ABSTRAK
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan di Provinsi Papua Barat
berdasarkan luas areal dan produksinya. Ribuan hektar tanaman kelapa sawit yang berumur sekitar 25 tahun
dilaporkan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Papua Barat mengalami kerusakan berat, yaitu daunnya tinggal lidi-lidi.
Diduga kerusakan tersebut akibat serangan hama. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis hama dan
tingkat kerusakannya pada pertanaman kelapa sawit di Provinsi Papua Barat. Penelitian dilakukan pada Bulan Juni
2016 di perkebunan kelapa sawit milik PT. Yongjing Investindo dan PT. Medco Papua Hijau Selaras. Kegiatan survei
dilakukan untuk mendapatkan sampel serangga hama dan mengestimasi tingkat kerusakannya, serta mengoleksi jenis
musuh alami yang berasosiasi dengan target hama, dilanjutkan dengan kegiatan laboratorium untuk mengkonfirmasi
hasil identifikasi hama dan jenis musuh alaminya. Hasil survei menunjukkan bahwa penyebab kerusakan pada kelapa
sawit di PT Yongjing Investindo dan PT. Medco Papua Hijau Selaras, Papua Barat adalah belalang Sexava nubila Stal.
(Orthoptera: Tettigoniidae). S. nubila merupakan hama kelapa (Cocos nucifera) yang sudah lama ada di beberapa daerah
di Papua Barat. S. nubila merusak daun kelapa sawit dengan tingkat kerusakan mencapai 20-100% sehingga
kerusakannya dikategorikan sangat merusak. Musuh-musuh alami S. nubila yang banyak ditemukan di lapangan adalah
burung gagak, semut rangrang (Oecophylla smaragdina), belalang sembah (Orthopthera: Mantidae), dan parasitoid telur
(Leefmansia bicolor). Hasil penelitian ini merupakan laporan pertama tentang serangan hama S. nubila pada tanaman
kelapa sawit. Perlu upaya serius dan tindakan pengendalian yang segera untuk menghindari kerugian ekonomi yang
besar pada pertanaman sawit di Papua Barat.
ABSTRACT
Oil palm (Elaeis guineensis) is one of the major estate crops in West Papua in terms of total area and production.
Thousand hectares of oil palm plantations in Manokwari, West Papua Province, have inflicted serious leaflets damage
that only the midrib of the frond remains as reported by The Provincial Estate Crop Agency. The objectives of the
research were to determine insect pest causing the leaf damage and its damage level on the oil palm plantations of West
Papua Province. The research was conducted in June 2016 at the oil palm estate of PT Yongjing Investindo and PT.
Medco Papua Hijau Selaras, West Papua. Field observation and identification in the laboratory showed that the
causative agent is Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae). S. nubila known as the main pest attacking coconut palm
(Cocos nucifera) in several locations in Eastern Indonesia, has invaded oil palms and causing severe damage, 20 to 100%
of leaflet damage. Natural enemies found in the Sexava-attacking areas including crow, ant (Oecophylla smaragdina),
praying mantids (Orthopthera: Mantidae), and egg parasitoid (Leefmansia bicolor).This is the first report on the invasion
of S. nubila to oil palm plantation. Serious attention is urgently needed to prevent further economic yield losses due to
the pest on oil palm plantations in West Papua Province.
97
Buletin Palma Volume 17 No. 2, Desember 2016: 97 - 104
98
Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan Kerusakannya pada Tanaman Kelapa Sawit (Jelfina C. Alouw dan Meldy L.A. Hosang)
