Anda di halaman 1dari 8

PEMBAHASAN AGROEKOSISTEM :

1. Intensitas cahaya matahari diukur setiap hari saat siang hari kemudian nilai yang
diperoleh dirata-rata sehingga menghasilkan L1 : 63694 Lux pada lahan pertama; L2
:11408 Lux pada lahan kedua; dan L3 : 3897 Lux pada lahan ketiga. ntensitas cahaya
sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Intensitas cahaya yang
tinggi akan mempercepat aju fotosintesis karena dengan semakin banyaknya energi yang
diberikan ke daun artinya semakin banyak energi yang tersedia untuk m0ensintesis
karbohidrat. Namun, terlalu tinggi intensitas cahaya akan merusak proses fotosintesis
dengan mempercepat fotooksidasi klorofil, sehingga klorofil yang tersisa hanyalah klorofil
yang tidak mampu mengabsorp cahaya dengan baik [2]. Intensitas cahaya terlalu tinggi
akan merusak pigmen fotosintesis dan struktur tilakoid pada jagung[3]. Hal ini juga
dapat menurunkan produktivitas jika terjadi pada fase pembungaan dan penyerbukaan [

J. Sains Dasar 2017 6 (1) 8 - 16


PENGARUH PERBEDAAN INTENSITAS CAHAYA DAN PENYIRAMAN PADA
PERTUMBUHAN JAGUNG (ZEA MAYS L.) ‘SWEET BOY-02’. Hafidha Asni
Akmaliadan E. Suharyanto

Intensitas cahaya yang tinggi baik untuk pertumbuhan tanaman jagung . Sementara intensitas
cahaya yang rendah atau tanaman jagung berada dibawah naugan akan berakibat pada
tanaman jagung yangtumbuh memanjang atau tinggi, tongkolnya ringan dan bijinya kurang
berisi. Warisno Seri Budidaya Jagung Hibrida Penerbit Kanisius 2009. Yogyakarta

2. Kelembaban relatif adalah perbandingan antara masa uap air yang ada di dalam satu satuan
volume udara, dengan masa uap air yang maksimum dapat dikandung pada suhu dan tekanan
yang sama. Kelembaban udara pada pagi hari menunjukkan rata-rata nilai berkisar antara 75-
80% Menurut Tjasyono (2004) Kelembaban udara erat hubungannya dengan ketersediaan air.
Saat kelembaban terlalu tinggi, seluruh pori-pori tanah akan terisi air hingga titik jenuh. Pada
siang hari kelembaban udara menurun hingga 45-50% pada keseluruhan perlakuan.
Kelembaban udara pada siang hari menunjukkan penurunan pada semua perlakuan, hal ini
disebabkan intensitas radiasi matahari siang hari relatif lebih besar yang mengenai secara
langsung pada tanaman. Pada sore hari, kelembaban udara memiliki persentasi yang hampir
sama dengan kelembaban udara pada pagi namun lebih tinggi dibandingkan dengan
kelembaban udara pada siang hari yaitu menunjukkan nilai berkisar antara 75-85%.
Kelembaban udara nisbi tidak banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan jagung, asalkan air
tersedia dalam tanah cukup. Kisaran kelembaban nisbi adalah 60 – 80%, tetapi pada nilai
kelembaban nisbi rendah dan jika air tersedia dalam tanah terbatas akan berpengaruh
terhadap hasil, seperti yang dikemukakan Grubben dan Sutarya (1995) bahwa persediaan air
tanah yang rendah akan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan
mempengaruhi perkembangan klobot dan pengisian biji.
Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. ITB. Bandung
Jurnal Produksi Tanaman Vol. 5 No. 1, Januari 2017: 92 - 99 ISSN: 2527-8452 KAJIAN
IKLIM MIKRO TERHADAP BERBAGAI SISTEM TANAM DAN POPULASI
TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) STUDY OF MICRO
CLIMATE TO VARIOUS CROPPING SYSEM AND POPULATION OF SWEET
CORN (Zea mays saccharata Sturt.) Rahadyan Rizki Indrawan*) , Agus Suryanto dan
Roedy Soeslistyono

