USULAN PENELITIAN
i
3.4.4 Pemeliharaan Mentimun dan Kacang tanah .............................................. 19
3.4.5 Panen Mentimun dan Kacang tanah.......................................................... 20
3.5 Parameter Pengamatan ................................................................................... 20
3.5.1 Pengamatan selama pertumbuhan ................................................................ 20
3.5.2 Pengamatan produksi ................................................................................ 20
3.5.3 Pengamatan saat Pasca Panen ................................................................ 21
3.6 Analisis Data ................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
meningkatkan pula produktivitas lahan (Raharja, 2005). Dalam pola tanam terbagi
menjadi dua yaitu monokultur dan polikultur yang biasanya di digunakan oleh
petani.
Polikultur berasal dari kata poly dan culture. Poly berarti banyak dan culture
berarti pengolahan. Jadi, pola tanam polikultur adalah penanaman lebih dari satu
jenis tanaman pada suatu lahan pertanian dalam waktu satu tahun. Polikutur
merupakan model pertanian yang lebih baik dan melestarikan keanekaragaman
hayati yang di maksud tidak hanya dari segi flora (tumbuhan) tetapi juga fauna yang
ada (Sabirin, 2010). Tanaman polikultur terbagi menjadi beberapa bagian yaitu,
tumpangsari, tumpang gilir, tanaman sisipan, tanaman campuran, tanaman bergilir.
Tumpangsari merupakan penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang
bersamaan atau selama periode tanaman pada satu tempat yang sama. Keuntungan
dari tumpangsari yaitu, pemanfaatan lahan kosong di sela-sela tanaman pokok,
peningkatan produksi total persatuan luas karena beberapa faktor lingkungan yang
mempunyai pengaruh diantaranya ketersedian air, kesuburan tanah, sinar matahari
dan hama penyakit (Warsana 2009).
2
mempengaruhi produksi. Dalam sistem tumpangsari waktu tanam juga mempunyai
peranan yang penting terutama pada tanaman yang peka terhadap naungan
tumpangsari antara timun dan kacang tanah sering berakibat ternaungi kacang tanah
dan timun. Untuk mengurangi pengaruh tersebut, waktu tanam timun dan kacang
tanah harus diatur agar pada periode kritis dari suatu pertumbuhan terhadap
persangian dapat ditekan (Marthiana, dkk, 1982). Pengaturan waktu tanam akan
berpengaruh terhadap hasil tanaman. Tujuan pengaturan tanaman pada dasarnya
untuk mengurangi persaingan antara tanaman yang ditumpangsarikan terhadap
waktu tumbuh (Sektiwi dkk., 2013). Pengaturan waktu tanam yang dimaksud yakni
pengaturan waktu tanam antara mentimun dan kacang tanah seperti penanaman
mentimun yang dilakukan lebih lambat dari tanaman lain yang ditumpangsarikan
seperti kacang tanah. Hal tersebut dikarenakan tanaman mentimun yang memiliki
morfologi tanaman yang lebih tinggi dan daunnya yang berseling berbentuk bulat
sehingga cenderung dapat menaungi tanaman lain dibawahnya.
3
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun yang di tumpangsarikan
dengan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L).
Untuk mengetahui waktu tanam yang tepat agar diperoleh hasil mentimun
yang optimal pada sistem tumpangsari dengan tanaman kacang tanah.
4
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivision : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Family : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
5
2.1.2 Morfologi Mentimun (Cucumis sativus L)
A. Pengolahan lahan
Setelah lahan dan tanah sudah dalam kondisi gembur, maka langkah
selanjutnya adalah membuat bedengan. Buatlah bedengan diatas lahan dengan
ukuran lebar 1 meter dan tinggi kira-kira 20-30 cm. lalu, buatlah jarak antara
bedengan yang menyesuaikan dengan ukuran lahan yang dipakai. Setelah itu
membuat selokan diantara bedengan yang berfungsi untuk sistem drainase.