3. Sedang: >25 % – 50% pelepah daun diserang nubila berbentuk filiform, berukuran lebih panjang
4. Berat: >50 % – 75 % pelepah daun diserang dari tubuhnya. Oleh sebab itu Sexava sp. disebut
5. Sangat berat : >75 – 100 pelepah daun diserang long horned grasshoppers.
Penentuan spesies Sexava dilakukan
menurut (Willemse, 1977) dengan mengamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
subgenital plate dari imago. Subgenital plate S. nubila
lebih sempit, styli nya lebih panjang, cercus lebih
Identifikasi penyebab kerusakan sawit pendek dengan bagian ujung cercus yang kurang
tipis dibandingkan dengan ciri-ciri Subgenital plate
Penyebab kerusakan sawit ditentukan
dari S. coriacea (Gambar 3). Salah satu karakter
berdasarkan hasil identifikasi morfologi telur dan
yang mudah digunakan di lapangan untuk
imago yang ditemukan, serta gejala kerusakan
membedakan S. nubila dan S. coriaceae, yakni
daun. Hasil pengamatan kerusakan hama pada
panjang ovipositor. Ovipositor S. nubila lebih
dua kebun kelapa sawit, yaitu PT. Yongjing
pendek (3-4 cm), ujung ovipositor biasanya tidak
Investindo, dan PT. MPHS di Manokwari, Papua
melebihi ujung sayap S. nubila pada saat istirahat.
Barat menemukan Sexava nubila Stal. (Orthoptera:
Sejumlah imago yang sudah mati ditemu-
Tettigonidae) sebagai penyebab utama kerusakan
kan disekitar areal perkebunan kelapa sawit ter-
tanaman. Hasil identifikasi ini ditunjang dengan
masuk di atas permukaan saluran air yang terletak
ditemukannya populasi telur S. nubila (Gambar
dekat tanaman sawit. Imago yang mati ditemukan
1a.) pada daerah sekitar perakaran sawit dan pada
juga tergantung pada pelepah kelapa yang tinggal
tanah yang menempel pada batang sawit yang
lidi-lidi saja di atas pohon (Gambar 4). Penyebab
sudah tidak terawat lagi. Beberapa telur
kematian imago ini belum diketahui dengan pasti.
mengandung kuning telur (yolk) (fertile atau mati),
Kematian bisa disebabkan oleh kelaparan akibat
ada yang kosong, dan ada yang terparasit.
kurangnya daun sawit sebagai sumber makanan
Berdasarkan karakteristik lubang telur, dapat
karena proporsi tanaman dengan kerusakan
diketahui apakah telur tersebut terparasit atau
sangat berat sangat tinggi. Menurut Warouw
tidak. Telur terparasit ditandai dengan bentuk
(1981), pada serangan berat dimana sumber
lobang yang pinggirannya bundar, rata dan
makanan terbatas, maka populasi hama akan
teratur, sedangkan telur yang telah menghasilkan
menurun. Penyebab lain matinya imago adalah
nimfa, pinggiran lubangnya tidak teratur. Telur-
karena imago-imago tersebut sudah tua dan
telur S. nubila berbentuk dan berwarna seperti
waktunya mati atau karena diserang predator.
gabah padi masak (Gambar 1a).
Beberapa musuh alami yang ditemukan adalah
Nimfa dan imago S. nubila ditemukan pada
burung gagak, semut rangrang, belalang sembah
pelepah sawit yang dipotong dan diturunkan dari
dan parasitoid telur.
pohon (Gambar 1b, 1c). Sebagian besar imago yang
Hosang (2015) telah mendokumentasikan
ditemukan di lokasi pengamatan berwarna cokelat
beberapa musuh alami yang potensial untuk hama
(Gambar 2), sedangkan nimfanya berwarna hijau
Sexava spp. diantaranya parasitoid telur Leefmansia
seperti yang dilaporkan oleh Hosang et al. (1989)
bicolor, parasitoid Stichotrema dallatorreanum
bahwa umumnya imago S. nubila di daerah Papua
(Strepsiptera: Myrmecolacidae) yang memarasit
dan Papua Barat berwarna cokelat. Antena S.
Gambar 1. Telur (a), imago betina (b), serta nimfa dan imago (c) dari Sexava nubila yang menyerang
pertanaman sawit di Papua Barat.
Figure 1. Eggs (a), adult female (b), nymphs and imagos (c) of Sexava nubila attacking oil palm in West Papua.
99
Buletin Palma Volume 17 No. 2, Desember 2016: 97 - 104
a b c
Gambar 4. Gejala kerusakan akibat serangan Sexava nubila pada pelepah tanaman kelapa sawit di Papua Barat.
Figure 4. Damage sympton due to attack of Sexava nubila on oil palm frond in West Papua.