3. Perbedaan suhu udara pada berbagai waktu pengamatan ini disebabkan oleh intensitas
radiasi matahari yang diterima oleh tanaman. Perlakuan berbagai sistem tanam dan populasi
berpengaruh nyata terhadap perubahan suhu udara. Hal ini disebabkan oleh sistem tanam dan
populasi mempengaruhi kerapatan antar tanaman. Pada sistem tanam dengan populasi 3 benih
perlubang tanam, kerapatan tajuk tanaman lebih tertutup, sehingga hal ini mempengaruhi
intensitas radiasi yang masuk. Pada kerapatan tajuk tanaman yang tinggi, intensitas radiasi
yang masuk akan mengalami penurunan akibat terhalang oleh tajuk tanaman, hal ini yang
mempengaruhi suhu udara yang terjadi pada sekitar tanaman. Hal ini dipertegas oleh
pernyataan Tjasyono (2004), bahwa suhu udara di dalam gedung lebih tinggi dibandingkan
suhu di luar gedung. Hal ini berlaku pula bagi tanaman, dimana pada kondisi yang lebih
terbuka, suhu udara relatif lebih rendah. Untuk syarat pertumbuhannya, jagung menghendaki
kisaran suhu 21°C – 30°C dengan suhu optimum 23°C – 27°C. Barnito (2009)
mengemukakan bahwa suhu yang rendah akan menghambat pertumbuhan tanaman,
sedangkan Universitas Sumatera Utara suhu yang tinggi akan menyebabkan pertumbuhan
vegetatif yang berlebihan, sehingga akan menurunkan produksi.Tjasyono, Bayong. 2004.
Klimatologi. ITB. Bandung
Jurnal Produksi Tanaman Vol. 5 No. 1, Januari 2017: 92 - 99 ISSN: 2527-8452 KAJIAN
IKLIM MIKRO TERHADAP BERBAGAI SISTEM TANAM DAN POPULASI
TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) STUDY OF MICRO
CLIMATE TO VARIOUS CROPPING SYSEM AND POPULATION OF SWEET
CORN (Zea mays saccharata Sturt.) Rahadyan Rizki Indrawan*) , Agus Suryanto dan
Roedy Soeslistyono

4. disebabkan karena pada perlakuan tersebut memiliki populasi tanaman yang tinggi
sehingga kerapatan tajuk tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Sudaryono (2004), menyatakan bahwa suhu tanah dalam naungan lebih rendah dibandingkan
suhu tanah tanpa naungan. Kondisi kanopi yang rapat dapat mempertahankan kelembaban
tanah dan mengendalikan suhu tanah. Sudaryono. 2004. Pengaruh Naungan Terhadap
Perubahan Ilkim Mikro Pada Budidaya Tanaman Tembakau Rakyat. J.Teknologi
Lingkungan P3LBPPT.5(1): 56-62.

Suhu yang dikehendaki tanaman jagung berkisar antara 21ºC - 30ºC. Akan tetapi untuk
pertumbuhan yang baik tanaman jagung khususnya[B] jagung hibrida[/B] suhu yang optimal
adalah 23ºC - 27ºC. Suhu sekitar 25ºC akan mengakibatkan perkecambahan biji jagung lebih
cepat dan suhu tinggi lebih dari 40ºC akan mengakibatkan kerusakan embrio sehingga
tanaman tidak jadi berkecambah.

Kondisi pH yang baik untuk pertumbuhan jagung hibrida berkisar antara 5,5 - 7,0 dan pH
optimal 6,8 terutama pada saat berbunga dan pengisian biji. Curah hujan yang normal untuk
pertumbuhan tanaman jagung yang ideal adalah sekitar 250 mm/tahun sampai 2000
mm/tahun. Jagung hibrida akan tumbuh dengan baik di daerah yang ketinggiannya lebih dari
5000 m di atas permukaan laut. (Supapto, 1999).
http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/515-
budidaya-tanaman-jagung-manis[online] Risa Nurul Falah 2009 budidaya tanaman
jagung manis
Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase baik, dengan kelembaban
tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah kurang dari 40 % kapasitas lapang, atau bila
batangnya terendam air. Umur panen jagung sangat dipengaruhi oleh suhu, setiap kenaikan tinggi
tempat 50 meter dari permukaan laut, umur panen jagung akan mundur satu hari (Hyene, 1987
dalam Iriany et al., 2007).
Iriany, R.N dan T. M. Andi. 2007. Jagung Hibrida Unggul Baru. Warta Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, 29 (4): 26-39.

