Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH WAKTU TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN

DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS YANG


DITUMPANGSARIKAN DENGAN TANAMAN KACANG
TANAH

PROPOSAL PENELITIAN

JUNARIUS BIN YAKOBUS


19.402010.11

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2023
DAFTAR ISI

ii
DAFTAR TABEL

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
v
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pertanaman tumpangsari sebagai salah satu usaha intensifikasi
yang memanfaatkan ruang dan waktu, banyak dilakukan terutama pada
pertanian lahan sempit, lahan kering atau lahan tadah hujan. Sebagai salah
satu sistem produksi, tumpangsari diadopsi karena mampu meningkatkan
efisiensi penggunaan faktor lingkungan (seperti cahaya, unsur hara dan
air), tenaga kerja, serta menurunkan serangan hama dan penyakit dan
menekan pertumbuhan gulma. Selain itu pertanaman secara tumpangsari
masih memberikan peluang bagi petani untuk mendapatkan hasil jika salah
satu jenis tanaman yang ditanam gagal. Tumpangsari merupakan suatu
usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama,
yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman
dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang
relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada
beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik
perlu diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh
diantaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama
penyakit (Warsana, 2009). Sistem tumpangsari dapat diatur berdasarkan
sifat-sifat perakaran dan waktu penanaman. Pengaturan sifat-sifat
perakaran sangat perlu untuk menghindarkan persaingan unsur hara dan
air yang berasal dari dalam tanah. Sistem perakaran yang dalam dapat
ditumpangsarikan dengan tanaman yang berakar dangkal. Tanaman
monokotil yang bisanya memiliki perakaran yang dangkal karena berasal
dari akar seminal dan akar buku, sedangkan tanaman dikotil pada
umumnya memiliki perakaran yang dalam karena memiliki akar tunggang
(Basri, 2008).
Hal yang perlu diperhatikan dalam pola tumpangsari adalah waktu
tanam, karena waktu tanam berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif
yang lebih cepat dan dominan menguasai ruang maka akan lebih mampu

1
berkompetisi dalam memperebutkan air, unsur hara dan cahaya
dibandingkan dengan pertumbuhan vegetatifnya yang lambat, akhirnya
mempengaruhi produksi. Hal yang perlu diperhatikan dalam pola
tumpangsari adalah waktu tanam, karena waktu tanam berhubungan
dengan pertumbuhan vegetatif yang lebih cepat dan dominan menguasai
ruang maka akan lebih mampu berkompetisi dalam memperebutkan air,
unsur hara dan cahaya dibandingkan dengan pertumbuhan vegetatifnya
yang lambat, akhirnya mempengaruhi produksi. Dalam sistem
tumpangsari waktu tanam juga mempunyai peranan yang penting terutama
pada tanaman yang peka terhadap naungan. Tumpangsari antara jagung
dan kacang tanah sering berakibat ternaungi kacang tanah oleh tanaman
jagung manis. Untuk mengurangi pengaruh tersebut, waktu tanam jagung
dan kacang tanah harus diatur agar pada periode kritis dari suatu
pertumbuhan terhadap persaingan dapat ditekan (Marthiana dan Justiaka,
1982).
Menurut Khalil (2000), penanaman kacang tanah harus dilakukan
lebih dahulu dari pada jagung. manis pada sistem tumpangsari karena dari
segi morfologi kacang tanah lebih pendek dibandingkan dengan jagung
manis. Selain itu, terlihat juga bahwa tanaman jagung lebih cepat tumbuh
dari pada tanaman kacang tanah. Oleh karena itu, penanaman jagung yang
dilakukan setelah penanaman kacang tanah akan memberikan hasil yang
maksimal. Berdasarkan hasil penelitian Herlina (2011), penanaman jagung
manis 4 MST kacang tanah menghasilkan produksi kacang tanah (203
t/ha) yang lebih tinggi dibandingkan pada penanaman bersamaan dengan
kacang tanah maupun 2 MST kacang tanah. Hasil penelitian Barus (2004)
bahwa waktu tanam kedelai (20 hari sebelum tanam jagung, 10 hari
sebelum tanam jagung, kedelai ditanam serempak dengan jagung, 10 hari
setelah tanam jagung) yang ditumpangsarikan dengan jagung
mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah biji/ plot, berat 100 biji kedelai
dan bobot pipilan kering jagung. Saat tanam yang paling baik untuk
tanaman kedelai pada tumpangsari kedelai dan jagung adalah pada 20 hari
sebelum tanam jagung. Hasil penelitian Marliah dkk., (2010) menunjukan