B. Menyemai Benih Mentimun
Untuk penanaman ini bisa dilakukan dengan dua cara, yakni dilakukan
penyamaian terlebuh dahulu atau ditanam secara langsung. Untuk cara yang
pertama bisa dilakukan dengan penyamaiannya pada polybag kecil. Isilah polybag
kecil menggunakan pupuk kandang yang sudah halus. Kemudian masukan satu
persatu benih mentimun pada polybag setelah selesai letakan pada tempat yang
mendapat penyinaran yang cukup. Lakukan penyiraman secara teratur setiap pagi
dan sore. Benih akan mulai tumbuh setelah 2 hari benih akan mulai tumbuh.
6
C. Proses Penanaman Benih mentimun
Bila sudah bisa ditanam ketika berumur 19 hari. Caranya bukalah polybag dan
pindahkan tanah beserta benihnya kedalam lubang yang telah dibuat. Lakukan
penyiraman setelah bibit pada pagi atau sore hari untuk menjaga kelembabanya.
Tanamlah bibit pada pagi atau sore hari untuk meminimalkan kelayuan pada
tanaman. Untuk cara menanam timun kedua bisa dilakukan menanam secara
langsung benih pada lubang yang telah disiapkan. Masukkan satu atau dua benih
mentimun pada lubang kemudian tutup kembali menggunakan tanah. Ketika 2-3
hari tanaman mentimun akan tumbuh dan pasang lanjaran pada tanaman.
Mengingat bahwa timun merupakan tanaman yang merambat, agar tidak merambat
kemana-mana akan lebih baik jika disediahkan media perambatan seperti lanjaran.
D. Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman mentimun juga sering mendapat serangan hama dan penyakit.
Pengolahan dan pemeliharan tanaman harus di lakukan dengan baik dan benar.
Beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang adalah gulma, kepik hijau,
karat daun, bercak daun, dan hama pengerat. Hama dan penyakit bisa dikendalikan
dengan menggunakan pastisida hayati atau juga bisa dilakukan pengambilan secara
manual pada hama kepik.
E. Proses Pemanenan Tanaman Mentimun
Tanaman mentimun bisa dipanen jika sudah berumur 75 hari setelah tanam.
Panen dilakukan secara berkala setiap harinya dengan memetik buahnya yang
sudah siap dipetik. Setelah dipetik buah mentimun harus segera dimasukkan
kedalam karung jaring untuk menghindari keruskan mengingat buah ini memiliki
kulit yang mudah tergores dan gampang pecah. Letakkan mentimun dalam suhu
yang sejuk untuk menghindari penguapan cairan dalam buah. Pemetikan dan
penempatan buah mentimun yang benar dan baik bisa membuat tanaman lebih baik
dan berkualitas.
7
2.2 Syarat Tumbuh Mentimun
Pada dasarnya mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi di hampir semua jenis
tanah. Tanah mineral yang berstruktur ringan sampai pada tanah yang berstruktur
liat berat dan juga pada tanah organic seperti tanah gambut dapat diusahakan
sebagai lahan penanaman mentimun (Sumpena dkk, 2008). Kemasaman tanah yang
optimal untuk mentimun antara 5, 5-6,5. Tanah yang banyak mengandung air,
terutama pada waktu berbunga merupakan jenis tanah yang baik untuk penanaman
mentimun (Sumpena dkk, 2008).
2.2.2 Iklim
8
2.3 Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
Bunga kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian bawah yang
berumur antara 4-5 minggu dan berlangsung hingga umur 80 hari setelah tanam.
Bunga berbentuk kupu-kupu (papilionaceus), berukuran kecil dan terdiri atas lima
daun tajuk. Dua di antara daun tajuk tersebut bersatu seperti perahu. Disebelah atas
terdapat sehelai daun tajuk yang paling lebar yang dinamakan bendera (vexillum),
sementara di kanan dan kiri terdapat dua tajuk daun yang disebut sayap (ala). Setiap
bunga bertangkai berwarna putih. Tangkai bunga adalah sebenarnya tabung
kelopak. Mahkota bunga berwarna kuning atau kuning kemerah-merahan. Bendera
dari mahkota bunga bergaris-garis merah pada pangkalnya (Pitojo, 2009).
9
Klasifikasi tanaman kacang tanah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Papilionaeae
Genus : Arachis
A. Akar
Kacang tanah mempunyai akar tunggang, namun akar primernya tidak
tumbuh secara dominan. Yang berkembang adalah perakaran serabut, yang
merupakan akar sekunder. Akar kacang tanah akan tumbuh sedalam 40 cm. Akar
tanaman kacang tanah bersimbiosis dengan bakteri Rhizombium radiicola. Bakteri
ini terdapat pada bintil-bintil (nadula-nadula) akar tanaman kacang dan hidup
bersimbiosis saling menguntungkan. Keragaman terlihat pada ukuran, jumlah dan
sebaran bintil. Jumlah bintil beragam dari sedikit sehingga banyak dari ukuran kecil
hingga besar, dan terdistribusi dari sedikit sehingga banyak dari ukuran kecil hingga
besar, dan terdistribusi pada akar utama atau akar lateral. Sebagain besar aksesi
memiliki bintil akar dengan ukuran sedang dan menyebar pada akar lateral
(Trustinah, 2015).
B. Batang
Batang kacang tanah termasuk jenis perdu, tidak berkayu. Tipe percabangan
pada kacang tanah ada empat, yaitu berseling (alternate), tidak beraturan dengan
bunga pada batang utama, sequensial dan tidak beraturan tanpa bunga pada batang
utama. Pigmen antosianin pada batang kacang tanah memberikan warna berbeda
pada tanaman sehingga apat digolongkan menjadi dua, yaitu warna merah dan
10
warna ungu. Batang utama yaitu memiliki sedikit bulu dan ada juga yang memiliki
banyak bulu (Trustinah, 2015).
C. Daun
Daun kacang tanah benbentuk lonjong, terletak berpasangan (majemuk), dan
bersirip genap. Tiap tangkai daun terdiri atas empat helai anak daun. Daun mudah
berwarna hijau kekuning-kuningan, setelah tua menjadi hijau tua. Helaian daun
terdiri dari empat anak daun dengan tangkai daun agak memanjang (Ardisarwanto,
T., Widyastuti, E.S., 2007)
11
dengan kedalaman 3 cm dan tanam benih kacang tanah dengan jarak tanam antara
40 x 10 cm dengan jumlah 1-2 benih per lubang tanam.
F. Proses Perawatan
Salah satu cara kunci dalam cara menanam kacang tanah adalah teknik
perawatan yang tepat. Perawatan kacang tanah dimulai saat tanaman kacang tanah
berumur 4-7 hari setelah tanam. Apabila umur 7 hari terlihat ada tanaman yang
tidak tumbuh atau pertumbuhan tidak normal segera cabut dan tanam ulang dengan
benih yang baru. Budidaya kacang tanah dilakukan saat musim kemarau, lakukan
terus penyiraman pada saat pagi dan sore hari agar benih cepat tumbuh seragam.
G. Pemupukan Kacang Tanah.
Pemupukan menggunakan pupuk kacang tanah dengan memperbanyak
menggunakan pupuk organic. Setelah tanaman kacang bisa tumbuh serempak,
berikan juga pupuk tambahan yang mengandung unsur phosphor (P). Pada masa
pembuahan tanaman kacang tanah, agar pupuk terserap sempurna lakukan
pembumbunan dan penyiangan untuk menghilangkan gulma dan memaksimalkan
pembentukan polong kacang.
H. Panen Kcang Tanah
Umut panen kacang tanah sangat tergantung pada varietas benih yang di
tanam. Tanaman kacang tanah dapat dipanen saat umur 3 bulan untuk varietas benih
unggul dan mencapai umur 4 bulan untuk varietas benih yang kurang bagus.
1. Tanah
Kondisi tanah mutlak diperlukan adalah tanah yang gembur. Kondisi tanah
yang gembur akan memberikan kemudahan bagi tanaman kacang terutama dalam
hal perkecambahan biji, kuncup buah (ginofora) menembus tanah, dan
pembentukan polong yang baik (Kanisius, 1989). Derajat keasaman tanah yang
sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah pH antara 6,0-6,5 (Prihatman, 2000).
Dituntut adanya unsur- unsur hara dalam jumlah yang cukup dan dapat mendukung
pertumbuhan kacang tanah, antara lain P, Ca, dan K.
2. Iklim
Curah hujan yang untuk pertumbuhan kacang tanah antara 800-1.300 mm/
tahun. Suhu udara sekitar 28-32o C. Bila suhunya di bawah 10 o C, pertumbuhan
12
tanaman akan terhambat, bahkan kerdil. Kelembaban udara berkisar 65-75%.
Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama untuk kesuburan daun. Pada
waktu berbunga tanaman kacang tanah menghendaki keadaan yang lebab dan
cukup udara (Kanisius, 1989).
3. Ketinggian Tempat
Di Indonesia pada umumnya kacang tanah ditanam di daerah dataran rendah
dengan ketinggian maksimal 1000 m dpl. Daerah yang paling cocok untuk tanaman
kacang tanah adalah daerah dataran dengan ketinggian 0-500 m dpl (Kanisius,
1989).
13
2.5.1 Pupuk NPK
Phospor disebut sebagai unsur hara terpenting bagi tanaman karena unsur ini
terlibat langsung dalam proses fotosentesis. Unsur P adalah hara kedua setelah
nitrogen dalam frekuensi atau kegunaannya sebagai pupuk. Keperluan P kadang-
kadang lebih kritik dari pada N pada tanah-tanah tertentu. Nitrogen dapat ditambat
oleh mikroba dari udara, tetapi unsur P hanya berasal dari batuan. Tanpa kecukupan
P berbagai proses di dalam tanaman akan terhambat sehingga pertumbuhan dan
14
perkembangan tanaman tidak berlangsung secara optimal (BPP, 1991). Phospor (P)
berperan dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, sebagai bahan
dasar (ATP dan ADP), membantu asimilasi dan respirasi, mempercepat proses
pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah (Marsono dan Sigit,
2001).
Parker (2004) menambahkan phospor berperan dalam menstimulasi
pertumbuhan akar, membantu pembentukan benih, berperan dalam proses
fotosintesis dan respirasi. Kekurangan unsur phospor akan menyebabkan warna
keunguan pada daun dan batang serta bintik hitam pada daun dan buah Parker
(2004). `Menurut Tan (1996) phosfor merupakan hara tanaman esensial dan diambil
oleh tanaman dalam bentuk ion anorganik: H2PO4 dan HPO4 2-. Phosfor
diperlukan dalam perkembangan akar, untuk mempertahankan vigor tanaman,
untuk pembentukan benih, dan pengontrolan kematangan tanaman. Phosfor juga
merupakan komponen esensial ADP (Adenosine Di Phospate) dan ATP (Adenosine
The Phospate), yang bersama-sama memerankan bagian penting dalam fotosintesis
dan peyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman. Phosfor juga
merupakan bagian esensial dari asam nukleat (DNA dan RNA).
Tanaman yang kekurangan kalium akan lebih peka terhadap penyakit dan
kualitas produksi biasanya rendah, baik daun, buah maupun biji seperti pada kedelai
(Leiwakabessy dan Sutandi, 1998). Kebutuhan tanaman akan unsur K dapat
15
diperoleh dari pemupukan. Salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl
(Marsono dan Sigit, 2001). Upaya pemupukan kalium harus memperhatikan asas
efektifitas karena selain mudah larut dan tercuci bersama air perlokasi, unsur
kalium juga mudah terikat dalam tanah. Efektivitas pemupukan kalium dapat
dicapai antara lain dengan memperhatikan waktu dan cara pemupukan yang tepat.
Pemberian pupuk kalium secara bertahap diperlukan untuk mencegah penyerapan
berlebihan oleh tanaman "luxury Consumption". Pada tanah yang cukup
mengandung kalium, pemberian pupuk kalium dapat dikurangi. Dibandingkan
tanaman pangan, tanaman perkebunan dan industri lebih banyak menggunakan
pupuk kalium anorganik (Runhayat, 1995).
Tanaman mentimun
TO : Mentimun
ditanam bersamaan
kacang tanah. Waktu tanam
Mentimun ditanam 2
MST kacang tanah
Mentimun ditanam 4
MST kacang tanah
Monokultur mentimun
Monokultur kacang
tanah
JT : 75 cm x 25 cm
Pengaru pertumbuhan
dan hasil tanaman
mentimun
16
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April- Juni 2023, di lahan
Fakultas Pertanian Universitas Borneo Tarakan.
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benih mentimun,
kacang tanah, pupuk kandang (kotoran ayam), pupuk NPK, furadan serta
insektisida sistemik Regent (fipronil 5 g/l). Alat yang akan digunakan meliputi alat
budidaya tanaman seperti, cangkul dan sube, alat ukur seperti mistar dan meteran,
alat tulis dan alat timbang.
17
Tabel 1. Layout Penelitian
Ulangan
Perlakuan
1 2 3 4 5
TS0 TS0 TS0 TS0 TS0
TS1 TS1 TS1 TS1 TS1
TS3 TS2 TS2 TS2 TS2 TS2
TS3 TS3 TS3 TS3 TS3
TS4 TS4 TS4 TS4 TS4
TS0 TS0 TS0 TS0 TS0
TS1 TS1 TS1 TS1 TS1
TS2 TS2 TS2 TS2 TS2 TS2
TS3 TS3 TS3 TS3 TS3
TS4 TS4 TS4 TS4 TS4
TS0 TS0 TS0 TS0 TS0
TS1 TS1 TS1 TS1 TS1
TS0 TS2 TS2 TS2 TS2 TS2
TS3 TS3 TS3 TS3 TS3
TS4 TS4 TS4 TS4 TS4
TS0 TS0 TS0 TS0 TS0
TS1 TS1 TS1 TS1 TS1
TS4 TS2 TS2 TS2 TS2 TS2
TS3 TS3 TS3 TS3 TS3
TS4 TS4 TS4 TS4 TS4
TS0 TS0 TS0 TS0 TS0
TS1 TS1 TS1 TS1 TS1
TS1 TS2 TS2 TS2 TS2 TS2
TS3 TS3 TS3 TS3 TS3
TS4 TS4 TS4 TS4 TS4
18
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Lahan yang akan digunakan dalam penelitian ini perlu dibersikan terlebih
dahulu. Selanjutnya dicangkul agar tanah menjadi gembur. Setelah itu dibuat
petakan dengan ukuran 4 m x 4 m = 16 m2 sebanyak 25 petakan dan dibagi menjadi
5 kelompok. Masing- masing petak dibuat guludan dengan lebar guludan 40 cm dan
jarak antar guludan sebesar 30 cm sehingga terdapat 5 guludan pada masing-
masing petak percobaan penanaman. Mentimun ditanam di sebelah kiri di antara
barisan tanaman kacang tanah dalam guludan serta jarak tanam 75 cm x 25 cm
dengan jumlah dua benih per lubang penanaman dilakukan sesuai dengan perlakuan
masing- masing. Kacang tanah ditanam pada tengah guludan. Jarak kacang tanah
75 cm x 25 cm dengan jumlah dua benih per lubang tanam.
19
sebagai upaya pengendalian gulma. Pada 7 MST bersamaan dengan aplikasi pupuk
kedua tanah hasil penurunan guludan diangkat ke atas untuk menutup pupuk setelah
diaplikasikan. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang
terdapat pada lahan terutama dilakukan saat menjelang pemupukan. Pengendalian
hama penyakit dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan insektisida di
berikan sebanyak 2 minggu sekali.
Dalam penelitian ini panen kacang tanah di lakukan lebih awal pada saat 17
MST karena alasan keamanan. Panen kacang dilakukan dengan mecabut tanaman
kacang tanah dengan hati-hati. Panen mentimun dilakukan berdasarkan perlakuan
masing- masing. Monokultur dipanen pada 10 MST sedangkan mentimun yang
ditanam bersamaan dan 2 MST setelah kacang tanah di panen pada saat 12 MST.
Panen mentimun di lakukan dengan memetik semua buah mentimun yang layak
dipanen.
20
4. Panjang buah (cm), diukur rata-rata panjang buah tiap tanaman dan
dilakukan pada saat panen atau tanaman berumur 56 hari setelah tanam
(hst).
5. Berat buah (kg), ditimbang berat seluruh buah tiap tanaman dan
dilakukan pada saat panen atau tanaman berumur 56 hari setelah tanam
(hst).
a. Panjang buah
b. Lingkar buah
c. Bobot mentimun per tanaman (g/tanaman)
d. Indeks panen (IP) dapat dihitung dengan rumus
Bobot mentimun tanpa berangkasan/petak
IP =
Bobot (mentimun berangkasan + brangkasan total)/ petak
21
(uji f) dan apabila menunjukan perbedaan nyata maka dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan uji BNT pada taraf 5% Model linner ragam RKLT.
22
DAFTAR PUSTAKA
Arsana, IKG. D. 2007. Peningkatan Produksi Kacang- kacangan dan Umbi- umbian
Mendukung Kemandirian Pangan. Pengkajian Shuttle Breeding Kacang
Tanah Lahan Kering Beriklim Kering Dataran Rendah Gerokgak- Buleleng.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Bali. Hal 200-2004
Gustianty, L. R. 2016. Respon Pertumbuhan dan Produksi tanaman mentimun
(Cucumis sativus L) terhadap pupuk seprint dan pemangkasan J. Penelitian
Pertanian BERNAS, 12(2) : 55-64
Irfanda, M, Yusak E.T, Widaystuti, Rizkyarti, M. Hilal, G.E Ayu, dan Sakina. 2010
Laporan Praktikum Dasar-Dasar Agronomi: Tumpangsari antara Jagung
Manis dan Kacang tanah. Bogor : Departemen Aronomi dan Holtikultura
Irwanto. 2011. Waktu dan Jarak Tanam Tanaman Jagung terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Kacang Tanah. Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Ishak,Y,S., M. I. Bahua dam M. Limonu. 2013. Pengaruh Pupuk Organik Kotoran
Ayam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea mays L.) di
Dulomo Utara Kota G orontalo. JAAT 2(1):210-216
Jumin, H.B. 2002. Agronomi. PT. Raja. Grafindo Persada, Jakarta
Khail, M. 2000. Penentuan Waktu Tanam Kacang Tanah Dan Dosis Pupuk Posfat
Terhadap Pertumbuhan. Hasil Kacang Tanah Dan Jagung Dalam Sistem
Tumpangsari. Agrista. Vol 4, no 3 :3 259-265.
Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Leiwakabessy. 1988. Fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 218 hal.
Marsono , P. S. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta
Marsono dan P. Sigit , 2001. Pupuk Akar. Redaksi Argomedia, Jakarta
Marthina, M. Dan J. S. Baharsjah. 1982. Pengaruh Waktu Tanam Kedelai
(Glycinemax) dalam Sistem Tumpangsari Dengan Jagung Terhadap Hasil dan
Komponen Kedua Tanaman. Buletin Agronomi. 13 (1): 34-37.
23
Naibaho, R. 2003. Pengaruh Pupuk Phonska dan Pengapuran Terhadap Unsur Hara
NPK dan pH Beberapa Tanah Hutan. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Nurhayati, Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SS, Saul MR, Diaha MA, Go Ban
Hong, Bailey HH. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerja Sama Ilmu
Tanah. MKS_PTN/USAID (Unibversity of Kentucky) W. U. A. E. Hal 144-
145
Pitojo, S. 2009. Biji Kacang Tanah Edisi 5. Yogyakarta : Kanisius
Prabowo, A. Y., 2007. Teknis Budidaya : Budidaya Jagung. Teknis Budidaya
jagung, html/07/04/2011
Pulungkun , R. Dan A. Budiarti. 2002. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya.
Jakarta. 79 Hal
Purwono dan Hartono, R. 2005. Kacang Hijau. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta
Purwono, M. dan Hartono, R. 2007. Bertanam Jagung Manis. Penebar Swadaya.
Bogor. 68. Hal
Raihan, H. 2001. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan N
dan P Tersedia Tanah Serta Hasil Beberapa Varietas Jagung Dilahan Pasang
Surut Sulfat Masam. Jurnal Agrivita 23(1):13-21.
Rubatzky, V. E dan M. Yamaguchi 1998. Sayuran Dunia 1 Prinsip Produksi dan
Gizi. Terjemahan : Catur Herison. ITB, Bandung 313 hal
Rukmana. 2007. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius. Yogyakarta. Hal : 11-35.
Statistik Konsumsi Nasional 2012
Sabaruddin, L. S. Yadi. L. Karimuna. 2012. Pengaruh Pemangkasan dan pemberian
pupuk Organik terhadap produksi mentimun (Cucumis sativus L). J.
Penelitian Agronomi. 1(2) : 107-114
Sastrahidayat, dan D. S Seomarno. 1991. Budidaya Tanaman Trofika. Usaha
Nasional. Surabaya. 92 hal
Sembiring, M., R. Sipayung, dan F.E. Sitepu. 2014. Pertumbuhan dan Produksi
Kacang Tanah dengan Pemberian Kompas Tandang Kosong Kelapa Sawit
Pada Frekuensi Pembumbuan yang Berbeda. J. Online. Agroteknologi 2(2) :
598-607
24
Sumadi, B. 2002. Teknik Budidaya Mentimun Hibrida. Kanisius. Yogyakarta. 63
hal
Sumpena, U dan Wiguna, G. 2008. Hasil simulasi uji buss dan Identifikasi varietas
contoh tanaman mentimun. Laporan penelitian. Kerjasama BALISTA dengan
DEPTAN.R.I. Pusat perlindungan Varietas Tanaman. 49 h
Sunarjono, H. H. 2007. Bertanam 30 Jenis sayur. Penebar Swadaya. Jakarta
Sutejo, M. 2002. Pupuk dan pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Tahir, 1985. Mempeljari Pembuatan dan Karakteristik Kerupuk dari Tepung Sagu
(Metroxylon Sagu R), Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Ujung Pandang
Thompson, H. C., and W. C. Kelly. 1957. Vegetable Crop. MacGraw-Hill Book Co
Inc. New York. 61 1p
Trustinah. 2015. Morfologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah. Kacang Tanah :
Inovasi Teknologi dan Pengembangan Produk. Malang : Balai Penelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Monograf Balitkabi No. 13-2015. Hal
40-59
Warisno. 2007. Budidaya Jagung Manis Hibrida. Kanisius, Yogyakarta
Warsana. 2009. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kentang. Bul.
Panel. 45(7):9=12
Wijoyo, P. 2012. Budidaya Mentimun Yang Lebih Menguntungkan. Pustaka Argo
Indonesia. Jakarta
25