Anda di halaman 1dari 25

i

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR AGROTEKNOLOGI

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN TIMUN KYURI (cucumis


sativus) DI LAHAN DAN SAWI (brassica chinensis var.
Parachinensis)DI MEDIA TANAM DALAM POLIBAG

EKA LUDIA RINI


223010401033
KELOMPOK VB

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023

i
ii

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGROTEKNOLOGI


TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN TIMUN KYURI (cucumis
sativus) DI LAHAN DAN SAWI (brassica chinensis var.
Parachinensis)DI MEDIA TANAM DALAM POLIBAG

Telah diperiksa dan disetujui oleh Asisten Praktikum pada:


Hari : ............................
Tanggal : ............................

ASISTEN PRAKTIKUM

SEKAR PUTRI LESTARI TAMBUN


213020401084

ii
iii

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2.Tujuan Praktikum........................................................................... 2
II. BAHAN DAN METODE
2.1. Waktu dan Tempat ........................................................................ 3
2.2. Alat dan Bahan .............................................................................. 3
2.3. Cara Kerja ..................................................................................... 3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan .......................................................................... 6
3.2. Pembahasan .................................................................................. 8
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan ................................................................................... 17
4.2. Saran ............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
iv

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Tinggi Tanaman Timun Kyuri (Cucumis sativus L.) .................... 6

Tabel 2. Hasil Pengamatan Berat Basah Tanaman Sawi


(Brassica chinensis var. parachinensis) di Polibag .................... 8

iv
v

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Persiapan Media Tanam di Lahan ............................................. 8
Gambar 2. Penanaman di Lahan ................................................................. 9
Gambar 3. Pemeliharaan di Lahan .............................................................. 9
Gambar 4. Pemanen di Lahan ..................................................................... 10
Gambar 5. Indikator Pertumbuhan di Lahan ............................................... 11
Gambar 6. Persiapan Media Tanam di Polibag ........................................... 13
Gambar 7. Penyemaian di Polibag .............................................................. 13
Gambar 8. Penanaman di Polibag ............................................................... 13
Gambar 9. Pemeliharaan di Polibag ............................................................ 14
Gambar 10. Pemanenan di Polibag ............................................................. 15
Gambar 11. Indikator Pertumbuhan di Polibag........................................... 15

v
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat berpengaruh nyata terhadap
kebutuhan pangan, permintaan pangan sesuai dengan peningkatakn pendapatan
masyarakat. Indonesia mempunyai potensi sumber daya alam yang beragam, dan
mempunyai berbagai peluang untuk mencapai kemandirian pangan yang
berkelanjutan. Sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang besar dapat
dimanfaatkan melalui pemanfaatan dan pengembangan pangan sumber karbohidrat
non beras, sumber protein dan gizi mikro di masing-masing daerah dan penepan
teknologi yang pesat dalam berbagai aspek. Produksi, pasca panen dan pengolahan,
distribusi, pemasaran untuk meningkatkan kapasitas produksi pangan,
produktivitas dan efisiensi, sehingga dapat meningkatkan keuntungan agribisnis
pangan, dan dapat memenuhi ketahanan pangan (Lumowa, 2017).
Perubahan lingkungan dan pembangunan ekonomi kearah desentralisasi dan
partisipasi masyarakat, sehingga memudahkan pencapaian ketahanan pangan.
Untuk mencapai ketahanan pangan, maka sub bidang pertanian dan sub bidnag
peternakan harus mengupayakan program jangka pendek, menengah dan panjang,
tentunya dengan memperhitungkan resiko dan dampak akan terjadi perubahan
ekonomi serta dala kecukupan pangan secara nasional. Diupayakan dengan cermat,
agar target kecukupan pangan dapat terpenuhi dengan baik (Maxiselly, 2018).
Kemandirian pangan dengan terkendali, serta dapat memperhatikan sumber daya
alam, dengan didukungan kelembagaan, budaya lokal dengan mengarah kepada
pembangunan ekonomi. Hasil prosuksi pangan dihasilkan oleh petani di setiap
wilayah di Indonesia, petani sebagai ujung tombak kemajuan bangsa, apabila petani
tidak melakukan usahanya dan lahan pertanian yang produktif semakin berkurang,
maka kemajuan bangsa Indonesia akan semaki terprosok, sehingga kemiskinan
pangan akan terjadi lebih banyak (Efendi, 2016).
pendukung utama terlaksananya strategi dalam pencapaian diversifikasi dan
kemandirian pangan diperlukan pula perangkat kebijakan yang memadai, teknologi
dan informasi yang dibutuhkan, difungsikannya lembaga pendukung lainnya
2