2
adanya interaksi yang sangat nyata antara jarak tanam jagung manis dalam
sistem tumpang sari dengan kacang merah yang digunakan terhadap berat
tongkol berkelobot.
Wardhana (2010) ubijalar dapat ditanam secara tumpangsari
dengan jagung manis. Penanaman jagung manis pada waktu yang
bersamaan dengan ubijalar baik klon menghasilkan pertumbuhan dan
produktivitas tertinggi dibandingkan dengan perlakuan waktu tanam
lainnya (2 MST dan 4 MST ubi jalar). Pada sistem tanam tumpangsari,
semakin lama jagung manis ditanam maka akan semakin menguntungkan
pertanaman ubijalar. Namun sebaliknya semakin lama ditanam maka
pertumbuhan dan produktivitas jagung manis akan semakin berkurang.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang
pengaruh waktu tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
manis yang ditumpangsarikan dengan tanaman kacang tanah.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah waktu tanam dan tumpangsari dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui waktu tanam yang tepat agar diperoleh hasil
jagung manis yang optimal pada sistem tumpangsari dengan tanaman
kacang tanah.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Menambah pengetahuan tentang pengaruh waktu tanam dan tumpangsari
terhadap tanaman jagung manis
1.4.2 Sebagai referensi bahwa tumpangsari dan waktu tanamdapat
mempengaruhi pertumbuhanan tanaman jagung manis.
1.4.3 Sebagai acuan penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan memanfaatkan waktu tanam dan tumpangsari dalam
budidaya tanaman jagung manis sehingga memperoleh hasil yang lebih baik

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori


II.1.1 Tanaman Jagung Manis (Zea mays L)

Jagung manis atau sweet corn termasuk dalam famili Gramineae,


subfamili Panicoideae ordo Maydeae. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi
(1995), jagung manis merupakan jagung biasa yang mengalami mutasi
pada lokus su 1 (sugary-1) kromosom keempat, sehingga menyebabkan
kandungan patinya lebih rendah, bibit keriput, daya simpan benihnya
rendah. Alexander (1988), menyatakan bahwa selain gen su-1 rasa manis
juga dipengaruhi oleh adanya gen shrunken-2 (sh-2) yang memperlambat
terjadinya perubahan gula menjadi pati sehingga rasa manis oleh jagung
dapat bertahan lebih lama. Menurut Hueslen (1964) dalam Sufiani (2002),
kandungan gula dan pati pada endosperm jagung manis selain dipengaruhi
oleh gen juga dipengaruhi oleh tingkat kematangan. Kandungan gula
tertinggi terdapat pada biji yang berumur 16 hari setelah penyerbukan dan
kandungan pati setelah 20 hari setelah penyerbukan. Secara fisik ada
beberapa perbedaan mendasar antara jagung manis dan jagung biasa yaitu,
warna tassel dan rambut jagung manis berwarna putih sedangkan jagung
biasa berwarna kuning kecoklatan.

Berdasarkan sifat penyerbukannya jagung manis termasuk tanaman


menyerbuk silang karena tanaman ini termasuk tanaman monoecious yaitu
bunga jantan dan bunga betina berada terpisah namun tetap dalam satu
tanaman. Jagung manis dapat beradaptasi pada lingkungan iklim yang
luas. Pada umumnya jagung manis dapat dipanen pada umur kira-kira 18-

4
24 hari setelah penyerbukan, dan biasanya ditandai dengan penampakan
luar rambut yang mengering, keketatan kelobot, dan kekerasan tongkol
ketika digenggam. Panen dilakukan ketika biji masih belum matang, pada
fase susu, dan sebelum fase kental awal. Menurut Palungkun dan Budiarti
(2000), jagung manis tumbuh baik pada 500 LU - 400 LS serta sampai
ketinggian 3000 m dpl. Suhu yang baik berkisar antara 210 -300 C. Curah
hujan yang optimum ialah berkisar antara 100-125 mm/bulan. Menurut
Thompson dan Kelly (1957), jagung manis dapat tumbuh hampir pada
semua tipe tanah dengan syarat berdrainase dan aerasinya baik. Hama
penting yang menyerang jagung manis ialah ulat tanah (Agrotis sp.), lalat
bibit (Atherigona exiqua), dan penggerek batang (Heliothus arrigena),
sedangkan penyakit penting yang sering menyerang tanaman jagung manis
ialah penyakit bulai oleh cendawan Perosclerospora maydis.