KERIMBUNAN GULMA PADA TANAMAN JAGUNG


Penelitian Puspitasari (2011) menunjukkan bahwa persaingan gulma perlakuan bergulma 0 - 5 MST
dan bergulma 2 MST – panen dapat menghambat tinggi tanaman dan lama bergulma menurunkan
biomassa tanaman jagung manis. Saat dan lama persaingan gulma meningkatkan biomassa gulma
saat dan tidak mempengaruhi panjang dan keliling tongkol jagung manis. Keberadaan dari gulma
merupakan masalah yang terus menghadang dalam budidaya jagung. Kehadiran gulma dapat secara
nyata menekan pertumbuhan dan produksi karena menjadi pesaing dalam memperebutkan
unsurhara dan cahaya matahari, sehingga mampu menurunkan produksi sebesar 48% (Tanveer et al,
1999) Puspitasari, V. D. 2011. Studi Persaingan Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Jagung (Zea mays.L) (skripsi).Universitas Jember,Jember

Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbedabeda, mulai dari
tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang membedakan gulma
dengan tanaman yang di budidayakan (Moenandir, 1993). Gulma umumnya diartikan sebagai
tumbuhan pengganggu yang tumbuh secara liar pada lahan yang dipakai untuk membudidayakan
tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan dengan menurunnya produksi tanaman. Keberadaan
gulma merupakan masalah yang terus menghadang dalam budidaya jagung. Kehadiran gulma dapat
secara nyata menekan pertumbuhan dan produksi karena menjadi pesaing dalam memperebutkan
unsur hara serta cahaya matahari, sehingga mampu menurunkan produksi sebesar 48% (Tanveer
dan Ahmad, 1999). Kehadiran gulma pada lahan pertanaman jagung tidak jarang menurunkan hasil
dan mutu biji. Penurunan hasil bergantung pada jenis gulma, kepadatan, lama persaingan, dan
senyawa allelopati yang dikeluarkan oleh gulma. Secara keseluruhan, kehilangan hasil yang
disebabkan oleh gulma melebihi kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama dan penyakit.
Meskipun demikian, kehilangan hasil akibat gulma sulit diperkirakan karena pengaruhnya tidak
dapat segera diamati.
Hasil analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dengan lahan olah tanah maksimal (OTM) di
Nagari Sungai Talang, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota didapatkan 10 famili, 18
genus, 18 jenis, dan 563 individu gulma. Pada jagung dengan olah tanah maksimal, banyak
ditemukan gulma dari famili Rubiaceae yaitu Borreria alata yaitu sebanyak 245 individu. Selain famili
Rubiaceae, dua famili lain yang banyak ditemukan adalah Graminae (202 individu) dan Asteraceae
(32 individu). Sedangkan famili yang paling sedikit ditemukan adalah Cyperaceae, Euphorbiaceae dan
Leguminosae, masing-masing satu individu. Pertanaman jagung dengan lahan OTM ditemukan 245
individu gulma Borreria alata (berdaun lebar). Hal ini sesuai dengan pernyataan Rachman dan Husen
(2004) bahwa tindakan olah tanah akan menghasilkan kondisi kegemburan. Pada lahan dengan
OTM, famili yang memiliki nilai persentase yang paling besar yaitu famili Rubiaceae 43.52%. Menurut
Johnston dan Gillman (1995), suatu famili dikatakan dominan pada suatu kawasan yaitu jika memiliki
persentase >20% dari total individu dan co-dominan jika persentasenya 10%-20%.
INDEKS KERAGAMAN JENIS
Nilai indeks keanekaragaman jenis gulma berada diantara nilai H’= 1,5 – 3 (sedang). Dari lokasi
pengamatan, keanekaragaman jenis tumbuhan lahan ini tergolong sedang. Menurut Clements,
Benoit, Murphy dan Swanton (1996) bahwa dengan pengolahan tanah konvensional/ maksimal,
dormansi biji gulma yang terbenam terpecah karena terangkat ke permukaan tanah. Penelitian
selama tujuh tahun mengindikasikan lebih sedikit benih gulma pada petak Adanya keanekaragaman
jenis gulma yang tumbuh dipengaruhi oleh lingkungan tempat tumbuhnya yaitu cahaya, suhu, air
dan kelembaban. Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi keanekaragaman jenis suatu tumbuhan.
Kondisi yang sangat ekstrim akan menyebabkan gangguan terhadap stabilitas kehidupan dan
distribusi beragam tumbuhan (Ewusie, 1990). Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 3(2) –
Juni 2014 : 103-108 (ISSN : 2303-2162) Submitted: 13 Januari 2014 Accepted: 24 Maret 2014 Analisa
Vegetasi Gulma pada Pertanaman Jagung (Zea mays L) pada Lahan Olah Tanah Maksimal di
Kabupaten Lima Puluh Kota Vegetation Analysis of Weeds in Corn (Zea mays L.) Plantation in
Maximal Prepared Land in Lima Puluh Kota, West Sumatra Bonna Suveltri*) , Zuhri Syam, dan
Solfiyeni,