seperti penyuluhan dan pemasaran. Sistem ketahanan pangan juga merupakan satu
kesatuan dapat mendukung oleh adanya berbagai input sumberdaya alam,
kelembagaan, budaya, dan teknologi (Sinaga, (2020). Proses hasil dan berjalan
dengan efisien adanya partisipasi masyarakat dan fasilitasi pemerintah atau
lembaga, penyuluh dalam mendukung kebutuhan pangan. Kegiatan diversifikasi
ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan pokok alternatif selain beras,
penurunan konsumsi beras dan peningkatan konsumsi pangan pokok alternatif yang
berimbang dan bergizi serta berbasis pada pangan lokal. tetapi mengubah pola
konsumsi, sehingga masyarakat akan mengonsumsi lebih banyak jenis pangan
dengan gizi yang cukup, berimbang, dan aman (Efendi, 2016).
Sejalan dengan perkembangan semua ilmu pengetahuan ke arah spesialisasi
yang menyempit dan mendalam maka ilmu agronomi juga berkembang menjadi
dua disiplin ilmu, yaitu ilmu tanaman (crop science) dan ilmu tanah (soil science).
Selanjutnya kedua disiplin ilmu tersebut berkembang menjadi beberapa subdisiplin
ilmu seperti pemuliaan tanaman, ekologi tanaman, ilmu fisika tanah, ilmu kimia
tanah, ilmu kesuburan tanah, ilmu genesa dan klasifikasi tanah (Nasrudin, 2020).
Dalam proses perkembangan ilmu agronomi, peranan biokimia, ekologi dan
biometrika makin tampil ke depan. Ilmu-ilmu penunjang ini makin terasa
diperlukan untuk menerangkan hasil-hasil kuantitatif yang ditemukan dalam
penelitian ilmu agronomi. Dalam perkembangan ilmu agronomi lebih lanjut, terjadi
perkembangan bioteknologi modern berbasiskan ilmu biologi molekuler antara lain
memungkinkan persilangan antar spesies, tanaman transgenik dan kultur jaringan
(Bayfurqon, 2019).

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan Praktikum Dasar-Dasar Agroteknologi dengan materi Teknik Budidaya
Tanaman Timun Kyuri (Cucumis sativus) di Lahan dan Sawi (Brassica chinensis
var. parachinensis) di Media Tanam Dalam Polibag yaitu:
1. Agar mahasiswa (i) mengenal dan lebih mengetahui fokus agronomi, sarana
agronomi dan sasaran agronomi.
2. Agar mahasiswa (i) dapat melakukan tindak agronomi melalui kegiatan
budidaya tanaman.

2
3

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Dasar-Dasar Agroteknologi dengan materi Teknik Budidaya
Tanaman Timun Kyuri (Cucumis sativus L) di Lahan dan Sawi (Brassica chinensis
var. parachinensis) di Media Tanam Polibag pada Pelaksanaan Budidaya di Lahan
yang dilaksanakan pada hari Jumat 6 Oktober 2023, pukul 15.30 - 17.10 WIB.
Sedangkan pada Pelaksanaan Budidaya di Polibag dilaksanakan pada hari Jumat 20
Oktober 2023, pukul 15.30 – 17.10 WIB. Bertempat di Laboratorium Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.

2.2. Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan pada saat praktikum Dasar-Dasar Agroteknologi
dengan materi Teknik Budidaya Tanaman Timun Kyuri (Cucumis sativus L.) Di
Lahan Dan Sawi (Brassica chinensis var. parachinensis) Di Media Tanam Dalam
Polibag yaitu:
a. Budidaya di Lahan
Benih tanaman timun kyuri (Cucumis sativus L.), pupuk kandang kotoran
ayam, sekam, pupuk NPK mutiara, tali rafia dan plastik. Sedangkan alat yang
dipakai yaitu cangkul, parang, meteran, tali rapia, kayu dan timbangan.
b. Budidaya di polibag
Benih tanaman sawi (Brassica chinensis var. parachinensis), rockwol, pupuk
kandang kotoran kambing, sekam, tanah, pupuk NPK mutiara dan polibag.