2.1.1.1 Jagung Manis

Klasifikasi tanaman jagung manis adalah sebagai berikut :


Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatopermae
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales (graminales)
Family : Poaceae (graminae)

Genus : Zea Gambar 1. Jagung Manis


Spesies : Zea mays L

2.1.1.2 Morfologi Jagung Manis

a. Akar
Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga ype akar,
yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh
radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang, akar ini
tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm dari permukaan tanah.

5
Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku
terbawah dekat dengan permukaan tanah (Purwono dan Hartono, 2005)
b. Batang
Batang tanaman jagung berbentuk silindris, yang masih mudah berwarna
hijau dan rasanya manis karena banyak mengandung zat gula, beruas-uas,
dan pada bagian pangkal beruas sangat pendek dengan jumlah sekitar 8-20
ruas. Rata-rata panjang tanaman jagung antara satu sampai tiga meter
(Purwono dan Hartono, 2005)
c. Daun
Daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis. Selain itu juga
mempunyai ibu tulang daun yang terletak tepat ditengah- tengah daun dan
sejajar dengan ibu daun. Tangkai daun merupakan pelepah yang biasanya
berfungsi untuk membungkus batang tanaman jagung (Purwono dan
Hartono, 2007)
d. Bunga
Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan
bunga betina terdapat pada tongkol jagung. Bunga betina ini biasa disebut
tongkol (Warisno, 2007)
e. Buah
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung
mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi,
tergantung pada jenisnya. Pada umumnya jagung memiliki barisan biji
yang melebit secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20
baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit biji,
endosperm dan embrio. Umur panen tanaman jagung 70-75 HST, berat
buah 480 gram/perbuah, potensi hasil 12-16 ton/ha, buahnya berbentuk
lonjong panjang (Rukmana, 2004)

2.1.2 Tanaman Kacang Tanah

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polong-


polongan atau leguminase. Tanaman ini merupakan herba monocious,
menjalar sampai tegak dengan tinggi berkisar antara 15 - 70 cm. Batang

6
utama berasal dari epikotil yang berisi keping biji di kedua sisi pada dua
buku pertama. Percabangan dimorfik dengan cabang-cabang vegetatif dan
cabang-cabang reproduktif yang memendek. Semua cabang vegetatif
mempunyai daun sisik yang disebut katafil dan letaknya berhadapan
dengan buku kedua dari cabang itu. Cabang-cabang vegetatif sekunder
atau tersier akan muncul dari cabang-cabang vegetatif primer. Daun-daun
yang berada pada batang utama tersusun spiral dengan filotaksis 2/5,
Daun- daun-daun tersebut akan beranak daun-daun empat helai
(tetrafoliet) terdiri atas dua pasang yang saling berhadapan, berbentuk
bulat telur terbalik (Irfanda dkk., 2010). Mempunyai akar-akar yang
bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat penghisap. Kacang tanah
memiliki akar serabut yang tumbuh ke bawah sepanjang ± 20 cm. Selain
itu, tanaman ini memiliki akar-akar lateral (cabang) yang tumbuh ke
samping sepanjang 5-25 cm. Pada akar lateral terdapat akar serabut,
fungsinya untuk menghisap air dan unsur hara. Pada akar lateral terdapat
bintil akar (nodule) yang bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium,
sehingga dapat mengikat N bebas dari udara (Irwanto, 2011).

Bunga kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian
bawah yang berumur antara 4-5 minggu dan berlangsung hingga umur 80
hari setelah tanam. Bunga berbentuk kupu-kupu (papilionaceus),
berukuran kecil dan terdiri atas lima daun tajuk. Dua di antara daun tajuk
tersebut bersatu seperti perahu. Disebelah atas terdapat sehelai daun tajuk
yang paling lebar yang dinamakan bendera (vexillum), sementara di kanan
dan kiri terdapat dua tajuk daun yang disebut sayap (ala). Setiap bunga
bertangkai berwarna putih. Tangkai bunga adalah sebenarnya tabung
kelopak. Mahkota bunga berwarna kuning atau kuning kemerah-merahan.
Bendera dari mahkota bunga bergaris-garis merah pada pangkalnya
(Pitojo, 2009).