100
Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan Kerusakannya pada Tanaman Kelapa Sawit (Jelfina C. Alouw dan Meldy L.A. Hosang)
60.0
tanaman rendah. Oleh sebab itu tidak meng-
herankan jika seluruh tanaman yang diamati telah
50.0
terserang hama dengan proporsi yang paling
Persentase serangan (%)
40.0
Sehat tinggi pada tingkat serangan sangat berat.
Ringan Jika laju kehilangan daun akibat serangan
30.0 Sedang S. nubila lebih cepat dari pada laju pertambahan
Berat daun, maka akan terjadi kelangkaan sumber
20.0
Sangat berat
makanan hama. Hal ini bisa berakibat pada ber-
pindahnya populasi S. nubila ke perkebunan
10.0 kelapa sawit muda yang sedang dikembangkan
oleh masyarakt, PT. Yongjing Investindo dan
0.0
PT. Medco Papua Hijau Selaras (PT. MPHS), atau
berpindah pada tanaman inang lainnya seperti
Gambar 5. Tingkat serangan Sexava nubila pada kelapa dan pisang yang letaknya tidak jauh dari
tanaman kelapa sawit di PT. Yongjing, lokasi serangan. Hasil pengamatan lapangan pada
Manokwari, Papua Barat (120 pohon tanaman kelapa sawit muda di PT. MPHS, ter-
sampel dari 9000 total pohon sawit). nyata ditemukan imago S. nubila, walaupun po-
Figure 5. Level of Sexava nubila’s attack on oilpalm pulasinya sangat rendah. Upaya antisipasi ledakan
plantation of PT. Yongjing, Manokwari, S. nubila perlu dilakukan untuk menghindari
West Papua (120 oilpalm samples of the total kerusakan tanaman dan kehilangan hasil.
number of 9000 palms).
Distribusi
Tingkat kerusakan tanaman yang sangat
Invasi S. nubila pada tanaman kelapa sawit
berat akibat serangan populasi hama yang besar
baru pertama kali ini dilaporkan di Propinsi Papua
ditunjang oleh sistem pertanaman monokultur.
Barat. Masuknya S. nubila pada tanaman kelapa
Menurut teori keragaman dan stabilitas yang
sawit belum diketahui dengan pasti. Namun,
dikembangkan pertama oleh Charles Elton (1958)
Hama ini diduga berasal dari pertanaman kelapa
dalam (Agrawal et al., 2006), tanaman dengan
(Cocos nucifera) yang berada di sekitar kedua
sistem monokultur umumnya mengalami ke-
kebun kelapa sawit. Wilayah timur Indonesia,
hilangan hasil yang lebih besar dibandingkan
seperti Papua Barat, merupakan daerah endemik
dengan sistem pertanaman polikultur. Selanjutnya
serangan Sexava spp., disamping Seram, Kei, Aru,
dinyatakan bahwa areal pertanian dengan
Batjan, Kepulauan Talaud, Kepulauan Nanusa,
keragaman tanaman yang rendah lebih sering
Papua, dan Papua Nugini untuk hama S. nubila
mengalami ledakan hama dibandingkan dengan
Stal., di Maluku Utara, Kepulauan Sangihe dan
areal dengan keragaman tinggi (Agrawal et al.,
Dumagin Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara,
2006). Walaupun teori ini masih menjadi bahan
Sula dan Papua untuk hama S. coriacea, di
perdebatan, namun pada pola tanam seperti ini,
Kepulauan Una-Una dan Togean (Teluk Tomini)
terdapat peluang terjadinya inbreeding. Inbreeding
dan Pesisir pantai Sulawesi Tengah untuk S.
dapat terjadi melalui penyerbukan sendiri
karnyii dan Papua Nugini untuk S. novae-guinea
maupun penyerbukan silang dengan relatifnya.
(Kalshoven, 1981, Hosang, 2015). Tanaman kelapa
Konsekuensi dari inbreeding menghasilkan
lebih dulu dibudidayakan oleh masyarakat Papua
tanaman dengan heterozygosity yang rendah yang
dibandingkan dengan kelapa sawit, dan S. nubila
biasanya menyebabkan penurunan fitness atau
sudah dilaporkan sebelumnya menyerang
dengan kata lain mengalami “inbreeding depression”
tanaman kelapa di Papua (Hosang et al., 1989).