2.3. Cara Kerja


Cara kerja pada praktikum Dasar-Dasar Agroteknologi dengan materi Teknik
Budidaya Tanaman Timun Kyuri (Cucumis sativus) di Lahan dan Sawi (Brassica
chinensis var. parachinensis) di Media Tanam Dalam Polibag yaitu:
2.3.1. Pelaksanaan Budidaya di Lahan
1. Mempersiapkan lahan pada tahap awal dilaksanakan dimulai dengan
pembersihan lahan dan rumput-rumput liar, akar-akar dan sisa tumbuhan.
Mencangkul tanah dan membagi lahan kedalam petak-petak (bedengan).

3
4

Bedengan dibuat dengan ukuran panjang 3 meter dan lebar 2 meter serta
tinggi 40 cm. Membuat parit untuk pembuangan dengan ukuran lebar 50 cm
antar baris dan 40 cm dalam baris. Membuat jarak tanam dengan ukuran 50
cm × 40 cm dan jumlah lubang tanam 24 lubang. Memberi pupuk kandang
dengan dosis 10 ton/ha dan diinkubasikan selama 2 minggu. Mengisi setiap
lubang tanam dengan pupuk organik sesuai dosis diatas.
2. Menanam benih bisa langsung dilahan apabila ukurannya relatif besar.
3. Melakukan pemeliharaan dengan penyiraman dilakukan sejak penanaman
atau pemindahan bibit kelapangan setiap pagi dan sore.
4. Melakukan penyulaman dilakukan untuk menggantikan bibit tanaman yang
mati atau kurang baik pertumbuhannya. Dilakukan seawal mungkin yaitu
sejak tanam hingga umur 15 hari setelah tanam.
5. Melakukan pemasangan tajar (turus) apabila sudah mengeluarkan alat
pembelit.
6. Melakukan pemupukan satu minggu setelah tanaman dipindahkan ke
bendengan dengan dosis disesuaikan dengan rekomendasi pemupukan yang
ada. Pemberian pupuk dapat ditugal atau diberikan disekeliling tiap tanaman
dengan jarak 15 cm dari tanaman.
7. Melakukan penyiangan rumput-rumput liar dilakukan setelah tanaman
berumur 14 hari bersamaan dengan penggemburan.
8. Melakukan pemangkasan bagian cabang atau bagian pucuk apabila tanaman
mempunyai banyak percabangan dan terlalu rimbun dedaunannya.
9. Melakukan pengendalian HPT dengan menyemprotkan insektisida nabati
atau fungisida nabati.
10. Melakukan pemanenan apabila buah sudah mencapai masak fisiologis atau
sesuai dengan jenis tanaman yang dibudidayakan. Pemanenan dapat
dilakukan beberapa kali.
2.3.2. Pelaksanaan Budidaya di Polibag
1. Menyiapkan media tanam dalam polibag dengan mencampur tanah dengan
pupuk kandang kotoran kambing dan sekam dengan dosis yang disesuaikan

4
5

lalu diaduk secara merata. Setelah itu dimasukkan ke dalam polibag. Media
tanam diinkubasikan selama dua minggu sebelum tanam.
2. Menyiapkan benih atau bibit tanam dengan melakukan penyemaian
menggunakan media rockwool.
3. Melakukan penanaman benih atau bibit kedalam polibag dengan
memindahkan benih/bibit dari media tanam semaian ke media tanam dalam
polibag.
4. Melakukan pemeliharaan dengan penyiraman dilakukan sejak penanaman
atau pemindahan bibit kelapangan setiap pagi dan sore.
5. Melakukan penyulaman dilakukan untuk menggantikan bibit tanaman yang
mati atau kurang baik pertumbuhannya. Dilakukan seawal mungkin yaitu
sejak tanam hingga umur 15 hari setelah tanam.
6. Melakukan pemupukan satu minggu setelah tanaman dipindahkan ke media
tanam dalam polibag dengan dosis disesuaikan dengan rekomendasi
pemupukan yang ada. Pemberian pupuk dapat ditugal atau diberikan
disekeliling tiap tanaman dengan jarak 15 cm dari tanaman.
7. Melakukan penyiangan rumput-rumput liar dilakukan setelah tanaman
berumur 14 hari bersamaan dengan penggemburan.
8. Melakukan pemangkasan bagian cabang atau bagian pucuk apabila tanaman
mempunyai banyak percabangan dan terlalu rimbun dedaunannya.
9. Melakukan pengendalian HPT dengan menyemprotkan insektisida nabati
atau fungisida nabati.
10. Melakukan pemanenan apabila buah sudah mencapai masak fisiologis atau
sesuai dengan jenis tanaman yang dibudidayakan. Pemanenan dapat
dilakukan beberapa kali.