Tabel 1. Struktur Komunitas Gulma Sebelum Tanam dan Sesudah Tanam Pada Pertanaman
Jagung Di Dusun Melikar Berdasarkan SDR
Spesies Sebelum Tanam Spesies Sesudah Tanam
No. SDR SDR
Dusun Melikar Dusun Melikar
1. Borreria repens 20,64 Borreria repens 18,9
2. Fimbristylis tomentosa 18,64 Borreria alata 14,12
3. Scoparia dulcis 14,12 Cyperus brevifolius 13,38
4. Borreria alata 13,73 Ageratum conyzoides 10,17
5. Axonopus compressus 5,68 Emilia sonchifolia 9,39
6. Lindernia crustacea 4,94 Eleusine indica 8,74
7. Cyperus iria 4,05 Scoparia dulcis 5,39
8. Arthemesia sp 2,71 Ludwigia hyssopifolia 4,51
9. Emilia sonchifolia 2,55 Lindernia crustacea 3,74
10. Uraria logopodioides 1,79 Physalis angulata 2,5
11. Imperata cylindrica 1,71 Paspalum commersonii 1,92
12. Pasalum commersonii 1,61 Solanum sp 1,49
13. Bidens pilosa 1,18 Cyperus iria 1,37
14. Ludwigia hyssopifolia 1,11 Pogostemon auricularia 1,3
15. Cyperus brevifolius 1,07 Borreria laevis 1,14
16. Torenia violacea 0,96 Fimbristylis dichotoma 1,04
17. Borreria leavis 0,9 Axonopus compressus 0,9
18. Ageratum conyzoides 0,89 - -
19. Fimbristylis dichotoma 0,87 - -
20. Hedyotis dippusa 0,85 - -
Total 100 100

Ageratum conyzoides, Borreria alata, Paspalum commersonii, Digitaria ciliaris dan


Paspalum conjugatum adalah lima gulma yang mendominansi yang dilakukan analisa
vegetasi 3 hari sebelum persiapan lahan. Ageratum conyzoides adalah gulma yang
tergolong famili (Kompocitae) yang pertama mendominansi dengan nilai SDR-nya
46,94%. Pengamatan analisa vegetasi setelah tanam gulma ini juga pertama
mendominansi gulma lainya dengan nilai SDR 30%. Tingginya nilai SDR ini terlihat
komunitas dan kerapatannya memang tinggi. Gulma ini termasuk golongan gulma
berdaun lebar dan semusim yang menyukai tanah sedikit lembab. Apabila lingkungan
menguntungkan baginya maka gulma ini akan terus berbunga sepanjang tahun dan
dapat menghasilkan biji sebanyak 40.000 pertanaman setiap tahunya (Tjitrosoepomo,
dkk. 1987). Pengolahan tanah dan pengendalian yang tidak tepat dapat mengakibatkan
biji-biji gulma di dalam tanah yang terpendam akan tumbuh baru. Hal inilah yang
menyebabkan gulma ini dominan.
STRUKTUR KOMUNITAS GULMA PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea Mays L.) DI
DESA SUKA MAJU KECAMATAN SUNGAI BETUNG KABUPATEN BENGKAYANG