2.1.2.1 Kacang Tanah

Klasifikasi tanaman kacang tanah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

7
Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Leguminales Gambar 2. Kacang tanah

Famili : Papilionaeae

Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogeal L

2.1.2.2 Morfologi Tanaman kacang tanah

a) Akar
Kacang tanah mempunyai akar tunggang, namun akar primernya tidak
tumbuh secara dominan. Yang berkembang adalah perakaran serabut, yang
merupakan akar sekunder. Akar kacang tanah akan tumbuh sedalam 40
cm. Akar tanaman kacang tanah bersisbiosis dengan bakteri Rhizombium
radiicola. Bakteri ini terdapat pada bintil-bintil (nadula-nadula) akar
tanaman kacang dan hidup bersimbiosis saling menguntungkan.
Keragaman terlihat pada ukuran, jumlah dan sebaran bintil. Jumlah bintil
beragam dari sedikit sehingga banyak dari ukuran kecil hingga besar, dan
terdistribusi dari sedikit sehingga banyak dari ukuran kecil hingga besar,
dan terdistribusi pada akar utama atau akar lateral. Sebagain besar aksesi
memiliki bintil akar dengan ukuran sedang dan menyebar pada akar lateral
(Trustinah, 2015)
b) Batang
Batang kacang tanah termasuk jenis perdu, tidak berkayu. Tipe
percabangan pada kacang tanah ada empat, yaitu berseling (alternate),
tidak beraturan dengan bunga pada batang utama, sequensial dan tidak
beraturan tanpa bunga pada batang utama. Pigmen antosianin pada batang
kacang tanah memberikan warna berbeda pada tanaman sehingga apat
digolongkan menjadi dua, yaitu warna merah dan warna ungu. Batang

8
utama yaitu memiliki sedikit bulu dan ada juga yang memiliki banyak bulu
(Trustinah, 2015)
c) Daun
Daun kacang tanah benbentuk lonjong, terletak berpasangan (majemuk),
dan bersirip genap. Tiap tangkai daun terdiri atas empat helai anak daun.
Daun mudah berwarna hujau kekuning-kuningan, seteah tua menjadi hijau
tua. Helaian daun terdiri dari empat anak daun dengan tangkai daun agak
memanjang (Ardisarwanto, T., Widyastuti, E.S., 2007)

2.1.3 Tumpang Sari

Tumpangsari merupakan pola pertanaman ganda (Multiple cropping)


dapat diartikan menanam lebih dari satu atau tanaman pada lahan yang sama
dalam kurun waktu bersamaan. Menurut Andrews and Kassam (1976). Salah satu
Multiple cropping yang digunakan adalah pola tumpangsari. Pola tumpangsari
yaitu pola penanaman dua jenis tanaman atau lebih secara bersamahan pada lahan
yang sama. Tahir (1985).
Sistem tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tanaman
tumpangsari yang pertama adalah meningkatkan efisiensi atau tenaga kerja,
pemanfaatan lahan, maupun penyerapan sinar matahari, Yang kedua populasi
tanaman dapat diatur sesuai kebutuhan, ketiga dalam satu areal diperoleh
produksi lebih dari satu komoditas dan yang terakhir tetap memperoleh peluang
hasil dari produksi yang lebih dari satu komoditas.
2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
2.2.1. Iklim
Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah
beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis basah dengan curah hujan
yang ideal sekitar 85-200 mm/bulan pada lahan yang tidak beririgasi.
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari dalam masa
pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan
terbaiknya antara 27-32 0C. Jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air
yang cukup banyak, terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga, dan
saat pengisian biji. Secara umum tanaman jagung membutuhkan 2 liter air per

