Anda di halaman 1dari 6

Jurnal kelompok 2 (26 Januari 2023)

IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN FAKTOR BIOTIK DAN ABIOTIK PADA


PERTUMBUHAN TANAMAN TERUNG (Solanum melongena L.)

Putri Wulandari, Indah Ramadhani Daulay, Nur Ikhsan, Fahri Indra Friski, Genta Darmawan

Mahasiswa Program studi Agroteknologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Pembangunan Panca
Budi Medan, Jl. Gatot Subroto km, 4,5 Sei Sikambing Medan 20122

E-mail : pw870987@gmail.com
Telp : +6285762652633

ABSTRAK
Terong (Solanum melongena) merupakan jenis tanaman sayuran yang termasuk famili Solanaceae.
Tanaman terong menghasilkan buah yang disukai dan diminati oleh banyak orang. Produktivitas tanaman
terong di Indonesia pada tahun 1997 sampai tahun 2012 yaitu 518.827 ton/ha mengalami kenaikan sebesar
1,43%. Produksi terong nasional tiap tahun cenderung meningkat namun produksi terong di Indonesia masih
rendah dan hanya menyumbang 1% dari kebutuhan dunia. Hal ini disebabkan oleh luas lahan budidaya terong
yang masih sedikit dan bentuk kultur budidaya yang masih bersifat sampingan dan belum intensif. Penelitian
dilakukan pada bulan November 2022 sampai Januari 2023 di Jalan Gunung jaya Wijaya Kelurahan Binjai
Estate Kecamatan Binjai Selatan kota Binjai Provinsi Sumater utara. Pada titik ordinat 3⁰35'13.1"N
98⁰29'13.6"E. Pengamatan terung bulat ini dilakukan dengan cara mencatat parameter pertumbuhan tanaman
terung bulat antara lain meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah cabang, jumlah bunga,
jumlah buah, diameter buah, dan berat basah buah. Parameter lingkungan abiotik yang diamati meliputi suhu,
pH tanah, curah hujan, dan keadaan cuaca. Untuk faktor biotik meliputi hama, penyakit, dan gulma. Penelitian
dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi faktor tanaman refugia, lingkungan (biotik maupun abiotik) yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman terung bulat. Hasil dari data parameter pengamatan pertumbuhan
diatas menunjukkan bahwa tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bunga,
jumlah buah, diameter buah, dan berat basah buah mengalami peningkatan pertumbuhan walaupun tidak
signifikan. Jenis hama paling banyak yaitu bekicot dengan total 33 dan rata-rata 5.5. Jenis penyakit untuk per
minggu nya paling banyak terdapat pada minggu 7 minggu setelah tanam yaitu 14 dengan rata-rata 4.67. hasil
pengamatan data abiotik diatas meliputi suhu, pH, intesitas hujan dan intesitas cahaya menunjukkan rata-rata
suhu 26 ⁰C untuk pH tanah nya 6, intesitas hujan 19.44% dan intesitas cahaya nya 80.56%.

1
Jurnal kelompok 2 (26 Januari 2023)

PENDAHULUAN bentuk kultur budidaya yang masih bersifat


sampingan dan belum intensif (Simatupang, 2014).
Terung (Solanum melongena) adalah
tanaman asli daerah tropis. Tanaman ini awalnya Terung adalah jenis sayuran yang sangat

berasal dari benua Asia yaitu India dan Birma. populer dan disukai oleh banyak orang karena

Daerah penyebaran tanaman terung awalnya di rasanya enak khususnya dijadikan sebagai bahan

beberapa negara (wilayah) antara lain di Karibia, sayuran atau lalapan. Selain itu terung juga

Malaysia, Afrika Barat, Afrika Tengah, Afrika mengandung gizi yang cukup tinggi, terutama

Timur, dan Amerika Selatan. Tanaman ini kandungan Vitamin A dan Fosfor. Komoditas

menyebar ke seluruh dunia, baik negara-negara terung ini cukup potensial untuk dikembangkan

yang beriklim panas (tropis) maupun iklim sedang sebagai penyumbang terhadap keanekaragaman