COMMUNITY STRUCTURE ON WEED CROP CORN (Zea Mays L.) IN THE VILLAGE
SUKA MAJU OF DISTRICT SUNGAI BETUNG BENGKAYANG

Suhardi (1), Sarbino (2), Astina (2)


(1)
Mahasiswa (2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura(2)
Pontianak

Gulma adalah semua tumbuhan selain tanaman budidaya. Dalam pertanian gulma merupakan
tumbuhan yang memberikan dampak negatif terhadap tanaman yang dibudidayakan baik secara
langsung maupun tidak. Gulma yang mengganggu tanaman pokok pada masa pertumbuhan dan
perkembangan hidup tanaman merupakan salah satu masalah penting yang dapat menurunkan
produksi tanaman. Persentase penurunan produksi setiap jenis tanaman berbeda tergantung pada
spesies dan kerapatan gulma. Kehadiran gulma pada lahan pertanaman jagung dapat menurunkan
hasil dan mutu biji. Penurunan hasil tergantung pada jenis gulma, kepadatannya, lama persaingan
dan senyawa allelopati yang dikeluarkan oleh gulma.
Jenis gulma yang didapatkan pada masing-masing lahan bervariasi. Kelembaban tanah dan pH tanah
pada kedua lokasi pertanaman juga berbeda. Kelembaban tanah pada lahan kering lebih rendah
(rata-rata 3-4%) dan kelembaban di lahan sawah (rata-rata 5-6%). pH tanah lahan sawah lebih asam
(pH = 4,90) dibandingkan dengan lahan kering (pH = 5,24). Kelangsungan hidup gulma dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya pH tanah, kelembaban tanah, aerasi dan lain-lain.
Lahan sawah yang dijadikan sebagai daerah pertanaman jagung merupakan lahan yang telah
dikeringkan dan tidak diairi selama ditanami jagung, kondisi tanahnya mengering sehingga Ageratum
conyzoides dapat tumbuh dan berkembang di lahan sawah tersebut. Selain itu, Ageratum conyzoides
merupakan gulma semusim yang memiliki jumlah biji yang banyak dan mudah tersebar. Prosiding
Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea
mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Pasaman Solfiyeni, Chairul dan Rahmatul
Muharrami Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas 351-357 Semirata 2013 FMIPA Unila