9
tanaman per hari saat kondisi panas dan berangin. Kekurangan air pada saat 3
minggu setelah keluar rambut tongkol akan menurunkan hasil hingga 30%.
Sementara kekurangan air selama pembungaan akan mengurangi jumlah biji yang
terbentuk. Jagung memerlukan kelembaban optimum pada saat tanam atau pada
saat dimana tanah harus mendekati kapasitas lapang (Sastrahidayat dkk, 1991).
2.2.2. Tanah
Purwono (2005) menyatakan bahwa jagung termasuk tanaman yang tidak
memerlukan persyaratan tanah yang khusus dalam penanamannya. Jagung dikenal
sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering, sawah, dan pasang surut,
asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi. Jenis tanah yang dapat ditanami
jagung antara lain Andosol, latosol, dan Grumosol. Namun yang terbaik untuk
pertumbuhan jagung adalah Latosol. Keasaman tanah antara 5.6-7.5 dengan aerasi
dan ketersediaan air yang cukup 9 serta kemiringan optimum untuk tanaman
jagung maksimum 8%. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik,
kemiringan tanah kurang dari 8 %. dan ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan
ketinggian optimum antara 50-600 m dpl (Prabowo, 2007).
2.3 Peranan Unsur Hara Bagi Tanaman
Pupuk adalah suatu bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk
menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Nurhayati dkk.,
1986). Leiwakabessy (1988) menyatakan pemupukan bertujuan untuk
meningkatkan tersedianya unsur hara di dalam tanah. Menambahkan bahwa
kombinasi perlakuan dosis pupuk terbaik untuk meningkatkan produksi dan
kualitas jagung manis adalah Urea 300 kg/ha, SP-36 300 kg/ha dan KC1 300
kg/ha, merupakan kombinasi.
2.3.1. Nitrogen (N)
Secara umum nitrogen berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman
terutama pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil serta sebagai
komponen pembentuk lemak, protein, dan persenyawaan lain (Marsono dkk,
2001). Parker (2004) menambahkan bahwa nitrogen berperan dalam proses
pertumbuhan, sintesis asam amino dan protein serta merupakan pembentuk
struktur klorofil. Nitrogen sebagai pembentuk struktur klorofil, nitrogen akan
mempengaruhi warna hijau daun. Ketika tanaman tidak mendapatkan cukup

10
nitrogen, warna hijau daun akan memudar dan akhirnya menguning. Kekurangan
nitrogen akan menyebabkan pertumbuhan terhambat, daun berwarna kuning,
tangkai tinggi kurus, dan warna hijau daun menjadi pucat. Pemberian unsur hara
nitrogen dapat dilakukan melalui pemupukan. Pupuk nitrogen termasuk pupuk
kimia buatan tunggal. Jenis pupuk ini termasuk pupuk makro. Sesuai dengan
namanya pupuk-pupuk dalam kelompok ini didominasi oleh unsur nitrogen.
Adanya unsur lain di dalamnya lebih bersifat 11 sebagai pengikat atau juga
sebagai katalisator. Salah satu jenis pupuk nitrogen yang sering digunakan adalah
urea. Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan NH 4 (amonia) dengan CO 2 .
Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan hasil ikutan tambang
minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46% (Marsono dan Sigit,
2001).
2.3.2. Phosfor (P)
Phospor disebut sebagai unsur hara terpenting bagi tanaman karena unsur
ini terlibat langsung dalam proses fotosentesis. Unsur P adalah hara kedua setelah
nitrogen dalam frekuensi atau kegunaannya sebagai pupuk. Keperluan P kadang-
kadang lebih kritik dari pada N pada tanah-tanah tertentu. Nitrogen dapat ditambat
oleh mikroba dari udara, tetapi unsur P hanya berasal dari batuan. Tanpa
kecukupan P berbagai proses di dalam tanaman akan terhambat sehingga
pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak berlangsung secara optimal (BPP,
1991). Phospor (P) berperan dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan
akar, sebagai bahan dasar (ATP dan ADP), membantu asimilasi dan respirasi,
mempercepat proses pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah
(Marsono dan Sigit, 2001). Parker (2004) menambahkan phospor berperan dalam
menstimulasi pertumbuhan akar, membantu pembentukan benih, berperan dalam
proses fotosintesis dan respirasi. Kekurangan unsur phospor akan menyebabkan
warna keunguan pada daun dan batang serta bintik hitam pada daun dan buah
Parker (2004). 12 Menurut Tan (1996) phosfor merupakan hara tanaman esensial
dan diambil oleh tanaman dalam bentuk ion anorganik : H 2 PO 4 dan HPO 4 2- .
Phosfor diperlukan dalam perkembangan akar, untuk mempertahankan vigor
tanaman, untuk pembentukan benih, dan pengontrolan kematangan tanaman.
Phosfor juga merupakan komponen esensial ADP (Adenosine Di Phospate) dan