(sub tropis). Pengembangan budidaya terung bahan sayuran bergizi bagi penduduk. Menurut

paling pesat di Asia Tenggara, salah satunya di Sunarjono (2018), bahwa setiap 100 g bahan

Indonesia (Firmanto, 2021). mentah terung mengandung 26 kalori, 1 g protein,


0,2 g hidrat arang, 25 IU vitamin A, 0,04 g vitamin
Terong (Solanum melongena) merupakan
B dan 5 g vitamin C. Selain itu, terung juga
jenis tanaman sayuran yang termasuk famili
mempunyai khasiat sebagai obat karena
Solanaceae. Tanaman terong menghasilkan buah
mengandung alkaloid, solanin dan solasodin.
yang disukai dan diminati oleh banyak orang
(Jumini dan Marliah, 2019). Terong merupakan Agroekosistem atau ekosistem pertanian

salah satu komoditas sayuran yang berpotensial merupakan salah satu bentuk dari ekosistem binaan

untuk dikembangkan. Di pasar Eropa terong manusia yang bertujuan memperoleh hasil

menduduki urutan ke-empat sayuran utama dunia pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia.

dan dalam kurun waktu 12 tahun dari tahun 1990 Struktur agroekosistem paling sering didominasi

areal penanaman terong naik 95% dengan produksi oleh satu jenis tanaman tertentu yang dipilih oleh

naik 158%. petani dan dimasukan kedalam ekosistem tersebut


dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya
Menurut Badan Pusat Statistik (2014),
diberikan pupuk, pestisida, dan air irigasi, sehingga
produktivitas tanaman terong di Indonesia pada
jaringan tanaman menjadi kaya akan unsur hara
tahun 1997 sampai tahun 2012 yaitu 518.827
dan air. Oleh karena itu, ledakan populasi
ton/ha mengalami kenaikan sebesar 1,43%.
organisme pengganggu tumbuhan dalam
Produksi terong nasional tiap tahun cenderung
agroekosistem sering terjadi (Iskandar, 2016).
meningkat namun produksi terong di Indonesia
masih rendah dan hanya menyumbang 1% dari Lingkungan tempat tumbuh yang optimum

kebutuhan dunia. Hal ini disebabkan oleh luas dapat menyebabkan pertumbuhan dan

lahan budidaya terong yang masih sedikit dan perkembangan tanaman menjadi optimum.

2
Jurnal kelompok 2 (26 Januari 2023)

Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh tanaman terung yang memiliki keadaan yang
faktor genetik dan lingkungan tempat tumbuhnya. berbeda-beda. Penelitian dilakukan bertujuan