5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Timun Kyuri (Cucumis
sativus L)
Variabel Pengamatan
Sampel Umur
Tanaman (HST) Tinggi Jumlah daun
(cm) (Helai)
7 4 6
1. 14 18 9
21 20 10
7 6 9
2. 14 19 10
21 21 10
7 7 9
3. 14 13 10
21 18 9
7 7 10
4. 14 17 9
21 20 9
7 6 9
5. 14 19 9
21 20 11
7 5 12
6. 14 16 11
21 20 12
7 5 8
7. 14 19 9
21 29 11
7 7 9
8. 14 28 10
21 20 10
7 9 8
9. 14 20 8
21 32 9
7 5 8
10. 14 17 9
21 24 8
7 7 10
11. 14 16 10
21 24 11
7 8 8
12.
14 19 11
7

21 21 10
7 6 10
13. 14 20 9
21 25 10
7 6 8
14. 14 15 10
21 26 9
7 4 8
15. 14 17 9
21 19 9
7 4 10
16. 14 20 10
21 18 11
7 8 10
17. 14 19 12
21 28 11
7 7 9
18. 14 19 9
21 29 11
7 5 9
19. 14 14 10
21 28 10
7 8 8
20. 14 10 8
21 32 9
7 10 9
21. 14 18 9
21 29 9
7 6 8
22. 14 14 10
21 17 11
7 7 8
23. 14 16 10
21 27 11
7 8 10
24. 14 19 9
21 23 10
Total 1.147 684
Rata-rata 47,791 28,5
8

Tabel 2. Hasil Pengamatan Berat Basah Tanaman Sawi


Tanaman
Sampel Rata-rata
1 2 3
B5 (1) 29,5 27,8 30,15 28,98
B5 (2) 35,93 34,16 31.20 33,76
B5 (3) 32,56 33,67 34,15 33,46
B5 (4) 27,57 31,26 31,33 29,38
B5 (5) 30,04 35,07 23,97 29,69
B5 (6) 31,22 31,14 32,29 31,55
B5 (7) 30,3 36,12 35,71 34,04
B5 (8) 32,06 33,2 35,19 33,48
B5 (9) 33,63 33,49 29,35 32,15
B5 (10) 29,97 29,70 30,11 29,92
Total 316,41

3.2. Pembahasan
-Budidaya Tanaman di Lahan
3.2.1. Persiapan Media Tanam

Gambar 1. Persiapan Media Tanam di Lahan


(Sumber: Dok. Pribadi)

Persiapan media tanam yang pertama adalah membuat bedengan dengan


ukuran 2x3, lalu melubangi bedengan seanyak 24 lubang. Bedengan yang telah
dilubangi kemudian diberi pupuk organic berupa sekam pukan lalu mencampurnya
dengan tanah bedengan, setelah luang pada bedengan diisi berilah patok kurang
lebih setinggi 40 cm agar mempermudah saat penanaman. Pemberian pupuk
organic dapat dilakukan beberapa hari sebelum tanam agar tanah dan pupuk dapat
terdekomposisi dengan baik.
9

3.2.2. Penanaman

Gambar 2. Penanaman di Lahan


(Sumber: Dok. Pribadi)

Setelah lahan siap dapat dilakukan penanaman benih. Sebbelum ditanam


sebaiknya dilakukan perendaman terlebih dahulu, fungsinya adalah sebagai
perangsang akar dan juga apa bila ada benih yang mengapung berarti benih tersebut
kurang baik untuk ditanam dan bisa diganti dengan benih yang lain. Setelah
direndam 30-60 menit benih timun dapat ditanam. Pada saat penanaman benih
dalam satu lubang tanam diisi denngan dua benih, hal ini dilakukan karena apabila
salah satu benih tidak hidup maka masih ada benih satunya lagi.
3.2.3. Pemeliharaan

Gambar 3. Pemeliharaan di Lahan


(Sumber: Dok. Pribadi)