https://jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/inovasi-teknologi/637-mengenal-babadotan-
ageratum-conyzoides-sebagai-tumbuhan-sumber-pestisida-nabati-multiguna#!/ccomment
mildaerizanti, 2015 agertatum ........................................
Gulma merupakan suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya. Tumbuhan
yang tumbuh disekitar tanaman pokok atau tanaman yang sengaja ditanam. Gulma juga merupakan
semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh sipenanam sehingga
kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekatnya atau tanaman pokok tersebut.
Pendapat para ahli gulma yang lain ada yang mengatakan bahwa gulma disebut juga sebagai
tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan
menimbulkan kerugian. Di tingkat petani, kehilangan hasil jagung karena persaingan dengan gulma
mencapai 10-15%. Kerugian yang disebabkan oleh gulma dapat menurunkan produksi tanaman,
contohnya pada tanaman tomat dapat menurunkan hasil hingga 50 %.
Gulma PASPALUM CONJUGATUM : Gulma merupakan suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan
tanaman budidaya. Tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok atau tanaman yang sengaja
ditanam. Gulma juga merupakan semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak
diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di
dekatnya atau tanaman pokok tersebut. Pendapat para ahli gulma yang lain ada yang mengatakan
bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang belum diketahui
manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian. Di tingkat petani, kehilangan hasil jagung
karena persaingan dengan gulma mencapai 10-15%. Kerugian yang disebabkan oleh gulma dapat
menurunkan produksi tanaman, contohnya pada tanaman tomat dapat menurunkan hasil hingga 50
%. Gulma yang mendominasi lahan pertanaman jagung dataran tinggi adalah Paspalum conjugatum.
Ini disebabkan karena gulma Paspalum conjugatum dapat melakukan perbanyakan melalui biji
maupun anakan sehingga gulma ini cepat menyebar, tumbuh rapat sehingga mendominasi lahan
pertanaman jagung. Paspalum conjugatum memiliki sifat hipertoleran karena mampu hidup di
daerah yang memiliki kandungan merkuri tinggi dan miskin unsur hara dan mampu
mengakumulasikan logam merkuri dalam jumlah yang cukup tinggi yaitu mencapai 47 mg Hg/Kg
bobot kering, sehingga mampu bertahan hidup (Juheati, Hidayati, Syarif, dan Hidayat. 2009).
GULMA AGERATUM CONYZOIDES : Ageratum conyzoides merupakan gulma golongan daun lebar
yang termasuk dalam famili Asteraceae. Gulma ini banyak ditemui dipinggir jalan, hutan, ladang, dan
lahan terbuka. Tingginya bisa mencapai 1 meter dengan ciri daun yang mempunyai bulu berwarna
putih. Bunga berukuran kecil berwarna putih hingga ungu pucat berukuran seperti bunga matahari
kecil dengan diameter 5-8 mm. Batang dan daun ditutupi oleh bulu halus berwarna putih, dan
daunnya dapat mencapai 7,5 cm. Buahnya mudah tersebar sedangkan bijinya ringan dan mudah
terbawa angin (Prasad, 2011).
DAPUS GULMA YG ATAS INVENTARISASI GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DATARAN
TINGGI DI DESA PALELON DAN DATARAN RENDAH DI KELURAHAN KIMA ATAS Oleh: Keren Selia Amy
Assa 1 , Pemmy Tumewu 2 , A. Grace Tulungen 2 1). Mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, UNSRAT Manado.
Jagung umumnya dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, seperti tanah lempung berdebu,
lempung berpasir ataupun lempung. Derajat keasaman tanah (pH) yang optimum untuk tanaman
jagung yaitu 5,5-7,0 (Warisno, 2007). Tanaman jagung dapat tumbuh pada daerah yang mempunyai
ketinggian 1000- 1800 mdpl. Menurut Riwandi et al., (2014), ketinggian tempat yang optimum untuk
tanaman jagung yakni dari 0-1300 mdpl. Tanaman jagung mempunyai daya adaptasi yang luas dan
relatif mudah dibudidayakan, sehingga komoditas ini ditanam oleh petani di Indonesia pada
lingkungan fisik dan sosial ekonomi yang sangat beragam. Jagung dapat ditanam pada lahan kering,
lahan sawah, lebak, dan pasang-surut, dengan berbagai jenis tanah, pada berbagai tipe iklim, dan
pada ketinggian tempat 0-2.000 mdpl. Tipe iklim yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung
yaitu tipe iklim sedang, tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Sesuai menurut wirosoedarmo et
al., (2011), yang mengatakan bahwa tanaman jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang
khusus, hampir berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk pertanaman jagung. Di samping itu
drainase dan aerasi yang baik serta pengelolaan yang bagus akan membantu keberhasilan usaha
pertanaman jagung. Suhu menyebabkan tanaman tidak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Suhu optimum merupakan suhu terbaik bagi suatu tanaman. Suhu maksimum
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat atau bahkan terhenti tanpa menghiraukan
persediaan air sehingga dampak yang terjadi yaitu daun dan buah berguguran sebelum pada
waktunya (Tjasyono, 2004).
INDEKS NILAI PENTING
Indeks Nilai Penting (INP) merupakan nilai kuantitatif untuk mengetahui penguasaan suatu spesies di
dalam komunitasnya. Nilai INP merupakan hasil penjumlahan dari frekuensi relatif (FR), kerapatan
relatif (KR) dan dominansi relatif (DR). Buletin Kebun Raya Vol. 19 No.1, Januari 2016 [33–46]
jurnal.krbogor.lipi.go.id Buletin Kebun Raya Vol. 19 No. 1, Januari 2016 [33–46] e-ISSN: 2460-1519 |
p-ISSN: 0125-961X | 33 Scientific Article KOMPOSISI VEGETASI, POLA SEBARAN DAN FAKTOR
HABITAT Ficus magnoliifolia (NUNU PISANG) DI HUTAN PANGALE, DESA TORO, SULAWESI TENGAH
Vegetation composition, distribution patterns, and habitat factors of Ficus magnoliifolia (Nunu
Pisang) in Pangale Forest of Toro village, Central Sulawesi Hariany Siappa1* , Agus Hikmat2 , Agus
Priyono Kartono2 Indeks Nilai Penting jenis tumbuhan pada suatu komunitas merupakan salah satu
parameter yang menunjukkan peranan jenis tumbuhan tersebut dalam komunitasnya tersebut.
Kehadiran suatu jenis tumbuhan pada suatu daerah menunjukkan kemampuan adaptasi dengan
habitat dan toleransi yang lebar terhadap kondisi lingkungan. Semakin besar nilai INP suatu spesies
semakin besar tingkat penguasaan terhadap komunitas dan sebaliknya (Soegianto, 1994).
Penguasaan spesies tertentu dalam suatu komunitas apabila spesies yang bersangkutan berhasil
menempatkan sebagian besar sumberdaya yang ada dibandingkan dengpesies yang lainnya (Saharjo
dan Cornelio, 2011). nilai indeks Keanekaragaman (H′) berhubungan dengan kekayaan spesies pada
lokasi tertentu, tetapi juga dipengaruhi oleh distribusi kelimpahan spesies. Semakin tinggi nilai
indeks H′ maka semakin tinggi pula keanekaragaman spesies, produktivitas ekosistem, tekanan pada
ekosistem dan kestabilan ekosistem. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (6): 1397-1402,
September 2015 Volume 1, Nomor 6, September 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 1397-1402 DOI:
10.13057/psnmbi/m010623 Analisis komposisi dan keanekaragaman tumbuhan di Gunung Dempo,
Sumatera Selatan Composition and plant diversity analysis on Mount Dempo, South Sumatra LILY
ISMAINI♥ , MASFIRO LAILATI♥♥, RUSTANDI, DADANG SUNANDAR