Menurut Sutarya dan Gerard (2020) tanaman ini untuk mengidentifikasi faktor tanaman refugia,
lingkungan (biotik maupun abiotik) yang
dapat tumbuh sampai ketinggian sekitar 1000 m
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
dpl, tetapi di dataran rendah tumbuhnya lebih cepat
terung bulat.
(Rukmana, 2018). Suhu yang paling cocok untuk
tanaman terung adalah 22°C-30°C dengan BAHAN DAN METODE
perbedaan sedikit antara suhu siang dan malam.
Penelitian dilakukan pada bulan November
Tanaman ini tumbuh baik pada tanah-tanah
2022 sampai Januari 2023 di Jalan Gunung jaya
lempung berpasir dengan drainase yang baik.
Wijaya Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai
Terung tidak terlalu memerlukan suhu tinggi
Selatan kota Binjai Provinsi Sumater utara. Pada
selama pertumbuhannya, namun juga tahan
titik ordinat 3⁰35'13.1"N 98⁰29'13.6"E. Luas lahan
terhadap curah hujan yang tinggi dan tanah tidak
yang digunakan dalam penelitian ini 5 x 6 m dan
terlalu lembab. Sayuran ini termasuk tanaman yang
terdapat 6 plot yang setiap bendengan ditanami 12
sedikit tahan terhadap kadar garam yang tinggi.
tanaman. Adapun alat yang digunakan dalam
Sehingga informasi mengenai faktor lingkungan
penelitian yaitu cangkul, parang, pisau, ember, pH
yang mempengaruhi budidaya sangat diperlukan.
meter, gembor, jangka sorong, penggaris, meteran,
Selain faktor lingkungan abiotik, faktor plastic es, lem, bambu, alat tulis dan kamera. Untuk
lingkungan biotik seperti gulma, juga perlu untuk bahan yang digunakan yaitu bibit terung, bibit
diketahui. Keberadaan salah satu jenis gulma yang bunga tahi ayam, pewarna makanan, karet, alcohol,
berupa invasive species (Mikania micrantha), sabun cair, air EM4 dan pupuk kandang.
diketahui menjadi penyebab menurunnya produksi
Pengamatan terung bulat ini dilakukan
kelapa sawit di area perkebunan di Jambi (Adriadi
dengan cara mencatat parameter pertumbuhan
et al., 2012). Inventarisasi gulma sebelum tindakan
tanaman terung bulat antara lain meliputi tinggi
pengendalian diperlukan untuk menerapkan
tanaman yang diukur dengan penggaris atau
pengendalian gulma yang efektif dan efisien pada
meteran, jumlah daun, diameter batang
suatu area pertanian. Bagaimanapun pengendalian
menggunakan jangka sorong, jumlah cabang,
gulma merupakan bagian dari pengelolaan
jumlah bunga, jumlah buah, diameter buah
organisme pengganggu yang merupakan
menggunakan jangka sorong, dan berat basah buah
komponen pokok dalam proses produksi pertanian.
menggunakan timbangan.
Penelitian ini diperlukan untuk mengamati
Parameter lingkungan abiotik yang diamati
agroekosistem tanaman terung bulat untuk
meliputi suhu, pH tanah diamati dengan soil
memaksimalkan pertumbuhan dan produktivitas
btaster, curah hujan, dan keadaan cuaca.
3
Jurnal kelompok 2 (26 Januari 2023)

Pengamatan faktor abiotic dilakukan seminggu bulat dengan jarak antar tanaman 30
sekali setiap hari sabtu pada jam yang sama yaitu cm.Pemeliharaan
pada sore hari. Untuk faktor biotik meliputi hama,
Pemeliharaan tanaman meliputi
penyakit, dan gulma dan pengamatan juga
penyiraman, pemberian pupuk, penyiangan
dilakukan seminggu sekali setiap hari sabtu pada
mengamati hama dan penyakit yang dimana dari
pagi hari.
hal ini merupakan factor utama penelitian ini.
Penelitian dilakukan dengan pelaksanaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai berikut:
1. Data Pengamatan Parameter Pertumbuhan
Persiapan Lahan
Tanaman Terung Bulat
Sebelum pengolahan lahan dilakukan,
Hasil pengamatan parameter tanaman terung
dapat dipersiapkan lahan yang sesuai dengan
bulat (Solanum melongena) sebagai berikut:
kebutuhan penelitian. Pengolahan lahan dilakukan
2 minggu sebelum penanaman. Pembersihan lahan Tabel 1. Rerata parameter pertumbuhan terung

ini biasanya menggunakan alat seperti cangkul, bulat (Solanum melongena).

parang babat dan alat lainnya. Tujuan pembersihan Parameter Pertumbuhan


Minggu Pengamatan
Total Rata-rata
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
Tinggi Tanaman 252.9 377 510.7 744.7 1037.6 1409.2 4332.1 722.02
lahan ini adalah untuk menghindari serangan hama Diameter Batang 13.9 16.3 47.7 42.7 169.1 360.8 650.5 108.42
Jumlah Daun 118 142 175 341 478 835 2089 348.17
dan penyakit maupun persaingan antara tanaman Jumlah Cabang 15 29 95 139 26.67
Jumlah Bunga 4 6 70 80 26.67
Jumlah Buah 82.4 182.9 22 287.3 95.77
dengan gulma yang terdapat pada lahan. Diameter Buah 486.9 486.9 486.90
Berat Basah Buah 2150 2150 2,150.00
Total 384.8 535.3 733.4 1229.8 1902.6 5428.9
Pembuatan Plot Rata-rata 128.27 178.43 244.47 204.97 317.1 678.61