(Charlesworth, 2003). Inbreeding depression bisa
Oleh sebab itu dugaan bahwa S. nubila yang
menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap
menyerang kelapa sawit di Manokwari berasal
serangan hama karena fixation dari alleles mutant
dari tanaman kelapa semakin kuat. Teknologi
dapat menurunkan hasil-hasil metabolisme yang
molekuler dapat dilakukan untuk melihat tingkat
berakibat buruk pada pertahanan struktural dan
kekerabatan antara S. nubila yang menyerang
kimia tanaman (Carr et al., 2014).
kelapa dan tanaman kelapa sawit.
Tanaman kelapa sawit yang diserang
Kunci utama proses invasi serangga adalah
S. nubila berada dalam kondisi tidak terawat.
penyebaran/dispersal (Johnson dan Gaines, 1990,
Menurut Rhoades (1979), tanaman yang berada
Lockwood et al., 2007) secara aktif atau pasif
dalam kondisi stress akan lebih mudah di-
(Bermond et al., 2013). Jangkaun terbang Sexava sp.
eksploitasi oleh hama sebab pada tanaman yang
tidak begitu jauh (Warouw, 1981) sehingga hama
stress, alokasi sumberdaya untuk ketahanan
101
Buletin Palma Volume 17 No. 2, Desember 2016: 97 - 104
ini hanya bisa berpindah secara aktif pada hindari kegagalan pengembangan sawit di Papua
tanaman inang yang letaknya berdekatan dengan Barat.
lokasi serangan. Penyebaran secara pasif yang
dibantu oleh manusia juga berperan penting
KESIMPULAN
seperti yang dilaporkan pada S. coriacea yang
masuk ke daerah Dumagin, Kabupaten Bolaang
Mongondow dari Kepulauan Sangihe. Telur-telur Ledakan populasi Sexava nubila yang terjadi
S. coriacea diduga terbawa oleh tanah yang pada perkebunan kelapa sawit yang berumur
digunakan sebagai media tumbuh bibit pala sekitar 25 tahun di Papua Barat telah menim-
(Hosang et al., 1989). bulkan kerusakan lebih dari >75%. Populasi
Selain kemampuan terbang dari Sexava sp., S. nubila diduga berasal dari pertanaman kelapa di
kesuksesan dalam menemukan tanaman inang sekitar pertanaman kelapa sawit yang terlebih
untuk tetap bertahan hidup, ditentukan juga oleh dahulu terserang oleh S. nubila. Hama ini diduga
olfactory sensilla dari serangga hama dan berkembang biak pada pertanaman kelapa sawit
kepekaannya terhadap bau yang dikeluarkan yang sudah tidak produktif dan tidak terawat
tanaman inang. Serangga menggunakan berbagai milik PT. Yongjing kemudian menyebar ke per-
cues termasuk senyawa sekunder yang bersifat tanaman kelapa sawit lainnya. Ada beberapa jenis
volatil yang dikeluarkan tanaman untuk musuh alami yang ditemukan di lapangan, tetapi
mendapatkan atau mencari inangnya. Beberapa kelihatannya tidak mampu mengendalikan
senyawa volatil termasuk -myrcene, (-)- limonene S. nubila yang populasinya sudah melebihi
dan E-2-hexen-1-ol yang diproduksi oleh tanaman ambang batas (>5 ekor per pohon). Perlu ada
kelapa berfungsi sebagai atraktan untuk hama tindakan yang serius dan segera untuk mencegah
Brontispa longissima (Fang et al., 2011). Sampai saat populasi S. nubila pada pertanaman kelapa sawit
ini belum ada informasi tentang senyawa-senyawa di Propinsi Papua Barat.