11
ATP (Adenosine The Phospate) , yang bersama-sama memerankan bagian penting
dalam fotosintesis dan peyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman.
Phosfor juga merupakan bagian esensial dari asam nukleat (DNA dan RNA).
2.3.3. Kalium (K)
Kalium berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat,
memperkuat jaringan tanaman, berperan membentuk antibodi tanaman terhadap
peyakit serta kekeringan (Marsono dan Sigit, 2001). Kalium tidak disintesis
menjadi senyawa organik oleh tumbuhan, sehingga unsur ini tetap sebagai ion di
dalam tumbuhan. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang
esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim yang
terlibat dalam sintesis protein dan pati. Kalium juga merupakan ion yang berperan
dalam mengatur potensi osmotik sel, dengan demikian akan berperan dalam
mengatur tekanan turgor sel. Berkaitan dengan pengaturan turgor sel ini, peran
yang penting dalam proses membuka dan menutupnya stomata (Lakitan, 2004).
Tanaman yang kekurangan kalium akan lebih peka terhadap penyakit dan kualitas
produksi biasanya rendah, baik daun, buah maupun biji seperti pada kedelai
(Leiwakabessy dan Sutandi, 1998). 13 Kebutuhan tanaman akan unsur K dapat
diperoleh dari pemupukan. Salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah
KCl (Marsono dan Sigit, 2001). Upaya pemupukan kalium harus memperhatikan
asas efektifitas karena selain mudah larut dan tercuci bersama air perlokasi, unsur
kalium juga mudah terikat dalam tanah. Efektivitas pemupukan kalium dapat
dicapai antara lain dengan memperhatikan waktu dan cara pemupukan yang tepat.
Pemberian pupuk kalium secara bertahap diperlukan untuk mencegah penyerapan
berlebihan oleh tanaman "luxury Consumption". Pada tanah yang cukup
mengandung kalium, pemberian pupuk kalium dapat dikurangi. Dibandingkan
tanaman pangan, tanaman perkebunan dan industri lebih banyak menggunakan
pupuk kalium anorganik (Runhayat, 1995).
2.2 Kerangka Pemikiran

Tanaman Jagung

Waktu Tanam Tumpang Sari

T0 : Ditanam 12
bersamaan kacang tanah
Tabel 1. Kerangka Pemikiran

2 MST 4 MST Kacang Tanah

Monokultur jagung manis JT : 75cm-25cm

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April- Juni 2023, di lahan Fakultas
Pertanian Universitas Borneo Tarakan

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis
varietas SD-3, kacang tanah, pupuk NPK, furadan serta insektisida sistemik
Regent (fipronil 5 g/l). Alat yang digunakan meliputi alat budidaya tanaman
seperti traktor, cangkul dan sube, alat ukur seperti mistar dan meteran, dan alat
timbang

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)


satu faktor yang terdiri dari 3 ulangan sehingga terdapat 12 petak satuan

13
percobaan, dengan pengelompokan berdasarkan sumber air. Adapun perlakuan
yang dicobakan adalah waktu tanam sistem tumpangsari (TS) yaitu sebagai
berikut :

TS0 = Jagung manis ditanam bersamaan kacang tanah


TS1 = Jagung manis ditanam 2 MST kacang tanah
TS2 = Jagung manis ditanam 4 MST kacang tanah
TS3 = Monokultur jagung manis

Penelitian ini termasuk kedalam metode Eksperimental

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Alat dan Bahan

Dilakukan pembelian alat dan pembersihan alat, pengumpulan sampel


penelitian dengan cara pengambilan langsung dilapangan. Kriteria tanaman
jagung manis dan kacang tanah yang dijadikan sampel pada penelitian ini yaitu
tanaman yang ada di Kota Tarakan, kemudian merupakan tanaman yang sehat
dalam hal ini yang tidak terserang organisme penggangu.

3.4.2 Persiapan Lahan

Sebelum ditanam lahan terlebih dahulu diolah dengan menggunakan


cangkul, garpu dan peralatan budidaya lainnya. Lahan yang digunakan merupakan
lahan kering yang banyak ditumbuhi rerumputan dan gulma sehingga perlu
dibersikan terlebih dahulu. Selanjutnya dicangkul agar tanah menjadi gembur.
Setelah itu dibuat petakan dengan ukuran 4 m x 4 m = 16 m 2 sebanyak 12 petakan
dan dibagi menjadi 3 kelompok. Masing- masing petak dibuat guludan dengan
lebar guludan 40 cm dan jarak antar guludan sebesar 30 cm sehingga terdapat 3
guludan pada masing- masing petak percobaan penanaman. Jagung manis ditanam
di sebelah kiri di antara barisan tanaman kacang tanah dalam guludan serta jarak
tanam 75 cm x 25 cm dengan jumlah dua benih per lubang penanaman dilakukan
sesuai dengan perlakuan masing- masing. Kacang tanah ditanam pada tengah