Setelah proses penanaman tentu saja tanaman perlu yang namanya


perawatan, apa lagi saat proses penanaman adalah pada saat musim kemarau maka
sangat penting yang namannya penyiraman. Penyiraman dilakukan dua kali sehari
yaitu pada saat pagi hari sampai jam 07:00 dan sore hari mulai dari jam 16:00.
Mengapa demikian, karena jika lewat dari jam 07:00 dan kurang dari jam 16:00
matahari akan menyinari tanaman dan tanaman melakukan yang namannya proses
fotosintesis. Untuk penyulamannya dilakukan seminggu setelah tanam, karena
10

pada umumnya benih timun akan tumbuh pada hari ketiga atau keempat setelah
tanam, jadi apa bila hingga satu minggu setelah tanam benih tidak ada tanda-tanda
kehidupan dapat dilakukan penyulaman. Untuk penyiangannya dilakukan dua hari
sekali, karena setiap dua hari sekali rumput akan mulai tumbuh hingga tinggi
kurang lebih 3-5 cm jadi perlu dilakukan penyiangan agar rumput atau gulma tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan. Pemasangan turus
dilakukan kurang lebih tiga minggu setelah tanam saat tanaman mulai
mengeluarkan sulur dan siap untuk merambat. Pemupukan dilakukan pertama
dilakukan seminggu setelah tanam dan pemupukan kedua dilakukan empat minggu
setelah tanam, pupuk yang digunakan dalam praktikum ini adalah pupuk NPK
Mutiara. Pemangkasan dilakukan pada saat tanaman mulai memasuki fase
generative, hal ini dilakukan bertujuan agar tanaman dan hasil fotosintesisnya fokus
terdap pertumbuhan bunga betina yang akan menjadi bakal buah. Sedang kan untuk
HPT sendiri apa bila tidak telalu parah maka dapat dilakukan pengendalian dengan
menggunakan insektisida nabati dan bukan pestisida atau bahan kimia, hal ini
bertujuan meminimalisir kerusakan pada lingkungan dan hasil panan yang baik
untuk dikonsumsi.
3.2.4. Pemanenan

Gambar 4. Pemanenan di Lahan


(Sumber: Dok. Pribadi)

Umumnya timun dapat dipanen pada umun kurang lebih lima minggu setelah
tanam. Dalam satu kali pemanenan biasanya dalam satu pohon bisa terdapat 2-3
buah yang siap panen. Pemanenan kedua dan seterusnya dapat dilakukan 2 hari
setelah pemanenan pertama hingga pohon timun mati.
11

3.2.5. Indikator Pertumbuhan

Gambar 5. Indikator Pertumbuhan di Lahan


(Sumber: Dok. Pribadi)
Hasil pengamatan tinggi dan jumlah daun tanaman Timun Kyuri (Cucumis
sativus L.) menunjukkan variasi yang signifikan. Sampel pertama, yang diobservasi
pada umur 7 hari setelah tanam (hst), memiliki tinggi 4 cm dengan 6 helai daun.
Pada 14 hst, tinggi tanaman mencapai 18 cm dengan jumlah daun sebanyak 9 helai,
sementara pada 21 hst, tinggi tanaman meningkat menjadi 20 cm dengan 10 helai
daun. Sampel tanaman kedua pada usia yang sama menunjukkan tinggi 6 cm dan 9
helai daun pada 7 hst, 19 cm dengan 10 helai daun pada 14 hst, dan 21 cm dengan
10 helai daun pada 21 hst. Sampel tanaman ketiga pada 7 hst memiliki tinggi 7 cm
dan 9 helai daun, 13 cm dengan 10 helai daun pada 14 hst, dan 18 cm dengan 9
helai daun pada 21 hst. Sampel tanaman keempat pada 7 hst memiliki tinggi 7 cm
dan 10 helai daun, 17 cm dengan 9 helai daun pada 14 hst, dan 20 cm dengan 9
helai daun pada 21 hst. Sampel tanaman kelima pada 7 hst memiliki tinggi 6 cm
dan 9 helai daun, 19 cm dengan 9 helai daun pada 14 hst, dan 20 cm dengan 11
helai daun pada 21 hst. Sampel tanaman keenam pada 7 hst memiliki tinggi 5 cm
dan 12 helai daun, 16 cm dengan 11 helai daun pada 14 hst, dan 20 cm dengan 12
helai daun pada 21 hst. Sampel tanaman ketujuh pada 7 hst memiliki tinggi 5 cm
dan 8 helai daun, 19 cm dengan 9 helai daun pada 14 hst, dan 29 cm dengan 11
helai daun pada 21 hst. Sampel tanaman kedelapan pada 7 hst memiliki tinggi 7 cm
dan 9 helai daun, 20 cm dengan 10 helai daun pada 14 hst, dan 28 cm dengan 10
helai daun pada 21 hst. Sampel tanaman kesembilan pada 7 hst memiliki tinggi 9
cm dan 8 helai daun, 20 cm dengan 8 helai daun pada 14 hst, dan 32 cm dengan 9
helai daun pada 21 hst. Sampel tanaman kesepuluh pada 7 hst memiliki tinggi 5 cm
dan 8 helai daun, 17 cm dengan 9 helai daun pada 14 hst, dan 24 cm dengan 8 helai
12