sekunder yang dipakai oleh Sexava sp. untuk
menemukan inangnya. Oleh sebab itu penelitian
UCAPAN TERIMA KASIH
tentang hal tersebut perlu dilakukan sebagai
informasi penting dalam merancang strategi
pengendaliannya. Terima kasih disampaikan kepada Kepala
Keberhasilan invasi dari suatu spesies Balai Penelitian Tanaman Palma, Puslitbang
serangga ditunjang juga oleh keragaman populasi Perkebunan, dan Badan Litbang Pertanian,
yang tinggi yang disebabkan oleh masuknya Kementerian Pertanian atas dukungan dana
spesies dari beberapa lokasi geografis yang penelitiannya. Ucapan terima kasih disampaikan
berbeda. Walaupun demikian, beberapa hasil pula kepada Balai Penelitian dan Pengkajian
penelitian melaporkan juga adanya keberhasilan Pertanian (BPTP) dan Dinas Perkebunan
dari spesies yang menginvasi dengan keragaman (DISBUN) Papua Barat atas dukungan pen-
genetik yang rendah (Novak dan Mack, 2005; dampingan di lokasi penelitian perkebunan kelapa
Wares et al., 2005). Evolusi pemilihan tanaman sawit, serta kepada Para teknisi di laboratorium
inang lebih dipengaruhi oleh kualitas tanaman hama dan penyakit dalam pemeliharaan hama di
dari pada kelimpahan tanaman inang (Agrawal laboratorium.
et al., 2006). Dengan demikian, maka tanaman
kelapa sawit merupakan tanaman inang alternatif
DAFTAR PUSTAKA
yang potensial baik dari segi kualitas maupun
kuantitas dalam mendukung pertumbuhan dan
perkembangan S. nubila di Papua Barat. Agrawal, A.A., J.A. Lau, and P.A. Hamback. 2006.
Monitoring hama oleh petugas lapang perlu Evolution of interactions between plants and
diintensifkan agar pengendalian hama bisa dila- insect herbivores. Chicago Journals: The
kukan sedini mungkin sebelum populasi hama quarterly review of Biology 81(4): 349-376.
berada di atas ambang ekonomi. Eksplorasi Bermond, G., A. Blin., E. Vercken, V. Ravigne, A.
musuh-musuh alami S. nubila di Papua Barat perlu Rieux, S. Mallez, T. Morel-Journel, and T.
juga dilakukan agar bisa dikembangkan di lokasi Guillemaud. 2013. Estimation of the
serangan untuk mengendalikan S. nubila. Selain dispersal of a major pest of maize by cline
itu, kerjasama antara pemerintah daerah Papua analysis of a temporary contact zone
Barat dan pusat, perusahaan swasta dan masya- between two invasive outbreaks. Molecular
rakat dibutuhkan untuk mengendalikan S. nubila ecology 22: 5368-5381. Doi: 10.1111/
disarang pembiakannya sekarang untuk meng- mec.12489.
102
Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan Kerusakannya pada Tanaman Kelapa Sawit (Jelfina C. Alouw dan Meldy L.A. Hosang)
Carr, D.E. and M.D. Eubanks. 2014. Interactions network in field atrolak utara for oil palm
between insect herbivores and plant mating plantation management. Information
systems. Annual review of entomology management business review 1 (1):11-15.
59:185-203. Lockwood, J.L., M.F. Hoopes, M.P. Marchetti.
Charlesworth, D. 2003. Effects of inbreeding on 2007. Invasion ecology.Blackwell, Maiden,
the genetic diversity of populations. M.A. 428 pp.
Philosophical Transactions B.The Royal Novak, S.J and R.N. Mack. 2005. Genetic
Society Publishing 358(1434):1051-1070. bootlenecks in alien plant species.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Influences of mating systems and intro-
perkebunan Indonesia 2014-2016 Komoditi duction dynamics. In: Species invasions:
Kelapa Sawit. 79 pp. Insights into ecology, evolution and
Fang, Y., J. Sun, and Z. Zhang. 2011. Response of biogeography (eds Sax, D.f., Stachowicz, J.J.
Brontispa longissima to coconut palm (Cocos and Gaines, S.D. Sinauer Sunderland, p.
nucifera) leaf volatile. Physiological 201-228.
