Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH WAKTU TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN

DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L)


YANG DITUMPANGSARIKAN DENGAN TANAMAN
KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)

USULAN PENELITIAN

JUNARIUS BIN YAKOBUS


19.401020.11

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... i


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
2.1 Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L) ..................................................... 5
2.1.1 Klasifikasi Mentimun (Cucumis sativus L) ............................................. 5
2.1.2 Morfologi Mentimun (Cucumis sativus L).............................................. 6
2.1.3 Teknik Budidaya Mentimun ................................................................... 6
2.2 Syarat Tumbuh Mentimun ............................................................................ 8
2.2.1 Tanah dan Ketinggian Tempat ................................................................ 8
2.2.2 Iklim ........................................................................................................ 8
2.3 Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) ........................................... 9
2.3.1 Morfologi Kacang Tanah ....................................................................... 10
2.3.2 Teknik Budidaya Kacang Tanah ............................................................ 11
2.4 Tumpang Sari (Multiple cropping) .............................................................. 13
2.5 Peranan Unsur Hara Bagi Tanaman ............................................................. 13
2.5.1 Pupuk NPK............................................................................................. 14
2.5.2 Pupuk Organik ....................................................................................... 14
2.5.3 Phosfor (P) ............................................................................................. 14
2.5.4 Kalium (K) ............................................................................................. 15
2.6 Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 16
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 17
3.2 Bahan dan Alat Penelitian ............................................................................... 17
3.3 Rancangan Penelitian ..................................................................................... 17
3.4 Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 19
3.4.1 Persiapan Alat dan Bahan ......................................................................... 19

i
3.4.4 Pemeliharaan Mentimun dan Kacang tanah .............................................. 19
3.4.5 Panen Mentimun dan Kacang tanah.......................................................... 20
3.5 Parameter Pengamatan ................................................................................... 20
3.5.1 Pengamatan selama pertumbuhan ................................................................ 20
3.5.2 Pengamatan produksi ................................................................................ 20
3.5.3 Pengamatan saat Pasca Panen ................................................................ 21
3.6 Analisis Data ................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mentimun (Cucumis sativus L) ..........................................................5


Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran .......................................................................160
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran .........................................................................16

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Layout Penelitian.....................................................................................18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kacang tanah (Arachis hypogaea L) merupakan tanaman pangan yang


mempunyai nilai ekonomis tinggi karena kandungan gizinya terutama protein dan
lemak yang tinggi. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat
sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan gizi masyarakat,
diverifikasi pangan, serta meningkatnya kapasitas industri pakan dan makanan di
Indonesia.(Sembiring, dkk. 2014). Marzuki (2009), Menyatakan bahwa kacang
tanah mengandung lemak 40-50%, protein 27%, karbohidrat 18%, dan vitamin.
Kacang tanah dimanfaatkan sebagai bahan pangan konsumsi langsung atau
campuran makanan seperti roti, bumbu dapur, bahan baku industri, dan pangan
ternak. Tanaman kacang tanah ini memiliki kemampuan fikasi nitrogen yang ada
dalam tanah, sehingga bermanfaat untuk memulihkan nutrisi dalam tanah secara
alami. Fikasi nitrogen tersebut dilakukan pada bintil akar atau nodul yang berbentuk
akibat simbiosis antara akar tanaman kacang tanah dengan bakteri Rhizobium.
Kemampuan tersebut membuat kacang tanah sering ditanami menggunakan sistem
tumpang sari, rotasi tanaman, ataupun sistem polikultur lainnya. Selain itu, kacang
tanah juga sering digunakan sebagai tanaman penutup tanaman perkebunan maupun
hortikultura karena pertumbuhannya merambat dengan cepat dipermukaan tanah.
Pada pertanaman tumpangsari sebagai salah satu usaha intensifikasi yang
memanfatakan ruang dan waktu, banyak dilakukan terutama pada pertanian lahan
sempit, lahan kering atau lahan tadah hujan.

Menurut Yodha (2007), Menyatakan maksud pola tanam adalah rangkaian


tanaman yang ditanam pada sebidang lahan selama kurun waktu tertentu, biasanya
satu tahun. Di dalam pola tanam terkandung unsur-unsur yang kompleks, mulai dari
pemilihan jenis-jenis tanaman, cara bertanam, cara panen, serta apakah hasil yang
diperoleh memiliki nilai pasar atau tidak. Keuntungan pola tanam, dapat diperoleh
dengan menggunakan pola tanam yang tepat, keuntungan tersebut antara lain dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya yang ada. Intensitas penggunaan
lahan meningkat, dengan memanfaatkan sumberdaya lahan dan waktu lebih efesien,

1
meningkatkan pula produktivitas lahan (Raharja, 2005). Dalam pola tanam terbagi
menjadi dua yaitu monokultur dan polikultur yang biasanya di digunakan oleh
petani.

Monokultur merupakan pertanaman tunggal atau salah satu cara budidaya di


lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Monokultur
menjadikan penggunaan lahan efesien karena memungkinkan perawatan dan
pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga
kerja karena wajah lahan menajdi seragam. Kelemahan dari monokultur adalah
keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme penggangu tanaman
(OPT, seperti hama dan penyakit tanaman), pola tanam monokultur memiliki
pertumbuhan dan hasil yang lebih besar dari pada polan tanam lainya. Hal ini di
sebabkan karena tidak adanya persaingan antar tanaman dalam memperebutkan
unsur hara maupun sinar matahari. Sedangakan kelemahan dari pola tanam ini
adalah tanaman relative mudah terserang hama maupun penyakit (Setjanata, 1983).

Polikultur berasal dari kata poly dan culture. Poly berarti banyak dan culture
berarti pengolahan. Jadi, pola tanam polikultur adalah penanaman lebih dari satu
jenis tanaman pada suatu lahan pertanian dalam waktu satu tahun. Polikutur
merupakan model pertanian yang lebih baik dan melestarikan keanekaragaman
hayati yang di maksud tidak hanya dari segi flora (tumbuhan) tetapi juga fauna yang
ada (Sabirin, 2010). Tanaman polikultur terbagi menjadi beberapa bagian yaitu,
tumpangsari, tumpang gilir, tanaman sisipan, tanaman campuran, tanaman bergilir.
Tumpangsari merupakan penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang
bersamaan atau selama periode tanaman pada satu tempat yang sama. Keuntungan
dari tumpangsari yaitu, pemanfaatan lahan kosong di sela-sela tanaman pokok,
peningkatan produksi total persatuan luas karena beberapa faktor lingkungan yang
mempunyai pengaruh diantaranya ketersedian air, kesuburan tanah, sinar matahari
dan hama penyakit (Warsana 2009).