daun pada 21 hst. Sampel tanaman kesebelas pada 7 hst memiliki tinggi 7 cm dan
10 helai daun, 16 cm dengan 10 helai daun pada 14 hst, dan 24 cm dengan 11 helai
daun pada 21 hst. Sampel tanaman kedua belas pada 7 hst memiliki tinggi 8 cm dan
8 helai daun, 19 cm dengan 11 helai daun pada 14 hst, dan 21 cm dengan 10 helai
daun pada 21 hst. Sampel tanaman ketiga belas pada 7 hst memiliki tinggi 6 cm dan
10 helai daun, 20 cm dengan 9 helai daun pada 14 hst, dan 25 cm dengan 10 helai
daun pada 21 hst. Sampel tanaman keempat belas pada 7 hst memiliki tinggi 6 cm
dan 8 helai daun, 15 cm dengan 10 helai daun pada 14 hst, dan 26 cm dengan 9
helai daun pada 21 hst. Sampel tanaman kelima belas pada 7 hst memiliki tinggi 4
cm dan 8 helai daun, 17 cm dengan 9 helai daun pada 14 hst, dan 19 cm dengan 9
helai daun pada 21 hst. Sampel tanaman keenam belas pada 7 hst memiliki tinggi 4
cm dan 10 helai daun, 18 cm dengan 10 helai daun pada 14 hst, dan 11 cm dengan
8 helai daun pada 21 hst. Sampel tanaman ketujuh belas pada 7 hst memiliki tinggi
10 cm dan 10 helai daun, 19 cm 12 helai daun pada 14 hst, dan 28 cm dengan 11
helai daun pada 21 hst. Sampel tanaman delapan belas pada 7 hst memiliki tinggi 2
cm dan 9 helai daun, 19 cm dengan 9 helai daun pada 14 hst, dan 29 cm dengan 11
helai daun pada 21 hst. Sampel tanaman kesembilan belas pada 7 hst memiliki
tinggi 5 cm dan 9 helai daun, 14 cm dengan 10 helai daun pada 14 hst, dan 28 cm
dengan 10 helai daun pada 21 hst. Sampel tanaman kedua puluh pada 7 hst memiliki
tinggi 8 cm dan 10 helai daun, 10 cm dengan 8 helai daun pada 14 hst, dan 32 cm
dengan 9 helai daun pada 21 hst. Sampel tanaman kedua puluh satu pada 7 hst
memiliki tinggi 10 cm dan 9 helai daun, 18 cm dengan 9 helai daun pada 14 hst,
dan 29 cm dengan 9 helai daun pada 21 hst. Sampel tanaman kedua puluh dua pada
7 hst memiliki tinggi 6 cm dan 8 helai daun, 14 cm dengan 10 helai daun pada 17
hst, dan 32 cm dengan 11 helai daun pada 21 hst. Sampel tanaman kedua puluh tiga
pada 7 hst memiliki tinggi 7 cm dan 8 helai daun, 16 cm dengan 10 helai daun pada
14 hst, dan 27 cm dengan 11 helai daun pada 21 hst. Dan pada sampel tanaman
kedua puluh empat pada 7 hst memiliki tinggi 8 cm dan 10 helai daun, 19 cm dengan
9 helai daun pada 14 hst, dan 23 cm dengan 10 helai daun pada 21 hst. Secara
keseluruhan, setelah dijumlahkan, tinggi tanaman mencapai total 1.147 cm dengan
13

rata-rata 47,791 cm. Jumlah helai daun secara total adalah 684 dengan rata-rata 28,5
helai.
- Budidaya di Polibag
3.2.6. Persiapan Media Tanam