Entomology 36:321-326. Paterson, R.R.M. 2007. Ganoderma diseases of oil
Hosang, M.L.A. 1989. Accidental introduction of palm a white rot perspective necessary for
Sexava coriaceae in Dumagin, Pinolosian, Integrated control. Crop Protection 26:1369-
Bolaang Mongondow, North Sulawesi. 1376.
Manado: UNDP/FAO Integrated coconut Rees, R.W., J. Flood, Y. Hasan, and R.M. Cooper.
pest control project, annual report, Balai 2007. Effects of inoculum potential, shading
Penelitian Kelapa. 126-127. and soil temperature on root infection of oil
Hosang, M.L.A., P. Wigley dan Soekarjoto. 1989. palm seedlings by the basal stem rot
Kemungkinan pengendalian hama Sexava pathogen Ganoderma boninense. Plant
dengan protozoa (Gregarine, Nosema, dan Pathology 56:862-870.
Adelina). Jurnal Penelitian Kelapa. 4(1): 94- Rhoades, D.F. 1979. Evolution of plant chemical
defense against herbivores. In: R.A. Gerald,
103.
and J.H. Daniel, Herbivores: their interaction
Hosang, M.L.A. 2015. Ekobiologi dan pengen-
with secondary plant metabolites. New York
dalian hama Sexava pada tanaman kelapa.
Academic press. Pp 3-54 ISBN 0-12-597180-
IAARD Press.80 hal.
x.
Indonesian Palm Oil Commission (IPOC). 2006.
Sabbatoellah, S. dan M.L.A. Hosang. 2006.
Statistik kelapa sawit Indonesia 2005.
Kemampuan makan Sexava nubilla Stall
Department of Agriculture, Jakarta,
(Orthptera: Tettigoniidae) pada daun
Indonesia.
kelapa. Buletin Palma 31:79-90.
Mawikere, J., J.C. Alouw, S. Sabbatoellah, dan
Supriadi, H. 2008. Strategi kebijakan pemba-
M.L.A. Hosang. 2005. Teknologi pem-
ngunan pertanian di Papua Barat. Analisis
biakan dan pemafaatan Leefmansia bicolor
kebijakan pertanian 6(4):352-377.
(Hymenoptera: Encyrtidae) sebagai parasi-
Wagiman F.X., N.S. Putra, M.L.A. Hosang, dan
toid telur Sexava spp. Monograf hama dan
F. Lala. 2011. Studi ekobiologi dan peman-
penyakit kelapa. 42-49.
faatan burung predator Lanius sp. untuk
Murphy, D.J. 2007. Future prospects for oil palm
pengendalian hayati hama Sexava spp. pada
in the 21(st) century: biological and related
tanaman kelapa di Sulawesi Utara, Univer-
challenges. European Journal of Lipid
sitas Gadjah Mada bekerjasama dengan
Science and Technology 109: 296-306.
Badan Litbang Pertanian. 8 hal.
Johnson, M.L. and M.S. Gaines. 1990. Evolution of
Warouw, J. 1981. Dinamika populasi Sexava nubila
dispersal: theoretical models and empirical
(Stal) (Orthoptera: Tettigonidae) di Sangihe
tests using birds and mammals. Annual
Talaud dalam hubungannya dengan ke-
review of ecology and systematics, 21:449 –
rusakan tanaman kelapa. Disertasi. IPB.152
480.
hal.
Kalshoven, L.G.E. 1981. The pests of crops in
Willemse, F. 1977. Classification and distribution
Indonesia. Revised and translated by P.A.
of the Sexava of the melanesian Sub Region
van der Laan with assistance of G.H.L.
(Orthoptera, Tettigonidea, Mecopodinae).
Rothshild. PT. Ichtiar Baru van Hoeve,
Tijdschrift voor Entomologie. 120, 213-277.
Jakarta. 701 pp.
Wood, B.J., Corley, R.H.V and Goh, K.H. 1973.
Khairil, M.M.S., dan M.I. Hasmadi. 2010.
Studies on the effect of pest damage on oil
Applying GIS for mapping agriculture roads
palm yield. In:Wastie, R.L and Earp, D.A
103
Buletin Palma Volume 17 No. 2, Desember 2016: 97 - 104
104