14
guludan. Jarak kacang tanah 75 cm x 25 cm dengan jumlah dua benih per lubang
tanam

3.1.3 Pemupukan Jagung manis dan Kacang tanah

Pemupukan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali seminggu


setelah tanam untuk 1/3 dosis NPK dengan cara ditugal. Pemupukan kedua pada 7
MST yaitu 1/3 dosis NPK dengan cara dialur. Pemupukan ketiga dilakukan pada
12 MST yaitu 1/3 NPK dengan cara ditugal

3.1.4 Pemeliharaan Jagung manis dan Kacang tanah

Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penyiangan, serta


pengendalian hama penyakit. Penyulaman jagung dilakukan pada umur 1 MST
sedangkan kacang tanah pada 2 MST. Pengeprasan guludan dilakukan pada 6
MST dengan memotong secara vertikal kedua sisi guludan agar tanah menjadi
gembur sehingga meransang akar-akar kacang tanh agar dapat tumbuh dengan
baik sekaligus sebagai upaya pengendalian gulma. Pada 7 MST bersamaan dengan
aplikasi pupuk kedua tanah hasil penurunan guludan diangkat ke atas untuk
menutup pupuk setelah diaplikasikan. Penyiangan dilakukan secara manual
dengan mencabut gulma yang terdapat pada lahan terutama dilakukan saat
menjelang pemupukan. Pengendalian hama penyakit dilakukan secara kimiawi
dengan menggunakan pestisida dan fungisida di berikan sebanyak 2 minggu sekali

3.1.5 Panen Jagung manis dan Kacang tanah

Dalam penelitian ini panen kacang tanah di lakukan lebih awal pada saat
17 MST karena alasan keamanan. Panen kacang dilakukan dengan mecabut
tanaman kacang tanah dengan hati-hati. Panen jagung manis dilakukan
berdasarkan perlakuan masing- masing. Jagung manis monokultur dipanen pada
10 MST sedangkan jagung manis yang ditanam bersamaan dan 2 MST setelah
kacang tanah di panen pada saat 12 MST. Panen jagung manis di lakukan dengan
mencabut semua tanaman lalu memisahkan brangkasan dan tongkolnya.

3.5 Parameter Pengamatan

3.5.1 Pengamatan selama pertumbuhan

15
Pengamatan selama pertumbuhan jagung manis, pengukuran dilakukan
terhadap perubahan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter/ lingkar batang.
Pengamatan dilakukan pada 2,4,6 dan 8 MST

3.5.2 Pengamatan saat Pasca Panen

a. Panjang tongkol
b. Lingkar tongkol
c. Bobot segar tongkol per tanaman (g/tanaman)
d. Indeks panen (IP) dapat dihitung dengan rumus
Bobot jagung tanpakelabot / petak
IP =
Bobot ( jagung berkelobot +brangkasan total )/ petak
e. Bobot segar tongkol per petak (kg/petak)
f. Bobot segar tongkol per hektar (t/ha)
g. Nisba kesetaraan lahan (NKL) untuk mengetahui efesiensi tumpangsari
dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
T 1+T 2
NKL=
M 1+ M 2

Keterangan :

T1 = Hasil tanaman kacang tanah pada pertanaman tumpangsari

T2 = Hasil tanaman jagung manis pada pertanaman tumpangsari

M1 = Hasil pertanaman kacang tanah pada pertanaman monokultur

M2 = Hasil pertanaman jagung manis pada peranaman monokultur

3.6 Analisis Data

Dalam penelitian ini data di analisa dengan menggunakan metode


deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Masing- masing dari perlakukan terdiri atas 3
ulangan sehingga terdapat 12 petak satuan percobaan. Untuk mengetahui
pengaruh masing-masing perlakuan digunakan metode analisis ragam (uji f) dan
apabila menunjukan perbedaan nyata maka dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan uji BNT pada taraf 5% Model linner ragam RKLT