Gambar 6. Persiapan Media Tanam di Polibag


(Sumber: Dok. Pribadi)
Dalam praktikum kali ini media tanam yang digunakan adalah tanah subur
berupa campuran tanah pukan ayam dan sekam dengan perbandingan 2:1:1, 2 tanah
1 pukan 1 sekam, setelah proses pencampuran masukan media kedalam polybag,
karena praktikum kali ini adalah bubidaya tanaman dalam polybag. Pembuatan
media tanam dapat dilakukan seminggu sebelum pindah tanam agar tanah pukan
dan sekam dapat terdekomposisi dan tidak menyebabkan tanaman stress.
3.2.7. Penanaman

Gambar 7. Penyemaian Gambar 8. Penanaman di Polibag


(Sumber: Dok. Pribadi) (Sumber: Dok. Pribadi)
Karena benih sawi memiliki ukuran yang kecil maka harus dilakukan
penyemaian terlebih dahulu sebelum pindah tanam. Penyemaian dapat dilakukan
pada media tanah maupun rockwool, proses penyemaian ini dilakukan kurang lebih
dua minggu sebelum pindah tanam hingga bibit muncul 3-4 daun dan siap pindah
tanam. Penanaman dilakukan pada media polibag, dalam satu polibag berisi 3 bibit
14

sawi siapp tanam. Hal ini dilakukan dengan tujuan memaksimalkan fungsi media
tanam. Karena polybag yang digunakan ukuran 30x30 maka jika dalam satu
polybag berisi lebih dari 3 tanaman akan mengakibatkan terjadinya persaingan dan
tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik, jika dalam satu polibak ditanami kurang
dari 3 tanaman makan untuk menanam 30 bibit akan membutuhkan polybag yang
banyak dan memalkan banyak ruang serta media yang digunakan.
3.2.8. Pemeliharaan

Gambar 9. Pemeliharaan di Polibag


(Sumber: Dok. Pribadi)

Setelah proses penanaman tentu saja tanaman perlu yang namanya


perawatan, apa lagi saat proses penanaman adalah pada saat musim kemarau maka
sangat penting yang namannya penyiraman. Penyiraman dilakukan dua kali sehari
yaitu pada saat pagi hari sampai jam 07:00 dan sore hari mulai dari jam 16:00.
Mengapa demikian, karena jika lewat dari jam 07:00 dan kurang dari jam 16:00
matahari akan menyinari tanaman dan tanaman melakukan yang namannya proses
fotosintesis. Untuk penyulamannya dapat dilakukan apa bila setelah pindah tanam
terdapat tanaman yang mati. Untuk penyiangannya dilakukan dua hari sekali,
karena setiap dua hari sekali rumput akan mulai tumbuh hingga tinggi kurang lebih
3-5 cm jadi perlu dilakukan penyiangan agar rumput atau gulma tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan. Pemupukan dilakukan dilakukan dua
minggu setelah pindah tanam, pupuk yang digunakan dalam praktikum ini adalah
pupuk NPK Mutiara. Pemangkasan dapat dilakukan apabila daun sudah mulai
kuning dan tidak mampu berfotosintesis. Sedang kan untuk HPT sendiri apa bila
tidak telalu parah maka dapat dilakukan pengendalian dengan menggunakan
insektisida nabati dan bukan pestisida atau bahan kimia, hal ini bertujuan
15

meminimalisir kerusakan pada lingkungan dan hasil panan yang baik untu
dikinsumsi.
3.2.9. Pemanenan

Gambar 10. Pemanenan di Polibag


(Sumber: Dok. Pribadi)

Pemanenan dilakukan setelah umur tanaman sawi tersebut kurang lebih


sebulan atau empat minggu setelah pindah tanam. Pemanenan sawi dapat dilakukan
dengan cara dicabut langsung atau dengan cara dipotong tangkainya dan
ditinggalkan akarnya.
3.2.10. Indikator Pertumbuhan

Gambar 11. Indikator Pertumbuhan di Polibag


(Sumber: Dok. Pribadi)