Setelah selesai pengolahan tanah kemudian Dari data parameter pengamatan


dibuat plot-plot penelitian sebanyak 6 plot jarak pertumbuhan diatas menunjukkan bahwa tinggi
antar plot adalah 40 cm. tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah
cabang, jumlah bunga, jumlah buah, diameter
Persiapan Bibit
buah, dan berat basah buah mengalami
Bibit yang digunakan adalah bibit terung peningkatan pertumbuhan walaupun tidak
bulat varietas marelan. Sebelum penanaman bibit signifikan dikarenakan kondisi cuaca pada bulan
dipilih yang berukuran 2 minggu selama semai, november - januari yang ekstrem tidak cocok untuk
kriteria bibit yang baik adalah tidak cacat, tidak tanaman terung bulat. Pengambilan parameter
keriput, terlihat segar. pertumbuhan dimulai dari 2 minggu setelah tanam

Penanaman sampai 7 minggu setelah tanam.

Penanaman dilakukan pada saat sore hari, 2. Data Pengamatan Faktor Biotik Tanaman

dimana tiap plot ditanami 12 bibit tanaman terung Terung Bulat

4
Jurnal kelompok 2 (26 Januari 2023)
Jumlah Penyakit di
Hasil pengamatan faktor biotik tanaman terung Jenis Penyakit
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
Total Rata-rata
Layu Bakteri 7 2 1 6 16 4
bulat (Solanum melongena) sebagai berikut: Busuk Buah 4 4 4
Bercak Daun 2 3 2 4 11 2.75
Total 7 4 3 3 14
Rata-rata 7 2 3 1.5 4.67
Tabel 2. Rerata Faktor biotik (Jenis hama) terung
bulat (Solanum melongena). Jenis penyakit pada tanaman terung bulat
Jenis Hama
2 MST 3MST
Jumlah Hama di
4 MST 5 MST 6 MST 7 MST Total Rata-rata
Intesitas Serangan selama pengamatan tidak lah banyak yaitu layu
Ngengat 1 1 1 2.77%
Wereng Daun
Kutu kebul
1 1
8
2
8
1
8
5.55%
22.22% baktteri, busuk buah, dan bercak daun yang dimana
Thrips 1 1 1 2.77%
Aphid 1 1 1 2.77%
Kumbang Lembing
Ulant
1
3 2 8 6
1
19
1
4.75
2.77%
52.77%
total penyakit paling banyak berjumlah 16 tanaman
Bekicot 6 4 6 4 9 4 33 5.5 91.66%
Total
Rata-rata
6
6
6
2
11
2.75
7
2.33
25
8.33
11
3.67
dari total keseluruhan selama pengamatan dengan
rata-rata 4. Untuk per minggu nya paling banyak
Jenis hama pada tanaman terung bulat
terdapat pada minggu 7 minggu setelah tanam yaitu
selama pengamatan meliputi ngengat, wereng
14 dengan rata-rata 4.67. Dimana dapat
daun, kutu kebul, thrips, aphid, kumbang, ulat
digambarkan dalam grafik sebagai berikut:
penggulung dan bekicot yang dimana hama paling
banyak yaitu bekicot dengan total 33 dan rata-rata Grafik 2. Faktor biotik (Jenis Penyakit) terung
5.5 disusul ulat dengan total 19 dan rata-rata 4.75 bulat (Solanum melongena).

kemudian kutu kebul dengan total 8 dan rata-rata 8. 8


7
Untuk hama yang paling banyak pada minggu 6
Jumlah Penyakit

pengamatan terdapat pada 6 minggu setelah tanam 5


4
dengan total 25 keseluruhan hama dan rata-ratanya 3
2
8.33. Dimana dapat digambarkan dalam grafik 1
0
sebagai berikut: 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
Minggu Pengamatan
Grafik 1. Faktor biotik (Jenis hama) terung bulat
(Solanum melongena).
Tabel 4. Faktor biotik (Jenis Gulma) terung bulat
10 (Solanum melongena).
8
Jumlah Hama