TERUMBU KARANG JAKARTA: Pengamatan


Jangka Panjang Terumbu Karang Kepulauan Seribu (2003-2007)

Estradivari , Edy Setyawan, Safran Yusri


Yayasan Terumbu Karang Indonesia, 2009

Untuk mengetahui tingkat keragaman jenis pohon dan tumbuhan bawah pada plot cuplikan dihitung
dengan menggunakan indeks sebagai berikut: Indeks keanekaragaman jenis (Indeks of Heterogenity)
Shannon-Wiener (Magurran 1988) Dimana H’= nilai indeks keanekaragaman ShannonWiener dan pi=
proporsi dari tiap species i. Jadi, H’ adalah jumlah dari seluruh pi ln pi untuk semua species dalam
komunitas.
INP DAN SHANNONE Analisis data untuk mengetahui nilai keanekaragaman yaitu dengan
menggunakan indeks Shanon wiener, indeks margalef, dan indeks evenness. Sedangkan hasil
wawancara dianalisis secara deskriptif. Rumus yang digunakan untuk indeks Shanon-wiener adalah:
Keterangan, H’= Indeks Keragaman Shannon-Wiener, S = Jumlah spesies, ni = Jumlah individu
spesies-i, N = Total jumlah individu semua spesies. Hal ini menunjukkan bahwa nilai indeks
ShannonWiener tidak berbanding lurus dengan jumlah spesies tumbuhan. Sesuai dengan pernyataan
Kusuma (2007) bahwa Simpson dan Shannon-Wiener tidak nyata untuk jumlah individu,
Indeks nilai penting = dominansi relatif + kerapatan relatif (Cox, 1978); Hardjosuwarno (1990); dan
Kusmana (1997). Pada perhitungan ini, parameter yang digunakan hanyalah dominansi dan
frekuensi. H’ = -  pi ln pi (Michael, 1984). Keterangan: H’ = Indeks keanekaragaman spesies pi =
n/N; dimana n adalah indeks nilai penting suatu spesies dan N adalah total nilai penting seluruh
spesies.

Anda mungkin juga menyukai