Hasil pengamatan berat basah tanaman sawi (Brassica chinensis var.


parachinensis) menunjukkan variasi antara ulangan pertama hingga ulangan
kesepuluh. Pada ulangan pertama, tercatat berat rata-rata sebesar 28,98, ulangan
kedua menunjukkan berat rata-rata yang lebih tinggi, yaitu 33,76, ulangan ketiga
memiliki berat rata-rata sebesar 33,46, ulangan keempat memiliki berat rata-rata
sebesar 29,38 ulangan kelima memiliki berat rata-rata sebesar 29,69, ulangan
keenam memiliki berat rata-rata sebesar 31,55, ulangan ketujuh memiliki berat rata-
rata sebesar 34,04, ulangan kedelapan memiliki berat rata-rata sebesar 33,48,
16

ulangan kesembilan memiliki berat rata-rata sebesar 32,15, dan ulangan kesepuluh
memiliki berat rata-rata sebesar 29,92. Dengan demikian, total berat hasil
pengamatan untuk kesepuluh ulangan sampel tersebut adalah 316,41.
IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Peningkatan pendapatan masyarakat diiringi dengan meningkatnya permintaan
pangan, yang dapat diakomodasi melalui pemanfaatan potensi sumber daya alam
yang beragam di Indonesia. Untuk mencapai kemandirian pangan yang
berkelanjutan, perlu adanya upaya dalam pemanfaatan sumber daya alam dan
keanekaragaman hayati melalui pengembangan pangan sumber karbohidrat non-
beras, sumber protein, dan gizi mikro di berbagai daerah. Pentingnya pendekatan
holistik dari produksi, pasca panen, pengolahan, distribusi, hingga pemasaran juga
ditekankan untuk meningkatkan kapasitas produksi pangan, produktivitas, dan
efisiensi guna memenuhi kebutuhan pangan secara nasional.
Untuk mencapai ketahanan pangan, terdapat dorongan untuk menghadapi
perubahan lingkungan dan mengarah pada desentralisasi dan partisipasi
masyarakat. Program jangka pendek, menengah, dan panjang dalam sub-bidang
pertanian dan peternakan diharapkan dapat mendukung kemandirian pangan
dengan memperhitungkan risiko dan dampak perubahan ekonomi. Pentingnya
peran petani sebagai ujung tombak kemajuan bangsa juga ditekankan, dengan
upaya memperhatikan sumber daya alam, kelembagaan, budaya lokal, dan
pembangunan ekonomi. Dalam konteks ini, dukungan kebijakan yang memadai,
teknologi, dan informasi menjadi krusial untuk mendukung strategi diversifikasi
dan kemandirian pangan.

4.2. Saran
Untuk praktikum selanjutnya agar selalu menetapkan keselamatan kerja
bersama agar tidak terjadi kecelakaan kerja. Terutama saat sedang menggunakan
alat yang sedikit berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA

Bayfurqon, F. M., Khamid, M. B. R., & Saputro, N. W. (2019). Pertumbuhan dan


Hasil Timun Apel Lokal Karawang dengan Kerapatan Tanaman yang
Berbeda di Daerah Pakis Jaya Karawang. Jurnal Agrotek Indonesia. Vol.
4(1): 33-38.
Efendi. 2016. Implementasi Sistem Pertanian Berkelanjutan Dalam Mendukung
Produksi Pertanian. Jurnal Warta, Vol. 47 (1): 4-7.
Lumowa. 2017. Prospek Pembudidayaan Tanaman Nilam Dalam Rangka
Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Di Desa Arangkaa Kecamatan Gemeh
Kabupaten Kepulauan Talaud. Journal Social Welfare, 5 (1): 2-3.
Maxiselly, Y. (2018). Teknik pemeliharaan tanaman kina TBM di Arjasari yang
terintegrasi dengan pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol. 2 (7): 522-525.
Nasrudin et, al. 2020. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Masyarakat
Berpenghasilan Rendah. Jurnal Sosial dan Budaya Syar-I. Vol. 7 (7): 639-
648.

Sinaga, A., & Kusumaningrum, M. Y. (2020). Peningkatan Produksi Kakao Melalui


Pemeliharaan Tanaman Secara Berkelanjutan Improvement of Cacao
Production by Sustainable Plant Cultivation. Jurnal Agrisistem. Vol. 16 (2),
75-79.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai