan herbivora penting dalam Nagari lain disebabkan beberapa faktor. Di
rangelands di Amerika Serikat bagian Nagari Silago ditemukan tiga spesies
barat. Selain Orthoptera, Ordo Hemiptera serangga hama dengan kelimpahan yang
adalah yang spesiesnya banyak ditemukan tinggi. Spesies tersebut adalah S.
sebagai hama pada kelapa sawit. Ordo splenduns, T. marginella dan B.
Hemiptera termasuk empat ordo terbesar Ferruginea (Gambar 2). Selain itu
pada kelas hexapoda yang terdiri dari ± tingginya kelimpahan serangga hama yang
80.000 spesies, 40 famili dan 5 sub ordo. di temukan di Nagari Silago disebabkan
Hemiptera sebagian besar adalah serangga kondisi lingkungan yang sesuai untuk
darat, tetapi banyak yang akuatik. keberadaan spesies hama. Dimana suhu di
Memakan cairan tumbuh-tumbuhan dan lokasi penelitian berkisar antara 25-35 ºC,
beberapa adalah hama ganas bagi tumbuh- selain itu ketersediaan sumber makanan
tumbuhan budidaya. Selain itu bersifat berupa tumbuhan yang banyak di lokasi
sebagai pemangsa, dan beberapa penelitian seperti daun-daun rerumputan,
bermanfaat bagi manusia (Fauzi et al., kacang-kacangan, dan semak belukar yang
2012). Hemiptera memakan tanaman tumbuh lebat karena tidak dilakukannya
menggunakan mulutnya yang menusuk pengendalian oleh pemilik lahan. Faktor
dan menghisap untuk mengekstraksi cairan lainnya yaitu vegetasi berupa tumbuhan
tanaman. berupa pohon, perdu, dan semak hingga
rumput juga berpengaruh sebagai tempat
Komposisi Serangga Hama hidup atau bersarangnya serangga hama.
Berdasarkan Lokasi Penelitian Seperti dilaporkan (Efendi, 2016) bahwa
Kelimpahan tertinggi serangga hama kelimpahan suatu serangga di pengaruhi
berdasarkan lokasi penelitian terdapat di oleh lingkungan yang cocok dan
Nagari Silago. Total jumlah individu yang tercukupinya .

Publisher : Politeknik Negeri Jember 11


Author(s): Nushasnita; Yaherwandi; Siska Efendi _______________________________________________

Gambar 1. Kelimpahan populasi hama di Nagari IV Koto Nan Dibawuah


Figure 1. The abundance of pest populations in Nagari IV Koto Nan Dibawuah

Menurut (Sun et al., 2015) bahwa vegetasi dan sumber makanan pada Nagari
ketersediaan tanaman inang dan nilai IV Koto Nan Dibawuah (Gambar 1) dan
nutrisi mempengaruhi kelimpahan dan Nagari Banai (Gambar 3). Hal ini karena di
distribusi Orthoptera. Pada saat penelitian Nagari Silago tidak dilakukannya
vegetasi dan sumber makanan di Nagari pengendalian gulma.
Silago lebih tinggi dibandingkan dengan

Gambar 2. Kelimpahan populasi hama di Nagari Silago


Figure 2. An abundance of pest populations in Nagari Silago

Publisher : Politeknik Negeri Jember 12


Author(s): Nushasnita; Yaherwandi; Siska Efendi _______________________________________________

Bothrogonia ferruginea (Hemiptera : dimana tanaman kelapa sawit di lokasi


Cicadelidae) merupakan hama pada penelitian masih berumur 2-5 tahun. Selain
tanaman kelapa sawit. B. ferruginea paling itu B. ferruginea juga menyerang beberapa
melimpah ditemukan dari hama lain. B. tanaman rumputan, semak, maupun pohon.
ferruginea adalah serangga yang tergolong Tingginya kelimpahan B. ferruginea yang
dalam kelompok wereng daun ditemukan di lahan penelitian juga
(leafhoppers). Dengan struktur mulut tipe disebabkan faktor ketersediaan makanan
haustelata (menusuk mengisap) (Nair, yang melimpah, kurangnya perawatan
2000). B. ferruginea menyerang tanaman pada lahan kelapa sawit tersebut sehingga
kelapa sawit dengan cara menghisap cairan tumbuhnya gulma atau vegetasi dan
daun. Terutama pada daun-daun muda, tanaman lainnya seperti kacang-kacangan
kondisi ini sesuai dengan lokasi penelitian yang menjadi inang B. ferruginea tersebut.

Gambar 3. Kelimpahan populasi hama di Nagari Benai


Figure 3. An abundance of pest populations in Nagari Benai

Dissosteria pictipennis ( Orthoptera: pasang kaki, dan tubuhnya berbuku-buku,


Acrididae) adalah serangga herbivora yang memiliki antena yang hampir selalu lebih
sering merusak dengan cara memakan pendek dari tubuhnya dan juga memiliki
daun tanaman. Serangga ini menyebabkan ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan
daun berlubang-lubang, bentuknya agak beberapa spesies belalang biasanya
bulat. Kadang pada tepi daun terdapat dihasilkan dengan menggosokan femur
bekas gigitan. Tingginya kelimpahan hama belakangnya terhadap sayap depan atau
ini karena tersedianya sumber makanan abdomen (disebut stridulasi) atau karena
berupa daun-daun. Menurut (Borror et al., kepakan sayapnya sewaktu terbang, femur
1992). spesies ini menjadi hama potensial belakang umumnya panjang dan kuat yang
pada tanaman budidaya. Hama tersebut cocok untuk melompat. Serangga ini
tergolong dalam Ordo Ortoptera Famili umumnya bersayap walaupun sayapnya
Acrididae dimana sebagaian besar kadang tidak dapat dipergunakan untuk
merupakan hama pada tanaman budidaya terbang. Belalang betina umunya
salah satunya kelapa sawit. Serangga ini berukuran lebih besar dari belalang jantan
memiliki ciri-ciri khas yaitu memiliki tiga (Borror et al., 1992).

Publisher : Politeknik Negeri Jember 13


Author(s): Nushasnita; Yaherwandi; Siska Efendi _______________________________________________

Kerusakan Pada Tanaman Kelapa pengamatan. Tingkat persentase kerusakan


Sawit tertinggi terdapat di Nagari Silago
Persentase kerusakan akibat hama disebabkan banyaknya jenis hama dan
serangga bervariasi pada masing-masing tingginya kelimpahan masing-masing
tanaman kelapa sawit. Persentase spesies hama di nagari tersebut. Hama
kerusakan tertinggi terdapat di Nagari yang dominan di Nagari Silago adalah
Silago yakni 88,33%, di Nagari Banai spesies B. ferruginea yang menyerang
persentase kerusakan yakni 80%, dan tanaman dengan cara menghisap cairan
persentase kerusakan serangan hama daun tanaman. Selain itu, tanaman yang
terendah terdapat di Nagari Koto Nan IV masih muda berumur 2-5 tahun memiliki
Dibawuah yaitu 76,66%. Pada “(Gambar daun-daun yang masih tergolong muda
4)” . Rata-rata persentase kerusakan pada yang sangat disukai oleh serangga
lokasi pengamatan meningkat setiap penghisap daun.

Gambar 4. Persentase serangan hama pada perkebunan kelapa sawit rakyat


Figure 4. Percentage of pest attacks on smallholder oil palm plantations

Tanaman muda juga mempengaruhi banyak ikut mendorong melimpahnya


kondisi vegetasi yang terdapat didalamnya. populasi hama, dimana keberadaan gulma
Dimana vegetasi berpengaruh terhadap ini juga bisa menjadi sumber makanan bagi
keberadaan suatu hama. Vegetasi hama.
merupakan parameter penting untuk
mengetahui kenaekaragaman serangga Intensitas Serangan Hama Tiap
hama di suatu lahan dalam skala besar. Tanaman (%)
Semakin tinggi keanekaragaman vegetasi Pada penelitian ini pengamatan
suatu lahan maka semakin tinggi pula intensitas serangan dilakukan secara umum
sumber pakan bagi serangga hama untuk semua jenis hama yang menyerang.
sehingga keberadaanya sangat melimpah. Pada penelitian terdahulu pengamatan
Faktor lainnya yaitu gulma yang tumbuh intensitas serangan dilakukan berdasarkan

Publisher : Politeknik Negeri Jember 14


Author(s): Nushasnita; Yaherwandi; Siska Efendi _______________________________________________

spesies hama tertentu. Berdasarkan Dibawuah dan Banai. Sebaliknya intensitas


pengamatan yang dilakukan diketahui serangan di Nagari Silago menurun pada
bahwa terdapat peningkatan intensitas bulan Oktober dan November. Bahkan
serangan pada bulan September sampai penurunan intensitas serangan tergolong
November yakni di Nagari Koto Nan IV drastis yakni 50,31 menjadi 10,73.

Gambar 5. Intensitas serangan hama pada perkebunan kelapa sawit rakyat


Figure 5. The intensity of pest attacks on smallholder oil palm plantations

Rendahnya rata-rata intensitas Ordo, 9 Famili dan 20 spesies. Ordo yang


serangan dari tingkat kerusakan terjadi ditemukan dilokasi penelitian yaitu Ordo
karena dalam pengamatan intensitas Orthoptera, Hemiptera, Lepidoptera dan
serangan hama yang di amati adalah Coleoptera. Ordo Orthoptera paling
tingkat serangan hama pada pelepah banyak berperan sebagai hama. Hama
tanaman. Walaupun banyak tanaman yang paling banyak ditemukan terdapat di
terserang akan tetapi pelepah tanaman Nagari Silago berjumlah 174 individu.
yang terserang hanya sedikit. Rata-rata Persentase serangan lebih tinggi di Nagari
pelepah yang terserang adalah pelepah- Silago yaitu 88,33% dan intensitas 9,60%.
pelepah pertama dan pelepah yang terletak B. ferruginea (Hemiptera : Cicadelidae)
pada bagian bawah. Pelepah yang terserang adalah spesies yang memiliki jumlah
tersebut menunjukkan gejala adanya individu yang lebih tinggi dibandingkan 18
bercak-barcak pada permukaan daun, spesies lain yang ditemukan pada
bekas hisapan dari beberapa serangga dan perkebunan kelapa sawit.
daun yang berlobang bekas gigitan.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN Badan Pusat Statistik. (2014). Produk
Pada penelitian yang telah Domestik Regional Bruto Atas Dasar
dilakukan, didapatkan serangga hama Harga Konstan 2000 Menurut
sebanyak 390 individu yang terdiri dari 4 Provinsi, 2000-2013 (Milyar

Publisher : Politeknik Negeri Jember 15


Author(s): Nushasnita; Yaherwandi; Siska Efendi _______________________________________________

Rupiah). https://www.bps.go.id/ Fielding, D. J., & Brusven, M. A. (1995).


dynamictable/2009/06/29/1600/prod Grasshopper densities on grazed and
uk-domestik-regional-bruto-atas- ungrazed rangeland under drought
dasar-harga-konstan-2000-menurut- conditions in southern Idaho. The
provinsi-2000-2013-milyar-rupiah- Great Basin Naturalist, 55(4), 352–
.html 358.

Badan Pusat Statistik Dharmasraya. Guo, Z.-W., Li, H.-C., & Gan, Y.-L.
(2018). Buku Putih Sanitasi. Pokja (2006). Grasshopper (Orthoptera:
Sanitasi Permukiman Kabupaten Acrididae) biodiversity and
Dharmasraya. grassland ecosystems. Insect
https://dharmasrayakab.bps.go.id/ Science, 13(3), 221–227. https://
doi.org/10.1111/j.1744-7917.2006.
Bina, A. (2006). Using a broadly 00086.x
applicable growth-percolation
model to design improved biofilters Ingrisch, S. (2008). Zum Einfluß der
[Dissertation, University of Southern Feuchte auf die Schlupfrate und
California]. Entwicklungsdauer der Eier
mitteleuropäischer Feldheuschrec
Borror, D. J., Triplehorn, C. A., & Johnson, ken (Orthoptera, Acrididae).
N. F. (1992). Pengenalan pelajaran Deutsche Entomologische
serangga (S. Partosoedjono (Trans.); Zeitschrift, 30(1–3), 1–15.
6th ed.). Gadjah Mada University https://doi.org/10.1002/mmnd.19830
Press. 300102