Pola tumpangsari adalah waktu tanam, karena waktu tanam berhubungan


dengan pertumbuhan vegetative yang lebih cepat dan dominan menguasai ruang
maka akan lebih mampu berkompetisi dalam memperebutkan air, unsur hara dan
cahaya dibandingkan dengan pertumbuhan vegetatifnya yang lambat, akhrinya

2
mempengaruhi produksi. Dalam sistem tumpangsari waktu tanam juga mempunyai
peranan yang penting terutama pada tanaman yang peka terhadap naungan
tumpangsari antara timun dan kacang tanah sering berakibat ternaungi kacang tanah
dan timun. Untuk mengurangi pengaruh tersebut, waktu tanam timun dan kacang
tanah harus diatur agar pada periode kritis dari suatu pertumbuhan terhadap
persangian dapat ditekan (Marthiana, dkk, 1982). Pengaturan waktu tanam akan
berpengaruh terhadap hasil tanaman. Tujuan pengaturan tanaman pada dasarnya
untuk mengurangi persaingan antara tanaman yang ditumpangsarikan terhadap
waktu tumbuh (Sektiwi dkk., 2013). Pengaturan waktu tanam yang dimaksud yakni
pengaturan waktu tanam antara mentimun dan kacang tanah seperti penanaman
mentimun yang dilakukan lebih lambat dari tanaman lain yang ditumpangsarikan
seperti kacang tanah. Hal tersebut dikarenakan tanaman mentimun yang memiliki
morfologi tanaman yang lebih tinggi dan daunnya yang berseling berbentuk bulat
sehingga cenderung dapat menaungi tanaman lain dibawahnya.

Mentimun merupakan keluarga Cucurbitacea yang berasal dari Asia Utara


dan terkenal diseluruh dunia. Tanaman ini termasuk dalam kategori tanaman
semusim yang tumbuh dengan cara menjalar dan dapat ditanam pada dataran rendah
ataupun tinggi dengan ketinggian berkisar 0-1000 m diatas permukaan laut
(Sabaruddin, dkk, 2012). Mentimun memiliki khasiat untuk mengobati sariawan,
batu ginjal, hipertensi dan perawatan wajah. Kandungan nutrisi per 100 g mentimun
dari 15 kalori, 0,8 g protein, 3 g karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg zat besi
(Gustianty, 2016). Kandungan kalori yang rendah pada mentimun serta air yang
melimpah pada buahnya menjadikan mentimun kaya sumber vitamin C dan
flavonoid yang berfungsi sebagai antioksida (Erhadestria, dkk 2016). Banyaknya
manfaat dari mentimun juga menyebabkan sayur ini menjadi salah satu sayuran
yang disukai oleh masyarakat. Tingginya antusias atau kebutuhan masyarakat akan
mentimun berbanding balik dengan produksi mentimun yang terhitung masih cukup
rendah. Produktivitas mentimun di Indonesia berdasarkan data BPS (2017) sebesar
10,67 ton/ha padahal potensi produktivitas tanaman mentimun disebabkan oleh
beberapa alasan yaitu faktor iklim dan teknik bercocok tanam seperti pengolahan
tanah, pemupukan dan pengairan. Berdasarkan latar belakang diatas maka
penelitian ini dilakukan untuk mengkaji dan menganalisis Pengaruh waktu tanam

3
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun yang di tumpangsarikan
dengan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L).

1.2 Rumusan Masalah

Apakah waktu tanam dan tumpangsari dapat mempengaruhi pertumbuhan


dan hasil tanam mentimun?.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui waktu tanam yang tepat agar diperoleh hasil mentimun
yang optimal pada sistem tumpangsari dengan tanaman kacang tanah.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menambah penegtahuan tentang pengaruh waktu tanam dan tumpangsari


terhadap tanaman mentimun.
2. Sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai kajian penggunaan pengaruh waktu tanam terhadap
pertumbuhan dan hasil tanam mentimun yang di tumpangsarikan dengan
tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L).

4
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L)

2.1.1 Klasifikasi Mentimun (Cucumis sativus L)

Mentimun (Cucumis sativus L) merupakan tanaman semusim yang bersifat


menjalar atau merambat dengan perantara alat pemegang yang berbentuk spiral.
Tanaman mentimun berasal dari bagian Utara India, yakni lereng Gunung
Himalaya, yang kemudia berkembang ke wilayah Mediteran. Di kawasan Asia
khususnya Indonesia, mentimun baru di kenal sekitar dua abad sebelum masehi.
Dijawa dan Sumatera, mentimun banyak ditanam didataran rendah (Sumadi, 2002).
Mentimun dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1.000
meter diatas permukaan laut (dpl). Mentimun tumbuh sangat baik di lingkungan
dengan kisaran suhu udara 18-30 oC dan kelembaban udara relatif 50-85% (Wijoyo,
2012). Mentimun diklasifikasikan sebagai tanaman berumah satu, dimana bunga
jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman. Pada dasarnya tanaman mentimun
berbuah sempurna (hermaphrodite), tetapi pada perkembangan evolusinya salah
satu jenis kelaminnya mengalami degenerasi, sehingga tinggal salah satu jenis
kelaminnya yang berkembang menjadi bunga secara normal.

Menurut Wijoyo (2012), tanaman mentimun dalam taksonomi tanaman, dapat


diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivision : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Cucurbitales Gambar 2.1 Mentimun (Cucumis sativus L)

Family : Cucurbitaceae

Genus : Cucumis

Spesies : Cucumis sativus L

5
2.1.2 Morfologi Mentimun (Cucumis sativus L)

Mentimun merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar, tanaman


tersebut menjalar atau memanjat dengan menggunakan alat panjat yang berbentuk
sulur berbentuk spiral yang keluar di sisi tangkai daun. Sulur mentimun adalah
batang yang termodifikasi dan ujungnya peka sentuhan. Bila menyentuh galah
misalnya, sulur akan mulai melingkarinya, dalam 14 jam sulur itu telah melekat
kuat pada gala itu. Kira- kira sehari setelah sentuhan pertama sulur mulai bergelung,
atau menggulung dari bagaian ujung maupun pangkal sulur (Sunarjono, 2007).

Batang mentimun bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaran


pemegang yang berebentuk pilin (spiral). Batangnya basa, berbulu serta berbuku-
buku. Panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 50-250 cm, bercabang dan
bersulur yang tumbuh disisi tangkai daun. Daunya merupakan daun tunggal,
letaknya berseling, bertangai panjang dan berwarna hijau. Bentuknya bulat lebar,
bersegi mirip jantung dan bagian ujung daunya meruncing serta tepi daun bergerigi.
Panjangnya 7-18 cm, lebar 7-15 cm, daun ini tumbuh berselang-seling keluar dari
buku-buku (ruas) batang (Wijoyo, 2012).

2.1.3 Teknik Budidaya Mentimun

A. Pengolahan lahan
Setelah lahan dan tanah sudah dalam kondisi gembur, maka langkah
selanjutnya adalah membuat bedengan. Buatlah bedengan diatas lahan dengan
ukuran lebar 1 meter dan tinggi kira-kira 20-30 cm. lalu, buatlah jarak antara
bedengan yang menyesuaikan dengan ukuran lahan yang dipakai. Setelah itu
membuat selokan diantara bedengan yang berfungsi untuk sistem drainase.
B. Menyemai Benih Mentimun
Untuk penanaman ini bisa dilakukan dengan dua cara, yakni dilakukan
penyamaian terlebuh dahulu atau ditanam secara langsung. Untuk cara yang
pertama bisa dilakukan dengan penyamaiannya pada polybag kecil. Isilah polybag
kecil menggunakan pupuk kandang yang sudah halus. Kemudian masukan satu
persatu benih mentimun pada polybag setelah selesai letakan pada tempat yang
mendapat penyinaran yang cukup. Lakukan penyiraman secara teratur setiap pagi
dan sore. Benih akan mulai tumbuh setelah 2 hari benih akan mulai tumbuh.

6
C. Proses Penanaman Benih mentimun
Bila sudah bisa ditanam ketika berumur 19 hari. Caranya bukalah polybag dan
pindahkan tanah beserta benihnya kedalam lubang yang telah dibuat. Lakukan
penyiraman setelah bibit pada pagi atau sore hari untuk menjaga kelembabanya.
Tanamlah bibit pada pagi atau sore hari untuk meminimalkan kelayuan pada
tanaman. Untuk cara menanam timun kedua bisa dilakukan menanam secara
langsung benih pada lubang yang telah disiapkan. Masukkan satu atau dua benih
mentimun pada lubang kemudian tutup kembali menggunakan tanah. Ketika 2-3
hari tanaman mentimun akan tumbuh dan pasang lanjaran pada tanaman.
Mengingat bahwa timun merupakan tanaman yang merambat, agar tidak merambat
kemana-mana akan lebih baik jika disediahkan media perambatan seperti lanjaran.
D. Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman mentimun juga sering mendapat serangan hama dan penyakit.
Pengolahan dan pemeliharan tanaman harus di lakukan dengan baik dan benar.
Beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang adalah gulma, kepik hijau,
karat daun, bercak daun, dan hama pengerat. Hama dan penyakit bisa dikendalikan
dengan menggunakan pastisida hayati atau juga bisa dilakukan pengambilan secara
manual pada hama kepik.
E. Proses Pemanenan Tanaman Mentimun
Tanaman mentimun bisa dipanen jika sudah berumur 75 hari setelah tanam.
Panen dilakukan secara berkala setiap harinya dengan memetik buahnya yang
sudah siap dipetik. Setelah dipetik buah mentimun harus segera dimasukkan
kedalam karung jaring untuk menghindari keruskan mengingat buah ini memiliki
kulit yang mudah tergores dan gampang pecah. Letakkan mentimun dalam suhu
yang sejuk untuk menghindari penguapan cairan dalam buah. Pemetikan dan
penempatan buah mentimun yang benar dan baik bisa membuat tanaman lebih baik
dan berkualitas.

7
2.2 Syarat Tumbuh Mentimun

2.2.1 Tanah dan Ketinggian Tempat

Pada dasarnya mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi di hampir semua jenis
tanah. Tanah mineral yang berstruktur ringan sampai pada tanah yang berstruktur
liat berat dan juga pada tanah organic seperti tanah gambut dapat diusahakan
sebagai lahan penanaman mentimun (Sumpena dkk, 2008). Kemasaman tanah yang
optimal untuk mentimun antara 5, 5-6,5. Tanah yang banyak mengandung air,
terutama pada waktu berbunga merupakan jenis tanah yang baik untuk penanaman
mentimun (Sumpena dkk, 2008).

2.2.2 Iklim

Pemilihan tempat dengan iklim yang sesuai untuk pertumbuhan merupakan


salah satu faktor yang mendukung keberhasilanya. Faktor-faktor iklim yang
berpengaruh pada pertumbuhan mentimun yaitu :

1) Suhu tanaman mentimun untuk tumbuh dengan baik memerlukan suhu


tanah antara 18-30o C. Dengan suhu dibawah atau di atas kisaran tersebut,
petumbuhan tanaman mentimun kurang optimal. Namun untuk
perkecambahan biji, suhu optimal yang dibutuhkan antara 25-35o C
(Sumpena dkk, 2008).
2) Cahaya merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman mentimun. Penyerapan unsur hara akan berlangsung dengan
optimal jika pencahayan berlangsung antara 8-12 jam/ hari (Sumpena dkk,
2008).
3) Kelembaban dan Curah hujan, kelembaban relatif udara yang dikehendaki
oleh tanaman mentimun untuk pertumbuhannya antara 50-85%.
Sementara curah hujan optimal yang diinginkan tanaman sayur untuk
pertumbuhan tanaman ini, telebih pada saat mulai berbuga karena curah
hujan yang tinggi akan banyak menggugurkan bunga (Sumpena dkk,
2008).

8
2.3 Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polong-polongan


atau leguminase. Tanaman ini merupakan herba monocious, menjalar sampai tegak
dengan tinggi berkisar antara 15 - 70 cm. Batang utama berasal dari epikotil yang
berisi keping biji di kedua sisi pada dua buku pertama. Percabangan dimorfik
dengan cabang-cabang vegetatif dan cabang-cabang reproduktif yang memendek.
Semua cabang vegetatif mempunyai daun sisik yang disebut katafil dan letaknya
berhadapan dengan buku kedua dari cabang itu. Cabang-cabang vegetatif sekunder
atau tersier akan muncul dari cabang-cabang vegetatif primer. Daun-daun yang
berada pada batang utama tersusun spiral dengan filotaksis 2/5, daun-daun tersebut
akan beranak daun-daun empat helai (tetrafoliet) terdiri atas dua pasang yang saling
berhadapan, berbentuk bulat telur terbalik (Irfanda dkk., 2010). Mempunyai akar-
akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat penghisap. Kacang tanah
memiliki akar serabut yang tumbuh ke bawah sepanjang ± 20 cm. Selain itu,
tanaman ini memiliki akar-akar lateral (cabang) yang tumbuh ke samping sepanjang
5-25 cm. Pada akar lateral terdapat akar serabut, fungsinya untuk menghisap air dan
unsur hara. Pada akar lateral terdapat bintil akar (nodule) yang bersimbiosis dengan
bakteri Rhizobium, sehingga dapat mengikat N bebas dari udara (Irwanto, 2011).

Bunga kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian bawah yang
berumur antara 4-5 minggu dan berlangsung hingga umur 80 hari setelah tanam.
Bunga berbentuk kupu-kupu (papilionaceus), berukuran kecil dan terdiri atas lima
daun tajuk. Dua di antara daun tajuk tersebut bersatu seperti perahu. Disebelah atas
terdapat sehelai daun tajuk yang paling lebar yang dinamakan bendera (vexillum),
sementara di kanan dan kiri terdapat dua tajuk daun yang disebut sayap (ala). Setiap
bunga bertangkai berwarna putih. Tangkai bunga adalah sebenarnya tabung
kelopak. Mahkota bunga berwarna kuning atau kuning kemerah-merahan. Bendera
dari mahkota bunga bergaris-garis merah pada pangkalnya (Pitojo, 2009).

9
Klasifikasi tanaman kacang tanah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Leguminales Gambar 2.2. Kacang Tanah (A rachis hypogeal L)

Famili : Papilionaeae

Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogeal L

2.3.1 Morfologi Kacang Tanah

A. Akar
Kacang tanah mempunyai akar tunggang, namun akar primernya tidak
tumbuh secara dominan. Yang berkembang adalah perakaran serabut, yang
merupakan akar sekunder. Akar kacang tanah akan tumbuh sedalam 40 cm. Akar
tanaman kacang tanah bersimbiosis dengan bakteri Rhizombium radiicola. Bakteri
ini terdapat pada bintil-bintil (nadula-nadula) akar tanaman kacang dan hidup
bersimbiosis saling menguntungkan. Keragaman terlihat pada ukuran, jumlah dan
sebaran bintil. Jumlah bintil beragam dari sedikit sehingga banyak dari ukuran kecil
hingga besar, dan terdistribusi dari sedikit sehingga banyak dari ukuran kecil hingga
besar, dan terdistribusi pada akar utama atau akar lateral. Sebagain besar aksesi
memiliki bintil akar dengan ukuran sedang dan menyebar pada akar lateral
(Trustinah, 2015).
B. Batang
Batang kacang tanah termasuk jenis perdu, tidak berkayu. Tipe percabangan
pada kacang tanah ada empat, yaitu berseling (alternate), tidak beraturan dengan
bunga pada batang utama, sequensial dan tidak beraturan tanpa bunga pada batang
utama. Pigmen antosianin pada batang kacang tanah memberikan warna berbeda
pada tanaman sehingga apat digolongkan menjadi dua, yaitu warna merah dan

10
warna ungu. Batang utama yaitu memiliki sedikit bulu dan ada juga yang memiliki
banyak bulu (Trustinah, 2015).
C. Daun
Daun kacang tanah benbentuk lonjong, terletak berpasangan (majemuk), dan
bersirip genap. Tiap tangkai daun terdiri atas empat helai anak daun. Daun mudah
berwarna hijau kekuning-kuningan, setelah tua menjadi hijau tua. Helaian daun
terdiri dari empat anak daun dengan tangkai daun agak memanjang (Ardisarwanto,
T., Widyastuti, E.S., 2007)

2.3.2 Teknik Budidaya Kacang Tanah

A. Proses Penggemburan tanah


Saat sebelum melakukan prose tanam kacang tanah, melakukan proses
penggemburan tanah dengan cara mencangkul atau dibajak. Saat musim hujan,
apaabila lahan mudah tergenang sebaiknya buatlah saluran drainase yang baik atau
buat bedengan agar drainase lancar dengan lebar 80-100 cm dengan tinggi sekitar
20-30 cm.
B. Berikan Dolomit pada Tanah
Kemudian berikan dolomit atau kapur pertanian sebanyak 1-2 ton per hektar
dengan cara menaburkan tipis diatas tanah dan diamkan selama 5 hari. Dengan di
lakukan penamabahan kapur bisa meminimalisisr terjadi kemasaman tanah yang
mengakibatkan daun kacang kurang sehat (kuning).
C. Berikan Pupuk Kandang
Taburkan pupuk kandang yang telah matang sebagai tambahan pupuk untuk
kacang tanah sebanyak 10 ton per hektar.
D. Pemilihan Benih dan Proses tanam
Gunakan benih kacang tanah yang unggul dan dihasilkan dari kacang tanah
tua, kira-kira 100 hari. Ciri-ciri benih kacang tanah sehat yaitu, benih berwarna
coklat kehitaman dan tidak ditemukan selaput pada bagian dalam cangkang saat
dibuka. Agar menajdi bibti kacang tanah yang baik pada saat ditanam, sebaiknya
penyimpanan benih kacang tanah maksimal hanya 3-6 bulan.
E. Lakukan Perendaman Benih Kacang Tanah
Setelah memilih benih yang berkualitas baik, lakukan perendaman benih
sebelum ditanam. Pada bedengan yang telah disiapkan, buatlah lubang tanam

11
dengan kedalaman 3 cm dan tanam benih kacang tanah dengan jarak tanam antara
40 x 10 cm dengan jumlah 1-2 benih per lubang tanam.
F. Proses Perawatan
Salah satu cara kunci dalam cara menanam kacang tanah adalah teknik
perawatan yang tepat. Perawatan kacang tanah dimulai saat tanaman kacang tanah
berumur 4-7 hari setelah tanam. Apabila umur 7 hari terlihat ada tanaman yang
tidak tumbuh atau pertumbuhan tidak normal segera cabut dan tanam ulang dengan
benih yang baru. Budidaya kacang tanah dilakukan saat musim kemarau, lakukan
terus penyiraman pada saat pagi dan sore hari agar benih cepat tumbuh seragam.
G. Pemupukan Kacang Tanah.
Pemupukan menggunakan pupuk kacang tanah dengan memperbanyak
menggunakan pupuk organic. Setelah tanaman kacang bisa tumbuh serempak,
berikan juga pupuk tambahan yang mengandung unsur phosphor (P). Pada masa
pembuahan tanaman kacang tanah, agar pupuk terserap sempurna lakukan
pembumbunan dan penyiangan untuk menghilangkan gulma dan memaksimalkan
pembentukan polong kacang.
H. Panen Kcang Tanah
Umut panen kacang tanah sangat tergantung pada varietas benih yang di
tanam. Tanaman kacang tanah dapat dipanen saat umur 3 bulan untuk varietas benih
unggul dan mencapai umur 4 bulan untuk varietas benih yang kurang bagus.

2.3.3 Syarat Tumbuh Kacang Tanah

1. Tanah
Kondisi tanah mutlak diperlukan adalah tanah yang gembur. Kondisi tanah
yang gembur akan memberikan kemudahan bagi tanaman kacang terutama dalam
hal perkecambahan biji, kuncup buah (ginofora) menembus tanah, dan
pembentukan polong yang baik (Kanisius, 1989). Derajat keasaman tanah yang
sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah pH antara 6,0-6,5 (Prihatman, 2000).
Dituntut adanya unsur- unsur hara dalam jumlah yang cukup dan dapat mendukung
pertumbuhan kacang tanah, antara lain P, Ca, dan K.
2. Iklim
Curah hujan yang untuk pertumbuhan kacang tanah antara 800-1.300 mm/
tahun. Suhu udara sekitar 28-32o C. Bila suhunya di bawah 10 o C, pertumbuhan

12
tanaman akan terhambat, bahkan kerdil. Kelembaban udara berkisar 65-75%.
Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama untuk kesuburan daun. Pada
waktu berbunga tanaman kacang tanah menghendaki keadaan yang lebab dan
cukup udara (Kanisius, 1989).
3. Ketinggian Tempat
Di Indonesia pada umumnya kacang tanah ditanam di daerah dataran rendah
dengan ketinggian maksimal 1000 m dpl. Daerah yang paling cocok untuk tanaman
kacang tanah adalah daerah dataran dengan ketinggian 0-500 m dpl (Kanisius,
1989).

2.4 Tumpang Sari (Multiple cropping)

Tumpangsari merupakan pola pertanaman ganda (Multiple cropping) dapat


diartikan menanam lebih dari satu atau tanaman pada lahan yang sama dalam kurun
waktu bersamaan. Menurut Andrews and Kassam (1976). Salah satu Multiple
cropping yang digunakan adalah pola tumpangsari. Pola tumpangsari yaitu pola
penanaman dua jenis tanaman atau lebih secara bersamahan pada lahan yang sama.
Tahir (1985).
Sistem tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki pada
pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tanaman tumpangsari
yang pertama adalah meningkatkan efisiensi atau tenaga kerja, pemanfaatan lahan,
maupun penyerapan sinar matahari, yang kedua populasi tanaman dapat diatur
sesuai kebutuhan, ketiga dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas dan yang terakhir tetap memperoleh peluang hasil dari produksi yang
lebih dari satu komoditas.

2.5 Peranan Unsur Hara Bagi Tanaman

Pupuk adalah suatu bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk


menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Nurhayati dkk.,
1986). Leiwakabessy (1988) menyatakan pemupukan bertujuan untuk
meningkatkan tersedianya unsur hara di dalam tanah.

13
2.5.1 Pupuk NPK

pemberian pupuk NPK akan meningkatkan pertumbuhan tanaman menjadi


maksimal. Pupuk NPK yang diberikan akan menambah asupan hara lebih cepat
sehingga laju pertumbuhan tanaman menjadi baik. Menurut Sutedjo (2002) untuk
pertumbuhan vegetatif tanaman sangat memerlukan unsur hara seperti N, P dan K
serta unsur lainnya dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Menurut Naibaho
(2003) keuntungan lain dari pupuk NPK adalah bahwa unsur hara yang dikandung
telah lengkap sehingga tidak perlu menyediakan atau mencampurkan berbagai
pupuk tunggal lainnya. Dosis anjuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan persentase 50% (150 kg/ha = 30 g/petak)

2.5.2 Pupuk Organik

Pupuk organik dapat digunakan sebagai pupuk dasar dalam pertanaman


tumpang sari, contohnya adalah penggunaan kotoran ayam. Penggunaan bahan
organik kotoran ayam sebagai pupuk dasar mempunyai beberapa keuntungan antara
lain sebagai pemasok hara tanah dan meningkatkan retensi air. Sifat fisik tanah yang
juga ikut diperbaiki antara lain: struktur tanah menjadi gembur dan warna.
Pengaruh pupuk kandang ayam terhadap sifat tanah yaitu dapat meningkatkan
KTK, kenaikan daya serap tanah terhadap air dan terhadap sifat biologi dapat
menaikkan kondisi kehidupan jasad renik di dalam tanah (Raihan, 2001). Ishak dkk.
2013 menyatakan bahwa semakin banyak pupuk kandang ayam diberikan maka
akan semakin banyak pula jasad renik yang melakukan proses pembusukan,
sehingga akan tercipta tanah yang kaya zat hara. Dosis anjuran penggunaan pupuk
organik adalah 15 ton/ha = 9 kg/petak.

2.5.3 Phosfor (P)

Phospor disebut sebagai unsur hara terpenting bagi tanaman karena unsur ini
terlibat langsung dalam proses fotosentesis. Unsur P adalah hara kedua setelah
nitrogen dalam frekuensi atau kegunaannya sebagai pupuk. Keperluan P kadang-
kadang lebih kritik dari pada N pada tanah-tanah tertentu. Nitrogen dapat ditambat
oleh mikroba dari udara, tetapi unsur P hanya berasal dari batuan. Tanpa kecukupan
P berbagai proses di dalam tanaman akan terhambat sehingga pertumbuhan dan

14
perkembangan tanaman tidak berlangsung secara optimal (BPP, 1991). Phospor (P)
berperan dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, sebagai bahan
dasar (ATP dan ADP), membantu asimilasi dan respirasi, mempercepat proses
pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah (Marsono dan Sigit,
2001).
Parker (2004) menambahkan phospor berperan dalam menstimulasi
pertumbuhan akar, membantu pembentukan benih, berperan dalam proses
fotosintesis dan respirasi. Kekurangan unsur phospor akan menyebabkan warna
keunguan pada daun dan batang serta bintik hitam pada daun dan buah Parker
(2004). `Menurut Tan (1996) phosfor merupakan hara tanaman esensial dan diambil
oleh tanaman dalam bentuk ion anorganik: H2PO4 dan HPO4 2-. Phosfor
diperlukan dalam perkembangan akar, untuk mempertahankan vigor tanaman,
untuk pembentukan benih, dan pengontrolan kematangan tanaman. Phosfor juga
merupakan komponen esensial ADP (Adenosine Di Phospate) dan ATP (Adenosine
The Phospate), yang bersama-sama memerankan bagian penting dalam fotosintesis
dan peyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman. Phosfor juga
merupakan bagian esensial dari asam nukleat (DNA dan RNA).

2.5.4 Kalium (K)

Kalium berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat,


memperkuat jaringan tanaman, berperan membentuk antibodi tanaman terhadap
penyakit serta kekeringan (Marsono dan Sigit, 2001). Kalium tidak disintesis
menjadi senyawa organik oleh tumbuhan, sehingga unsur ini tetap sebagai ion di
dalam tumbuhan. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang
esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim yang
terlibat dalam sintesis protein dan pati. Kalium juga merupakan ion yang berperan
dalam mengatur potensi osmotik sel, dengan demikian akan berperan dalam
mengatur tekanan turgor sel. Berkaitan dengan pengaturan turgor sel ini, peran yang
penting dalam proses membuka dan menutupnya stomata (Lakitan, 2004).

Tanaman yang kekurangan kalium akan lebih peka terhadap penyakit dan
kualitas produksi biasanya rendah, baik daun, buah maupun biji seperti pada kedelai
(Leiwakabessy dan Sutandi, 1998). Kebutuhan tanaman akan unsur K dapat

15
diperoleh dari pemupukan. Salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl
(Marsono dan Sigit, 2001). Upaya pemupukan kalium harus memperhatikan asas
efektifitas karena selain mudah larut dan tercuci bersama air perlokasi, unsur
kalium juga mudah terikat dalam tanah. Efektivitas pemupukan kalium dapat
dicapai antara lain dengan memperhatikan waktu dan cara pemupukan yang tepat.
Pemberian pupuk kalium secara bertahap diperlukan untuk mencegah penyerapan
berlebihan oleh tanaman "luxury Consumption". Pada tanah yang cukup
mengandung kalium, pemberian pupuk kalium dapat dikurangi. Dibandingkan
tanaman pangan, tanaman perkebunan dan industri lebih banyak menggunakan
pupuk kalium anorganik (Runhayat, 1995).

2.6 Kerangka Pemikiran

Tanaman mentimun

Tumpang sari Tanaman kacang


tanah

TO : Mentimun
ditanam bersamaan
kacang tanah. Waktu tanam
Mentimun ditanam 2
MST kacang tanah
Mentimun ditanam 4
MST kacang tanah
Monokultur mentimun
Monokultur kacang
tanah

JT : 75 cm x 25 cm

Pengaru pertumbuhan
dan hasil tanaman
mentimun

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

16
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April- Juni 2023, di lahan
Fakultas Pertanian Universitas Borneo Tarakan.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benih mentimun,
kacang tanah, pupuk kandang (kotoran ayam), pupuk NPK, furadan serta
insektisida sistemik Regent (fipronil 5 g/l). Alat yang akan digunakan meliputi alat
budidaya tanaman seperti, cangkul dan sube, alat ukur seperti mistar dan meteran,
alat tulis dan alat timbang.

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)


satu faktor perlakuan yaitu tumpang sari kacang tanah yang terdiri dari 5 taraf
perlakuan dan ulangan sebanyak 5 sehingga terdapat 25 petak satuan percobaan,
dengan pengelompokan berdasarkan sumber air. Adapun perlakuan yang dicobakan
adalah waktu tanam sistem tumpangsari (TS) yaitu sebagai berikut :

TS0 = Mentimun ditanam bersamaan kacang tanah


TS1 = Mentimun ditanam 2 MST kacang tanah
TS2 = Mentimun ditanam 4 MST kacang tanah
TS3 = Monokultur Mentimun
TS4 = Monokultur Kacang tanah

Berdasarkan taraf perlakuan diperoleh 5 perlakuan dan diulang sebanyak 5


kali, maka didapat 25 unit percobaan dengan jumlah sampel 3 tanaman. Tanaman
percobaan secara keseluruhan berjumlah 125.

17
Tabel 1. Layout Penelitian

Ulangan
Perlakuan
1 2 3 4 5
TS0 TS0 TS0 TS0 TS0
TS1 TS1 TS1 TS1 TS1
TS3 TS2 TS2 TS2 TS2 TS2
TS3 TS3 TS3 TS3 TS3
TS4 TS4 TS4 TS4 TS4
TS0 TS0 TS0 TS0 TS0
TS1 TS1 TS1 TS1 TS1
TS2 TS2 TS2 TS2 TS2 TS2
TS3 TS3 TS3 TS3 TS3
TS4 TS4 TS4 TS4 TS4
TS0 TS0 TS0 TS0 TS0
TS1 TS1 TS1 TS1 TS1
TS0 TS2 TS2 TS2 TS2 TS2
TS3 TS3 TS3 TS3 TS3
TS4 TS4 TS4 TS4 TS4
TS0 TS0 TS0 TS0 TS0
TS1 TS1 TS1 TS1 TS1
TS4 TS2 TS2 TS2 TS2 TS2
TS3 TS3 TS3 TS3 TS3
TS4 TS4 TS4 TS4 TS4
TS0 TS0 TS0 TS0 TS0
TS1 TS1 TS1 TS1 TS1
TS1 TS2 TS2 TS2 TS2 TS2
TS3 TS3 TS3 TS3 TS3
TS4 TS4 TS4 TS4 TS4

18
3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Alat dan Bahan

Dilakukan pembelian alat dan pembersihan alat, pengumpulan sampel


penelitian dengan cara pengambilan langsung dilapangan. Kriteria tanaman
mentimun dan kacang tanah yang dijadikan sampel pada penelitian ini yaitu
tanaman yang ada di Kota Tarakan, kemudian merupakan tanaman yang sehat
dalam hal ini yang tidak terserang organisme penggangu.

3.4.2 Persiapan Lahan

Lahan yang akan digunakan dalam penelitian ini perlu dibersikan terlebih
dahulu. Selanjutnya dicangkul agar tanah menjadi gembur. Setelah itu dibuat
petakan dengan ukuran 4 m x 4 m = 16 m2 sebanyak 25 petakan dan dibagi menjadi
5 kelompok. Masing- masing petak dibuat guludan dengan lebar guludan 40 cm dan
jarak antar guludan sebesar 30 cm sehingga terdapat 5 guludan pada masing-
masing petak percobaan penanaman. Mentimun ditanam di sebelah kiri di antara
barisan tanaman kacang tanah dalam guludan serta jarak tanam 75 cm x 25 cm
dengan jumlah dua benih per lubang penanaman dilakukan sesuai dengan perlakuan
masing- masing. Kacang tanah ditanam pada tengah guludan. Jarak kacang tanah
75 cm x 25 cm dengan jumlah dua benih per lubang tanam.

3.4.3 Pemupukan Mentimun dan Kacang tanah

Pemupukan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali seminggu setelah


tanam untuk 1/3 dosis NPK dengan cara ditugal. Pemupukan kedua pada 7 MST
yaitu 1/3 dosis NPK dengan cara dialur. Pemupukan ketiga dilakukan pada 12 MST
yaitu 1/3 NPK dengan cara ditugal.

3.4.4 Pemeliharaan Mentimun dan Kacang tanah

Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penyiangan, serta pengendalian


hama penyakit. Penyulaman mentimun dilakukan pada umur 1 MST sedangkan
kacang tanah pada 2 MST. Pengeprasan guludan dilakukan pada 6 MST dengan
memotong secara vertikal kedua sisi guludan agar tanah menjadi gembur sehingga
meransang akar-akar kacang tanah agar dapat tumbuh dengan baik sekaligus

19
sebagai upaya pengendalian gulma. Pada 7 MST bersamaan dengan aplikasi pupuk
kedua tanah hasil penurunan guludan diangkat ke atas untuk menutup pupuk setelah
diaplikasikan. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang
terdapat pada lahan terutama dilakukan saat menjelang pemupukan. Pengendalian
hama penyakit dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan insektisida di
berikan sebanyak 2 minggu sekali.

3.4.5 Panen Mentimun dan Kacang tanah

Dalam penelitian ini panen kacang tanah di lakukan lebih awal pada saat 17
MST karena alasan keamanan. Panen kacang dilakukan dengan mecabut tanaman
kacang tanah dengan hati-hati. Panen mentimun dilakukan berdasarkan perlakuan
masing- masing. Monokultur dipanen pada 10 MST sedangkan mentimun yang
ditanam bersamaan dan 2 MST setelah kacang tanah di panen pada saat 12 MST.
Panen mentimun di lakukan dengan memetik semua buah mentimun yang layak
dipanen.

3.5 Parameter Pengamatan

3.5.1 Pengamatan selama pertumbuhan

1. Pengamatan selama pertumbuhan mentimun, jumlah daun (helai),


dihitung semua daun yang telah terbuka sempurna.
2. pengamatan jumlah ruas, dihitung semua rusa yang terbentuk.
Pengamatan dilakukan setelah 2,4,6 dan 8 MST.

3.5.2 Pengamatan produksi

1. Umur berbunga, yakni dengan cara mengamati bunga pertama yang


mucul.
2. Jumlah cabang produktif, yakni dengan cara menghitung jumlah cabang
produktif pada saat panen atau tanaman burumur 56 hari setelah tanaman
(hst).
3. Jumlah buah per tanaman, yakni dengan cara menghitung seluruh buah
yang dihasilkan pada saat panen atau tanaman berumur 56 hari setlah
tanam (hst).

20
4. Panjang buah (cm), diukur rata-rata panjang buah tiap tanaman dan
dilakukan pada saat panen atau tanaman berumur 56 hari setelah tanam
(hst).
5. Berat buah (kg), ditimbang berat seluruh buah tiap tanaman dan
dilakukan pada saat panen atau tanaman berumur 56 hari setelah tanam
(hst).

3.5.3 Pengamatan saat Pasca Panen

a. Panjang buah
b. Lingkar buah
c. Bobot mentimun per tanaman (g/tanaman)
d. Indeks panen (IP) dapat dihitung dengan rumus
Bobot mentimun tanpa berangkasan/petak
IP =
Bobot (mentimun berangkasan + brangkasan total)/ petak

e. Bobot segar buah per petak (kg/petak)


f. Nisba kesetaraan lahan (NKL) untuk mengetahui efesiensi tumpangsari
dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
T1 + T2
NKL =
M1 + M2
Keterangan :

T1 = Hasil tanaman kacang tanah pada pertanaman tumpangsari

T2 = Hasil tanaman mentimun pada pertanaman tumpangsari

M1 = Hasil pertanaman kacang tanah pada pertanaman monokultur

M2 = Hasil pertanaman mentimun pada pertanaman monokultur

3.6 Analisis Data

Dalam penelitian ini data di analisa dengan menggunakan metode deskriptif


kuantitatif dan kualitatif. Masing- masing perlakuan diperoleh 5 perlakuan dan
diulang sebanyak 5 kali, maka didapat 25 unit percobaan dengan jumlah sampel 3
tanaman. Tanaman percobaan secara keseluruhan berjumlah 125. Untuk
mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan digunakan metode analisis ragam

21
(uji f) dan apabila menunjukan perbedaan nyata maka dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan uji BNT pada taraf 5% Model linner ragam RKLT.

22
DAFTAR PUSTAKA

Arsana, IKG. D. 2007. Peningkatan Produksi Kacang- kacangan dan Umbi- umbian
Mendukung Kemandirian Pangan. Pengkajian Shuttle Breeding Kacang
Tanah Lahan Kering Beriklim Kering Dataran Rendah Gerokgak- Buleleng.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Bali. Hal 200-2004
Gustianty, L. R. 2016. Respon Pertumbuhan dan Produksi tanaman mentimun
(Cucumis sativus L) terhadap pupuk seprint dan pemangkasan J. Penelitian
Pertanian BERNAS, 12(2) : 55-64
Irfanda, M, Yusak E.T, Widaystuti, Rizkyarti, M. Hilal, G.E Ayu, dan Sakina. 2010
Laporan Praktikum Dasar-Dasar Agronomi: Tumpangsari antara Jagung
Manis dan Kacang tanah. Bogor : Departemen Aronomi dan Holtikultura
Irwanto. 2011. Waktu dan Jarak Tanam Tanaman Jagung terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Kacang Tanah. Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Ishak,Y,S., M. I. Bahua dam M. Limonu. 2013. Pengaruh Pupuk Organik Kotoran
Ayam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea mays L.) di
Dulomo Utara Kota G orontalo. JAAT 2(1):210-216
Jumin, H.B. 2002. Agronomi. PT. Raja. Grafindo Persada, Jakarta
Khail, M. 2000. Penentuan Waktu Tanam Kacang Tanah Dan Dosis Pupuk Posfat
Terhadap Pertumbuhan. Hasil Kacang Tanah Dan Jagung Dalam Sistem
Tumpangsari. Agrista. Vol 4, no 3 :3 259-265.
Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Leiwakabessy. 1988. Fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 218 hal.
Marsono , P. S. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta
Marsono dan P. Sigit , 2001. Pupuk Akar. Redaksi Argomedia, Jakarta
Marthina, M. Dan J. S. Baharsjah. 1982. Pengaruh Waktu Tanam Kedelai
(Glycinemax) dalam Sistem Tumpangsari Dengan Jagung Terhadap Hasil dan
Komponen Kedua Tanaman. Buletin Agronomi. 13 (1): 34-37.

23
Naibaho, R. 2003. Pengaruh Pupuk Phonska dan Pengapuran Terhadap Unsur Hara
NPK dan pH Beberapa Tanah Hutan. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Nurhayati, Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SS, Saul MR, Diaha MA, Go Ban
Hong, Bailey HH. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerja Sama Ilmu
Tanah. MKS_PTN/USAID (Unibversity of Kentucky) W. U. A. E. Hal 144-
145
Pitojo, S. 2009. Biji Kacang Tanah Edisi 5. Yogyakarta : Kanisius
Prabowo, A. Y., 2007. Teknis Budidaya : Budidaya Jagung. Teknis Budidaya
jagung, html/07/04/2011
Pulungkun , R. Dan A. Budiarti. 2002. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya.
Jakarta. 79 Hal
Purwono dan Hartono, R. 2005. Kacang Hijau. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta
Purwono, M. dan Hartono, R. 2007. Bertanam Jagung Manis. Penebar Swadaya.
Bogor. 68. Hal
Raihan, H. 2001. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan N
dan P Tersedia Tanah Serta Hasil Beberapa Varietas Jagung Dilahan Pasang
Surut Sulfat Masam. Jurnal Agrivita 23(1):13-21.
Rubatzky, V. E dan M. Yamaguchi 1998. Sayuran Dunia 1 Prinsip Produksi dan
Gizi. Terjemahan : Catur Herison. ITB, Bandung 313 hal
Rukmana. 2007. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius. Yogyakarta. Hal : 11-35.
Statistik Konsumsi Nasional 2012
Sabaruddin, L. S. Yadi. L. Karimuna. 2012. Pengaruh Pemangkasan dan pemberian
pupuk Organik terhadap produksi mentimun (Cucumis sativus L). J.
Penelitian Agronomi. 1(2) : 107-114
Sastrahidayat, dan D. S Seomarno. 1991. Budidaya Tanaman Trofika. Usaha
Nasional. Surabaya. 92 hal
Sembiring, M., R. Sipayung, dan F.E. Sitepu. 2014. Pertumbuhan dan Produksi
Kacang Tanah dengan Pemberian Kompas Tandang Kosong Kelapa Sawit
Pada Frekuensi Pembumbuan yang Berbeda. J. Online. Agroteknologi 2(2) :
598-607

24
Sumadi, B. 2002. Teknik Budidaya Mentimun Hibrida. Kanisius. Yogyakarta. 63
hal
Sumpena, U dan Wiguna, G. 2008. Hasil simulasi uji buss dan Identifikasi varietas
contoh tanaman mentimun. Laporan penelitian. Kerjasama BALISTA dengan
DEPTAN.R.I. Pusat perlindungan Varietas Tanaman. 49 h
Sunarjono, H. H. 2007. Bertanam 30 Jenis sayur. Penebar Swadaya. Jakarta
Sutejo, M. 2002. Pupuk dan pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Tahir, 1985. Mempeljari Pembuatan dan Karakteristik Kerupuk dari Tepung Sagu
(Metroxylon Sagu R), Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Ujung Pandang
Thompson, H. C., and W. C. Kelly. 1957. Vegetable Crop. MacGraw-Hill Book Co
Inc. New York. 61 1p
Trustinah. 2015. Morfologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah. Kacang Tanah :
Inovasi Teknologi dan Pengembangan Produk. Malang : Balai Penelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Monograf Balitkabi No. 13-2015. Hal
40-59
Warisno. 2007. Budidaya Jagung Manis Hibrida. Kanisius, Yogyakarta
Warsana. 2009. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kentang. Bul.
Panel. 45(7):9=12
Wijoyo, P. 2012. Budidaya Mentimun Yang Lebih Menguntungkan. Pustaka Argo
Indonesia. Jakarta

25

Anda mungkin juga menyukai