Plot
6 Jenis Gulma
1 2 3 4 5 6
4 Putri malu ● ● ● ● ● ●
Bandotan ● ● ●
2 Rumput teki ● ● ● ● ● ●
0 Rumput daun lebar ● ● ● ●
2 MST 3MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
Minggu Pengamatan Jenis gulma selama pengamatan cukup
banyak ditumbuhi di plot-plot tanaman meliputi
Tabel 3. Rerata Faktor biotik (Jenis Penyakit)
gulma putri malu, bandotan, rumput teki dan
terung bulat (Solanum melongena).

5
Jurnal kelompok 2 (26 Januari 2023)

rumput daun lebar yang setiap minggu nya 2. Faktor lingkungan baik biotik maupun abiotik,
bertumbuh. memberi pengaruh bagi pertumbuhan tanaman
terung bulat (Solanum melongena). Intensitas
3. Data Pengamatan Faktor Abiotik Tanaman
cahaya dan jumlah jenis gulma merupakan
Terung Bulat
faktor lingkungan yang paling berpengaruh
Tabel 5. Rerata Faktor Abiotik terung bulat
pada pertumbuhan tanaman terung bulat.
(Solanum melongena).
DAFTAR PUSTAKA
Minggu Pengamatan
Faktor Abiotik Total Rata-rata
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
Suhu (⁰C) 24 27 27 24 28 28 158 26.33
pH 5.83 6.17 12 6
Adriadi, A., Chairul, & Solfiyeni. (2012). Analisis
Intesitas Hujan (%)
Intesitas Cahaya (%)
41.66
58.34
8.33
91.67
0
100
50
50
8.33
91.67
8.33
91.67
116.65
483.35
19.44
80.56
vegetasi gulma pada Perkebunan. di
Kilangan, Muaro Bulian, Batang Hari.
Dari hasil pengamatan data abiotik diatas Jurnal Biologi Universitas Andalas, 1(2),
108–115.
meliputi suhu, pH, intesitas hujan dan intesitas
cahaya menunjukkan rata-rata suhu 26 ⁰C untuk pH Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Tanaman Sa
yuran di Indonesia Periode 2003 – 2007.
tanah nya 6, intesitas hujan 19.44% dan intesitas http://bps.go.id (Diakses 24 Januari 2023).
cahaya nya 80.56%. Dimana dapat digambarkan
Firmanto, B. 2021. Sukses bertanaman terung sec
dalam grafik sebagai berikut: ara organik. Angkasa, Bandung

Grafik 3. Faktor Abiotik terung bulat Iskandar, Johan. (2016). Etnoekologi Dan Pengelo
laan Agroekosistem Oleh Penduduk Desa
(Solanum melongena). Karangwangi Kecamatan Cidaun, Cianjur
Selatan Jawa Barat. Jurnal Biodjati. Vol. 1,
No. 1 : 3-8

Jumini dan A. Marliah. 2019. Pertumbuhan dan ha


sil tanaman terung akibatpemberian pupuk
daun gandasil D dan zat pengatur tumbuh
harmonik. Jurnal Floratek,4:73-80.

Rukmana, 2018. Bertanam Terung. Yoggyakarta.


Kansius. 56 hlm.

Simatupang, 2014. sayuran jepang. penebar swada


ya. jakarta.

Sunarjono, H. 2018. Berkebun 21 Jenis Tanamaaan


SIMPULAN Buah. Cetakan 6. Penebar Swadaya, Jakarta

1. Parameter pengamatan pertumbuhan tanaman


terung bulat (Solanum melongena)
menunjukkan hasil data yang terus meningkat
di tengah kondisi lingkungan baik cuaca
maupun ekosistem kurang mendukung.
6

Anda mungkin juga menyukai