16
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, D.E. 1988. Breeding spesial nutritional and industrial types, p.869-
880. In.G.F. Spangue and J.W. Dudley (Eds) Corn and Improment.
University of Wisconsin. Modison
Ardisarwanto, T., Widyastuti, E.S., 2007. Meningkatkan Produksi Jagung di
Lahan Kering, Sawah dan Pasang Surut. Jakarta : Penebar Swadaya
Basri, H. C. 1982 Dasar- Dasar Agronomi. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Herlin. 2011. Kajian Variasi Jarak Tanam dan Waktu Tanam Jagung Manis dalam
Sistem Tumpang Sari Jagung Manis (Zea mays saccharata Strut) dan
kacang tanah (Arachis hypogeae L). [skripsi] Universitas Andalas Padang
Irfanda, M, Yusak E.T, Widaystuti, Rizkyarti, M. Hilal, G.E Ayu, dan Sakina.
2010 Laporan Praktikum Dasar-Dasar Agronomi: Tumpangsari antara
Jagung Manis dan Kacang tanah. Bogor : Departemen Aronomi dan
Holtikultura
Irwanto. 2011. Waktu dan Jarak Tanam Tanaman Jagung terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Kacang Tanah. Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Jumin, H.B. 2002. Agronomi. PT. Raja. Grafindo Persada, Jakarta
Khail, M. 2000. Penentuan Waktu Tanam Kacang Tanah Dan Dosis Pupuk Posfat
Terhadap Pertumbuhan. Hasil Kacang Tanah Dan Jagung Dalam Sistem
Tumpangsari. Agrista. Vol 4, no 3 :3 259-265.
Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta

17
Marliah. A., Jumini, dan Jamilah. 2010. Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan
Pada Sistem Tumpangsari kedelai-jagung. Skripsi Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala. Hal : 21-26
Marsono , P. S. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta
Marsono dan P. Sigit , 2001. Pupuk Akar. Redaksi Argomedia, Jakarta
Marthina, M. Dan J. S. Baharsjah. 1982. Pengaruh Waktu Tanam Kedelai
(Glycinemax) dalam Sistem Tumpangsari Dengan Jagung Terhadap Hasil
dan Komponen Kedua Tanaman. Buletin Agronomi. 13 (1): 34-37.
Nurhayati, Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SS, Saul MR, Diaha MA, Go Ban
Hong, Bailey HH. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerja Sama Ilmu
Tanah. MKS_PTN/USAID (Unibversity of Kentucky) W. U. A. E. Hal
144-145
Pitojo, S. 2009. Biji Kacang Tanah Edisi 5. Yogyakarta : Kanisius
Prabowo, A. Y., 2007. Teknis Budidaya : Budidaya Jagung. Teknis Budidaya
jagung, html/07/04/2011
Pulungkun , R. Dan A. Budiarti. 2002. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya.
Jakarta. 79 Hal
Purwono dan Hartono, R. 2005. Kacang Hijau. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta
Purwono, M. dan Hartono, R. 2007. Bertanam Jagung Manis. Penebar Swadaya.
Bogor. 68. Hal
Rubatzky, V. E dan M. Yamaguchi 1998. Sayuran Dunia 1 Prinsip Produksi dan
Gizi. Terjemahan : Catur Herison. ITB, Bandung 313 hal
Rukmana. 2007. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius. Yogyakarta. Hal : 11-35.
Statistik Konsumsi Nasional 2012
Sastrahidayat, dan D. S Seomarno. 1991. Budidaya Tanaman Trofika. Usaha
Nasional. Surabaya. 92 hal
Tahir, 1985. Mempeljari Pembuatan dan Karakteristik Kerupuk dari Tepung
Sagu (Metroxylon Sagu R), Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang
Thompson, H. C., and W. C. Kelly. 1957. Vegetable Crop. MacGraw-Hill Book
Co Inc. New York. 61 1p
Trustinah. 2015. Morfologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah. Kacang Tanah :
Inovasi Teknologi dan Pengembangan Produk. Malang : Balai Penelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Monograf Balitkabi No. 13-2015. Hal
40-59
Wardhana. W. 2010. Pengaruh Waktu Tanam Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Pada Sistem Tanam Tumpangsari Ubi Jalar dan Jagung Manis.
[Skripsi] Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian. IPB.
Bogor
Warisno. 2007. Budidaya Jagung Manis Hibrida. Kanisius, Yogyakarta
Warsana. 2009. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kentang. Bul.
Panel. 45(7):9=12

18
19

Anda mungkin juga menyukai