Direktorat Jenderal Perkebunan. (2015). Irwanda BB, Y. (2018). Dampak Budidaya


Statistik Perkebunan Indonesia Tanaman Sela Pada Ekosistem
2014-2016 Komoditas Kelapa Sawit. Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap
Direktorat Jenderal Perkebunan, Keanekaragaman Serangga Musuh
Kementerian Pertanian. Alami [Skripsi, Universitas
Andalas].
Efendi, S. (2016). Analisis
Keanekaragaman Coccinellidae Jaganmohan, M., Vailshery, L., &
Predator dan Kutu Daun (Aphididae Nagendra, H. (2013). Patterns of
spp) pada Ekosistem Pertanaman Insect Abundance and Distribution in
Cabai di Sumatera Barat. Jurnal Urban Domestic Gardens in
BiBieT, 1(2), 67–80. https://doi.org/ Bangalore, India. Diversity, 5(4),
10.22216/jbbt.v1i2.1697 767–778. https://doi.org/10.3390/
d5040767
Fakhrah. (2016). Inventarisasi insekta
permukaan tanah di Gampong Nair, K. S. S. (Ed.). (2000). Insect pests
Krueng Simpo Kecamatan Juli and diseases in Indonesian forest: an
Kabupaten Bireuen. Jurnal assessment of the major threats,
Pendidikan Almuslim, 4(1), 48–52. research efforts and literature.
Center for International Forestry
Fauzi, Y., Widyastuti, Y. E., Satyawibawa, Research (CIFOR). https://doi.org/
I., & Paeru, R. H. (2012). Kelapa 10.17528/cifor/000700
sawit. Penebar Swadaya.

Publisher : Politeknik Negeri Jember 16


Author(s): Nushasnita; Yaherwandi; Siska Efendi _______________________________________________

Risza, S. (2010). Masa Depan Perkebunan microptera (Beauvois). Journal of


Kelapa Sawit Indonesia. Penerbit Orthoptera Research, 10(1), 39–51.
Kanisius. https://doi.org/10.1665/1082-
6467(2001)010[0039:MADOOA]2.
Safitri, D., Yaherwandi, Y., & Efendi, S. 0.CO;2
(2020). Keanekaragaman Serangga
Herbivora Pada Ekosistem Susanto, A., Purba, R. Y., & Prasetyo, A.
Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Di E. (2010). Hama dan Penyakit
Kecamatan Sitiung Kabupaten Kelapa Sawit. Volume ke-1. Pusat
Dharmasraya. Menara Ilmu, 14(1), Penelitian Kelapa Sawit, Indonesia.
19–28.
Tjiptono, F. (2014). Pemasaran Jasa:
Scientific, C., & of Entomology, I. R. O. Prinsip, Penerapan dan Penelitian.
(Australia). D. (1991). The insects of Andi Publisher.
Australia: A textbook for students
and research workers (Vol. 2). Ullah, M. I. (2012). Investigations on
Cornell University Press. Rangeland Grasshoppers:
Ecoregion Level Distribution,
Simanjuntak, D., Rozziansha, T. A. P., Identification, Feeding Performance,
Sudharto, A. S., de Chenon, R. D., and Vegetation Clipping
Prasetyo, A. E., & Susanto, A. [Dissertation, University of
(2011). Informasi Organisme Nebraska-Lincoln].
Pengganggu Tanaman: Setora nitens
Walker (Lepidoptera: Limacodidae).
Pusat Penelitian Kelapa Sawit,
Indonesia.

Sulthoni, A., Siwi, S. S., Subyanto, Lilies


S., C., & Sulthoni, A. (1991). Kunci
determinasi serangga : program
nasional pelatihan dan
pengembangan pengendalian hama
terpadu. Kanisius.

Sun, T., Liu, Z. Y., Qin, L. P., & Long, R.


J. (2015). Grasshopper (Orthoptera:
Acrididae) Community Composition
in the Rangeland of the Northern
Slopes of the Qilian Mountains in
Northwestern China. Journal of
Insect Science, 15(1), 6–6.
https://doi.org/10.1093/jisesa/ieu171

Sundberg, S. V, Luong-Skovmand, M. H.,


& Whitman, D. W. (2001).
Morphology and development of
oocyte and follicle resorption bodies
in the lubber grasshopper, Romalea

Publisher : Politeknik Negeri Jember 17

Anda mungkin juga menyukai